Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Posted by aimyaya | Under teknologi tepat guna Selasa Jan 20, 2009
Bila anda mengalami problem karena air di rumah anda tidak terlalu jernih atau sedikit keruh, anda
dapat menggunakan cara penyimpanan air untuk mendapatkan air bersih. Lain halnya bila air di rumah
anda keruh, kotor atau berbau. Sebenarnya ada berbagai cara sederhana untuk menjernihkan air. Anda
dapat menggunakan bahan kimia seperti “AGS” dan tawas, bahan alami seperti biji kelor ataupun
dengan membuat saringan.
Saya sendiri pernah mengalami problem mendapatkan air bersih tersebut, maklum rumah saya dekat
sungai dan bekas sawah jadi warna air sumur saya sering berubah warna mulai dari jernih, keruh,
kuning bahkan bila musim kemarau bias sampai berwarna hitam dan berbau.
Ada banyak pilihan cara untuk mengatasi hal tersebut. Untuk penggunaan AGS, semakin parah air yang
ada maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan kotoran. Tawas dapat menggerus
dinding sumur, sedangkan biji kelor susah dicari, pilihan saya akhirnya jatuh pada membuat saringan
yang dapat menjernihkan air tanpa menggunakan bahan kimia.
Setelah melakukan observasi, tanya sana-sini, surfing sana sini, ternyata selama air tersebut tidak
mengandung limbah kimia berbahaya kita masih dapat mengatasinya dengan menggunakan saringan /
penjernih air yang banyak dijual di pinggir-pinggir jalan atau pun menggunakan saringan air bermerk
seperti halnya yang dipakai oleh depo pengisian air minum isi ulang atau mungkin dengan membuat
sendiri saringan air sederhana.
Untuk pembuat saringan air sederhana anda dapat menggunakan cadas, tanah liat, bambu dan arang
aktif, ataupun saringan ijuk+pasir+dst. Untuk cadas dan tanah liat, bagus sih tapi dengan cara
pembuatannya yang susah dan debit air hasil penyaringan yang kecil, saringan ini bukan pilihan utama
bagi saya. Selanjutnya saringan bambu, walaupun bambu mudah didapat, tetapi butuh keahlian khusus
untuk bekerja dengan bambu.
Pilihan terakhir adalah membuat saringan ijuk+pasir+dst. Cara membuat saringan ini cukup mudah.
Saringan dimulai dengan membuat lapisan pasir, ijuk, arang aktif, pasir dan batu. Hasilnya…SERRR…
air yang tadinya keruh, kuning atau bahkan hitam+bau sekalipun akan menjadi jernih dan tanpa bau
setelah melewati saringan ini.
Untuk tempat saringan anda dapat menggunakan tong, drum, ember, ataupun sambungan kaleng /
sambungan botol plastik. Sedangkan ukuran lapisan saringan anda dapat sesuaikan dengan masalah
yang anda hadapi. Saringan yang saya buat menggunakan 25 cm untuk ijuk dan arang aktif / arang
batok kelapanya. Sebab salah satu kegunaan arang adalah untuk mengurangi/menghilangkan bau. Bila
masalah yang anda hadapi cukup berat, anda dapat mencoba dengan menambahkan satu buah lapisan
batu zeolit.
Hal yang perlu anda ketahui bahwa setelah saringan dibuat, air yang dihasilkan awalnya tidak terlalu
jernih, tetapi lama kelamaan air yang keluar akan menjadi jernih (pada saringan yang saya buat
membutuhkan waktu ± 10 menit). Selain itu, aturlah debit air yang masuk tangki saringan (keluaran
dari tangki pengendapan) agar tidak lebih besar dari debit air yang keluar dari saringan (air bersih).
Caranya ?? Saya menggunakan trial and error..
Selamat mencoba…
Atau mungkin anda dapat memodifikasinya sehingga menjadi seperti gambar di bawah ini
Secara berkala pasir dan kerikil dari SPL harus selalu dibersihkan. Hal ini untuk menjaga agar kualitas
air bersih yang dihasilkan selalu terjaga dan yang terpenting adalah tidak terjadi penumpukan patogen /
kuman pada saringan. Untuk disinfeksi kuman yang terkandung dalam air dapat menggunakan
menggunakan berbagai cara seperti khlorinasi, brominasi, ozonisasi, penyinaran ultraviolet ataupun
menggunakan aktif karbon. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya air hasil
penyaringan dimasak terlebih dahulu hingga mendidih sebelum dikonsumsi.
