Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
2.
3.
Penetapan kadar Ciprofloksasin dalam sediaan tablet dengan metode Titrasi Bebas
Air dimana sampel ditambahkan asam asetat glasial dan dititrasi dengan larutan
baku asam perklorat dengan penambahan indikator Kristal violet, dimana titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi biru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas dan sesuai untuk
mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Kloramfenikol mempunyai rasa sangat pahit karena itu untuk sediaan sirup
digunakan bentuk ester palmitat atau suksinat supaya rasanya tidak pahit.
Kloramfenikol juga dapat mengalami kerusakan akibat cahaya (fotodegradasi) yang
menghasilkan warna kuning sampai kecoklatan karena terjadi proses oksidasi,
reduksi,
dan
kondensasi
yang
secara
berurutan
akan
menghasilkan
4-
termasuk
antibiotik
golongan
flurokuinolon.
Golongan
flurokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisidal. (2)
4. Tetrasiklin
Doksisiklin termasuk antibiotik golongan tetrasiklin. Golongan tetrasiklin
menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom. Paling sedikit terjadi 2 proses
dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif, pertama yang
disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua iialah sistem transpor aktif. Setelah
masuk maka, antibiotik berikatan dengan ribosom 305 dan menghalangi masuknya
kompleks tRNA asam amino pada lokasi asam amino. (2)
5. Metronidazol
Metronidazol ialah (1-hidroksi etil)-2 metil-5-nitromidazol yang berbentuk
Kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol. Metronidazol
memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai saat ini belum ditemukan amuba
yang resisten terhadap metronidazol. (2)
Banyak senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, bila dilarutkan dalam
pelarut organik akan menaikkan sifat asam atau basanya. Dengan demikian perlu
pemilihan pelarut yang sesuai untuk menentukan berbagai macam senyawa dengan
titrasi dalam lingkungan bebas air.
Garam-garam asam halida dapat dititrasi dalam asam cuka setelah
penambahan raksa (II) asetat yang dapat merubah ion halida menjadi raksa (II)
halide yang tidak terdisossiasi. (3).
Teori TBA sangat singkat, sebagai berikut air dapat bersifat asam lemah dan
basa lemah. Oleh karena itu, dalam lingkungan air, air dapat berkompetisi dengan
asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi
proton.
Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat
diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium
bebas air. Dalam TBA biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrida dengan
tujuan untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat
Jika basa yang dianalisis dalam bentuk garam yang berasal dari asam lemah,
maka penghilangan anion yang berasal dari asam kurang, begitu penting. Akan
tetapi, jika basa dalam bentuk garam klorida atau bromida, maka bromida atau
klorida harus dihilangkan sebelum dititrasi. Penghilangan bromida atau klorida
dilakukan dengan penambahan merkuri asetat. Adanya asam klorida atau bromida
dan asam-asam kuat lain harus dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan
kadar tidak kuantitatif karena asam-asam kuat ini juga bisa bereaksi dengan
senyawa sampel yang bersifat basa. (5)
Pada pelaksanaan titrasi dalam pelarut bebas air sebenarnya tidak berbeda
dengan titrasi dalam larutan air. Titik akhir dalam hal ini dapat kembali ditentukan
secara elektometri atau dengan bantuan indikator. Harus diperhatikan bahwa larutan
asam asetat menunjukkan pemuaian termik yang besar. Berdasarkan ini maka harus
bekerja dengan larutan dengan suhu sama atau volume pentitrasi harus dikoreksi.
Pada penggantian indikator atau pelarut, faktor larutan pengukur harus ditentukan
kembali. Dapat dimengerti, bahwa juga larutan volumetrik dan indikator serta larutan
uji harus dibuat bebas air.
Pada penentuan yang sering dalam lingkungan bebas air lebih baik
digunakan buret automatik. Untuk penentuan tunggal digunakan buret yang lazim.
