Anda di halaman 1dari 29

Buletin CC Medan BULETIN CC MEDAN

Edisi ‘Maret
Maret’2010

DAFTAR ISI
…1

…..2
Indonesia(Bag 1 ).…..3

dikan……………..7
nggal 11 Maret ini ?
......8
Pendidikan Kaum Tertindas”.................9

ia Pendidikan...............10
at Cerdas Dalam Memilih Pemerintah……………12

an Mahasiswa (Bag 2).14


dikan Dalam Kampus…………………17
’10

khir…………………….18
Buletin CC Medan, Maret

20
…22
.23

1
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

EDISI MARET 2010


KELOMPOK DISKUSI CAMPUS CONCERN
MEDAN
’10
Buletin CC Medan, Maret

PENGURUS CC MEDAN PERIODE 2009 – 2010

Nama
: Felix
Bi BULETIN KAMPUS Kuanta
ginting
TTL : Medan, 11 Mei 1988
Alamat : Jln. Bunga Melati no.2 AA-
Medan
No.HP :
085275283535
Jurusan :
Pendidikan Matematika ’07-
Unimed
Jabatan
: Ketua

Peng.Organisasi
: CC Medan -
Sekarang
2
KELOMPOK DISKUSI CAMPUS CONCERN MEDAN
Campus Concern Medan
JL.RELA NO 106.PANCING - MEDAN
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Nama : Noveyani Sijabat


TTL : Sidamanik, 12 Nopember 1989
Alamat : Jln. Sering No. 104 Pancing –Medan
No.HP : 081397460172
Jurusan : Pendidikan Matematika ‘07-Unimed
Jabatan : Sekretaris Bendahara
Peng.Organisasi : CC Medan - Sekarang

Nama : Benni Sinaga


TTL : Laumil, 26 Juli 1986
Alamat : Jln. Pardamean No.86
’10

Pancing-Medan
Buletin CC Medan, Maret

No.HP : 081263969571
Jurusan : Manajemen ’06 STIE IBMI
Medan
Jabatan : Divisi Jaringan
Peng.Organisasi : Anggota BEM
.Dep.Pendidikan STIE- IBMI
(2007-2008)
Presiden Mahasiswa STIE-
IBMI Medan (2008-2009)
CC Medan - Sekarang

Nama : Sartika Sari Sinaga


TTL : Pematang Siantar, 18 Maret 1990
Alamat : Jln. Pardamean gg dame No. 2C
No.HP : 081375432933
Jurusan : Pendidikan Biologi ’07 Unimed
Jabatan : Divisi Diskusi
Peng.Organisasi : CC Medan - Sekarang

Gerakan Mahasiswa Hari Ini…

SEJARAH CAMPUS CONCERN

Kamp regional
mahasiswa 2004
merupakan cikal bakal

3
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

terbentuknya campus
concern (CC
Medan).pasca kamp
tersebut orang-orang
yang berkomitmen ke
kampus,yang telah
alumni membentuk
sebuah interest group
yang concern ke
kampus.pada
perkembangan
selanjutnya dinamakan
interest group
CC.anggotanya adalahh
gabungan seluruh
kampus di medan.IG CC
ini dibentuk pada awal
tahun 2005.

Untuk mempermudah proses berjalannya interest group (IG),maka


’10

dibentuklah pada waktu itu susunan pengurus dengan format ketua,sekretaris


Buletin CC Medan, Maret

dan bedahara.Pada waktu itu terpilihlah Januar pasaribu sebagai ketua (FIS
UNIMED),Merry siregar sebagai sekretaris merangkap bendahara (FP USU)dan
beserta 12 anggota lainnya yang berasal dari berbagai kampus di Medan.

Adapun dasar pemikiran dibentuknya IG CC karena:


1. Mahasiswa adalah pribadi yang mempunyai hak dan kewajiban
di kampus.
2. Kampus adalah bagian dari ladang yang harus dikerjakan dan
dibangun dengan tujuan untuk memuliaakan Allah.
3. Mahasiswa Kristen adalah bagian dari komunitas kampus yang
mempunyai peran dalam kehidupan dan dalam kelangssungan
proses pembelajaran.
4. Adanya unit kegiatan untuk kompoonen yang didalamnya
mahasiswa Kristen dapat berperan serta unuk memberikan
pemikiran yang sesuai dengan ajaran Kristen.
5. Pelayanan mahasiswa belum secara serius mempersiapkan dan
mengutus secara khusus Orang-orang binaan yang interest
untuk terjun kedalam wadah organisasi kampus yang lain.

Sehingga dari dasar pemikiran tersebut IG CC mempunyai tujuan


untuk memperhatikan kampus lebih maksimal lagi,baik itu mengenai birokrasi
kampus,kehidupan mahasiswa,sarana dan prasarna.dll.Bentuk kegiatan IG CC
adalah berdiskusi,evaluasi serta memberikan solusi atas masalah yang kita
temukan.Bahkan sampai mempersiapkan kader-kader untuk duduk di kursi
pemerintahan atau di organisasi intern kampus lainnya yang
memperjuangkan ide dan menghadirkan kerajaan Allah ditengah-tengah
kampus.Bisa dikatakan bahwa mahasiswa yang berada di IG CC adalah
sebagai agent of change dimana berada terkhusus di kampus.

4
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Akan tetapi ditengah perjalanan IG CC ada hambatan-hambatan yang


akhirnya menjadi pemicu kevakuman kegiatan ini.Ini dipengaruhi oleh
banyaknya anggota IG CC yang telah selesai kuliah diperhadapkan untuk
memutuskan pilihan hidupnya.ada yang bermisi ke daerah,ada juga yang
lebih sibuk di profesi dan pekerjaannya.Alasan lainnya adalah adanya
sebagian anggota CC yang belum berkomitmen penuh untuk mengikuti
kegiatan.Titik terendah kondisi ini terjadi pada bulan oktober 2005,IG CC
betul-betul vakum.
Berkat buah pemikiran PMK Medan pada bulan februari 2006,IG CC
kembali difasilitasi dengan menambah anggota baru dan berkomitmen penuh
terhadap kampus.Dan pada saat itu kepengurusan baru kembali terbentuk
dengan ketua Januar Pasaribu,Hiras effendi Silaban (FH USU)sebagai
sekretaris dan Neil Zega (FE UNIMED)sebagai bendahara.
Sejak itu IG CC tetap exist dengan kegiatan-kegiatannya yaitu
diskusi,evaluasi dan aksi.Pada kepengurusan ini IG CC pernah menghimpun
beberapa organisasi lainnya untuk mengkritisi SKB 2 Menteri tentang
kebebasan beragama dalam FPHAB (Forum Peduli Hak Azasi Beragama).
Pada bulan juli 2007 dibenuk kembali kepengurusan yang baru
dengan format Hendro P.Hutabarat (FE UNIMED)sebagai ketua,Helen Asrona
Rajagukguk (FMIPA UNIMED) sebagai sekretaris.Beberapa kegiatan yang
’10

pernah dilakukan pada kepengurrusan ini antara lain CC bergabung dengan


Buletin CC Medan, Maret

beberapa organisasi lain dalam SUGB (Serikat Untuk Guru Berjuang).serikat ini
bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak guru terkhusus guru-guru
swasta.Pada bulan November 2007 IG CC berhasil mengutus 10 orang
anggotanya untuk duduk di kursi SEMA UNIMED serta beberapa orang dalam
SEMAF UNIMED.Pada HARDIKNAS 2008 CC juga menghimpun bebagai
organisasi dalam KPP (Komunitas Peduli Pendidikan)untuk memperjuangkan
pendidikan di Indonesia.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangannya IG CC berganti
nama menjadi CC Medan dan telah mengalami beberapa kali pergantian
pengurus (Periodeisasi). Hingga saat ini CC Medan masih aktif melakukan
berbagai kegiatan dan gerakan baik itu dikampus maupun dilingkungan
masyarakat.

By.Redaksi..

GERAKAN MAHASISWA INDONESIA


Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia tidak banyak berbeda
dengan sejarah Gerakan Mahasiswa pada umumnya dibelahan dunia
manapun. Gerakan Mahasiswa yang didominasi oleh para pemuda yang
memiliki watak orang muda yaitu menginginkan perubahan. Dan lahirnya
Gerakan Mahasiswa itu tidak dengan perencanaan sebelumnya yang matang,
melainkan banyak dikarenakan adanya momentum politik di Indonesia.
Pembuktian sejarah gerakan mahasiswa Indonesia sesuai dengan konteks
zamannya, haruslah memberikan kesimpulan apakah gerakan tersebut, dalam
orientasi dan tindakan politiknya, benar-benar mengarah dan bersandar pada
problem-problem dan kebutuhan struk¬tural rakyat Indonesia. Orientasi dan
tindakan politik merupakan cermin dari bagaimana mahasiswa Indonesia
memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta
kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan atau ideologinya.Nilai lebih organisasi

5
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

dalam gerakan mahasiswa hanyalah bermakna bahwa di dalam organisasi,


mahasiswa ditempa dan dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap masyarakat dan persoalan-persoalannya.
2. Pemihakan pada rakyat.
3. Kecakapan-kecakapan dalam mengolah massa.

