Anda di halaman 1dari 18

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA PRODUK OBAT

TRADISIONAL BENTUK SEDIAAN SERBUK SIMPLISIA


DENGAN METODE TUANG
DI LABORATORIUM MIKROBIO LOGI
BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) di
YOGYAKARTA

Dewi Nursaidah Rohmah


12017027

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Obat tradisional telah dipercaya secara turuntemurun oleh masyarakat dapat menyembuhkan
penyakit dan dapat menjaga kesehatan.
Obat tradisional mudah didapat di pasaran,
masyarakat lebih memilih obat tradisional
sediaan jadi daripada mengambil langsung dari
alam dan mengolahnya sendiri.
Obat tradisonal yang bermutu harus aman bila
dikonsumsi.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam obat
tradisonal harus bebas dari cemaran seperti
bakteri dan jamur.

B. Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek (KP) berdasarkan
rumusan masalah yang ada adalah:
1.
Mengetahui
cara
menganalisis
secara
mikrobiologi
pada
sampel
produk
obat
tradisional bentuk serbuk di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di
Yogyakarta.
2.
Mengetahui jumlah Angka Lempeng Total (ALT)
pada sampel obat tradisional bentuk serbuk
yang di uji di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) di Yogyakarta.
3.
Mengetahui tingkat kelayakan mutu sampel
obat tradisional bentuk serbuk yang diuji di
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) di Yogyakarta.

BAB II
GAMBARAN UMUM BBPOM di Yogyakarta

A. Sejarah BBPOM

Direktorat Daerah Farmasi Direktorat Daerah


Pengawas Obat dan Makanan Balai Pemeriksaan
Obat dan Makanan (1988) Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan (BBPOM)
B. Dasar Pemikiran
Untuk melindungi konsumen Sistem Pengawasan Obat
dan Makanan (SISPOM) Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) Berdasarkan Kepres RI No.103 tahun
2001.

C. Visi dan Misi BPOM


Visi:
Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan
Diakui Secara Internasional Untuk Melindungi Masyarakat.
Misi:
a.Melakukan
Pengawasan
Pre-Market
dan
Post-Market
Berstandar
Internasional.
b. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Secara Konsisten.
c. Mengoptimalkan Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan di Berbagai
Lini.
d.Memberdayakan Masyarakat Agar Mampu Melindungi Diri dari Obat dan
Makanan yang Berisiko Terhadap Kesehatan.
e. Membangun Organisasi Pembelajar (Learning Organization).

D. Susunan Organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan


a. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen
b. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
c. Bidang Pengujian Mikrobiologi
d. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
e. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
f. Sub bagian Tata Usaha

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
B. Bentuk Sediaan Obat Tradisional
C. Media Pertumbuhan Mikrobiologi
D. Analisis Cemaran Mikrobiologi

BAB IV
METODE
A. LOKASI PKL
Terletak di Jalan Tompeyan 1, Tegalrejo Yogyakarta 55244

B. RANCANGAN PKL
Pengujian sampel obat tradisional bentuk serbuk di
laboratorium Mikrobiologi Persiapan dan pembuatan media
Penanaman (inokulasi) sampel obat tradisional ke dalam media
kultur inkubasi hingga diperoleh hasil perhitungan.

C. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Media
a. Pelarutan Media
Sejumlah media ditimbang Dimasukkan ke dalam labu
erlenmayer yang bersih dan kering Ditambahkan aquades
sebanyak yang dibutuhkan Dimasukkan stirrer
dipanaskan diatas hot plate stirer hingga suspensi larut dan
homogen.

b. Sterilisasi Media
Labu Erlenmayer disumbat menggunakan kapas yang sudah
dibalut dengan kain kassa Ditutup menggunakan
alumunium foil Media disterilisasi dengan dimasukkan ke
dalam autoclav dengan suhu 121 0C selama 15 menit dengan
tekanan 1 atm.

2. Persiapan Dan Homogenisasi Sampel Obat Tradisional MA


PPOM 94/MIK/06
a. Persiapan wadah / kemasan
Diperlukan alat alat untuk persiapan sampel seperti gunting, spatula, pinset
Alat ini dapat disterilkan sesaat sebelum pengujian dengan pemanasan
langsung.

1) Wadah terbuat dari plastik


atau kertas
Bagian wadah yang akan dibuka
dibersihkan dengan kapas
beralkohol 70% Dibuka secara
aseptik didekat nyala api Bunsen.

2) Wadah botol kaca


Sumbat atau tutup botol serta
bagian yang akan dibuka
dibersihkan denga kapas
beralkohol 70% Dibuka secara
aseptik di dekat nyala api bunsen.

b. Homogenisasi sampel Sediaan berbentuk serbuk


Dengan cara aseptik ditimbang 10 gram cuplikan kedalam wadah steril
Ditambahkan 90 mL LB.
Jika jumlah kurang dari 10 gram, maka pengambilan cuplikan dan pengencer
disesuaikan hingga diperoleh suspensi pengenceran 1 : 10 dan dikocok
homogen.