Untuk wadah persediaan larutan pengukur dan larutan indikator digunakan wadah
gelas yang tertutup. (6)
Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat
sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah
dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar baku primer. Penggunaan
utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi (II) dalam asam klorida. (7)
2.
Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium dikromat
2 Cr3+ + 7 H2O
Aqua destillata
Nama lain
RM/BM
:
H2O/18,02
Sebagai pelarut
:
:
Nama resmi
Nama lain
Asam asetat
RM / BM
C2H4O2/60,05
Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk, rasa yang tajam
Dapat bercampur baik dengan air, etanol, dan dengan gliserol
Penyimpanan
Kegunaan
Sebagai pelarut
: Acidum Sulfuricum
Nama Lain
: Asam Sulfat
RM/BM
: H2SO4 / 98,07
: Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam
air menimbulkan panas
Penyimpanan
4. Amilum (9)
: Amilum solani
: Pati kentang
: Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam asam
asetat glasial P. larutannya berwarna lembayung tua
Kegunaan
: Sebagai indikator
Kelarutan
Kegunaan
: Sebagai titran
8. Kloramfenikol (9)
: Chloramphenicolum
: Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p-nitrofenil propana-1,3-diol.
: C11H12Cl2N2O5/323,12
: Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih, tidak berbau, rasa
sangat pahit.
adar
: Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95% P, sukar
larut dalam kloroform P dan eter P.
: Antibiotikum
: Sebagai sampel
: Dalam wadah tertutup baik
: Mengandung tidak kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5%.
: Chloroformum
Nama Lain
: Kloroform
RRM/BM
: CHCL3 / 119,38
: Cairan, mudah menguap ; tidak berwarna ; bau khas ; rasa manis dan membakar
: Larut dalam lebih kurang 200 bagian air ; mudah larut dalam etano mutlak P,
dalam eter P dalam sebagian besar pelarut organik dalam minyak atsiri dan dalm
minyak lemah
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai indikator
: Natrii Thiosulfas
Nama Lain
: Natrium Tiosulfat
RM/BM
: Na2S2O3.H2O / 248,17
: Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara lembab
meleleh basah ; dalam hampa udara pada suhu di atas 33 merapuh
: Larut dalam 0,5 bagian air ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan
Kegunaan
: Kalii Iodidum
Nama Lain
: Kalium Iodida
RM/BM
: KI / 166,00
: Hablur heksahedral ; transparan atau tidak berwarna, opak dan putih ; atau serbuk
butiran putih, higroskopik
: Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih ; larut dalam
etano (95%) P ; mudah larut dalam gliserol P
Penyimpanan
Titrasi bebas air setelah dihidrolisis dulu : kira-kira 150 mg zat, dilarutkan dalam 2 mL
etanol 90 %, lalu ditambahkan 5 mL HCl pekat. Larutan ini diuapkan di penangas air
sampai kering. Sisanya dikeringkan lagi pada 105C selama 15 menit, didinginkan,
kemudian dilarutkan dalam 10 mL asam asetat. Sesudah ditambahkan 5 mL larutan
raksa (II) asetat 120 mL dioksan, larutan dititrasi dengan 0,25 N asam perklorat (1/20
mmol) sampai timbul warna biru ; indikator 5 tetes larutan ungu Kristal. (11)
Metode titrasi bebas air : lebih kurang 150 mg kloramfenikol yang ditimbang
seksama dilarutkan dalam 2 mL alkohol 90% dan ditambah 5 mL asam klorida pekat
lalu dipanaskan di atas penangas air sampai kering. Residu dikeringkan pada suhu
105 C selama 15 menit. Setelah dingin, residu dilarutkan dalam 10 mL asam asetat
glasial dan ditambah 5 mL raksa (II) asetat 5 % dalam asam asetaat dan 20 mL
dioksan serta 5 tetes indikator Kristal violet. Larutan dititrasi dengan asam perklorat
0,05 N sampai terjadi warna biru. (1)
Tiap mL asam perklorat 0,05 N setara dengan 16,16 mg kloramfenikol
Larutkan 0,250 g dalam campuran 5,0 mL 0,01 M asam perklorat dan 50 mL alkohol.
