Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah

Batubara di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Batubara

Disusun Oleh :

Muhamad Rizal Hidayat (270110130091)


GEOLOGI C

Fakultas Teknik Geologi


Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2015

Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya


layak untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Batubara di Indonesia.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada: Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalh ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat diterima oleh dosen
dan juga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jatinangor, 9 November 2015


Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................. 1
Daftar Isi...................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 3
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 4
2.1

Penyebaran Batubara di Indonesia........................................................................4

2.2

Karakter Batubara di Indonesia............................................................................5


Cekungan Batubara Paleogen............................................................................6
Cekungan Batubara Neogen.............................................................................. 7

2.3

Indusrti Pertambangan di Indonesia......................................................................8

BAB III Penutup...................................................................................................... 11


Daftar Pustaka......................................................................................................... 12

BAB I Pendahuluan
Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya
dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar
kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya.
Pertama, batubara paleogen yaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekungan intramontain terdapat
di

Ombilin,

Bayah,

Kalimantan

Tenggara,

Sulawesi

Selatan,

dan

sebagainya.

Kedua,

batubara neogen yakni batubara yang terbentuk pada cekungan foreland terdapat di Tanjung Enim
Sumatera Selatan. Ketiga, batubara delta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur
(Anggayana 1999).
Batubara Indonesia dikenal sebagai batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah. Kondisi ini
menyebabkan batubara Indonesia sangat kompetitif di pasaran dunia karena dianggap sebagai batubara
yang ramah lingkungan. Sejumlah data memang menunjukkan kisaran kandungan sulfur yang secara
signifikan rendah pada batubara Indonesia.

BAB II Pembahasan
2.1 Penyebaran Batubara di Indonesia

Dari peta diatas bisa dilihat potensi batubara di Indonesia sangatlah melimpah, ada sekitar 18
provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu :
Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, semua provinsi di Kalimantan, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.
Sebenarnya jika dimanfaatkan secara seksama maka batubara pun bisa dijadikan sumber
energi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan idustri, kegiatan rumahan
dsb.
Perlu kita ketahui bahwa batubara merupakan bahan tambang yang sangat lama untuk
terbarukan, perlu jutaan tahun untuk mendapatkan batubara, jadi dalam menggunakan bahan
tambang yang tidak terbarukan secara cepat haruslah secara sedikit demi sedikit, jangan
digunakan secara berlebihan.
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak tahun
2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia kemudian menjadi eksportir terdepan
batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor terdiri dari jenis kualitas
menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram)
yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara
Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat produksi saat
ini diteruskan. Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-10 dengan sekitar 3.1 persen dari total cadangan batubara global terbukti
berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan batubara

total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-bituminous) yang
memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Sejumlah kantung cadangan batubara yang lebih kecil terdapat di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah dengan cadangan batubara terbesar
di Indonesia adalah
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur

Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan banyak pelaku
skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang batubara (terutama di Sumatra
dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali untuk
investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor dan penjualan batubara
dalam negeri. Penggunaan batubara dalam negeri secara relatif masih rendah. Ekspor batubara
Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara, sisanya dijual di pasar
domestik.
2.2 Karakter Batubara di Indonesia
Batubara Indonesia dikenal sebagai batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah.
Kondisi ini menyebabkan batubara Indonesia sangat kompetitif di pasaran dunia karena dianggap
sebagai batubara yang ramah lingkungan. Sejumlah data memang menunjukkan kisaran
kandungan sulfur yang secara signifikan rendah pada batubara Indonesia. Namun demikian,
sesungguhnya belum ada penelitian yang dilakukan khusus untuk mempelajari kandungan sulfur
dalam batubara Indonesia. Data hasil analisis kandungan sulfur batubara yang diperoleh dari
berbagai daerah di Indonesia baru memperlihatkan gambaran kualitas secara local baik dari
daerah konsesi penambangan suatu perusahaan maupun dari hasil penyelidikan yang bersifat
sporadis. Begitu pula, sejauh ini belum ada publikasi yang secara khusus memberi informasi
mengenai kandungan sulfur dalam batubara Indonesia.