10 gr
Sampel +
90 mL
Pelarut LB

Blanko
1 mL
15-20 mL
LB+ 15PCA
20 mL
PCA
Uji BLANGKO

10-2

9 mL LB

1 mL

9 mL LB

9 mL LB

10-5
10-3
10-4
15 - 20 mL PCA +1%TTC 0,5%

15-20 mL PCA +1%TTC 0,5%


Inkubasi 32,5 2,5oC, 48-72 Jam

10-6

1 mL

9 mL LB

1 mL

1 mL

1 mL

1 mL

9 mL LB

1 mL

1 mL

1 mL

1 mL

m
L

10-1

3. Uji Angka Lempeng Total Dalam Jamu Bentuk Serbuk MA PPOM


18/MI/10
b. Perhitungan
Cawan Petri dari suatu pengenceran dipilih yang menunjukkan jumlah koloni antara 30300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung dan dikalikan dengan faktor
pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap gram
sampel. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas maka
diikuti petunjuk sebagai berikut:
1) Bila salah satu dari cawan Petri menunjukkan jumlah koloni, dihitung jumlah rata-rata
koloni kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai
Angka lempeng Total dalam tiap gram sampel.
2) Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan
jumlah koloni antara 30-300, maka dihitung jumlah koloni dari masing-masing tingkat
pengenceran, kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya. Apabila hasil
perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar
dari 2 kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka Angka Lempeng Total
dipilih dari tingkat pengenceran yang lebih rendah (Misal pada pengenceran 10 -2 jumlah
koloni rata-rata 140, pada pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata 32, maka dipilih
jumlah koloni 140 x 102).
Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi diperoleh jumlah koloni ratarata kurang dari 2 kali jumlah rata-rata pada pengenceran dibawahnya maka Angka
Lempeng Total dihitung dari rata-rata jumlah koloni kedua tingkat pengenceran tersebut.
(Misal pada 10-2 jumlah koloni rata-rata 240, pada pengenceran 10 -3 jumlah koloni ratarata 41), maka Angka Lempeng Total adalah:
240+410 x 102 =325 x 102 koloni/g

3) Bila tidak satupun koloni tumbuh dalam cawan maka Angka Lempeng Total
dinyatakan sebagai < dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.
4) Jika cawan-cawan pada semua pengenceran mempunyai jumlah

koloni kurang dari 30, dicatat jumlah koloni yang ada pada
pengenceran terendah (kecali bila ada spreader). Misal pada
pengenceran 10-1 jumlah koloni yang tumbuh 4 dan 6, jumlah koloni
rata-rata 5, maka ALT 5 x 10 koloni/g.
5) Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni lebih dari 300, dipilih
cawan dari tingkat pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi
beberapa sektor (2, 4, atau 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu
sektor. Angka Lempeng Total adalah jumlah koloni dikalikan dengan
jumlah sektor, kemudian dihitung rata-rata dari kedua cawan dan
dikalikan dengan faktor pengenceran.
6) Jumlah koloni rata-rata 1/8 bagian cawan lebih dari 200, maka Angka
Lempeng Total dinyatakan lebih besar dari 200 x 8 dikalikan faktor
pengenceran.
7) Penghitungan dan pencatatan hasil Angka Lempeng Total hanya
ditulis dalam dua angka. Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila
kurang dari 5 dan dibulatkan ke atas apabila lebih dari 5.
Sebagai contoh: Jumlah koloni 523.000 dibukatkan menjadi 52 x 104,
untuk 83.600 dibulatkan menjadi 84 x 103.

8) Jika dijumpai koloni spreader meliputi seperempat sampai


setengah bagian cawan, maka dihitung koloni yang tumbuh di luar
daerah spreader dengan keadaan seperti diatas, maka dicatat
sebagai Spr.
Untuk keadaan ini harus dicari penyebabnya dan diperbaiki cara
kerjanya (pengujian diulang).
9) Jika dijumpai koloni spreader tipe rantai, maka tiap satu deret
koloni yang terpisah dihitung sebagai satu koloni, dan bila dalam
kelompok spreader terdiri dari beberapa rantai, maka tiap rantai
dihitung sebagai satu koloni.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
A. Pemerian Sampel
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa hasil
pemerian pada sampel obat tradisional yaitu berbentuk serbuk,
warna coklat muda, dan berbau khas jamu.

2. Uji Angka Lempeng Total


Berdasarkan Uji Angka Lempeng Total (ALT) yang dilakukan pada
sampel obat tradisional sediaan serbuk didapatkan hasil sebagai
berikut:

2. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan atau pembacaan koloni bakteri yang


tumbuh maka diketahui bahwa yang memiliki jumlah koloni
antara 30-300 adalah pada pengenceran 10 -5. Maka perhitungan
Angka Lempeng Total (ALT) pada sampel obat tradisional bentuk
serbuk diketahui bahwa contoh sampel tersebut diatas memiliki
total cemaran bakteri sebanyak 36 X 10 5 koloni/g atau sama
3.600.000 koloni/g. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan RI No. 12 tahun 2014 tentang persyaratan
mutu obat tradisional, syarat ALT bentuk serbuk adalah 1 x 10 6
koloni/g atau kurang atau sama dengan 1.000.000 koloni/g.

Hal ini menunjukkan bahwa contoh sampel diatas tidak


memenuhi syarat (TMS) uji kelayakan mutu karena mengandung
jumlah mikroba lebih dari jumlah yang sudah ditentukan.

Sampel obat tradisional ini tidak memenuhi syarat kelayakan


mutu, hal tersebut mengindikasikan bahwa di dalam proses
pembuatan, pengemasan, maupun penyimpanan sampel ini
belum menerapkan kehigienisan di dalam produksinya.

BAB VI
KESIMPULAN
1. Cara menganalisis sampel obat tradisonal bentuk serbuk di
Laboratorim Mikrobilogi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
di Yogyakarta secara mikrobiologi yaitu dengan menggunakan
parameter uji Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang
Khamir.
2. Jumlah Angka Lempeng Total (ALT) pada sampel obat tradisional
bentuk serbuk adalah 36 105 koloni/g.
3. Tingkat kelayakan mutu sampel obat tradisional bentuk serbuk
diatas tidak memenuhi syarat (TMS) kelayakan mutu karena
mengandung jumlah mikroba lebih dari jumlah yang sudah
ditentukan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan RI No. 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat
tradisional.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai