PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha tidak luput
dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang mengarah pada pelanggaran
hukum demi tercapainya keuntungan yang maksimum. Bahkan mereka
melakukan persaingan curang/ persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang
tidak sehat ini akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak
dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada umumnya. Meskipun
sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999, sebenarnya pengaturan mengenai
persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai
perbuatan
melawan
hukum
dan
pasal
382
bis
KUH
Pidana.
tertinggal dari perkembangan bisnis dan dunia usaha, maka hukum dituntut untuk
merespon segala seluk beluk kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai
suatu fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum menjadi semakin
penting dalam menghadapi problema-problema dunia usaha yang timbul seperti
Monopoli dan Persaiangan Usaha Tidak Sehat.
Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang atau
sekelompok orang yang menguasai suatu bidang tertentu secara mutlak, tanpa
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut ambil bagian. Monopoli
diartikan sebagai suatu hak istimewa (previlege), yang menghapuskan persaingan
bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.
Pengertian monopoli dalam Blacks Law Dictionary: Monopoly is a previlege or
peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in the
exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade, manufacture
a particular article, or control the sale of the wholesupply of a particular
commodity.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan
secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan
persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan
komersial. Unfair competition is a term which may be applied generally to all
dishonest or fraudulent rivalry in trade and commerce, but is particularly applied
to the practice of endeavoring to subtitute ones own goods or products in the
markets for those of another, having and established reputation and extensive
sale, by means of imitating or counterfeiting the name, tittle, shape, or distinctive
peculiarities of the article, or the shape, color, label, wrapper or general
appearance of the package, or other such simulations, the immitation being
carried far enough to mislead the general public or deceive an unwary purchaser,
and yet not amounting to an absolute counterfeit or to the infringement of a trade
mark or trade name. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya
perusahaan-perusahaan
yang
mempunyai
keinginan
yang
tinggi
untuk
sehat.
3. Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai ruang lingkup tentang
monopoli dan persaingan curang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
no.5
Tahun
1999
tentang
Praktek
monopoli
adalah
pemusatan
kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga
menimbulkan
persaingan
usaha
tidak
sehat
dan
dapat
merugikankepentingan umum.
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti kepada
monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang
dimaksud dengan praktek monopoli adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi
oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan
atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Anti Monopoli.
kepentingan
umum
dan
meningkatkan
efisiensi
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
2. Penetapan harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian, antara lain :
a.
b.
c.
d.
barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada
harga yang telah dijanjikan.
3. Pembagian wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar
terhadap barang dan atau jasa.
4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan
usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri.
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi
dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang
bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa.
7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar
komoditas.
8. Integrasi vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk
dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap
rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik
dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.
9. Perjanjian tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b.
c.
satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Bagian Ketiga Penguasaan Pasar Pasal 19 Pelaku usaha dilarang melakukan satu
atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan;
Persekongkolan
Bagian Keempat Persekongkolan Pasal 22 Pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 48
10
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,
Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggitingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c.
penghentian
kegiatan
atau
tindakan
tertentu
yang
11
Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak
menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau
penyidikan dalam konteks pidana
Sumber :
- http://eghasyamgrint.wordpress.com/2011/05/29/pengertian-persaingan-usahatidak-sehat/
- http://fikaamalia.wordpress.com
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/kegiatan-dan-perjanjian-yg-dilaranganti-monopoli/
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-persainganusaha-tidak-sehat/
Penegakan Hukum Persaingan Usaha
Di Indonesia, esensi keberadaan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memerlukan
pengawasan dalam rangka implementasinya. Berlakunya Undang-Undang No. 5
Tahun 1999 sebagai landasan kebijakan persaingan (competition policy) diikuti
dengan berdirinya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) guna memastikan
dan melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya ketentuan dalam UndangUndang No. 5 Tahun 1999 . KPPU adalah sebuah lembaga yang bersifat
independen, dimana dalam menangani, memutuskan atau melakukan penyelidikan
suatu perkara tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun, walupun pelaksanaan
tugas
dan
wewenangnya
bertanggung
jawab
kepada
presiden.
12
menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan /atau
persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya mengenai KPPU tersebut diatur dalam
Pasal 30 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang No. 5 tahun 1999. Berdasarkan
ketentuan Pasal 30 Ayat (1) yang mengamanatkan pembentukan KPPU itu
selanjutnya diimplementasikan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia
yang
ditetapkan
pada
tanggal
18
juli
1999.
memenangkan
persaingan
antar
competitor.
http://campideal.wordpress.com/2010/08/16/ringkasan-hukum-anti-monopoli-danpersaingan-usaha/
http://alicyborg.blog.com/2011/09/20/undang-undang-anti-monopoli-dandampaknya-terhadap-bisnis-usaha-kecil-dan-menengah/
http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html
http://aindua.wordpress.com/2012/05/01/anti-monopoli-dan-persaingan-usahatidak-sehat/
13
http://rizkiimaments.wordpress.com/2011/02/19/anti-monopoli-persaingan-tidaksehat/
14