Anda di halaman 1dari 12

1.

PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Metabolisme merupakan proses untuk menunjukkan reaksi kimia yang terjadi di dalam
sebuah sel hidup. Metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu: anabolisme dan katabolisme.
Reaksi anabolisme dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang mensintesis molekul yang
lebih besar dari molekul yang sederhana. Sedangkan reaksi katabolisme dapat diartikan
sebagai suatu reaksi memecah molekul yang lebih besar menjadi molekul yang lebih
kecil. Perbedaan dari kedua reaksi tersebut adalah reaksi anabolisme merupakan proses
yang memerlukan adanya energi dan juga merupakan reaksi reduksi, misalnya seperti
reaksi yang terjadi pada reaksi gelap dalam fotosintesis dimana karbon dioksida
mengalami reduksi menjadi glukosa, sedangkan reaksi katabolisme merupakan proses
yang melepaskan energi dan merupakan reaksi oksidasi, misalnya seperti pada reaksi
oksidasi glukosa yang menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi dalam bentuk ATP
(Rick Parker, 2003).
Ada 3 tahap dalam respirasi aerob. Tiga tahap tersebut adalah tahap glikolisis, oksidasi
siklus krebs, dan transport elektron. Siklus krebs adalah serangkaian reaksi yang terjadi
di mitokondria yang terkatalis oleh enzim-enzim. Aktivitas enzim sangat dipengaruhi
oleh

medium

lingkungannya.

Karenanya,

medium

harus

dipelihara

dengan

menggunakan larutan buffer atau larutan penyangga. Larutan buffer adalah larutan yang
tahan terhadap perubahan pH dengan penambahan asam atau basa (Fardiaz, 1992).
Fungsi enzim-enzim tersebut adalah mempercepat proses perpindahan elektron-elektron
dari nutrien dan untuk mengubahnya menjadi NAD+ dan FAD, memproduksi NADH (+)
H+ dan FADH2. Siklus Krebs dan rantai respirasi berguna untuk mengoksidasi nutrien
menjadi CO2 dan untuk proses pembentukan energi. Sebutan lain untuk siklus Krebs
adalah siklus asam sitrat atau siklus asam trikarboksilat (Brody, 1994).
Respirasi dapat didefinisikan sebagai proses yang melepaskan energi kimia ketika
molekul organik dioksidasi. Ketika proses tersebut terjadi di dalam sel, maka disebut
dengan respirasi internal, jaringan, atau sel. Jika proses tersebut membutuhkan oksigen
disebut respirasi aerobik sedangkan jika proses terjadi tanpa adanya oksigen disebut
respirasi anaerob (Green, et al., 1988)

Mitokondria adalah organel yang memiliki membran rangkap yang sangat penting
dalam proses respirasi, mitokondria mengandung enzimenzim yang melakukan
oksidasi, mensintesis ATP dan mengatur peredaran energi pada sel, yaitu dalam proses
metabolisme pembakaran untuk menghasilkan energi dalam sel. Pada peristiwa
pembakaran ini molekul karbon dioksidasi secara sempurna dan menghasilkan ATP,
CO2, dan H2O. Proses pembakaran dimulai dari proses glikolisis di dalam organel
sitosol dimana glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat. Kemudian asam
piruvat dari pemecahan tersebut masuk ke dalam mitokondria dan mengalami proses
dekarboksilasi menghasilkan asetil koenzim-A. Di dalam matrik mitokondria, asetil
koenzim-A dikatabolisir secara sempurna melewati jalur yang disebut jalur siklus krebs.
Dalam proses selanjutnya, ATP dibentuk melalui fosforilasi oksidatif atau fosforilasi
substrat yang berlangsung pula di dalam membran mitokondria (Kimball, 1965).
Fungsi utama siklus krebs adalah mengoksidasi gugus-gugus asetil yang masuk ke
dalam siklus berupa molekul-molekul asetil Ko-A. Reaksi itu membentuk sebuah siklus
karena gugus asetil tidak teroksidasi secara langsung, tetapi baru sesudah terikat secara
kovalen dengan molekul yang lebih besar, oksaloasetat, yang terbentuk kembali di
ujung setiap putaran siklus (Bruce & Denis, et al., 1994).
DCPIP adalah indikator redoks dan juga akseptor elektron yang berwarna biru dalam
bentuk teroksidasi dan tidak berwarna dalam bentuk yang tereduksi. Larutan ini juga
tergantung pada pH sehingga tidak hanya akan berubah dari biru menjadi tidak
berwarna, tetapi juga dapat berubah warna menjadi merah pada pH rendah (E. D. Bidoia
et. al. , 2010).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memahami oksidasi pada prodes Siklus Krebs serta
mengetahui kadar gula dalam bahan berupa buah-buahan.
2. MATERI METODE
3.
3.1. Materi
3.1.1.
Alat

4. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain tabung sentrifuge,
sentrifuge, pipet volum, pompa pilleus, beaker glass, timbangan analitik, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, kain saring, stopwatch, mortar dan alu.
5.
5.1.1.

Bahan

6. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain larutan buffer sukrosa,
larutan buffer sukrosa + asam suksinat 0,1% DCPIP, aquades, kecambah millet, biji
millet, mangga mentah, dan mangga matang.
7.
7.1. Metode
8. Bahan-bahan dihancurkan dengan menggunakan mortar dan alu kemudian
ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Lalu
untuk kelompok 1,2,4,5,9,12 ditambahkan 10 ml larutan buffer sukrosa, sedangkan
kelompok 3,6,7,8,10,11 ditambahkan dengan 5 ml larutan buffer sukrosa dan 5 ml
asam suksinat. Setelah itu tabung disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
Sementara tabung di sentrifuge, air destilata dimasukkan sebanyak 15 ml ke dalam
tabung reaksi dan meniskus ditandai dengan label lalu air destilata dipindah ke
tabung lain. Setelah 15 menit disentrifuge, cairan dibuang lalu supernatant dipindah
ke tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan aquades hingga tanda batas label yg
telah dibuat. Setelah itu ditambahkan dengan 0,5 DCPIP lalu perubahan warna
diamati pada menit ke-0 dan ke-20.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16. HASIL PENGAMATAN
17.
18. Hasil pengamatan oksidasi siklus krebs dari kelompok G1-G12 dapat dilihat pada
Tabel 1. Dan Tabel 2.

19.
20. Tabel 1. Data Pengamatan Oksidasi Siklus Krebs.
21. K
22. Perlakuan
e
l
.
26. G 27. buffer sukrosa
1
DCPIP

23. Sampel

24. Warna
menit ke 0

25. Warna
menit ke
20

29. Biru terang


30.

31. Biru agak


gelap

35. Biru gelap

36. Biru terang

40. Biru gelap

41. Biru terang

45. Biru tua

46. Biru terang

28. kecambah
millet

32. G 33. buffer sukrosa


2
DCPIP

34. kecambah
millet

37. G 38. buffer sukrosa


3
asam suksinat
DCPIP

+
+

39. kecambah
millet

42. G 43. buffer sukrosa


4
DCPIP

44. Biji millet

47. G 48. buffer sukrosa


5
DCPIP

50. Biru tua

51. Biru terang

55. biru tua

56. Biru terang

60. Biru tua

61. Biru terang

65. Ungu

66. Bening

49. Biji millet

52. G 53. buffer sukrosa +


6
DCPIP
+
asam
suksinat

54. Biji millet

57. G 58. buffer sukrosa


7
asam suksinat
DCPIP

+
+

59. Mangga
mentah

62. G 63. buffer sukrosa+asam

64. Mangga

suksinat + DCPIP

terang

mentah

67. G 68. Buffer sukrosa


9
DCPIP

70. Ungu
terang

71. Bening

75. Biru tua

76. Biru terang

80. Biru tua

82. Biru terang

69. Mangga
mentah

72. G 73. Buffer sukrosa +


1
DCPIP
+
asam
0
suksinat
74. Mangga
matang

77. G 78. buffer sukrosa+asam


1
suksinat + DCPIP
1

79. Mangga
matang

84. G 85. Buffer sukrosa


1
DCPIP
2

81.

