Batubara di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Batubara
Disusun Oleh :
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................. 1
Daftar Isi...................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 3
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 4
2.1
2.2
2.3
BAB I Pendahuluan
Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya
dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar
kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya.
Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain terdapat
di
Ombilin,
Bayah,
Kalimantan
Tenggara,
Sulawesi
Selatan,
dan
sebagainya.
Kedua,
batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada cekungan foreland terdapat di Tanjung Enim
Sumatera Selatan. Ketiga, batubara delta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur
(Anggayana 1999).
Batubara Indonesia dikenal sebagai batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah. Kondisi ini
menyebabkan batubara Indonesia sangat kompetitif di pasaran dunia karena dianggap sebagai batubara
yang ramah lingkungan. Sejumlah data memang menunjukkan kisaran kandungan sulfur yang secara
signifikan rendah pada batubara Indonesia.
BAB II Pembahasan
2.1 Penyebaran Batubara di Indonesia
Dari peta diatas bisa dilihat potensi batubara di Indonesia sangatlah melimpah, ada sekitar 18
provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu :
Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua provinsi di Kalimantan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.
Sebenarnya jika dimanfaatkan secara seksama maka batubara pun bisa dijadikan sumber
energi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan idustri, kegiatan rumahan
dsb.
Perlu kita ketahui bahwa batubara merupakan bahan tambang yang sangat lama untuk
terbarukan, perlu jutaan tahun untuk mendapatkan batubara, jadi dalam menggunakan bahan
tambang yang tidak terbarukan secara cepat haruslah secara sedikit demi sedikit, jangan
digunakan secara berlebihan.
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak tahun
2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia kemudian menjadi eksportir terdepan
batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas
menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram)
yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara
Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat
ini diteruskan. Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-10 dengan sekitar 3.1 persen dari total cadangan batubara global terbukti
berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara
total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang
memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara terbesar
di Indonesia adalah
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan banyak pelaku
skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara (terutama di Sumatra
dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali untuk
investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara
dalam negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif masih rendah. Ekspor batubara
Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya dijual di pasar
domestik.
2.2 Karakter Batubara di Indonesia
Batubara Indonesia dikenal sebagai batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah.
Kondisi ini menyebabkan batubara Indonesia sangat kompetitif di pasaran dunia karena dianggap
sebagai batubara yang ramah lingkungan. Sejumlah data memang menunjukkan kisaran
kandungan sulfur yang secara signifikan rendah pada batubara Indonesia. Namun demikian,
sesungguhnya belum ada penelitian yang dilakukan khusus untuk mempelajari kandungan sulfur
dalam batubara Indonesia. Data hasil analisis kandungan sulfur batubara yang diperoleh dari
berbagai daerah di Indonesia baru memperlihatkan gambaran kualitas secara local baik dari
daerah konsesi penambangan suatu perusahaan maupun dari hasil penyelidikan yang bersifat
sporadis. Begitu pula, sejauh ini belum ada publikasi yang secara khusus memberi informasi
mengenai kandungan sulfur dalam batubara Indonesia.
Sebaran endapan batubara Indonesia yang berpotensi ekonomis, sebagian besar terdapat di
Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan studi pembentukan endapan batubara, sebagian besar dari
batubara tersebut berasal dari endapan gambut yang terbentuk dalam iklim equatorial yang kaya
akan curah hujan. Gambut tersebut tumbuh sebagai domed peat yang berkembang di atas rata-rata
permukaan air tanah, satu keadaan yang menyebabkan gambut sangat sedikit mendapat pengaruh
dari water-borne mineral sehingga menghasilkan batubara yang secara umum mempunyai kadar
abu dan sulfur yang rendah. Secara umum endapan batubara di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu batubara Paleogen dan batubara Neogen. Endapan batubara tersebut
terdapat dalam cekungan- cekungan pengendapan yang tersebar di wilayah Indonesia. Gambar 1
menunjukkan sebaran cekungan utama yang mengandung endapan batubara.
Batubara Neogen
Terbentuk dalam sistem Intermountain dan Terbentuk dalam sistem back deep, deltaic dan
continental margin basins dalam lingkungan continental margin basin dalam lingkungan
pengendapan transgresi.
regeresi
Ketebalan batubara bervariasi, pada umumnya
jauh lebih tebal dari batubara Neogen
Kadar abu dan sulfur yang rendah
Sebagian besar berjenis sub-bituminous dan
investasi untuk memperluas kapasitas produksi mereka. Hal ini menyebabkan kelebihan suplai
yang sangat besar dan diperburuk oleh antusiasme para penambang batubara di tahun 2010-2013
untuk memproduksi dan menjual batubara sebanyak mungkin - karena rendahnya harga batubara
global - dalam rangka menghasilkan pendapatan dan keuntungan.
Walaupun kesadaran global telah dibangun untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil, perkembangan sumber energi terbarukan tidak menujukan indikasi bahwa
ketergantungan pada bahan bakar fosil (terutama batubara) akan menurun secara signifikan dalam
waktu dekat, sehingga batubara terus menjadi sumber energi vital. Kendati begitu, teknologi
batubara bersih dalam pertambangan batubara akan sangat diperlukan di masa mendatang
(sebagian karena faktor komersil) dan Indonesia diharapkan akan terlibat secara aktif di dalam
proses tersebut sebagai salah satu pelaku utama di sektor pertambangan batubara. Teknologi
batubara bersih ini difokuskan untuk mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
bertenaga batubara namun teknologi ini belum berkembang cukup baik. Kegiatan-kegiatan hulu
yang terkait dengan pertambangan batubara, seperti pengembangan waduk-waduk coalbed
methane (CBM) yang potensinya banyak dimiliki oleh Indonesia, telah mulai mendapatkan
perhatian belakangan ini.
Kebijakan Pemerintah Indonesia akan mempengaruhi industri pertambangan batubara
nasional. Untuk memperoleh suplai dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
Indonesia meminta para produsen batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk
konsumsi dalam negeri. Selain itu, Pemerintah dapat menggunakan pajak ekspor untuk
mengurangi ekspor batubara. Pemerintah ingin meningkatkan konsumsi domestik batubara
sehingga batubara mensuplai sekitar 30% dari pencampuran energi nasional pada tahun 2025:
Energy
Minyak Bumi
Batubara
Gas Alam
Energi Terbarukan
Mix Energy
2011
50%
24%
20%
6%
six
2025
23%
30%
20%
26%
batubara tidak akan terpengaruh oleh pelarangan ini sesuai dengan pernyataan pemerintah pada
tahun 2012, sehingga batubara dapat terus diekspor tanpa diolah terlebih dahulu.
10
11
Daftar Pustaka
Terdapat pada http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236
Terdapat pada http://unagyajeng.blogspot.com/2012/06/adawiyah-1021700542b-batu-bara-di.html
Terapdapat pada http://ruanasagita.blogspot.com/2013/05/4-daerah-penghasilbatubara-di-indonesia.html
Terdapat
pada
batubara/
12
https://geologidokterbumi.wordpress.com/kuliah/geologi-