Ketiga syarat tersebut mencerminkan:


1. Tujuan dan orientasi gerakan mahasiswa.
2. Metodologi gerakan mahasiswa.
3. Strukturalisasi sumber daya manusia, logistic dan keuangan gerakan mahas
iswa,dan
4. Program-program gerakan mahasiswa yang bermakna strategis-taktis.

ILUSTRASI TENTANG PERKEMBANGAN GERAKAN MAHASISWA


Murid-murid STOVIA mencoba memulai gerakan dengan mendirikan
Trikoro Dharmo pada tahun 1915. Organisasi-organisasi yang tumbuh
kemudian adalah juga organisasi pemuda kedaerahan (Jong Sumatera, Jong
Celebes, Jong Minahasa, dsb.) dan belum tercipta konsolidasi. Baru dengan
prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), beberapa organisasi
kedaerahan dilebur menjadi Indonesia Muda (IM) pada tahun 1930.
’10

Tahun 1915-1930 merupakan waktu yang cukup panjang bagi


Buletin CC Medan, Maret

pemuda dan pelajar untuk memilki penjelasan yang lebih jernih tentang
nasionalisme yang melekat pada organisasi Indonesia Muda dan melepaskan
dirinya dari keorganisasian sektarian pemuda dan mahasiswa guna
mempertajam orientasi anti-kolonial. Selain itu juga gerakan ini telah
melewati masa-masa sulit: kelumpuhan pergerakan nasional akibat
pemerintahan kolonial yang semakin represif, setelah pemberontakan PKI
1926 dan 1927 serta pemogokan-pemogokan buruh.
Di dalam kondisi kelumpuhan pergerakan nasional seperti itu
muncullah alternatif Kelompok Studi (Studie-studie Club) yang politis dilihat
dari orientasi dan tindakan politiknya. Analisa terhadap Studie Club jelas
memberikan kesimpulan bahwa kondisi obyektif ekonomi politik pada saat itu
politik kolonial yang semakin represif, yang kemudian berubah menjadi liberal
karena perubahan status ekonomi Belanda dan Hindia Belanda dapat direspon
dan distimulasi oleh kondisi subyektif studie club yang bertransformasi
menjadi sebuah partai.
Pada masa penjajahan Jepang organisasi pemuda yang ada
dibubarkan dan pemuda dimasukkan ke dalam; Seinen dan Keibodan(Barisan
Pelopor) dan PETA (Pembela Tanah Air) untuk dididik politik untuk
kepentingan fasisme. Yang menjadi topik menarik pada jaman ini adalah
ramainya bermunculan Gerakan Bawah Tanah (GBT) dengan rapat-rapat
gelap, dan penyebaran pamflet. GBT ini dikombinasikan dengan gerakan legal
Sukarno; merupakan jalan keluar yang logis bagi perlawanan anti fasis. Suatu
jalan keluar yang mencekam dan tidak memassa. Tingkat kesadaran massa
untuk mengambil jalan keluar ini belum mencapai tingkat yang revolusioner.
Masa 1945-1950 merupakan momentum yang penting dalam
gerakan pemuda dan pelajar: selain melucuti senjata Jepang, juga
memunculkan organisasi-organisasi seperti: Angkatan Pemuda Indonesia
(API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Gerakan Pemuda Republik Indonesia
(GERPRI), Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), Pemuda Putri Indoensia (PPI) dan

6
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

banyak lagi. Pada saat belum ada organisasi pemuda dan pelajar, yang
berbentuk federasi, diselenggarakan Kongres Pemuda seluruh Indonesia I
(1945) dan II (1946). Dan Gerakan Pemudalah yang berhasil mendesak
Soekarno-Hatta melalui penculikan untuk segera memproklamirkan
Kemerdekaan RI.
Periode Demokrasi Liberal 1950-1959 ternyata tidak memberikan
pendidikan politik yang berarti bagi mahasiwa. Pertemuan Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dalam bulan Desember 1955 di Bogor
PPMI memutuskan untuk menarik keanggotaannya dari FPI. Dengan demikian
jelaslah bahwa keanggotaan PPMI dan FPI yang secara sosiologis dapat
memberikan dimensi lingkungan sosial yang lebih luas, dihindari oleh gerakan
mahasiswa. Mahasiswa justru melumpuhkan akstivitas politik mereka.
Kemudian membius diri dengan slogan-slogan "Kebebasan Akademik" dan
"Kembali ke Kampus". Mahasiswa lebih aktiv dalam kegitan rekreatif,
perploncoan, dan mencari dana.Persiapan Pemilu 1955 gerakan mahasiswa
kembali mendapat momentumnnya. Pada saat itu berdiri organisasi
mahasiswa yang berafiliasi ke partai, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) yang berafilsi dibawah PNI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (GMS/GERMASOS) dengan PSI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dengan Masyumi, Concentrasi Gerakan Mahasiawa Indonesia (CGMI) dengan
’10

PKI.
Buletin CC Medan, Maret

Pada tanggal 28 Februari 1957, aktivis-aktivis mahasiswa yang


berbasis di UI berprakarsa menggalang senat-senat mahasiswa dari berbagai
universitas dan berhasil membentuk federasi mahasiswa yang bernama
Majelis Mahasiswa Idonesia (MMI). Sementara itu peran militer dalam negara
terus mengalami perluasan sejak akhir 1950-an.Depolitisasi gerakan pemuda
dan mahasiswa bermula dari penandatanga nan kerja sama antara pemuda
dan Angkatan Darat 17 Juni 1957. Eskponen gerakan sosialis dan HMI diikut
sertakan dalam aktivitas-ak stivitas di luar kampus. Sejak awal 1959 mereka
telah mengukuhkan hubungan dengan administratur-administratur militer
yang berkaitan dengan urusan pemuda dan mahasiswa. Jadi bukan hal yang
aneh bila pada tahun 1966 mahasiswa-mahasiswa Bandung adalah yang
paling militan berdemonstrasi mengulingkan Soekarno. Sementara itu
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dibubarkan dengan tuduhan terlibat
usaha pembunuhan atas Soekarno.
GMNI, CGMI dan GERMINDO kemudian membentuk Biro Aksi
Mahasiwa dan menyelengarakan Kongres kelima PPMI di Jakarta Juli 1961.
Pada saat yang sama GERMASOS dan HMI berhasil masuk ke dalam
organisasi-organisasi lokal di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.
Dalam tahun 1961, organisasi-organisasi lokal tersebut membentuk
Sekretariat Organisasi Mahasiswa Lokal (SOMAL). Dalam banyak kesempatan
SOMAL selalu menegur PPMI agar jangan terlalu terlibat dalam isu politik.
Orang akan dapat membaca dalam pernyataan-pernyataan SOMAL, ada
semacam hubungan antara aspirasi SOMAL dengan aspirasi senat-senat
mahasiswa yang tergabung dengan MMI. Sehubungan dengan insiden rasial di
Bandung, Mei 1963, konsulat PPMI Bandung mengeluarkan pernyataan:
Bahwa yang sebenarnya terjadi bukanlah bermotifkan rasial, akan tetapi
merupakan isu sosial yang diakibatkan gap antara si kaya dan si miskin yang
semakin dalam. Keadaan ini dimanfaatkan oleh MMI, mereka bergabung
dengan organisasi pecahan PPMI Bandung dan medirikan Majelis

7
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Permusyawaratan Mahasiswa Indonesia (Mapemi) pada bulan Agustus 1965.