Titrasi dengan 0,1 M NaOH. (10)
1 mL 0,1 M NaOH setara dengan 30,38 C17H18CINO2
3. Sefadroksil
4. Ciprofloksasin
-
Timbang setara tablet 0,1 g , 0,2 g atau 0,3 g ciprofloksasin hidroklorida. Larutkan
dengan 15 mL asam aseta glasial dan juga tambahkan raksa (II) asetat (0,5 mL, 1,0
mL, dan 1,5 mL) dan tambahkan dengan asetat anhidrat (2 mL, 4 mL, dan 5 mL).
Titrasi larutan dengan 0,1 M asam perklorat 0,5 % w/v dan gunakan Kristal violet
sebagai indikator. Catat perubahan warna.
5. Doksisiklin Hyclate
-
Metode Iodometri : timbang setara tablet doksisiklin hyclate sebanyak 1-8 mg.
Transfer ke dalam Erlenmeyer 100 mL dan tambahkan dengan 10 mL air. Larutan
diasamkan dengan penambahan 5 mL HCl 2 M. 10 mL bromate-bromide larutan (5
mM KBrO3) ditambahkan ke dalam Erlenmeyer menggunakan pipet. Campur dengan
baik dan diamkan selama 20 menit. Cuci dengan air sebanyak 5 mL dan 5 mL
kalium iodida 10 %. Kelebihan iodine kemudian dititrasi dengan 0,03 M natrium
tiosuldat dan tambahkan larutan kanji. Lakukan titrasi blanko.
Tambahkan 2 tetes Kristal violet sebagai indikator dan titrasi dengan asam perklorat
0,01 M dengan titik akhir titrasi berwarna biru. Lakukan titrasi blanko.
6. Metronidazol
-
B. Uji Kualitatif
1. Kloramfenikol
- Sejumlah 10 mg zat dan 2,0 g NaOH ditambahkan 3 ml air, lalu dipanaskan
samapi mendidih, larutan berwarna kuning kuat. (11)
C. Prosedur Preparatif
1. Kloramfenikol
Dua kapsul setara dengan 300 mg kloramfenikol ditimbang seksama,
dilarutkan dalam alcohol 95% v/v dan disaring endapan yang tidak larut.
Endaan tersebut kemudian dikeringkan di water bath. Material yang telah
kering kemudian dilarutkan di air hangat, disaring jika perlu, dan buat volume
hinga 500 ml.
2. Ampisilin dan Amoksisilin
20 tablet/20 kapsul ditimbang seksama dan digerus hingga menjadi serbuk.
Serbuk yang setara 500 mg amoksisilin dimasukkan ke dalam beker 250 ml
dan larutkan dengan 100 ml air panas. Dinginkan, kemudian masukkan
larutan ke erlenmeyer 250 ml yang telah dikalibrasi. Campur dan saring
BAB III
METODE KERJA
Alat-alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, batang pengaduk, botol
semprot, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, timbangan analitk, pipet tetes, dan pipet
skala, sendok tanduk, statif dan klem, serta rak tabung.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara aluminium foil, air suling, sampel
kapsul kloramfenikol dan tablet ciprofloksasin, reagen seperti asam asetat glasial,
indikator kanji atau indikator kloroform, indikator Kristal violet, larutan baku asam
perklorat, dan larutan baku natrium tiosulfat, larutan baku kalium dikromat.
Diambil 10 ml sampel
Ditambahkan 5 ml kloroform
5.
-
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel
Kel
Sampel
Metode
Kloramfenikol
Dikromatometri
Cyprofloksasin
Doksisiklin
TBA
TBA
Ampisilin
Iodometri
Doksisiklin
TBA
Amoksisilin
Bromometri
5
6
Amoksisilin
Doksisiklin
Ampisilin
Iodimetri
TBA
Iodometri
Normalitas
Titran (N)
N1 : 0,134
N2 : 0,098
0,0539
0,0539
Persen
Kadar (%)
102,61
N1:0,1006
N2:0,1005
0,0539
93,96
N1:0,1070
N2:0,1005
0,1505
0,0539
N1:0,1006
N2:0,1005
15,74
51,54
17,44
19,10
79,10
51,09
64,2
Data Kualitatif
Pereaksi
Zat + 2 g NaOH + 3
Y3
Kuning kuat
W5
Kuning
W2
Kuning
Q3
Kuning
Z7
Kuning
mL air
Zat + fehling A & B
Zat + formaldehid +
H2SO4
Zat + H2SO4 pekat
Zat + pereaksi
marquis
FeSO4 + HNO3
Zat + NaoH
(panaskan)
(+)
_
Kuning (+)
muda (+)
_
Kuning (+)
muda (+)
_
Kuning (+)
kuat (+)
Hijau (-)
Kuning (+)
muda (+)
_
Kuning (+)
Kuning muda
(+)
_
Jingga (-)
Jingga (-)
Kuning
muda (+)
Kuning (+)
_
Jingga (+)
Jingga (-)
_
Jingga (-)
_
_
Jingga (+)
Jingga (-)
Jingga (+)
Keterangan :
Y3=
+ kloramfenikol dan
+ Amoxicilin
W5=
+ kloramfenikol
+ ampicillin
W2=
+ kloramfenikol
+ ampicillin
Q3= + Kloramfenikol
Z7=
+ Kloramfenikol
+ Cefadroxil
BAB V
Jingga (-)
PEMBAHASAN
larutan asam dan direduksi dengan cepat pada temperature biasa menjadi garam
kromium (III) yang hijau. Warna hijau yang ditimbulkan oleh ion-ion Cr 3+ yang
terbentuk oleh reduksi kalium dikromat membuat tak mungkin titik akhir suatu titrasi
dengan dikromat hanya dengan meniliti larutan secara visual sehingga harus
digunakan suatu indikator.
Pada penetapan kadar kloramfenikol, ditimbang sampel setara 50 mg
kemudian ditambahkan dengan H2SO4 pekat sebanyak 10 mL dan ditambahkan
kalium dikromat sebanyak 20 mL kemudian dipanaskan. Penambahan H 2SO4 pekat
ini untuk membuat lingkungan sampel menjadi asam. Larutan sampel dipanaskan
selama 15 menit diatas kompor listrik, kemudian didinginkan segera. Larutan sampel
di dalam erlenmeyere didinginkan di dalam baskom yang berisi air. Kemudian
larutan sampel ditambahkan sedikit demi sedikti KI sebanyak 1 g dan didiamkan
selama 5 menit ditempat gelap sampai terus dikocok. Penambahan KI sebagai
katalisator yang mempercepat reaksi, karena titrasi dengan metode dikromatometri
berlangsung lambat. Selanjutnya, ditambahkan indikator kloroform atau indikator
kanji dan titrasi dengan natrium tiosulfat. Diamati perubahan warna yang terjadi pada
titik akhir titrasi.
Sedangkan pada penetapan kadar ciprofloksasin, menggunakan metode
titrasi bebas air. Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, tetapi menggunakan pelarut organik. Dalam metode titrasi bebas
air, tidak boleh ada air, sebab air dapat berkompetisi dengan asam-asam atau basabasa yang sangat lemah dalam hal menerima atau memberi proton. Asam perklorat
dalam larutan asam asetat merupakan asam yang paling kuat diantara asam-asam
umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah dalam medium bebas air. Dalam
titrasi bebas air biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrida dengan tujuan
untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat. Dalam percobaan ini juga
ditambahkan raksa (II) asetat yang bertujuan untuk menghilangkan bromide atau
klorida, karena adanya asam klorida/bromida dan asam-asam kuat lain harus
dihindari karena bisa mengakibatkan penetapan kadar tidak kuantitatif karena asamasam kuat ini juga bisa bereaksi dengan senyawa sampel yang bersifat basa.