Tags : air bersih, pengolahan limbah cair, saringan, saringan air, saringan pasir
Pembuatan Penjernihan Air Dengan Cara Penyaringan
Biar blog ini kelihatan intelek (in : dalam, telek : shit, jadinya…wew…), kya…kya…kya… just
kidding. Belajar dari pengalaman KKN kemaren, maka buat kawan-kawan yang sedang menghadapi
masalah air yang keruh maka berikutlah pembahasannya. Dijamin berhasil, coz cara ini telah melewati
bermacam-macam percobaan.
Alat :
1. Pipa atau apapun yang berbentuk tabung tinggi.
Bahan :
1. Batu kerikil koral yang kecil (dapat diganti dengan batu ziolit yang dipecah kecil-kecil, batu
ziolit berguna mengurangi kandungan besi yang terdapat pada air).
2. Pasir pantai (bentuknya berbulir-bulir, bulat).
3. Arang aktif (didapat dengan membakar arang batok kelapa selama 3 jam, memang terlihat aneh
tapi sesungguhnya arang inilah yang menjernihkan air yang keruh).
4. Batu ziolit ukuran besar diameter 2-3 cm.
5. Sabut kelapa (dapat diganti dengan busa).
Cara :
1. Cuci semua bahan sampai bersih, lalu jemur hingga kering, hal ini berguna agar bahan tidak
mengotori air yang dialirkan.
2. Batu ziolit direbus hingga mengeluarkan buih-buih putih (+- 2 jam), o…ya… baunya seperti
hati sapi loh… aneh yah...
3. Buat wadah pengendapan, lalu air yang sudah diendapkan dialiri melewati penyaringan yang
dibuat.
4. Susun secara berturut-turut dari bawah ke atas pada tabung ; batu kerikil koral, sabut, pasir,
sabut, arang, sabut, batu ziolit (setiap lapisan inti, dilapisi sabut/busa), masing-masing bahan
setinggi +- 10 cm.
5. Nah, penyaringan siap dipakai. Jika aliran menjadi kecil / kurang deras, pertanda kotoran
menumpuk menghalangi aliran air. Cobalah untuk mencuci bahan kembali sampai bersih. Arang
aktif harus diganti setiap 3 bulan sekali.
• Seluruh bahan dapat dibeli di toko aquarium atau dapat ditemukan di Laboratorium Teknik
Lingkungan, FTSP, yang penting izin, ga pake asal ngembat, he…he…he…
• Logikanya batu ukuran besar menyaring kotoran yang besar, begitu seterusya hingga ke ukuran
yang paling kecil.
Arang Batok: Penjernih Air
Senin, 5 September 2005M
01 Syaban 1426H
•
Mencari air jernih untuk diminum memang sudah semakin sulit, yang alami mungkin hanya ada di
mata air di gunung dan di oase di gurun. Air jernih pun akhirnya menjadi produk industri hingga kata
generik ‘aqua’ pun menjadi paten industri, ah jangan sampai kata ‘air’ menjadi merek dagang pula.
Fungsi air untuk diminum pun akhirnya dilebih-lebihkan untuk kepentingan komersial, seperti yang
diulas oleh Priyadi tentang ‘Khasiat’ Air Hexagonal.
Padahal kebutuhan utama manusia terhadap air untuk diminum hanya satu, yaitu ‘air jernih’, jernih
menurut warna dan jernih menurut proporsi kandungan mineral yang terlarut di dalamnya. Dalam
tubuh air berfungsi sebagai pelarut, sebagai carrier pembawa zat-zat lain yang harus diedarkan ke
seluruh tubuh dan banyak lagi fungsi dan manfaat lainnya.
Dengan semakin kotornya air minum, baik dari sumur timba, sumur pompa ataupun air-supply-nya
PDAM, kini semakin banyak keluarga mengurangi konsumsi air tersebut sebagai air minum dan
digantikan dengan membeli ‘air jernih’ hasil proses industri dalam gelas atau botol plastik.
Sebenarnya, air jernih dari sumur untuk diminum masih bisa didapatkan dengan proses penjernihan
saat memasaknya, yaitu dengan meletakkan arang batok (tempurung kelapa) di dalamnya (segenggam
arang batok sudah lebih dari cukup untuk memasak satu panci air), sebaiknya arang batok dibungkus
dahulu dengan kain putih bersih. Selama air dipanaskan hingga mendidih arang batok akan bekerja
menyerap zat-zat yang mengotori air, juga menyerap bau serta warna sehingga menghasilkan air jernih
yang siap diminum (didinginkan dulu ya, jangan minum air mendidih!).
Manfaat air jernih yang lain yang tidak berhubungan adalah untuk mengusir lalat, yaitu dengan cara
menyimpannya dalam plastik bening dan digantung, biasanya digantung di dapur atau di atas meja
makan. Mungkin nanti ada yang menjual bola kaca berisi air sebagai pengusir lalat yang bisa dipakai di
atas meja makan tanpa merusak pandangan dan suasana.
