Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS

MODEL ETIKA DALAM BISNIS, SUMBER


NILAI ETIKA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI ETIKA
MANAJERIAL

NAMA :
KELAS :

KARTIKA SANDI UTAMI

(14212035)

4EA19

Program Sarjana Ekonomi


Universitas Gunadarma
2015/2016

a. Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini
pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan
moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan
aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya
memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas
untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau kelompok
mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika.
Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
Hasil penyelidikan oleh aparat hokum dan juga oleh beberapa LSM pecinta alam.
Berulang-ulangnya kebakaran hutan belakangan ini karena beberapa palanggaran
hokum oleh para perusahaan kayu dan perkebunan kelapa sawit. Biasanya para pelaku
memiliki beberapa motif dalam menjalankan aktivitasnya.
Motif pertama adalah mendapatkan kayu secara illegal. Beberapa
perusahaan yang sengaja membakar hutan tersebut sebenarnya adalah
Perusahaan yang telah melakukan pencurian kayu, sehingga untuk
menghilangkan jejaknya mereka melakukan penebangan hutan secara
sengaja. Hal ini dibuktikan dengan melihat tunggal pohon bekas potongan
gergaji mesin.
Motif kedua adlah mempecapat pembersihan lahan. Misalnya bagi
perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah.
Hasil temuan dari LSM Save Our Borneo (SOB) aktifitas pembakaran ini
di lakukan pada malam hari pada blok yang baru dibuka dan berdekatan
dengan hutan cara itu adalah slah satu cara untuk menghilangkan jejak
yaitu bila api menyebar kehutan, maka yang disalahkan adalah komunitas
yang melakukan pembakatan.
Motif Ke tiga adalah Agar kenaikan PH tanah. Pada lahan Gambut
biasanya PH tanah berkisar pada 3-4. Kondisi ini Komunitas perkebunan
kelapa sawit dan AKASI tidak cocok tumbuh. Dengan melakukan
pembakaran, apa yang tersisa mampu menaikkan PH, Tanah menjadi 5-6
sehingga layak untuk di Tanami

Contoh lain adalah munculnya teknologi Hp., dengan menggunakan Hp setiap


orang bisa berkomunikasi jarak jauh dimanapun dia berada, Apalagi sekarang
berkembang sebuah teknologi baru yang disebut dengan teknologi 3G (ThirddGeneration), dimana komunikasi tatap muka akan bias kita nikmati dari jarak
jauh. Namun disisi lain, kemudahan yang diperoleh dengan kemajuan
teknologi informasi ini banyak juga dimanfaatkan untuk memperkaya
kepentingan pribadi sebagian orang.
b. Ammoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah
amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe
manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer
yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah
para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis
yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek
pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa
memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum.
Manajer tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat
bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau
tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum
yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua,
tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini
terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita,
tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
Widyahartono (1996:74) mengatakan prinsip bisnis amoral itu menyatakan bisnis
adalah bisnis dan etika adalah etika, keduanya jangan dicampur-adukkan. Dasar
pemikirannya sebagai berikut :
Bisnis adalah suatu bentuk persaingan yang mengutamakan dan mendahulukan
kepentingan ego-pribadi. Bisnis diperlakukan seperti permainan (game) yang
aturannya sangat berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan sosial pada

umumnya. Orang yang mematuhi aturan moral dan ketanggapan sosial (sosial
responsiveness) akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah
persaingan ketat yang tak mengenal values yang menghasilkan segala cara.
Kalau suatu praktek bisnis dibenarkan secara legal (karena sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku dan karena law enforcement-nya lemah), maka para penganut
bisnis amoral itu justru menyatakan bahwa praktek bisnis itu secara moral
mereka (kriteria atau ukuran mereka) dapat dibenarkan. Pembenaran diri itu
merupakan sesuatu yang wajar menurut mereka. Bisnis amoral dalam dirinya
meskipun ditutup-tutupi tidak mau menjadi agen moral karena mereka
menganggap hal ini membuang-buang waktu, dan mematikan usaha mencapai laba.
c. Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis
adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas
diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas
bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi
aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika
dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini
menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka
patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi dari
apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang bermoral selalu melihat
dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan aturanaturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang
diambilnya.