Sebaran endapan batubara Indonesia yang berpotensi ekonomis, sebagian besar terdapat di
Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan studi pembentukan endapan batubara, sebagian besar dari
batubara tersebut berasal dari endapan gambut yang terbentuk dalam iklim equatorial yang kaya
akan curah hujan. Gambut tersebut tumbuh sebagai domed peat yang berkembang di atas rata-rata
permukaan air tanah, satu keadaan yang menyebabkan gambut sangat sedikit mendapat pengaruh
dari water-borne mineral sehingga menghasilkan batubara yang secara umum mempunyai kadar
abu dan sulfur yang rendah. Secara umum endapan batubara di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu batubara Paleogen dan batubara Neogen. Endapan batubara tersebut
terdapat dalam cekungan- cekungan pengendapan yang tersebar di wilayah Indonesia. Gambar 1
menunjukkan sebaran cekungan utama yang mengandung endapan batubara.

Cekungan Batubara Paleogen


Cekungan pembawa batubara berumur Paleogen terbentuk pada awal Tersier sedangkan
pengendapan batubaranya diduga berawal pada Eosen Tengah. Cekungan batubara Paleogen
terbentuk dalam sistem cekungan intramontane dan continental margin. Batubara
diendapkan dalam lingkungan yang sedikit sekali berhubungan dengan kondisi geografi atau
pengendapan peat modern saat ini. Berbeda dengan batubara Paleogen, pembentukkan
batubara yang berumur Neogen berdasarkan penelitian terdahulu, dikendalikan oleh pola
aliran air yang dianalogikan dengan pola pengendapan peat modern di Sumatera dan
Kalimantan saat ini. Endapan batubara Paleogen ditemukan di Cekungan Ombilin di
Sumatera Barat, Cekungan Sumatera Tengah di Riau, Pasir dan Asam-asam di Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Timur, Barito di Kalimantan Selatan dan Tengah serta Cekungan
Ketungau di Kalimantan Barat. Endapan batubara Paleogen yang tidak luas juga ditemukan
di Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Tabel 1 memperlihatkan kualitas batubara rata-rata dari
berbagai conto batubara Paleogen. Endapan batubara Paleogen terbentuk dalam extensional
structural setting di lingkungan pengendapan transgresi. Batubaranya memiliki karakteristik
kadar abu dan sulfur yang tinggi. Batubara Paleogen juga cenderung tidak tebal. Endapan
yang mempunyai nilai ekonomis pada umumnya memiliki ketebalan 4 hingga 6 meter. Rank
dari batubara Paleogen secara umum lebih tinggi dari batubara Neogen dengan nilai kalori
yang lebih tinggi dan kadar kelembaban yang rendah. Beberapa endapan batubara Paleogen
di Indonesia memiliki kriteria yang tepat untuk tambang permukaan seperti ketebalan,
struktur geologi yang sederhana dan kualitas yang diinginkan pasar, sehingga sangat
mendukung sebagai komoditi ekspor untuk thermal coal.

