Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha tidak luput
dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang mengarah pada pelanggaran
hukum demi tercapainya keuntungan yang maksimum. Bahkan mereka
melakukan persaingan curang/ persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang
tidak sehat ini akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak
dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada umumnya. Meskipun
sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999, sebenarnya pengaturan mengenai
persaingan usaha tidak sehat didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai
perbuatan

melawan

hukum

dan

pasal

382

bis

KUH

Pidana.

Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil


perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan
curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam
karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus ribu rupiah, bila
perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren- konkuren orang lain
itu.
Dunia usaha merupakan suatu dunia yang boleh dikatakan tidak dapat
berdiri sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia lainnya turut terlibat
langsung maupun tidak langsung dengan dunia usaha ini. Keterkaitan tersebut
kadangkala tidak memberikan prioritas atas dunia usaha, yang pada akhirnya
membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu-rambu yang ada dan
seringkali bahkan mengutamakan dunia usaha sehingga mengabaikan aturanaturan yang telah ada. Pesatnya perkembangan dunia usaha adakalanya tidak
diimbangi dengan penciptaan rambu-rambu pengawas. Dunia usaha yang
berkembang terlalu pesat sehingga meninggalkan rambu-rambu yang ada jelas
tidak akan menguntungkan pada akhirnya. Apabila hukum tidak ingin dikatakan
1

tertinggal dari perkembangan bisnis dan dunia usaha, maka hukum dituntut untuk
merespon segala seluk beluk kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai
suatu fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum menjadi semakin
penting dalam menghadapi problema-problema dunia usaha yang timbul seperti
Monopoli dan Persaiangan Usaha Tidak Sehat.
Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang atau
sekelompok orang yang menguasai suatu bidang tertentu secara mutlak, tanpa
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk ikut ambil bagian. Monopoli
diartikan sebagai suatu hak istimewa (previlege), yang menghapuskan persaingan
bebas, yang tentu pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.
Pengertian monopoli dalam Blacks Law Dictionary: Monopoly is a previlege or
peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in the
exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade, manufacture
a particular article, or control the sale of the wholesupply of a particular
commodity.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan
secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan
persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan
komersial. Unfair competition is a term which may be applied generally to all
dishonest or fraudulent rivalry in trade and commerce, but is particularly applied
to the practice of endeavoring to subtitute ones own goods or products in the
markets for those of another, having and established reputation and extensive
sale, by means of imitating or counterfeiting the name, tittle, shape, or distinctive
peculiarities of the article, or the shape, color, label, wrapper or general
appearance of the package, or other such simulations, the immitation being
carried far enough to mislead the general public or deceive an unwary purchaser,
and yet not amounting to an absolute counterfeit or to the infringement of a trade
mark or trade name. Adanya persaingan tersebut mengakibatkan lahirnya
perusahaan-perusahaan

yang

mempunyai

keinginan

yang

tinggi

untuk

mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling


kaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat?


Asas dan tujuan hukum anti monopoli dan persaingan urang?
Perjanjian yang dilarang?
Kegiatan yang dilarang?
Persekongkolan
Komisi pengawas persaingan usaha dan penegakan hukum?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
2. Untuk mengetahui masalah anti monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.
3. Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai ruang lingkup tentang
monopoli dan persaingan curang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut


UU

no.5

Tahun

1999

tentang

Praktek

monopoli

adalah

pemusatan

kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu
sehingga

menimbulkan

persaingan

usaha

tidak

sehat

dan

dapat

merugikankepentingan umum.
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti kepada
monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang
dimaksud dengan praktek monopoli adalah suatu pemusatan kekuatan ekonomi
oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan
atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Anti Monopoli.

2.2Azas dan Tujuan


Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
umum.
Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :
1. Menjaga

kepentingan

umum

dan

meningkatkan

efisiensi

ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan


kesejahteraan rakyat.
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil.
3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

3.1 Perjanjian yang dilarang


1. Oligopoli
Adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya berjumlah
sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi
harga pasar.

2. Penetapan harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat
perjanjian, antara lain :
a.

Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas


barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan
pada pasar bersangkutan yang sama ;

b.

Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan


harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk
barang dan atau jasa yang sama ;

c.

Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di


bawah harga pasar ;

d.

Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa


penerima barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali

barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada
harga yang telah dijanjikan.

3. Pembagian wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar
terhadap barang dan atau jasa.

4. Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan
usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri.

5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi
dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa.

6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau
perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang

bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa.

7. Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan
atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar
komoditas.

8. Integrasi vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk
dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap
rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik
dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.