Haruslah dicatat dalam eksekutif MMI terdapat perwakilan dari Akademi
Hukum Militer (AHM) dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), sehingga
tidak mengherankan bila kepemimpinannya dipegang oleh perwira tingkat
menengah AD dan kepolisian. Dalam masa ini orientasi gerakan mahasiswa
yang sudah mulai membaik dalam mengugat hubungan sosial kapitalisme,
fasisme, imperialisme, dan sisa-sisa feodalisme dikalahkah oleh kesiapan
militer (yang masuk dalam gerakan pemuda mahasiswa dan partai-partai
sayap kanan). Jadi Gerakan Mahasiswa periode 66 dapat dikatakan Gerakan
Mahasiswa yang tidak sepenuhnya berpihak pada rakyat. Sebelum tahun
1970-an aktivis yang mula-mula sadar akan kekeliruan ini adalah Soe Hok Gie
dan Ahmad Wahib (HMI).
Namun seperti juga generasi baru aktivis-aktivis mahasiswa dan
pemuda tahun 70-an lainnya yang mulai menyadari kekeliruan strategi
mereka kembali membuat kesalahan strategi lainnya: terpisah dari potensi
kekuatan rakyat, atau tanpa basis kekuatan massa yang luas, demostrasi
TMII; anti-korupsi; Golput; Malari; dan gerakan '78 dengan Buku Putihnya
merupakan contoh-contoh keterasingan dan frustasi. Jadi pada periode 74-78
dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa mengalami kegagalan karena gerakan
tersebut kurang berinteraksi dengan massa rakyat.
’10

Pada tahun 1980-an, tawaran LSM, literatur populis dan ada juga
Buletin CC Medan, Maret

sedikit yang struktural terutama yang di Barat, serta belajar keluar negeri
merupakan suatu kondisi objektif yang ditawarkan oleh kapitalisme yang
sedang berada pada titik kontradiski ekonomi, politik, dan budayanya
produktivitas yang rendah (terutama produk yang mempunyai watak
nasionalistis), kemiskinan, gap antara kaya dan miskin, pengangguran,
konsumerisme, kesenjangan harga dan pendapatan, krisis kepemimpinan,
rendahnya kuantitas dan kualitas pendidikan politik, kosongnya dunia
pendidikan, keilmuan dan budaya yang nasionalistis dan pro-rakyat,
perusakan lingkungan, dekadensi moral, dan sebagainya, yang belum pernah
terjadi sedemikian membahayakan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kondisi popularitas LSM, gelar-gelar akademis, teori-teori dan
kesimpu lan-kesimpulan ilmu-ilmu sosial (tentang masyarakat Indonesia) yang
dipasok dari luar negeri (terutama dari Barat) menyuburkan budaya diskusi,
penelitian masyarakat dan aksi-aksi sosial kedermawanan dan peningkatan
pendapatan. BRAVO! buat menjamurnya kelompok studi (1983) dan LSM,
yang direspon mahasis¬wa-mahasiswa moderat. Mereka yang tadinya
berkeras menolak jalan aksi-aksi pengalangan massa, dalam waktu relatif
cepat berbalik beramai-ramai ikut mendukung apa yang disebut sebagai
gerakan "arus bawah". Yang lebih parah lagi adalah LSM, yang walaupun tidak
pernah memberikan picu bagi tindakan politik, proses pembusukkannya lebih
lamban ketimbang kelompok studi. Sokongan keuangan yang besar, yang
terus-menerus mendemoralisasi aktivis-aktivis sosial (bahkan mahasiswa)
yang diserap kedalamnya, menyebabkan LSM bertahan dalam wataknya
semula.
Tahun 1985 dan seterusnya kebekuan respon masyarakat terhadap
kondisi objektif ekonomi, politik, dan budaya yang sangat negatif, berhasil
oleh gerakan-gerakan mahasiswa, yang para pelakuknya banyak berasal dari
kelas menengah ke bawah dan masih sektarian bila dibandingkan dengan
Filipina dan Korea Selatan. Bila dilihat konsolidasi dan isunya, gerakan

8
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

mahasiswa periode ini relatif lebih merakyat, berhasil dalam membentuk opini
dan lebih kuat dalam bargain politiknya.
Aksi mahasiswa Ujung Pandang (1987) adalah aksi yang baru
pertama kalinya dengan turun ke jalan (rally), dengan jumlah massa yang
relatif besar, dengan mengambil isu kebijaksanaan pemerintah dalam
peraturan lalu lintas, judi, dan ekspresi kesulitan ekonomi. Aksi ini dihentikan
dengan memakan beberapa korban. Tradisi turun ke jalan ini telah menjadi
trend pada saat ini, Pengerahan massa yang relatif besar pada saat ini belum
konsisten pada tujuan politiknya.Celah-celah kegiatan pers dan tersebarnya
mass media kampus, kegiatan-kegiatan diskusi, aksi-aksi yang dipikirkan
masak-masak, benar-benar memberikan pengalaman yang berharga, baik dari
segi pematangan, pemahaman, penyatuan pikiran maupun rekonsolidasi bagi
proses selanjutnya gerakan mahasiswa tahun 80-an.
Kontinum gerakan mahasiswa tahun 80-an tampaknya kini lebih
menggembirakan. Hingga sekarang mereka bisa merebut opini nasional dan
internasional, isunya lebih merakyat, bargain politiknya lebih kuat, dapat
menarik simpati rakyat serta tingkat kolaborasi dengan unsur-unsur
administrator militer, birokrat, partai, ex-partai, ormas, LSM, kelompok studi,
maupun lainnya boleh dikatakan sangat rendah. Namun kontinum tersebut
belumlah sampai pada tingkat seperti yang dijelaskan sebelumnya.
’10

Tahun 1990, pada periode ini Gerakan Mahasiswa kembali mencoba


Buletin CC Medan, Maret

membangun gerakan massa dengan hidupnya kembali aktivitas kampus.


Gerakan Mahasiswa turun mengadvokasi kasus-kasus kerakyatan. Tahun 1992
terbentuk Solidaritas Mahasiswa Inndonesia untuk Demokrasi (SMID). Dan
kader-kader banyak yang turun kesektor-sektor rakyat, seperti buruh, petani.
Kader-kader SMID juga aktif mengadvokasi kasus-kasus kerakyatan, seperti
kasus tanah Kedung Ombo, kasus buruh di Surabaya dan Jabotabek. Sampai-
sampai kader-kader SMID banyak yang diculik dan dibunuh oleh Rezim
diktator Orba. Puncaknya adalah Tragedi 27 Juli 1996 yang sempat membuat
perlawanan Gerakan Mahasiswa kembali tiarap. Dan kembali melakukan
gerakan bawah tanah. Tapi akibat dari tragedi 27 Juli perlawanan rakyat
terhadap rezim penindas orba semakin besar, sentimen anti Soeharto sangat
tinggi.

Bersambung ke halaman 14 …
Gerakan Mahasiswa’ 98
BENANG KUSUT PENDIDIKAN
Oleh : Elisabeth Nainggolan

Sejatinya Indonesia sedang dilanda multi krisis, ketidakstabilan dan


tengah mengalami restruktuisasi global dunia yang sedang berjalan ditandai
dengan perubahan paradigma di semua aspek kehidupan. Krisis kompleks
yang menjadi fenomena membawa tantangan berat bagi bangsa Indonesia
sebagai negara berkembang yang seringnya berada dalam posisi terancam,
terlebih menghadapai globalisasi yang mengharuskan perubahan paradigma,
peniadaan sekat-sekat ideologis politik, budaya bahkan substansi kehidupan
yang nyaris sama. Mampu bermain dalam kancah percaturan dunia
(globalisasi) adalah agenda masa depan yang harus dimiliki bangsa Indonesia.
Hanya saja agenda masa depan ini terkesan muluk-muluk untuk kita bahas

9
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

ketika pendidikan nasional bangsa kita pun masih dalam kondisi sakit, yang
seyogiyanya pendidikan adalah barometer kemajuan suatu bangsa.
Merenungi masalah pembangunan pendidikan Indonesia,
mengundang kita semua mencermati betapa pendidikan nasional masih baru
sekedar mampu memberi sumbangsih pendidikan yang diwujudkan dengan
ijazah dan titel tapi masih belum mampu melahirkan SDM yang memiliki
potensi sebagai kader-kader bangsa yang tangguh dan profesioanal untuk
memenuhi tuntutan agenda masa depan. Sehingga kenyataan berkata saat ini
kredibilitas bangsa Indonesia di mata masyarakat dunia tidak semakin
memuncak tapi justru belakangan terakhir semakin memudar, maka tidak
heran jika beberapa tahun terakhir survei yang dilakukan Badan Internasional
menjelaskan tidak ada prestasi terbaik yang pernah dicatat Indonesia baik di
bidang politik, sosial, ekonomi dan bidang lainnya.
Pertanyaannya, ada apa dengan Indonesia? Jawabannya, Indonesia
sedang terpuruk dan kehilangan kader bangsa yang tangguh dan siap
bersaing, mengapa demikian? Tentunya ada banyak variabel yang menjadi
determinan penyebabnya tapi sejatinya ada variabel yang fundamental
sebagai penyebab keterpurukan ini, yaitu ketidakberhasilan pendidikan
nasional kita. Ketidakberhasilan pendidikan nasional berpotensi besar sebagai
variabel akibat yang fundamental atas keterpurukan bangsa ini. Seberapa
’10