d. Agama, Filosofi, Budaya dan Hukum


Agama, sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang
absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber
dari agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama mengandung
ajaran moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya. Pada
umumnya, kehidupan beragama yang baik akan menghasilkan kehidupan moral

yang baik pula. Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and Spirit of
Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat
antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran
tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,
bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham
dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi
yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat
dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Quran.
Filosofi, Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi
tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang
sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat
komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para
fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembanga dari tahun ke tahun Di Negara
barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai ketika zaman Yunani kuno
pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM) Socrate percaya bahwa
manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan peranan
yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan
sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam
berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes percaya bahwa kebaikan berasal
dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa
kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani
kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : Kenalilah dirimu dia
yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada hukum
manusia.
Budaya, Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan
etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari
suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara
(Cracken, 1986). Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturanaturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu
dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu
komunitas yang lebih besar. Budaya adalah suatu sistem nilai dan norma yang

diberikan pada suatu kelompok atau komunitas manusia dan ketika itu disepakati
atau disahkan bersama-sama sebagai landasan dalam kehidupan (Rusdin, 2002).
Hukum, dalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka
untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan
mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah
yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita
berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran
sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.

e. Leadership
Leadership dalam bisnis sangat diperlukan karena berpengaruh dalam
perkembangan bisnis yang dilakukan. Bahkan ada yang mengatakan bahwasanya
leadership atau kepemimpinan merupakan sebuah karakter utama yang diperlukan
dalam bisnis. Hal ini tidak lain karena peran kepemimpinan berpengaruh terhadap
jalannya bisnis dan juga kinerja karyawan. Tidak setiap orang memiliki leadership
yang baik. Namun ada pula orang yang sejak masih kecil sudah terlihat jiwa
kepemimpinannya. Akhirnya seiring perkembangannya ia pun terbiasa mengatur
dan membuat keputusan yang berpengaruh pada sekitarnya. Hal ini sangat
memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Dunia bisnis tidak selamanya berjalan
mulus. Adakalanya bertemu masalah yang harus diselesaikan dengan berbagai
risiko. Nah, disinilah peran penting seorang pemimpin akan membawa pengaruh.
Ada beberapa hal yang harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika
yaitu :
1. Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya
dan organisasi.
2. Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa
bangga akan perilakunya.
3. Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan
yang diambilnya dan dirinya sendiri.

4. Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika


sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk
melakukannya.
5. Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki
ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicitacitakannya.
6. Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.
Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
Jiwa Leadership Berperan Menyelesaikan Masalah
Tidak sedikit permasalahan yang harus dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan bisnis. Peran penting seorang pemimpin perusahaan diperlukan untuk
menyelesaikannya. Tidak sekedar hadirnya seorang pemimpin namun yang benarbenar memahami bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu juga
tetap mampu mendorong para bawahan atau anak buah untuk tetap bersemangat
dalam menyelesaikan pekerjaan. Jiwa kepemimpinan memang tidak selalu harus
dimiliki pemimpin perusahaan tersebut. Namun setiap orang yang memperoleh
tanggung jawab membawahi orang lain maka perlu meningkatkan kemampuan
leadership-nya. Hal ini diperlukan untuk mengelola bagaimana kerjasama antar
anak buah atau rekan kerja. Selain itu juga harus menemukan formula yang tepat
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dan hal tersebut bisa dipahami dan
dilakukan oleh anak buah dengan baik.

Kriteria Memiliki Jiwa Kepemimpinan


Ada beberapa kriteria orang-orang yang memang memiliki jiwa kepemimpinan
atau leadership. Mungkin anda memiliki salah satu diantaranya atau mungkin
semuanya dari tiga kriteria berikut ini yaitu
Mampu memberikan inspirasi dan memberikan motivasi kepada orang lain

misalnya kepada bawahan.


Memiliki kemampuan yang membuat orang lain merasa segan sehingga
ketika berada dalam sebuah organisasi maupun perusahaan ia pun disegani

baik oleh rekan kerja maupun rekan bisnis.


Memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan sehingga selain mampu
menyelesaikan masalah juga tetap disegani oleh para bawahan.

Bakat Kepemimpinan Bisa Dikembangkan


Setiap orang sebenarnya memiliki bakat kepemimpinan. Namun kesuksesannya
tentu tinggal bagaimana masing-masing orang tersebut mengembangkan bakat
yang dimilikinya. Pada dasarnya seorang pemimpin akan memberikan pengaruh
terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Artinya bagaimana pengaruh pemimpin
perusahaan terhadap perusahaannya tersebut bisa dilihat bagaimana perkembangan
perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya tersebut. Apakah perusahaan mampu
memiliki prestasi yang baik misalnya memberikan banyak keuntungan atau justru
mengalami kerugian. Keberhasilan atau kegagalan bisnis perusahaan pasti akan
berkaitan dengan pemimpin yang bersangkutan. Dengan demikian leadership
dalam bisnis merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena perannya tidak
bisa dianggap sebelah mata.