9. Perjanjian tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa
tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang
memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.

1. Kegiatan yang dilarang


Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila:
a.

barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau

b.

mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan


usaha barang dan atau jasa yang sama; atau

c.

satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian KeduaMonopsoni Pasal 18


(1) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Bagian Ketiga Penguasaan Pasar Pasal 19 Pelaku usaha dilarang melakukan satu
atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkutan;

b. atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat


mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
Pasal 21 Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya
produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan
atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
5.

Persekongkolan
Bagian Keempat Persekongkolan Pasal 22 Pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 23 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk


mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai
rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.
Pasal 24 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha
pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau

dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas,


maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

6. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen
di Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun
1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

7. Sanksi dalam Antimonopoli dan Persaingan Usaha


Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah melakukan
penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan mengenai ada
tidaknya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Masih di pasal
yang sama, KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada
pelaku usaha yang melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam
sanksi administratif diatur dalam Pasal 47 Ayat (2) UU Anti Monopoli. Meski
KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan sanksi administratif, UU Anti
Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48 menyebutkan
mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal 49.

Pasal 48

10

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14,
Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam
pidana denda serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana
kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana
denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggitingginya Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan.

Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana
tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; atau
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c.

penghentian

kegiatan

atau

tindakan

tertentu

yang

menyjavascript:void(0)ebabkan timbulnva kerugian pada pihak lain.

11

Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak
menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau
penyidikan dalam konteks pidana

Sumber :
- http://eghasyamgrint.wordpress.com/2011/05/29/pengertian-persaingan-usahatidak-sehat/
- http://fikaamalia.wordpress.com
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/kegiatan-dan-perjanjian-yg-dilaranganti-monopoli/
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/anti-monopoli-dan-persainganusaha-tidak-sehat/
Penegakan Hukum Persaingan Usaha
Di Indonesia, esensi keberadaan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memerlukan
pengawasan dalam rangka implementasinya. Berlakunya Undang-Undang No. 5
Tahun 1999 sebagai landasan kebijakan persaingan (competition policy) diikuti
dengan berdirinya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) guna memastikan
dan melakukan pengawasan terhadap dipatuhinya ketentuan dalam UndangUndang No. 5 Tahun 1999 . KPPU adalah sebuah lembaga yang bersifat
independen, dimana dalam menangani, memutuskan atau melakukan penyelidikan
suatu perkara tidak dapat dipengaruhi oleh pihak mana pun, walupun pelaksanaan
tugas

dan

wewenangnya

bertanggung

jawab

kepada

presiden.

Menurut ketentuan Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang


Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dimaksud
dengan KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam

12

menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan /atau
persaingan usaha tidak sehat. Selanjutnya mengenai KPPU tersebut diatur dalam
Pasal 30 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang No. 5 tahun 1999. Berdasarkan
ketentuan Pasal 30 Ayat (1) yang mengamanatkan pembentukan KPPU itu
selanjutnya diimplementasikan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia
No. 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia

yang

ditetapkan

pada

tanggal

18

juli

1999.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga negara


komplementer (state auxiliary) memiliki tugas yang kompleks dalam mengawasi
praktek persaingan usaha tidak sehat oleh para pelaku usaha. Hal ini disebabkan
semakin banyaknya aktifitas bisnis dalam berbagai bidang dengan modifikasimodifikasi strategis dalam

memenangkan

persaingan

antar

competitor.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 telah memberikan KPPU kewenangan yang


sangat besar dalam pelaksanaan tugas dan kewajibanya, sehingga menyerupai
lembaga peradilan (quasi judicial) sebagaimana yang diatur dalam Pasal 35 dan
Pasal 36 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yaitu memberikan kewenangan yang
sangat luas kepada KPPU sebagai penyidik, penuntut umum, maupun sebagai
pemutus terhadap tugas-tugas persaingan usaha. Dengan kewenangan tersebut,
diharapkan KPPU dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya
serta mampu beritndak secara independen.
DAFTAR PUSTAKA

http://campideal.wordpress.com/2010/08/16/ringkasan-hukum-anti-monopoli-danpersaingan-usaha/
http://alicyborg.blog.com/2011/09/20/undang-undang-anti-monopoli-dandampaknya-terhadap-bisnis-usaha-kecil-dan-menengah/
http://rujakcom.blogspot.com/2012/04/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak.html
http://aindua.wordpress.com/2012/05/01/anti-monopoli-dan-persaingan-usahatidak-sehat/

13

http://rizkiimaments.wordpress.com/2011/02/19/anti-monopoli-persaingan-tidaksehat/

14

Anda mungkin juga menyukai