jauh andil pendidikan dalam mewujudkan agenda masa depan? Pertanyaan


Buletin CC Medan, Maret

yang kerap dilontarkan, terkesan bernada klise tapi sejatinya memerlukan


jawaban pasti yang harus diterjemahkan dalam tindakan. Karena pendikan
bersinggungan langsung dengan SDM yang merupaka output pendidikan itu
sendiri, dan nyatanya di bangsa ini SDM nya lah yang sedang bermasalah
inilah alasan mengapa pendidikan sesungguhnya adalah akar masalah dari
keterpurukan yang tengah kita alami.
Seyogianya hari ini bangsa kita tengah menuai dampak panjang atas
ketidakberhasilan pendidikan, sejenak memutar kembali rekaman memori
dunia pendidikan di masa lampau maka kita menyadari banwa sesungguhnya
selama ini kita tidak pernah sungguh-sungguh mengurusi pendidikan bahkan
masih dipandang sebelah mata. Selama ini pemerintah dan masyarakat belum
mengelola pendidikan dengan optimal terlihat dari anggaran pendidikan yang
sebelumnya tidak pernah benar-benar terealisasikan untuk kepentingan
pendidikan dan persentasenya dari total RAPBN pun masih lebih rendah dari
sektor lainnya.
Sekalipun saat ini pemerintah dan masyarakat telah menyadari
esensi pendidikan yang terlihat dari kondisi dimana pemerintah sedang getol-
getolnya mengenjot pendidikan tapi tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Kesalahan terdahulu telah mendarah daging dan dampaknya sangat
signifikan untuk hari ini maka tidak heran jika pendidikan terlihat bagai
benang kusut. Depolitasi kebijakan pendidikan kerap terjadi dalam
pendidikan, secara filosofi kebijakan yang diambil seperti pergantian
kurikulum sebagai contoh konkrit berada dalam kerangka perbaikan mutu
pendidikan tapi pengalaman menggambarkan hal yang berbanding terbalik
dimana setiap perubahan kebijakan bernuansa “politisi“ bahkan istilah tambal
sulam kebijakan di dunia pendidikan sebagai hal yang lumrah seperti
penetapan KBK yang belum seumur jagung dan belum dirasakan
kontribusinya sudah diganti dengan KTSP sebagai kurikulum baru, sehingga
asumsi “Lain pemimpin lain kebijakan” terlontar begitu saja. Selain itu

10
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

sentralisasi juga menjebak pendidikan terperangkap dalam praktik bisnis,


terlebih sejak terealisasinya anggaran pendidikan sebesar 20% menjadikan
pendidikan sebagai ladang uang bagi nereka yang memilki kekuasaan dan
sampai saat ini anggaran 20% pun belum mampu mengatasi kegagalan
pendidikan dari segi finansial karena dalam realisasinya anggaran 20%
mengalami sikat-sikut sana-sini wujud praktik KKN dunia pendidikan lagi-lagi
ini terjadi karena SDM bangsa kita yang rendah sehingga pendidikan pun
masih pragmatis. Bahkan saat ini kebijakan BHP atas PTN yang diambil
pemerintah realnya menghantarkan kita kepada privatisasi pendidikan yang
seharusnya pendidikan harus dikelola pemerintah karena menyangkut hajat
hidup orang banyak dengan itu privatisasi ini dikhawatirkan hanya akan
meningkatkan kuantitas kaum tertindas dalam pendidikan.
Ironisnya juga kita baru juga sadar bahwa yang bertanggungjawab
atas kegagalan pendidikan menghasilkan SDM yang tangguh dan profesional
adalah tenaga didik yaitu guru, apapun alasannya guru merupakan titik
sentral dalam pendidikan tapi guru pun sebenarnya selama ini masih tertindas
karena hanya dipandang sebagai alat politik kekuasaan terdahulu maka guru
tidak memiliki wewenang dalam dunianya sendiri dan kita juga tidak dapat
menuntut banyak dari guru karena selama ini kesejahteraan guru pun tidak
begitu diperhitungkan berbeda dengan negara lain, omong kosong seorang
’10

guru bersikap profesional ketika kesejahteraannya pun terancam sampai


Buletin CC Medan, Maret

masih ada guru yang menerima gaji dibawah UMR. Maka tak heran dengan
kualitas guru yang kesejahteraannya terancam dan tidak professional kualitas
SDM yang dihasilkan pun biasa-biasa saja sekedar tamat dan guru pun
dengan nyaman berperan sebagai transfer of knowledge bukan transfer of
value tanpa menyadari sesungguhnya pendidikan sebagai proses rekonstruksi
bukan sebatas belajar . Dan saat ini bangsa kita sedang demam sertifikasi
yang disinyalirkan sebagai solusi kesejahteraan guru memang mendongkrak
popularitas guru tapi sejauh ini belum dirasakan kontribusinya sebagai solusi
mengatasi ketidakberhasilan pendidikan, benarkah sertifikasi adalah solusinya
sampai saat ini masih dipertanyakan.
Deskripsi panggung dunia pendidikan menjadi refleksi bagi kita
bersama bahwa menyadari pendidikan sebagai motor yang juga memegang
andil yang cukup besar dalam kemajuan bangsa mencapai agenda masa
depan ternyata sedang mengalami sakit yang berada dalam kategori
komplikasi, namun sekalipun terlambat mempososisikan pendidikan sebagai
solusi keterpurukan bangsa ini tidak salah kiranya kita segenap bangsa
Indonesia melakukan berbagai koreksi terhadap kekeliruan dalam kebijakan
pendidikan selama ini, sembari secara sungguh-sungguh melakukan
perbaikan menuju masyarakat terdidik sebagai kader bangsa yang tangguh
dan profesional, karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Maju
pendidikan bangsaku!
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FE

Ada Apa Dengan Tanggal 11 Maret ini ?


Yakobo.P.Sijabat

Kampus adalah miniatur dari sebuah negara yang menjungjung tinggi


demokrasi yang ada. Kebebasan dalam berekspresi dan bersuara sangat jelas

11
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

terlihat dibangsa ini dan juga dikampus. Mahasiswa sebagai itelektual muda
dilihat sangat potensial dalam mempertahankan demokrasi ini. Namun saat ini
mahasiswa mulai di kotori oleh praktek-praktek politik yang kotor di negeri ini.
Di Unimed sendiri sudah bukan hal yang asing lagi bila
mahasiswanya diinterpensi oleh sistem kampusnya sendiri. Sistem kampus
sering membuat mahasiswa terjepit dan merasa dipersulit. Kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat dan ide-ide sering sekali dihalangi oleh anjing-anjing
birokrasi unimed. Kekuatan mahasiswa yang sangat terbatas menambah lagi
keraguaan mahasiswa dalam menyuarakan haknya dalam berbicara dan
mengkritisi sesuatu terwujud di kampus Unimed yang tercinta ini. Mahasiswa
yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengkritisi sesuatu
semakin hilang dari kampus Unimed. Kebijakan Birokrasi Unimed yang
sepihak sering sekali terjadi di Unimed karna tidak adanya lagi mahasiswa
sebagai penetral dan pembanding dalam memutuskan kebijakan kampus.
Kondisi Unimed yang sangat mprihatikan ini membuat Demokrasi di Unimed
sepertinya kotori oleh birokrasi dari Unimed karena tidak adanya lagi
penghargaan akan Kebebasan.
Apa yang terjadi dalam kampus ku ini ??? pertanyaan seperti inilah
yang akan terlontar dari kita setelah mengetahui keadaan kampus kita ini.
Tanggal 11 Maret 2010 ini lah seharusnya menjawab semuanya itu.
’10

Ada apa sebenarnya dengan tanggal ini? Jawabannya adalah Hari Pesta
Buletin CC Medan, Maret

demokrasi di kampus Unimed. Dengan adanya kesempatan ini lah mahasiswa


bisa memilih secara langsung perwakilannya masing-masing yang akan duduk
bersama para birokrat kampus yang akan menyampaikan aspirasi mahasiswa
dengan wujud adanya kebijakan kampus yang berpihak dengan mahasiswa.
Namun berangkat dari pengalaman-pengalaman senat-senat wakil
mahasiswa yang terdahulu membuat pesimis akan ada perubahan yang
berarti di kampus UNIMED. Senat-senat terdahulu dipilih oleh mahasiswa
tanpa meliat lebih dalam lagi kredibilitas dan integritas diri nya. Mahasiswa
sering ditipu dengan janji-janji calon senat yang baik bunyi ketika
dikumandangkan. Disamping itu juga, mahasiswa sebagai pemilih sering
melupakan hakekatnya sebagai pengontrol dan pengawas kinerja senat itu
sendiri. Mahasiswa tidak ikut serta mendampingi jalannya kinerja yang senat
lakukan selama ini.
Sekarang apakah mahasiswa akan salah lagi memilih dan bertindak
dalam pendampingan senat?? Bagaimana selanjutnya lagi dengan Unimed
ini??
Penyelesaiannya ada pada mahasiswa itu sendiri, yang menentukan
para perwakilannya duduk di senat. Bagaimana wajah, kinerja pemerintahan
senat tergantung pada orang-orang yang ada di dalamnya. Berpihak atau
tidak, ditentukan oleh sikap senat itu sendiri. Nah, sekarang permasalahan
yang sangat sulit untuk diselesaikan adalah keberpihakan dan arah senat itu
sendiri. Pemerintahan senat sering dan hampir selalu diinterpensi oleh
birokrat Unimed. Senat tidak dapat berdiri secara independen ditengah-
tengah perjalanan senat karena dikendalikan dan diatur biokrat.
Permasalahan inilah yang dari dulu membuat perubahan di Unimed tidak ada.
Sosok pemimpin dan wakil mahasiswa yang bisa beda dari birokrat belum ada
kita temukan. Apa di tanggal 11 maret itu semua bisa terjadi????
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FE