Ciprofloksasin ditimbang setara 100 mg dan ditambahkan 10 mL asam asetat
glasial dan 1 mL raksa (II) asetat dan dititrasi dengan HClO 4 dengan penambahan
indikator Kristal violet.
Pada percobaan ini diperoleh hasil persen kadar kloramfenikol yaitu 102, 61
% dan persen kadar ciprofloksasin yaitu 51,54 %. Persen kadar kloramfenikol
memenuhi persyaratan sesuai dalam literatur yaitu Farmakope Indonesi Edisi III
yaitu tidak kurang dari 92,5 % dan tidak lebih dari 107,5 %. Sedangkan persen kadar
ciprofloksasin tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan literatur yaitu British
Pharmacopeia yaitu tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0 %.
Pada uji kualitatif, dilakukan uji terhadap sampel Y3, W5, W2, Q3, dan Z7.
Pada sampel Y3 dan Q3, ketika sampel direaksikan NaOH dan air, menghasilkan
warna kuning kuat. Dan pada sampel W5, W2, dan Z7 menghasilkan warna kuning
muda. Lalu, sampel Y3, W5, W2, Q3, dan Z7 ketika direaksikan dengan formaldehid
dan H2SO4, menghasilkan warna kuning. Sampel Y3 dan Q3 ketika direaksikan
denganH2SO4 menghasilkan warna kuning muda. Sampel Q3 direaksikan dengan
pereaksi Marquis menghasilkan warna kuning. Dan untuk sampel Q3 dan Z7, ketika
direaksikan dengan NaOH dan lalu dipanaskan, menghasilkan warna jingga.
Dari hasil percobaan kualitatif, dapat disimpulkan bahwa sampel Y3
mengandung kloramfenikol dan amoksisilin, sampel W5 dan W2 mengandung
kloramfenikol dan ampisilin, sampel Q3 mengandung kloramfenikol, dan sampel Z7
mengandung kloramfenikol dan sefadroksil
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini antara
lain : reagen atau pereaksi yangkurang baik kualitasnya, serta larutan baku yang
kurang murni, alat-alat laboratorium yang digunakan kurang bersih, kesalahan dalam
prosedur preparasi, human of error, serta mengambil reagen atau larutan baku yang
tidak kuantitatif.
BAB VI
PENUTUP
VI. Kesimpulan
Dari
hasil
percobaan,
pada
uji
kuantitatif,
diperoleh
persen
kadar
VI.2 Saran
Asisten agar lebih sabar dan semangat dalam membimbing praktikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
108, 119, 121
2. Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia. 622, 651
3. Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :
UNHAS. 1, 29,30, 70, 71, 74. 75, 144, 151, 196-198
4. Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4.
Jakarta : EGC. 259
5. Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia
Pelajar.142,143,144, 153, 154
Farmasi
Analisis.
Yogyakarta
Pustaka
6. Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
241, 270, 271
7. Shofyan.
2010. Macam-macam
Titrasi
Redoks.
dari http://forum.upi.edu/v3/index. Diakses tanggal 16 November 2011
Diakses
8. Budiman, Melisa. 2011. Oksidasi dengan Kalium Dikromat dan Metode Titrasi
Dikromatometri.
Diakses
darihttp://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/dikromatometri/metode-titrasidikromatometri/. Diakses tanggal 16 November 2011
9. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 42, 47, 48, 58,
94, 96, 151, 316, 598, 651, 698, 724
10. The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery Office
on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
1381, 3954
11. Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 90, 141
12. Officers of the USP convention. 2007.US Pharmacopeia 30 NF 25. United States :
The United States Pharmacopeial Convention.