Macam-macam Media Penyaring
a. Pasir
Saringan menggunakan media pasir bertujuan untuk mengurangi kandungan lumpur dan
bahan-bahan padat yang ada dalam air keruh. Ukuran pasir yang digunakan sebagai penyaring
bermacam-macam tergantung bahan pencemar yang akan disaring. Semakin besar bahan padat
yang akan disaring maka semakin besar pula ukuran pasir yang digunakan. Umumnya, air
kotor yang akan disaring dengan pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur. Karena
itu, ukuran pasti yang digunakan tidak terlalu besar. Ukuran pasir pada umumnya digunakan
adalah pasir berukuran 0,2 mm-0,8 mm.
Berdasarkan ukuran pasir, maka dapat dibedakan dua tipe saringan pasir, yaitu saringan cepat
dan saringan lambat. Saringan cepat dapat menghasilkan air bersih sejimlah 1,3-2,7
liter/m3/detik. Diameter pasir yang dipakai 0,4 mm-0,8 mm dengan ketebalan 0,6 m-1,2 m.
Saringan pasir hanya mampu menahan bahan padat terapung. Saringan pasir tidak menyaring
virus atau bakteri atau pembawa bibit penyakit lain. Oleh karena itu masih tetap harus disaring
dengan media lain. Saringan pasir harus dibersihkan secara teratur pada waktu-waktu tertentu.
Apabila saringan pasir masih memperlihatkan kekeruhan maka saringan pasir tidak , layak
digunakan.
b. Arang Batok
Arang batok adalah arang yang berasal dari tempurung kelapa. Tempurung tersebut dibakar
sampai menjadi arang. Arang ini juga bisa diperoleh dari pembakaran kayu. Arang batok dapat
menyerap bahan-bahan kimia pencemar air. Arang batok yang berbentuk butiran juga dapat
menahan benda-benda padat yang mengotori air. Fungsi utama arng adalah untuk mengurangi
warna bau air kotor.
Ada dua bentuk arang batok yang digunakan, yaitu butiran berdiameter 0,1 mm dan berukuran
200 mesh.
Arang batok berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang
terkandung di air kotor. Setelah berkali-kali digunakan maka arang batok ini tidak efektif lagi
karena air yang disaring sudah tidak begitu jernih. Maka arang harus diganti atau di bakar lagi.
c. Penyaring Lain
Penyering lain misalnya zeolit, perlit dan logam tahan karat. Pemakaiannya sama seperti arang,
Saringan inilah yang akan menangkap lumpur dan air kotor, sementara air yang sudah bebas
dan lumpur masuk ke dalam bak.
Supaya media penyaring berfungsi dengan baik, seluruh media penyaring tersebut harus tetap
dalam kondisi basah agar bakteri pengurai tidak mati. Cara mengatur kondisi tersebut yaitu
dengan mangatur arus air agar tetap mengalir.
Sebelum air masuk bak-bak penyaring sebaiknya air disaring dulu dengan kain atau kassa
untuk mengurangi tersumbatnya pipa saluran air. Agar media penyaring tidak cepat tumbuh
lumut, tutup bagian atas bak penyaring.
d. Kapur, Tawas dan Kaporit
Kapur, tawas dan kaporit akan mengendap di dalam air bersama dengan bahan kimia pencemar air.
Pengendapan terjadi apabila zat-zat tercampur dengan baik di dalam air. Oleh karena itu ketiganya
dimasukan ke dalam air kemudian di aduk.
Air yang ditaburi ketiga bahan ini harus disaring lagi agar endapan yang timbul semakin berkurang
Jika sulit mendapat ketiga bahan ini maka dapat digunakan biji kelor. Caranya ditumbuk sampai halus
kemudian dimasukan kedalam air. Satu liter air kotor dapat dibersihkan dengan sebutir biji kelor.
Setelah dikocok 5-10 menit, larutan biji kelor dituangkan ke dalam air kotor, lalu diamkan selama satu
jam, maka air siap digunakan.
Penjernihan Air
Secara fisik air bersih haruslah jernih, tidak berwarna, tawar, tidak berbau
tidak mengandung zat padatan. Secara kimiawi, kualitas air baik jika memi
Alat : serta tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), ion-ion logam da
dari segi biologis, air sebaiknya tidka mengadung bakteri penyebab penyakit (p
• Drum/Bak Pengendap nonpatogen.
dan Drum/Bak
Penyaring Media Penyaring
Cara ini digunakan untuk sumber air terbuka. Ukuran bak tergantung dari volum
Air dialirkan ke Bak Pengendap lewat saluran bambu yang diujungnya ditaruh
dialirkan ke dalam Bak Penyaring melalui parit yang berbelok-belok dan berb
kandungan oksigen dalam air. Jika parit tidak memungkinkan dapat diganti den
Penyaring diisi dengan media penyaring yang disusun seperti pada gambar dia
akan mengalir melalui saluran bambu ke Bak Penampungan Air Bersih. Unt
masak, air ini tetap harus dimasak untuk mematikan bibit penyakit.