12
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Resume Diskusi CC MEDAN

PENDIDIKAN KAUM TERTINDAS

Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontreversial,


seorang educator yang lahir tanggal 19 september 1921 dari di Recife Timur
laut Brasillia. Masa kanak-kanaknya dilalui dalam situasi penidasan karena
orang tuanya yan kelas menengah jatuh miskin pada tahun 1929. Setamat
sekolah menengah, Freire kemudian belajar Hukum, Filsafat dan Psikologi.
Sementara kuliah ia bekerja Part time sebagai instruktur bahasa portugis di
sekolah menengah. Ia meraih gelar doctor pada tahun 1959 lalu diangkat
menjadiprofesor.
Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam
masyarakat brasil. Bagi dia system pendidikan yang ada sama sekali tidak
berpihak pada rakyat miskin tetapi sebaliknya mengasingkan dan menjadi alat
penindasan harus dihapuskan dan digantikan denga system pendidikan yang
baru. Sperti pada buku terlaris Paulo Freire Pedagogy Of The Oppresed. Ia
menerapkan system pendidikan “hadap-masalah” sebagai kebalikan dari
pendidikan “ gaya bank”. System pendidikan hadap masalah yang penekanan
utamanya pada penyadaran nara didik menimbulkan kekuatiran dikalangan
’10
Buletin CC Medan, Maret

para penguasa.
Pemikiran Freire lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-
tahun ditengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tak berpendidikan.
Masyarakat feudal atau hirarkis adalah struktur masyarakat yag umum
berpengaruh di Amerika latin pada saat itu. Dalam kehidupan masyarakat
yang sangat kontras seperti ini lahirlah suatu kebudayaan yag disebut Freire
degan kebudayaan “Bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini
tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai
sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam pada hari ini yang
panjang, menonton dan membosankan sedangkan eksitensi masa lalumasa
akan dating belum disadari. Dan kebudayaan bisu yang demikian itu kaum
tertindas hanya menerima nbegitu saja perlakuan kaum penindas. Bahkan
adanya ketakutan pada kaum tertindas akan adaya kesadaran tentang
ketertindasan mereka, itulah dehumanisasi karena bahasa sebagaiprakondisi
untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan diam atau bisu yang
dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga
bukn strategi untuk menahan interverensi penguasa dari luar. Tetapi budaya
bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam
budaya bisu memang tidak tahu apa-apa, mereka tidak memiliki kesadaran
bahwa mereka bisu dan dibisukan. Karena itu menurut Freire Pendidikan yag
dapat membebaskan dan memperdayakan. Pendidikan yang relevan dalam
masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka
mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termaksuk suara
pendidikan. Karena ini lah Freire bergumul ia terpanggil untuk membebaskan
masyarak yang tertindas dan telah dibisukan. Bagaimana dengan kita ???
apakah kita gelisah akan penindasan yang terjadi pada kita??? apakah kita
orang yang tertindas itu??? Atau…………kitalah PENINDAS itu????

MULAILAH DARI YANG KECIL, MULAILAH DARI DIRI SENDIRI DAN MULAILAH
DARI SEKARANG
13
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

By : Divisi Diskusi
UU BHP KERJAAN MAFIA PENDIDIKAN

Sungguh sangat disayangkan melihat kondisi pendidikan kita saat ini,


pasalnya pemerintah tidak lagi memandang pedidikan sebagai salah satu
landasan atapun barometer perkembangan dan kemajuan Negara kita
kedepan, secara logikan semakin tinggi tingkat pendidikan sebuah Negara
maka semakin pesat pula perkembangan Negara karena dengan Tingginya
tingkat ilmu yang dimiliki oleh seseorang maka seseorang itu akan berusaha
menciptakan sesuatu untuk kesejahteraan dirinya dan akan berdampak
terhadap perkembangan negara.
Banyak permasalahan yang terjadi di tubuh pendidikan kita, seperti
randahnya mutu pendidikan kita terlihat dari banyak orang yang menganggur
karena tidak mampu bersaing di dunia kerja, kontroversi UN, fasilitas
pendidikan yang tidak memadai secara merata, disana sini sekolah
kekurangan guru bahkan yang paling parah biaya pendidikan yang semakin
mahal.
Belum selesai dengan permasalahan-permasalahan yang ada,
pendidikan kita lagi-lagi dilanda sebuah masalah yang sangat besar yang
’10
Buletin CC Medan, Maret

membuat kita semakin terpuruk, yaitu di berlakukannya UU BHP pada tanggal


17 desember 2008 oleh saudara-saudara kita anggota DPR RI, yang katanya
PRO rakyat?.UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) pada dasarnya menjadikan
satuan pendidikan mencari ataupun mengusahakan pembiayaan dirinya
dengan usaha sendiri, istilahnya otonomi pendidikan yang segala sesuatunya
ditentukan oleh satuan pendidikan itu sendiri untuk berkembang ataupun
memenuhi kebutuhan hidupnya.
System otonomi pendidikan menjadikan sebuah satuan pedidikan
(sekolah/universitas) menjadi sebuah perusahaan, yang akan menjadikan
lahan tempat meraup keuntungannya adalah peserta didik (siswa/mahasiswa).
Dengan demikian uang sekolah atau kuliah semakin melambung tinggi,
sehingga para putra-putri bangsa ini khususnya ekonomi lemah akan sulit
merasakan indahnya pendidikan. Oleh karena itu mencerdaskan kehidupan
bangsa yang tertuang dalan UUD ’45 hanyalah selogan belaka.
Pada pasal 38 dalam UU BHP berbisi semua bentuk pendapatan dan sisa hasil
usaha kegiatan maupun penggunaan tanah negara tidak termasuk
pendapatan negara bukan pajak dan harus ditanamkan kembali ke dalam BHP
untuk tujuan peningkatan kualitas pendidikan. Secara sekilas sangat baik
namun bila dilihat dari system birokrasi kita yang carut-marut dan orang-
orang korup yand bertengger di dalamnya manalah mungkin hasil usaha
sebuah BHP bersisa sedapat mungkin pastilah mereka dihabiskan,
bagaimanapun caranya? Nah hal-hal seperti ini yang harus kita antisipasi,
banyangkan setelah peserta didik harus membayar uang sekolah atau kuliah
mahal-mahal setelah bersisa malah di jarah, sunggu tragis bukan? Jadi
jelaslah sudah UU BHP ADALAH KERJAAN MAFIA PENDIDIKAN, oleh karena itu
mari kita raptkan barisan untuk menolak UU BHP.
Salin itu, dari UU BHP ini dapat kita lihat ketidak seriusan pemerintah
kita dalam pemerataan pendidikan kepada semua generasi muda bangsa ini
tanpa melihat status ekonominya, buktinya pada pasal 40 UU BHP
mewajibkan penyelenggara pendidikan untuk memberikan beasiswa, bantuan
14
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

pendidikan, kredit mahasiswa dan pemberian pekerjaan kepada peserta didik,


dan wajib menjaring dan menerima warga negara Indonesia yang memiliki
potensi akademik tinggi dan kurang mampu paling sedikit 20% dan jumlah
keseluruhan peserta didik. Pemberian ruang hanya sebesar 20% bukanlah
solusi tapi hanya perangkap belaka , karena kita tahu bahwa penduduk
Indonesia status ekonominya rata-rata berada dibawah garis kemiskinan atau
tergolong kurang mampu oleh karena jelaslah sudah nantinya pendidikan
hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang berduit saja, apa bedanya
dengan jaman penjajahan dulu?
Penulis mencontohkan sebuah satuan pendidikan yang memang
penulis masih menjadi warga didalamnya yaitu UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN(UNIMED) yang uang kuliahnya semakin mahal, karena untuk pertama
masuk ke UNIMED sekarang kita harus membayar uang penyertaan orang tua
sebesar 1jt itupun baru naik dari yang sebelumnya 500ribu, uang praktek
300/tahun, uang spp 650ribu/semester setelah beberapa kali kenaikan dari
250ribu/semester pada angkatan 2003 kebawah, 500ribu/semester pada
angkatan 2004, dan 650ribu/semester pada angkatan 2006 sampai 2009
sekarang dan uang ini itu lainnya. Belum BHP aja sudah begini, konon lagi
setelah bersetatus BHP??? Selain itu ketransfaransian kemana uang yang
dibayarkan tersebut juga tidak jelas kemana muaranya, khusus uang praktek
’10

mahasiswa harus membayarnya selama setahun walaupu tidak ada kegiatan


Buletin CC Medan, Maret

praktek yang dilakukan mahasiswa tersebut, dibilang menambah pasilitas


atau alat-alat praktek buktinya tidak ada.
Oleh karena itu Mari sama-sama kita kembali kejalan yang benar
yaitu mengarahkan pendidikan pada tujuan yang sebenarnya bukan melihat
pendidikan lahan bisnis yang subur. Mencerdaskan kehidupan bangsa yang
tetuang dalam UUD ‘45 HARUS dijadikan acuan dan merupakan jalan terbaik
untuk mengembalikan jati diri pendidikan kita agar pilosofi pendidikan
memanusiakan masusia bisa tecapai merata dirasakan semua rakyat
Indonesia sehingga dengan demikian bangsa akan menjadi bangas yang maju.
By ”Januardi Simanjuntak”
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FT

Kami hadir Untuk


mensejahterakan rakyat..