f. Strategi dan Performance Manajemen


o Compliance Management . Pemenuhan atas semua aturan atau regulasi
akan memberikan suatu tekanan baru untuk mencari metoda-metoda yang
lebih baik, misalnya untuk mengakses berbagai kebijakan dan proses, mulai
dari bagian keuangan hingga operasional. Penilaian terhadap pemenuhan
regulasi itu ( compliance assessment ) akan sangat membutuhkan sistemsistem yang mengotomatisasikan review dan analisis secara manual, dan
proaktif dalam pemantauan berbagai kegiatan dan proses bisnis, yang pada
akhirnya akan menurunkan biaya audit. Hubungan yang efisien antara
orang dan proses sangat perlu diterapkan dalam suatu perusahaan, terutama
untuk kepentingan pemenuhan regulasi, dan juga jika menerapkan suatu
sistem dan teknologi informasi yang baru.
o Profitability Management. Dorongan untuk mengelola biaya dan
mengoptimalkan pendapatan akan lebih menajamkan fokus perhatian
perusahaan terhadap peningkatan profitabilitas di perusahaan secara
keseluruhan. Pengaruh keuangan di luar prosesbudgeting akan menciptakan
suatu ketegasan baru dalam berbagai bentuk profitabilitas, termasuk di

dalamnya, keuntungan yang diperoleh dari pelanggan, produk, operasi dan


bagian keuangan. Karenanya, perusahaan-perusahaan perlu
mengembangkan suatu fondasi BI ( business intelligence ) yang kuat untuk
mendukung berbagai aplikasi dan sistem, khususnya untuk
kepentingan profitability management .
o Process Improvement. Perusahaan-perusahaan juga semakin dituntut untuk
lebih fokus dalam menilai dan meningkatan proses-proses operasional yang
telah dimiliki, sebelum Anda mengotomatisasikannya dengan menerapkan
sistem ERP ( enterprise resource planning ) atau CRM ( customer
relationship management ). Meski disadari, bahkan mengukur, memantau
dan meningkatkan kinerja berbagai proses bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan, tetapi hal itu sangat penting dalam
penerapan performance management .
o Cost Management. Menghindari dan mengurangi biaya agar dapat
memenuhi persyaratan keuangan dan perusahaan seharusnya menjadi
bagian dari proses operasional standar. Bisnis harus selaras dengan prosesproses operasional dan mendukung peningkatan efisiensi. Untuk itu, TI
harus terus-menerus melakukan konsolidasi terhadap tawaran vendor agar
dapat memenuhi tujuan-tujuan pengelolaan biaya yang telah ditetapkan.
Meningkatkan pemanfaatan investasi yang telah dilakukan dalam CRM dan
ERP dan juga melakukan penilaian dan pengintegrasian semua aset data
menjadi suatu informasi yang kontekstual, relevan dan tepat. Hal ini, tentu,
sangat penting dalam menjalankan performance management .
o Performance Improvement. Tujuan utama performance management adalah
meningkatkan hasil-hasil bisnis, namun kenyataannya tak banyak
perusahaan yang benar-benar telah menerapkan performance management
proces s sebagai suatu bagian penting dalam semua kegiatan bisnis mereka
sehari-hari. Melakukan penilaian dan memperbaiki berbagai proses bisnis,
sehingga dapat lebih efisien dan efektif, sangat membutuhkan penyelarasan
antara informasi dan sistem. Kurangnya dukungan dalam menghubungkan
antara strategi, perencanaan dan eksekusinya di hampir semua perusahaan
masih menjadi suatu kendala utama untuk merealisasikan peningkatan
performansi secara optimal.
o Business Innovation. Mentransformasikan atau menerapkan berbagai proses
bisnis yang inovatif, agar dapat lebih kompetitif, seharusnya lebih

diprioritaskan. Sayangnya, umumnya aset dan ide-ide di perusahaan tak


dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai (value ) perusahaan. Karenanya,
pengelolaan berbagai proses bisnis harus dioptimalkan untuk bagaimana
memanfaatkan TI dan sistem informasi untuk memunculkan berbagai
inovasi bisnis yang baru, dan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari setiap perusahaan. Salah satu peluang terbesar yang belum banyak
dimanfaatkan adalah bagaimana meningkatkan ide-ide dan pengetahuan
untuk mentransformasikan berbagai proses bisnis ke dalam suatu inovasi
yang terus menerus dilakukan.

g. Karakter Individu
Setiap individu mempunyai karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang
dipengaruhi oleh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik
keturunan yang dibawa sejak ia lahir baik yang berhubungan dengan faktor
biologis maupun sosial psikologis. Keyakinan masa lalu mengatakan bahwa
kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan; merupakan dua faktor yang
terbentuk karena dua faktor yang terpisah, masing-masing mempengaruhi
kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya
masing-masing. Namun setelah disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan
oleh seseorang atau apa yang dirasakan oleh siapapun merupakan hasil dari
perpaduan dari apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan
pengaruh lingkungan.
Seorang anak memulai pendidikan formalnya di tingkat TK kira-kira pada usia 4-6
tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur anak, karakteristik pribadi dan
kebiasaan-kebiasaan yang dibawa ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh
lingkungan dan hal itu tampak sebagai pengaruh penting terhadap keberhasilannya
di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kemudian hari.
Nature dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Karakteristik yang berhubungan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Seorang bayi merupakan pertemuan antara dua garis keluarga, yaitu keluarga ayah
dan ibu. Saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan yang membantu
mengembangkan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia
yang dibawa sejak lahir. Hal tersebut bisa membentuk pola karakteristik tingkah
laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik
bebrbeda dengan individu-individu yang lainnya.