B. Lumpung Batu
Letakkan lumpung batu didasar sungai dangkal yang kokoh dan tidak beraliran
tersaring karena pori-pori lumpang batu sangat kecil. Untuk mencegah air sung
dalam air jernih di dalam lumpang. Perlu dibuatkan tutup lumpang. Untuk men
mudah, buatlahlumpung batu dari batu cadas yang dibentuk seperti gambar
C. Arang Batok
Bak penyaring dibuat sesuai kebutuhan. Letakkan pipa bambu yang kulit luarny
bagian dalamnya di dasar bak. Masukan arang batok. Air kotor diharapkan ters
arang batok sehingga kelaurlah air bersih.
Pada metode ini, diperlukan 2 drum berukuran sama yang dilengkapi dengan k
dasar drum +/- 5-10 cm (harus lebih tinggi dari endapan lumpur yang timbul).
Bak Pengendap dan Drum 2 berfungsi sebagai Bak Penyaring.
Langkah-langkah:
Jika air yang keluar pada bak ke dua sudah tidak jernih lagi, medai peny
diganti yang baru. Penggunaan drum sebagai bak Pengendapan dan Ba
dengan pemakaian Gentong.
Biji Kelor sebagai Penjernih Air Sungai
MESKIPUN berwarna coklat karena mengandung partikel-partikel tanah, lumpur bahkan
unsur logam berat karena tercampur rembesan air limbah industri pabrik, air Sungai
Mahakam hingga kini masih tetap menjadi kebanggaan warga Kalimantan Timur,
khususnya Kota Samarinda dan Kutai Kartanegara.
Berdasarkan kepercayaan dan sedikit dongeng, setiap orang Kalimantan Timur
meyakini, siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan
pernah meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah
tersebut, bahkan menetap. Sungai sepanjang 920 Km yang menjadi salah satu sarana
transportasi sungai terpenting di propinsi Kaltim itu tak pernah sepi dari lintasan
kapal motor dan kapal kontainer, yang terkadang menumpahkan limbah oli sisa ke
sungai.
Masyarakat agaknya tak pernah peduli dengan warna airnya yang keruh, atau berwarna
hitam ketika air sungai surut, terbukti pinggiran sungai tak pernah sepi dari
aktivitas manusia yang datang dan pergi mandi, mencuci atau bahkan mengambil air
dari sungai tersebut untuk dikonsumsi. Padahal masyarakat dapat memanfaatkan air
sungai dengan lebih nyaman dan terjamin kebersihannya apabila mampu menerapkan
hasil penelitian seorang dosen dari Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas
Mulawarman (Samarinda) yang diadopsi dari Negara Sudan, dan kemudian dikembangkan
di wilayah tersebut.
Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan
menyulapnya menjadi ''serbuk ajaib'' yang dapat mengubah air keruh dengan partikel
tanah maupun unsur logam menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar
baku mutu yang ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-
isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur
serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran
melayang di dalam air. Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri
Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di
masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya
dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
''Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan
unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi
standar baku air minum dan air bersih,'' katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya
mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi
0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan
standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan
kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi
standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih
terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan arang yang
dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran saat proses pengadukan. Arang
berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam dengan
parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah dibersihkan dengan sebuk
biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar baku air bersih yang
ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co
menjadi 13,75 Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih
15 Pt.Co dan 50 Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah
kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan
perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam
waktu 10 hingga 15 menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat
di dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan,
pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu
dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan
disaring.
''Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan
mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan
diaduk dengan cepat,'' katanya. Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat
10 hingga 15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa
kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan
air sebanyak 40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda), Alimudin mengakui,
cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan
bahan baku tawas yang digunakan selama ini. Perbedaan penjernihan air dengan
menggunakan tawas dan serbuk biji kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan
partikel setelah pengadukan, yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor
mencapai 10 hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM
Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi (Manado) dan
Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat sebelum digunakan untuk
menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis dibanding tawas,
apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya
yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Enos yang juga dosen
pengasuh mata kuliah Pengendalian Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang
dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai
(DAS) Mahakam.
''Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan
kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,'' katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan
alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut melestarikan lingkungan
dengan membudidayakan tanaman tersebut di sekitar DAS.(Aspek-35)
Suara Merdeka, Senin, 1 Juli 2002