Wah….
duitnya
banyak

Mana janjimu bos kami lapar, kedinginan,


kami tidak sekolah
Berjuang untuk rakyat

15
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Ngomong bukan solusi tindakan konkrit itu


yang kami tunggu mana!!!
Mana woi……… ini Medan Bung..!!!

RAKYAT SADAR RAKYAT CERDAS DALAM MEMILIH


PEMERINTAH
Oleh.Benni Sinaga,C.SE

Saatnya rakyat untuk sadar dan cerdas untuk memilih


pemerintah/pemimpinnya yang bisa menjunjung tinggi nilai dan martabat
orang-orang tertindas,miskin dan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Yang pertanyaan kapankah pemerintah/pemimpin yang dapat memperhatikan
kesengsaraan rakyatnya?
Telah lama kita dikelabui oleh janji dan rayuan gombal para calon
pemerintahan seperti (Presiden, Gubernur, walikota, bupati) dan lain – lain
yang membawa rakyatnya kejurang penderitaan. Saatnya rakyat sadar dan
cerdas untuk menentukan pilihan, jangan lagi kebobolan dalam memilih
’10

pemimpin kenali lebih dalam dan ikuti perkembagannya serta yang paling
Buletin CC Medan, Maret

utama adalah profil para kandidat. Jangan tergiur dengan janji politik, bahasa
iklan dan kecerdikan tim-tim sukses yang terus membawa rakyat ke jurang
penderitaan. Mari bangkit dan tinggalkan hal-hal yang membuat kita tidak
bisa maju Yang membuat negeri ini tidak bisa menyukseskann pesta
demokrasi adalah uang (hepeng) dengan kata lain demokrasi kita masih dapat
di beli. Jadi kalau rakyat masih terus di kelabui uang maka rakyat akan masuk
kejurang penderitaan dan takkan pernah bisa keluar dari jurang penderitaan
tersebut. Jurang perderitaan tersebut maksudnya (kemiskinan,
pengangguran,anak-anak terlantar, dan materialisme). Jadi saatnya rakyat
sadar dan rakyat cerdas dalam memilih.
Selama 64 tahun negeri ini sudah merdeka yang menjadi pertanyaan
apakah rakyat sudah merdeka atau masih tertindas? Inilah yang penting kita
renungkan.apa yang telah kita lakukan untuk negeri ini adalah kesadaran
sama kita pribadi untuk perbaikan negeri ini. Menurut badan pusat Statistik
(BPS) jumlah masyarakat miskin dinegeri ini adalah 17,5% atau berkisar 34,6
juta sedan berdasarkan hasil SUSENAS berkisar 98 juta penduduk miskin
Indonesia dengan jumlah pengangguran 38,5% juta jiwa. Apakah ini yang
dikatakan merdeka??????.
12 mei 2010 kota Medan akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu
pemilihan wali kota dan wakil wali kota Medan. Semua kandidat atau para
calon sudah mengatur strategi dan membuat taktik untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat. Dari beberapa pengalaman dan pengamatan pada
saat pesta demokrasi tiba rakyat di sanjung dan di puja seperti dewa dan
bidadari, tetapi setelah pesta demokrasi usai maka rakyat di telantarkan dan
ditindas dengan berbagai penderitaan. Sama seperti pepatah mengatakan
“Habis manis sepah di buang”. Saatnya rakyat sadar dan cerdas dalam
menentukan pilihan. Kedaulatan ada ditangan rakyat, mari tentukan pilihan
jangan takut untuk sebuah kebenaran dan kesuksesan demokrasi. Ketahuilah
kekuatan rakyat tak terkalahkan jika rakyat bersatu, saya terinspirasi melihat
16
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

kekuatan rakyat dalam pengumpulan koin prita dimana uang/koin yang


terkumpul bisa mencapai ratusan juta. Itulah menandakan bahwa rakyat
memiliki kekuatan penuh dalam kesuksesan negeri ini.
Menyoal Memilih atau tidak memilih
Memilih atau tidak memilih merupakan dilema bagi masyarakat
dimana masyarakat mulai bosan dengan system demokrasi di negeri ini.
Sebagai warga negara yang baik memang kita harus memilih supaya
demokrasi berjalan dengan baik, karena kedaulatan sepenuhnya sudah
diberikan kepada rakyat. Rakyatlah yang menentukan. Tetapi disisi lain ada
rakyat yang tidak mau memilih yang menjadi pertanyaan adalah kenapa
rakyat tidak mau memilih? Karena faktanya beberapa kali negeri ini
melaksanaan pemilihan baik itu presiden dan kepala daerah yang menang
selalu Golput ( Golongan putih) bagaiman pemerintah menyikapi ini, apakah
terjawab bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat???
Solusi
Dengan hal ini. disilah pemerintah harus bijak dan tanggap melihat
permasalahan dan kondisi ini. Bagaimana pemerintah dapat meyakinkan
rakyatnya untuk memilih. Itu harus dibuktikan dengan kinerjanya yang pro
kepada rakyat bukan pro kepada Borjuis dan kapitalis. Lihat kesejahteraan
rakyat jikalau rakyat tidak mau lagi untuk memilih bagaiman dengan negara
’10

kita apakah masih bisa dikatakan negara demokrasi dengan demikian kepala
Buletin CC Medan, Maret

daerah pun tidak terpilih.jalanilah tugas dengan baik setelah terpilih.

Tugas dan kewajiban pemerintah


¡ Kekuasaan harus dipergunakan demi kebaikan bersama dan tidak
dibenarkan untuk kepentingan pribadi
Pemerintah memiliki kewajiban kepada rakyatnya;
¡ Mengusahakan kesejahteraan dan kebajikan hidup bersama
¡ Mengarahkan rakyat untuk mencapai kebahagiaan hidup
abadi setelah mati
¡ Pembela dan penjaga keadilan
¡ Menjaga perdamaian

Penulis adalah mahasiswa STIE IBMI dan


Aktif di Campus Concern Medan (CC-
Medan).

Sambungan dari halaman 6..

Gerakan Mahasiswa Tahun 1998


Gerakan Mahasiswa 98 munculnya bersifat momentum. Di akhir
tahun 1997 Indonesia mengalami resesi ekonomi sebagai nakibat dari
kewajiban untuk membayar hutang luar negeri yang sudah mengalami jatuh
tempo. Dampak dari krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan ini
adalah naiknya harga-harga sembako. Bulan-bulan berikutnya ditahun 1998

17
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

adalah malapetaka bagi rezim Orba. Tidak seperti yang banyak dibayangkan
oleh pakar-pakar politik, perlawanan massa berkembang sedemikian cepat
dan masif di hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia. Posko-posko
perlawanan sebagai simbol perlawanan terhadap rezim muncul diberbagai
kampus dan dalam kesehariannya posko ini sangat disibukkan oleh kegiatan-
kegiatan yang politis sifatnya seperti rapat-rapat koordinasi, pemutaran film-
filim politik, dll. Tak nampak lagi kultur mahasiswa yang sebelumnya apatis,
hedon, cuek, dll. Hampir di setiap sudut kita dapat menemukan mahasiswa
yang berbicara tentang politik, benar-benar sesuatu yang baru!
Intensitas gerakan ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi obyektif
yang semakin tak menentu seperti krisis yang tak kunjung usai, tingkat
represi yang semakin meningkat mulai dari penculikan aktivis sampai pada
pemukulan dan penembakan mahasiswa yang mencoba turun ke jalan.
Puncak dari tindakan represi ini adalah dengan ditembaknya 4 mahasiswa
Univ. Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Penembakan ini memicu kemarahan
massa rakyat, yang representasinya dilakukan dalam bentuk pengrusakan,
penjarahan ataupun pemerkosaan di beberapa tempat di Indonesia. Praktis
dalam 2 hari pasca penembakan, Jakarta berada dalam kondisi yanag tidak
terkontrol. Mahasiswa kemudian secara serempak menduduki simbol-simbol
pemerintahan lembaga legislatif beberapa hari kemudian (18 Mei), yang
’10

dilakukan hingga Soeharto mundur.