h. Budaya Perusahaan
Pengetian Budaya Perusahaan :
Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengetian dan
cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota orgaanisasi dan diterima oleh
anggota baru seutuhnya. (W. Jack Duncan dalam Organizational Culture: Getting
a Fix on an Elusive Concept, Academy of Managemenr Executive 3 1989).

Berikut 10 karakteristik Budaya Organisasi :


1. Inisiatif individual
Definisi inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab (responsibility), kebebasan
(freedom) atau independensi (independent) yang dimiliki setiap individu dalam
berpendapat. Kelompok khususnya pimpinan sebaiknya menghargai dan memang
perlu dihargai inisiatif individu dalam suatu organisasi selama ide dan inisiatif tersebut
berguna dalam memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Setiap pegawai dan anggota atau kader perlu ditekankan tentang batas batas dalam
bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Sebuah budaya organisasi yang baik
adalah sebuah budaya yang memberikan toleransi terhadap anggota atau para pegawai
dalam bertindak inovatif dan agresif dalam mengembangkan dan memajukan
organisasi atau perusahaan serta mendorong untuk berani dalam mengambil risiko
terhadap apa yang akan dilakukannya.
3. Pengarahan
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat membuat
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut
haruslah secara jelas tercantum visi, misi dan tujuan organisasi (pengertian visi misi).

Keadaan yang seperti ini akan memberikan pengaruh terhadap kinerja organisasi /
perusahaan.
4. Integrasi
Integrasi dalam budaya organisasi adalah kemampuan suatu organisasi atau perusahaan
dalam memberikan dorongan terhadap unit unit atau satuan dalam organisasi atau
perusahaan untuk bekerja dengan terpimpin atau terkoordinasi. Melalui kerja yang
kompak dan terkoordinasi dengan baik dapat mendorong kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
5. Dukungan manajamen
Dukungan manajemen dalam budaya organisasi adalah tentang kemampuan tingkat
manajer dalam sebuah organisasi atau perusahaan dalam berkomunikasi (baca
pengertian komunikasi) kepada karyawan. Komunikasi tersebut harusnya dalam
bentuk dukungan, arahan ataupun kritisi (membangun) kepada bawahan. Dengan
adanya dukungan manajemen yang komunikatif, sebuah perusahaan atau organisasi
dapat berjalan dengan mulus.
6. Kontrol
Kontrol dalam budaya organisasi sangat penting. Kontrol yang dimaksud adalah
peraturan atau norma yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Oleh
karena itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali perilaku pegawai dan karyawan dalam
suatu organisasi.
7. Identitas
Identitas dalam budaya organisasi adalah kemampuan seluruh karyawan dalam suatu
organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan
dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional
tertentu.
8. Sistem Imbalan
Sistem imbalan tidak kalah pentingnya dalam budaya organisasi. Sistem imbalan
seperti pemberian kenaikan gaji, promosi (kenaikan jabatan), bonus liburan dan
lainnya haruslah berdasarkan kemampuan atau prestasi karyawan dalam bekerja dan
sangat tidak diperbolehkan atas alasan alasan perusak lainnya seperti senioritas, pilih
kasih dan hal hal lain yang berbau korupsi (baca pengertian korupsi). Sistem imbalan
dapat memberikan boost atau dorongan terhadap prestasi kerja dan memberikan
peningkatan dalam perilaku inovatif dan kerja maksimal sesuai keahlian dan
kemampuan yang dimiliki karyawan atau anggota dalam organisasi.
9. Toleransi terhadap Publik
Dalam budaya organisasi, perbedaan pendapat yang memunculkan konflik sering
terjadi dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal inilah yang harus dilakukan

sebagai upper manajement untuk mengarahkan konflik yang terbangun untuk


melakukan perbaikan serta perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Toleransi terhadap konflik harus dimediasi oleh pimpinan atau karyawan superior
sehingga terjadi kritis membangun dan tidak saling menyerang.
10. Pola komunikasi
Pola komunikasi dalam perusahaan atau organisasi sering dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal. Akan tetapi, pola yang terlalu ketat akan menghambat
perkembangan organisasi karena tidakadanya hubungan emosional yang kental
terhadap bawahan dan atasan dalam organisasi. Ada lima pola kinerja komunikasi yaitu
personal, passion, sosial, organizational politics, dan enkulturasi.

Anda mungkin juga menyukai