Cekungan Batubara Neogen


Cekungan batubara Neogen terbentuk pada awal Tersier Tengah dalam system cekungan
foreland, delta dan continental margin serta diendapkan dalam lingkungan regresi. Batubara
Neogen pada umumnya jauh lebih tebal dari batubara Paleogen, bahkan ditemukan endapan
dengan ketebalan lebih dari 30 meter. Batubara Neogen juga memiliki karakteristik kadar
abu dan sulfur yang rendah, bahkan sebagian batubara ini memiliki kadar abu dan sulfur
yang sangat rendah (<1%). Tabel 2 memperlihatkan kualitas batubara rata-rata dari beberapa
conto batubara Neogen di Indonesia. Endapan batubara Neogen ditemukan di Cekungan
Sumatera Selatan, Cekungan Bengkulu, Cekungan Meulaboh di Aceh, Kutai dan Tarakan di
Kalimantan Timur dan Cekungan Barito di Kalimantan Selatan. Walaupun sebagian batubara
Miosen-Pliosen memiliki endapan dengan ketebalan yang memungkinkan untuk ditambang
secara komersil, ditambah kadar abu dan sulfur yang rendah serta struktur geologi yang
sederhana, rank dari batubara ini bervariasi. Sebagian besar memiliki rank rendah (lignite)
dengan kadar moisture yang tinggi dan nilai kalori yang rendah. Hal inilah yang menjadi
kendala dalam pemasaran batubara Neogen sebagai komoditi ekspor. Sebagian besar
batubara Neogen rank rendah saat ini dimanfaatkan untuk keperluan dalam negeri sebagai
sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik. Di beberapa daerah, terdapat pula endapan
batubara Neogen yang memiliki rank tinggi hingga antrasit. Ini disebabkan sebagian
batubara tersebut terkena thermal effect dari suatu kegiatan magma. Sebagai contoh adalah
batubara Bukit Asam, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan dengan skala yang lebih kecil
di Cekungan Kutai. Berdasarkan karakter dari masingmasing kelompok batubara seperti
yang diuraikan di atas, maka dapat dibuat suatu ringkasan yang memperlihatkan
perbandingan secara umum kedua kelompok batubara Indonesia (Tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan Karakteristik Batubara Paleogen dan Neogen


Batubara Paleogen

Batubara Neogen

Terbentuk dalam sistem Intermountain dan Terbentuk dalam sistem back deep, deltaic dan
continental margin basins dalam lingkungan continental margin basin dalam lingkungan
pengendapan transgresi.

Batubara relatif tipis tapi kontinyu.


Kadar abu dan sulfur yang lebih tinggi

regeresi
Ketebalan batubara bervariasi, pada umumnya
jauh lebih tebal dari batubara Neogen
Kadar abu dan sulfur yang rendah
Sebagian besar berjenis sub-bituminous dan

Rank tinggi dengan kadar moisture yang lignite dengan


rendah dan nilai kalori yang tinggi

kadar moisture yang tinggi dan nilai kalori yang


rendah.

Umumnya merupakan batubara komoditi


ekspor

Sebagian besar dimanfaatkan untuk keperluan


dalam negeri
terutama sebagai steaming coal

2.3 Indusrti Pertambangan di Indonesia


Boom komoditas pada era 2000-an menghasilkan keuntungan yang signifikan untuk
perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam ekspor batubara. Kenaikan harga komoditas ini sebagian besar - dipicu oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Kendati begitu,
situasi yang menguntungkan ini berubah pada saat terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008
ketika harga-harga komoditas menurun begitu cepat. Indonesia terkena pengaruh faktor-faktor
eksternal ini karena ekspor komoditas (terutama untuk batubara dan minyak sawit) berkontribusi
untuk sekitar 50% dari total ekspor Indonesia, sehingga membatasi pertumbuhan PDB tahun 2009
sampai 4,6% (yang boleh dikatakan masih cukup baik, terutama didukung oleh konsumsi
domestik). Pada semester 2 tahun 2009 sampai awal tahun 2011, harga batubara global
mengalami rebound tajam. Kendati begitun, penurunan aktivitas ekonomi global telah
menurunkan permintaan batubara, sehingga menyebabkan penurunan harga batubara yang
dimulai dari awal tahun 2011.
Selain dari lambatnya pertumbuhan ekonomi global (dan penurunan besar-besaran
perekonomian RRT), penurunan permintaan komoditas, ada pula faktor lain yang berperan. Pada
era boom komoditi 2000-an yang menguntungkan, banyak perusahaan pertambangan baru yang
didirikan di Indonesia sementara perusahaan-perusahaan tambang yang sudah ada meningkatkan