Buletin CC Medan, Maret

Bentuk-bentuk perlawanan Organisasi mahasiswa pada saat itu


adalah membentuk komite-komite aksi ditingkatan kampus dan juga
mengajak elemen massa rakyat untuk menuntaskan Rezim Orba. Propaganda-
propaganda yang dibangun pada awalnya mengangkat isu-isu ekonomis
tentang turunkan harga sembako. Dan meningkat menjadi isu politis yaitu
turunkan Soeharto dan cabut Dwifungsi ABRI (untuk isu ini hanya di beberapa
kota yang tergolong lebih relatif radikal). Slogan aksi pada saat itu adalah
Reformasi. Tapi pada saat itu terjadi perdebatan-perdebatan dikalangan
Gerakan Mahasiswa. Perdebatan itu adalah apakah Gerakan Mahasiswa ini
Gerakan Moral atau Gerakan Politik. Tanggal 21 Mei 1998 Gerakan Mahasiswa
yang di dukung oleh rakyat mampu melengserkan Soeharto. Tetapi setelah itu
GM seperti kehilangan arah dan merasa puas. Padahal yang justru menjadi
problema rakyat Indonesia pada saat itu belum tersentuh. Di tingkat Gerakan
Mahasiswa yang terjadi justru polarisasi dalam gerakan dan bukannya
tuntasnya agenda-agenda Reformasi atau Revolusi Demokratik.

Membangun Kembali Gerakan Mahasiswa


Setelah Soeharto dilengserkan yang naik menggantikannya ialah
Habibie yang notabene anak didik Soeharto. Dan masa pemerintahan Habibie
ini jelas hanya pucuk pimpinan saja yang berubah, tetapi sistim ynag dipakai
tetap mempertahankan sistim pemerintahan Orde Baru, Karena Habibie juga
bagian dari produk Orba. Sehingga pada tanggal 13 November 1998 pecah
peristiwa Semanggi I. Dimana terjadi pembantaian yang dilakukan aparat
keamanan terhadap mahasiswa dan massa rakyat yang menolak di
adakannya Sidang Istimewa MPR. Banyak jatuh korban dari pihak mahasiswa
dan massa rakyat, sampai jatuh korban jiwa karena tindakan kekerasan yang
diakibatkan pemukulan dan penembakan yang dilakukan Pasukan PHH pada
saat itu.

18
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Untuk membangun kembali Gerakan mahasiswa yang teridiolgis dan


jelas keberpihakannya terhadap kelas kaum pekerja diupayakan oleh
beberapa kawan mahasiswa pelopor. Beberapa organisasi mahasiswa dari
Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Semarang, Solo dan Purwokerto
membentuk organisasi tingkat Nasional yang diberi nama FONDASI (Front
Nasional Untuk Demokrasi) pada tanggal 5 Februari 1999 di Bandung.
FONDASI kemudian melibatkan diri melalui anggota-anggotanya pada tanggal
28 Februari - 5 Maret 1999 diadakan RMNI I di Bali yang dihadiri oleh 53
organisasi dari seluruh Indonesia. Hasilnya adalah aksi serentak tanggal 13
April di kota-kota besar Indonesia. Lalu dilanjutkan pada pertemuan RMNI II di
Surabaya yang mengalami jumlah penurunan peserta menjadi 32 organisasi.
Namun RMNI I &II tersebut tidak menghasilkan kepemimpinan nasional
gerakan mahasiswa. Perdebatan yang terjadi di RMNI I dan II adalah mengenai
pemerintahan transisi dan cabut dwifungsi ABRI, dan terutama tentang
pengambilan momentum pemilu 7 Juni 1999. Apakah momentum Pemilu 7
Juni ini di ambil atau tidak. Ada ketakutan jika mengangkat isu boikot pemilu,
massa rakyat pendukung fanatik partai-partai politik akan memukul gerakan
mahasiswa. Namun kenyataannya, hal tersebut tidak terjadi.Akhirnya Fondasi
ditambah kelompok-kelompok mahasiswa yang memiliki kesamaan isu yaitu
cabut dwifungsi ABRI, Pemerintahan Transisi, dan kesamaan taktik
’10

menghadapi Pemilu membentuk LIGA MAHASISWA NASIONAL Untuk


Buletin CC Medan, Maret

DEMOKRASI (LMND) dalam Kongres Mahasiswa Nasional Pertama di Bogor


tanggal 9-13 Juli 1999.
Pasca Pemilu Rezim Habibie ingin mensahkan RUU PKB yang dibuat
oleh DPR. Dan kebijakan ini pun ditolak oleh mahasiswa dan massa rakyat
dengan melakukan pelawanan hingga meletuslah peristiwa Semanggi II,
Peristiwa ini kembali menimbulkan jatuh korban dipihak mahasiswa dan
massa rakyat. Dan akhirnya Rezim Habibie menunda UU Drakula
tersebut.Tanggal 20 Oktober GusDur naik menjadi Presiden dan Megawati
menjadi wakilnya. Dan Gerakan Mahasiswa menghadapi Rezim yang jelas
berbeda dengan Rezim sebelumnya. Ruang-ruang demokrasi memang sedikit
terbuka dimasa pemerintahan Abdurahman Wahid ini, tapi disatu sisi masih
banyak terdapat tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan
terhadap para demonstran. Rezim GusDur-Mega pun terbukti ternyata tidak
berpihak pada rakyat karena kebijakan-kebijakan neoliberalnya. Dan yang
membuat kecewa lagi Rezim ini pun ikut mendukung dan mencoba
menggolkan kembali RUU PKB yang jelas-jelas sudah memakan korban jiwa
tersebut. Ini dikarenakan Rezim GusDur-Mega terlalu banyak kompromi dan
tidak berani bertindak tegas terhadap sisa-sisa kekuatan lama yaitu sisa Orba
dan militer.Namun disatu sisi ternyata rezim GusDur yang masih bersifat
setengah hati dalam menegakkan demokratisasi di Indonesia, mencoba untuk
menarik simpati massa dengan menyingkirkan elit-elit politik gadungan dan
militer yang pada saat Pemilu telah mendukungnya. Tentu saja hal ini
berakibat pada munculnya konflik diinternal kabinet rezim GusDur. Elit-elit
politik gadungan yang disingkirkan oleh GusDur-pun menggunakan berbagai
macam cara baik itu intra maupun ekstra parlementer dalam rangka
mendelegitimasi rezim GusDur. Gerakan mahasiswa yang ada pada saat
itupun tidak luput dari intervensi kepentingan para elit politik gadungan
tersebut. Akibatnya terjadi polarisasi antara gerakan yang pro GusDur dengan
gerakan yang anti terhadap GusDur, sebagian besar dari mahasiswa yang

19
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

terjebak dalam polemik ini adalah kalangan Badan Eksekutif Mahasiswa


[BEM]. Diantaranya yang cukup dominan dalam melakukan aksi-aksi massa
adalah Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia atau biasa disingkat BEM-sI
yang melakukan penolakan terhadap GusDur lewat isu seperti Buloggate dan
mengusulkan segera dilakukannya Sidang Istimewa MPR/DPR. Golongan
Kedua adalah yang menamakan diri mereka Badan Eksekutif Mahasiswa
Indonesia [BEMI] dengan aksi-aksi pendukungan GusDur mereka. Saat inilah
mahasiswa mengalami ketidakfokusan isu.
Namun demikian ada golongan diluar itu yang melihat bahwa ada
usaha permainan politik oleh sisa-sisa Orde Baru yang manifes dalam partai
Golkar serta Militer dibalik ini semua. Analisa ini datang dari golongan gerakan
ekstra parlementer seperti LMND, FORKOT, FAMRED, PMII serta beberapa
organ sektoral lainnya seperti dari buruh ada FNPBI yang cukup dominan serta
dari partai politik PRD, PKB dan komunitas NU-nya. Golongan yang terakhir ini
mencoba untuk melakukan aksi-aksi propaganda bahwa permasalahan
sebenarnya bukanlah pro-kontra GusDur melainkan adanya bahaya kekuatan
ORBA yang mulai bangkit kembali. Isu yang dibawa adalah seperti Bubarkan
Golkar, Bubarkan Parlemen. Namun lewat upaya-upaya licik dari elit politik
gadungan –GusDur termasuk didalamnya- maka permasalahan yang lebih
esensial ini menjadi kabur dan berakhir dengan kejatuhan GusDur. Lewat
’10

mekanisme undang-undang politik yang ada dipilihlah Wakil Presiden pada


Buletin CC Medan, Maret

saat itu, Megawati untuk menggantikan GusDur. Rezim yang baru ini segera
melakukan reshuffle kabinet dalam rangka melakukan power sharing dengan
elit-elit politik gadungan seperti PAN, PPP, PBB, GOLKAR, serta militer. Format
baru ini telah membentuk sebuah rezim baru Mega-Hamzah –sebagai
wakilnya- yang ternyata masih juga melanjutkan kebijakan GusDur yang tidak
berpihak pada massa rakyat.