83.

87. Biru tua

88. Biru terang

86. Manga
matang

89.
90. Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa pada kelompok G1,G2,G4,G5,G9,G12 diberi
perlakuan larutan buffer sukrosa + DCPIP dengan sampel kecambah millet untuk
kelompok G1 dan G2, biji millet untuk G4 dan G5, mangga mentah untuk G9, dan
mangga matang untuk G12. Sedangkan untuk kelompok G3,G6,G7,G8,G10,G11
diberi perlakuan buffer sukrosa + DCPIP + asam suksinat dengan sampel kecambah
millet untuk G3, biji millet untuk G6, mangga mentah untuk G7 dan G8, mangga
mentah untuk G10 dan G11. Pada menit ke 20 semua larutan mengalami perubahan
warna dari tua atau gelap menjadi terang, kecuali pada kelompok G1 dari terang
menjadi gelap dan pada G8,G9 mengalami perubahan warna dari ungu terang
menjadi bening.
91.
92.
93.
94.
95.
96. PEMBAHASAN
97.
98. Pada bab ini, pertama bahan-bahan berupa kecambah millet (untuk kelompok
G1,G2,G3), biji millet ( untuk kelompok G4,G5,G6), mangga mentah (untuk
kelompok G7,G8,G9), dan mangga matang ( untuk kelompok G10,G11,G12)
dihancurkan dengan menggunakan mortar dan alu kemudian ditimbang sebanyak

0,5 gram dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Lalu untuk kelompok
G1,G2,G4,G5,G9,G12 ditambahkan dengan 10 ml larutan buffer sukrosa, sedangkan
kelompok G3,G6,G7,G8,G10,G11 ditambahkan dengan 5 ml larutan buffer sukrosa
dan 5 ml asam suksinat. Setelah itu tabung disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
Sementara tabung di sentrifuge, air destilata dimasukkan sebanyak 15 ml ke dalam
tabung reaksi dan meniskus ditandai dengan label lalu air destilata dipindah ke
tabung lain. Setelah 15 menit disentrifuge, cairan dibuang lalu supernatant dipindah
ke tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan aquades hingga tanda batas label yg
telah dibuat. Setelah itu ditambahkan dengan 0,5 DCPIP lalu perubahan warna
diamati pada menit ke-0 dan ke-20.
99.
100.

Dari data yang telah didapatkan, dapat dilihat bahwa warna larutan pada sampel

kelompok semua kelompok kecuali G1,G8,G9 pada menit ke-20 lebih muda
dibandingkan menit ke 0. Hal ini terjadi karena DCPIP telah teroksidasi saat menit
ke-20. Saat menit ke-0, reaksi belum berjalan, maka warna DCPIP sangat tua
warnanya. Tetapi pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kelompok G1 mengalami
perubahan warna dari biru terang menjaid biru gelap, sedangkan kelompok G8 dan
G9 mengalami perubahan warna dari ungu terang menjadi bening. Hal ini terjadi
karena banyak faktor yang memungkinkan terjadinya kesalahan, misalnya kesalahan
praktikan dalam mengamati warna tersebut apakah termasuk biru tua atau biru
muda, pencampuran yang tidak sempurna.
101.

Pada sampel yang diberi asam suksinat seharusnya pada menit ke 20 warnanya

lebih muda daripada warna larutan yang tidak diberi asam suksinat. Hal ini
dikarenakan adanya penambahan asam suksinat menyebabkan terjadinya proses
reduksi pada DCPIP yang menyebabkan warna biru pada larutan berkurang. Tetapi
pada G6, G10 dan G11 warnanya justru lebih tua dari G9 yang tidak diberi asam
suksinat.
102.
103.

Pada menit ke 20 secara umum larutan mengalami perubahan warna dari biru

gelap atau tua selama proses oksidasi menjadi terang yang menunujukkan bahwa
reaksi oksidasi telah selesai dan mulai mengalami reduksi. Perubahan ini dapat
terjadi karena adanya reaksi kimia pada sampel yang telah diberikan larutan DCPIP.

Perubahan ini diakibatkan oleh aktivitas transpor elektron yang mengakibatkan


DCPIP tereduksi dan menjadi tidak berwarna Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bidoia (2010), bahwa DCPIP merupakan penerima elektron. DCPIP akan berwarna
biru ketika teroksidasi, dan tidak berwarna ketika tereduksi. Transfer elektron yang
terjadi merupakan bagian dari siklus krebs dimana dari siklus krebs akan keluar
elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan
FADH2, sehingga dengan adanya siklus krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi
melalui sistem pengangkutan elektron (Anonim,1989).
104.
105.

Larutan-larutan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain buffer sukrosa,

DCPIP, asam suksinat, dan larutan blanko atau aquades. Masing masing dari larutan
mempunyai fungsi yang berbeda. Buffer sukrosa berfungsi untuk menjaga pH agar
pH tetap stabil selama percobaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fardiaz (1992)
bahwa larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan
penambahan asam atau basa. Sedangkan sukrosa berfungsi sebagai salah satu
sumber nutrisi bagi organisme. Sedangkan dengan ditambahkannya suksinat adalah
untuk mempercepat reaksi. Asam suksinat mempercepat terjadinya proses oksidasi
karena suksinat sendiri merupakan komponen dari siklus asam sitrat (siklus krebs)
dan mampu menyumbangkan elektron ke rantai transfer elektron serta mentransfer
atom H kepada FAD untuk membentuk FADH2. Pada percobaan ini juga digunakan
larutan DCPIP yang berfungsi sebagai indikator redoks. Larutan DCPIP juga
berfungsi sebagai akseptor elektron. Larutan DCPIP akan berwarna biru ketika
teroksidasi, dan akan menjadi tidak berwarna ketika tereduksi (E. D. Bidoia et. al. ,
2010). Aquades berfungsi sebagai pelarut dengan pH mendekati netral.
106.
107.
108.
109.
110.

KESIMPULAN

111.

Siklus krebs adalah serangkaian reaksi atau proses metabolisme yang terjadi di
mitokondria yang terkatalis oleh enzim-enzim.

10

Fungsi larutan buffer sukrosa adalah untuk menjaga kestabilan pH serta memberi
nutrisi.

Fungsi dari penambahan suksinat pada buffer sukrosa adalah untuk mempercepat
terjadinya proses oksidasi serta menyumbang elektron dan atom H untuk
pembentukkan FADH2

DCPIP berguna untuk menunjukkan reaksi oksidasi.


DCPIP akan berwarna biru ketika teroksidasi dan tidak berwarna ketika tereduksi.
Aquades digunakan sebagai pelarut.
Warna biru larutan pada menit ke 20 lebih muda daripada menit ke 0.
Warna biru larutan yang diberi perlakuan buffer sukrosa + asam suksinat + DCPIP
akan lebih muda dibandingkan yang tidak diberi asam suksinat.

112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.

Semarang, 18 Desember 2014

120.

Praktikan,

Asisten

Praktikum:
121.
122.
123.

Nike Chandrawibowo

Lukito
124.

14.I2.0046

125.
126.
127.
128.
129.
130.

DAFTAR PUSTAKA

Pamela

11

131.

Alberts, Bruce. Dennis Bray. 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi 2. PT


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

132.
133. Anonim. (1989). Ensiklopedi Nasional Indonesia. PT. Cipta Adi Pustaka.
Jakarta.
134.
135.

E. D. Bidoia, R. N. Montagnolli and P. R. M. Lopes. 2010. Microbial


biodegradation potential of hydrocarbons evaluated by colorimetric technique:
a case study.

136.
137.
138.
139.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka. Jakarta.


Green, N.P.O., G.W. Stout & D.J. Taylor. (1988). Biological Science 1.
Cambridge University Press. New York.

140.
141.

Kimball, J.W. (1965). Biology Fifth Edition. Addison-Wesley Publishing


Company, Inc. United State of America.

142.
143.
144.

Parker, Rick. (2003). Introduction to Food Science. Delmar. Columbia.

145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.

LAMPIRAN

12

162.
162.1. Laporan Sementara
163.
164.
165.

Anda mungkin juga menyukai