investasi untuk memperluas kapasitas produksi mereka. Hal ini menyebabkan kelebihan suplai
yang sangat besar dan diperburuk oleh antusiasme para penambang batubara di tahun 2010-2013
untuk memproduksi dan menjual batubara sebanyak mungkin - karena rendahnya harga batubara
global - dalam rangka menghasilkan pendapatan dan keuntungan.
Walaupun kesadaran global telah dibangun untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil, perkembangan sumber energi terbarukan tidak menujukan indikasi bahwa
ketergantungan pada bahan bakar fosil (terutama batubara) akan menurun secara signifikan dalam
waktu dekat, sehingga batubara terus menjadi sumber energi vital. Kendati begitu, teknologi
batubara bersih dalam pertambangan batubara akan sangat diperlukan di masa mendatang
(sebagian karena faktor komersil) dan Indonesia diharapkan akan terlibat secara aktif di dalam
proses tersebut sebagai salah satu pelaku utama di sektor pertambangan batubara. Teknologi
batubara bersih ini difokuskan untuk mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
bertenaga batubara namun teknologi ini belum berkembang cukup baik. Kegiatan-kegiatan hulu
yang terkait dengan pertambangan batubara, seperti pengembangan waduk-waduk coalbed
methane (CBM) yang potensinya banyak dimiliki oleh Indonesia, telah mulai mendapatkan
perhatian belakangan ini.
Kebijakan Pemerintah Indonesia akan mempengaruhi industri pertambangan batubara
nasional. Untuk memperoleh suplai dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
Indonesia meminta para produsen batubara untuk mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk
konsumsi dalam negeri. Selain itu, Pemerintah dapat menggunakan pajak ekspor untuk
mengurangi ekspor batubara. Pemerintah ingin meningkatkan konsumsi domestik batubara
sehingga batubara mensuplai sekitar 30% dari pencampuran energi nasional pada tahun 2025:
Energy
Minyak Bumi
Batubara
Gas Alam
Energi Terbarukan

Mix Energy

2011
50%
24%
20%
6%

six

2025
23%
30%
20%
26%

Perkembangan terkini lainnya adalah bahwa pemerintah Indonesia bermaksud untuk


membatasi pengiriman seluruh bahan mentah (kecuali batubara), dan mewajibkan sektor
pertambangan untuk menambahkan nilai pada produk sebelum pelaksanaan ekspor. Pada
awalnya, rencana ini dibuat untuk melarang ekspor bahan mentah dari tahun 2014 dan seterusnya.
Baru-baru ini, Pemerintah menyatakan akan bersikap lebih fleksibel untuk pelarangan ini dan
mengungkapkan bahwa sebagian ekspor dapat dilanjutkan dengan syarat-syarat tertentu. Sektor

batubara tidak akan terpengaruh oleh pelarangan ini sesuai dengan pernyataan pemerintah pada
tahun 2012, sehingga batubara dapat terus diekspor tanpa diolah terlebih dahulu.

10

BAB III Penutup


Ada sekitar 18 provinsi yang menyimpan potensi batubara, yaitu : Nanggroe Aceh Darusalam,
Sumatera, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur, semua provinsi di Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua.
Sebenarnya jika dimanfaatkan secara seksama maka batubara pun bisa dijadikan sumber
energi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan idustri, kegiatan rumahan
dsb.
Perlu kita ketahui bahwa batubara merupakan bahan tambang yang sangat lama untuk
terbarukan, perlu jutaan tahun untuk mendapatkan batubara, jadi dalam menggunakan bahan
tambang yang tidak terbarukan secara cepat haruslah secara sedikit demi sedikit, jangan digunakan
secara berlebihan.
Batubara Indonesia dikenal sebagai batubara yang memiliki kadar sulfur yang rendah. Kondisi
ini menyebabkan batubara Indonesia sangat kompetitif di pasaran dunia karena dianggap sebagai
batubara yang ramah lingkungan. Sejumlah data memang menunjukkan kisaran kandungan sulfur
yang secara signifikan rendah pada batubara Indonesia.

11

Daftar Pustaka
Terdapat pada http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236
Terdapat pada http://unagyajeng.blogspot.com/2012/06/adawiyah-1021700542b-batu-bara-di.html
Terapdapat pada http://ruanasagita.blogspot.com/2013/05/4-daerah-penghasilbatubara-di-indonesia.html
Terdapat
pada
batubara/

12

https://geologidokterbumi.wordpress.com/kuliah/geologi-

Anda mungkin juga menyukai