Gerakan Mahasiswa Kini


Sudah menjadi watak alami dari borjuasi di Indonesia yang pengecut
dan selalu menghambakan diri kepada kekuatan modal asing. Hal ini
tercermin lewat kebijakan Mega-Hamzah di lanjutkan oleh SBY - JK yang sejak
awal menitikberatkan pada pembangunan situasi yang kondusif di dalam
negeri untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia. Solusi kebijakan ini
ternyata pada perkembangannya hanya menambah hutang-hutang baru yang
dilimpahkan ke rakyat dan yang terjadi malah krisis berkepanjangan. Salah
satu kebijakan dari rezim Mega-Hamzah yang dinilai tidak berpihak pada
kepentingan rakyat adalah pencabutan subsidi sehingga menibulkan efek
domino yang memicu tingkat kenaikan harga bahan pokok. Selain itu di sektor
industri terjadi “pengefesiensian” akibat melambungnya harga BBM,
konsekuensinya terjadi rasionalisasi besar-besaran terhadap buruh pabrik.
Akibat dari itu adalah meningkatnya jumlah pengangguran dimana-mana
hingga nominal 37 Juta. Belum lagi kebijakan fiskal ekspor dan impor yang
memicu tingkat inflasi dan menurunnya pertumbuhan ekonomi hingga 3%.
Kebijakan Mega-Hamzah yang paling fatal adalah memberikan konsesi yang
begitu besar terhadap pihak militer dengan memberikan kedudukan sentral
terhadap para pejabat militer yang bertanggungjawab pada kasus-kasus
pelanggaran HAM dan demokrasi. Hal inilah yang menjawab mengapa terjadi
represifitas yang begitu besar terhadap gerakan saat ini oleh aparat.Melihat
hal ini justru gerakan mahasiswa mengalami kemunduran dan menjadi

20
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

terpisah dengan basis massa rakyat lainnya. Gerakan mahasiswa malah sibuk
dengan isu-isu yang elitis dan cenderung tidak fokus. Hanya beberapa saja
dari organ gerakan ekstra kampus yang masih mampu mengkonsolidasikan
diri dan terus menerus secara konsisten melakukan tuntutan terhadap rezim.
Namun yang terjadi sekali lagi adalah pengulangan sejarah, rezim Mega-
Hamzah yang awalnya diharapkan mampu bertindak lebih demokratis dan
populis ternyata malah mempraktekkan kebijakan yang sama dengan jaman
Orde Baru berkuasa. Terjadi pemberangusan terhadap nilai-nilai demokrasi di
gerakan lewat penangkapan aktivis-aktivis demokrasi, terjadi pengilusian
terhadap gerakan mahasiswa oleh rezim dengan mengkampanyekan gerakan
mahasiswa sebagai gerakan moral semata. Artinya gerakan mahasiswa cukup
mengkritisi saja problema yang ada bukannya menjadi kelas transisional
terhadap kelas yang lain untuk memberikan transformasi kesadaran ke hal
yang lebih progresif dan menjelaskan kepada massa akan perlunya rakyat
mengambil alih pemerintahan sebagaimana selalu dikampanyekan oleh
organ-organ pro demokrasi –termasuk LMND.
Gerakan mahasiswa menjadi gagap dalam merespon keadaan krisis
ini berbeda dengan sektor massa yang lain; Buruh, Tani, Kaum Miskin Kota
yang tanpa dukungan dari mahasiswa-pun ternyata mampu melakukan aksi
dalam skala besar. Disinilah peran pelopor gerakan mahasiswa untuk
’10

menyatukan kekuatan-kekuatan tersebut menjadi hal yang urgen.Rakyat yang


Buletin CC Medan, Maret

sedang resah membutuhkan sebuah kepeloporan dalam hal kesadaran disini.


Memajukan kesadaran ekonomis massa hingga menuju tataran politis adalah
konkretisasi kepeloporan yang dimaksud.Hal inilah yang dilihat oleh
sekelompok orang kritis yang peduli akan hal ini,sehingga lahirlah sebuah
kelompok diskusi “Campus Concern” yang berusaha menghidupkan kembali
geraakan mahasiswa yang telah tidur sekian lamanya,dengan harapan
gerakan mahasiswa bangkit kembali untuk memonitor setiap kebijakan-
kebijakan pemerintah demi kemajuan bangsa kita tercinta INDONESIA,Angkat
Tangan Kirimu dan serukan perubahan.Hidup Mahasiswa….!!!
Oleh Redaksi.
“diambil dari berbagai sumber”

POTRET PROSES PENDIDIKAN DI KAMPUS

Kondisi kampus yang sudah semakin jauh dari yang diharapkan,


dimana seharusnya kampus sebagai tempat setiap warga Negara (Mahasiswa)
mengecap pendidikan sudah dimonopoli oleh kebijakan-kebijakan yang
berusaha untuk mengaut keuntungan sekelompok. Berbagai jenis kebijakan
digunakan sebagai alat untuk mancapai tujuan keuntungan tersebut dan
kerap kita lihat sendiri bahwa kebijakan yang dikeluarkan adalah
bertopengkan kesejahteraan kampus serta perbaikan pendidikan bahkan
banyak yang tidak tahu atas tujuan apa kebijakan tersebut dilaksanakan.
Seperti misalnya kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah
kita mengenai Badan Hukum Pendidikan, dimana dalam UU BHP tersebut
dikatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya menanggung seluruh biaya pendidikan untuk BHPP dan
BHPPD dalam menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah untuk
biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan
bagi peserta didik, berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai

21
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

Standar Nasional Pendidikan. (UU BHP Pasal 41 ayat 1 dan 3) akan tetapi
dikatakan lagi bahwa Biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) yang ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam
pendanaan pendidikan menengah berstandar pelayanan minimal untuk
mencapai Standar Nasional Pendidikan pada BHPP atau BHPPD paling
banyak 1/3 (sepertiga) dari biaya operasional.(UU BHP Pasal 41 ayat 8) dari
UU BHP itu sendiri sangatlah diragukan mengenai keberpihakannya kepada
kaum miskin yang ingin mengecap pendidikan dan banyak lagi ketidakjelasan
tujuan pemerintah kita dalam membuat UU BHP sebagai otonomi perguruan
tinggi yang katanya akan memperbaiki kualitas pendidikan dan
menyamaratakan setiap orang yang menerima pendidikan tersebut. Kalo bisa
saya katakan untung saja PTN kita belum menerapkan UU BHP tersebut
karena pada pasal tersebut tampak bahwa pemerintah hanya ingin lepas
tangan terhadap pembiyaan pendidikan.

Pendidikan atau pengajaran?


Bukan hanya mengenai kebijakan yang menguntungkan tersebut
yang menjadi kegelisahan kita terhadap kondisi kampus, akan tetapi juga
mengenai proses pendidikannya.
Sama-sama kita ketahui bahwa kampus adalah tempat pendidikan
’10

berlangsung secara sadar maupun tidak sadar. Pendidikan sadar dapat


Buletin CC Medan, Maret

diartikan sebagai pendidikan yang dilakukan melalui proses pembelajaran


diruang kelas maupun ceramah. Sedang pendidikan secara tidak sadar adalah
merupakan kebiasaan orang lain yang kita lihat dan akan kita tiru secara tidak
sadar dan proses pendidikan secara tidak sadar ini hampir mendekati kepada
proses pengajaran apabila kita melihat kembali kepada pengertian hakiki dari
pendidikan tersebut.
Di lingkungan kampus yang banyak terjadi bukanlah proses pendidikan
melainkan proses pengajaran yang terkadang menuju keearah penindasan.
Sudah menjadi suatu kebenaran bahwa kebanyakan orang lebih suka
melakukan hal yang dilihat daripada melakukan hal yang hanya didengar.
Di kampus kita di didik untuk memiliki moral yang baik, menjadi
pemimpin yang berintegritas serta memiliki rasa sosial yang tinggi. Akan
tetapi di lingkungan kampus secara tidak langsung mahasiswa diajari untuk
melakukan tindakan korupsi, menindas orang lain karena cenderung
“penindas muncul dari orang yang tertindas”. dan semua itu kita dapat dari
praktek-praktek kehidupan birokrasi yang sering kita lihat dan alami. Sebagai
contoh kita dinyamankan oleh jalan-jalan pintas yang di tawarakan dalam
urusan administrasi misalnya menyuap untuk mendapatkan nilai yang bagus,
menggunakan isitilah ‘deking’ dll. Sehingga secara tidak sadar mahasiswa
telah dididik menjadi koruptor-koruptor yang handal serta terlatih.

Solusi Pendidikan
Sesuai dengan tiga dharma Perguruan Tinggi Negeri, yaitu pendidikan tinggi,
penelitian ilmiah dan pengabdian masyarakat. Dari ketiga dharma tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan semula adalah sangat mulia
berdasarkan pengertian pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan,
memerdekakan serta mencerdaskan, mendewasakan. berbeda dengan
pengajaran yang hanya ber-orientasi terhadap kecerdasan kognitif. Dan
manusia yang menerima pendidikan itu akan memberikan kepada orang lain

22
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

juga pendidikan yang sama seperti yang telah diterimanya, karena kesadaran
akan pengertian pendidikan itu sendiri serta Jadi hendaklah kita mengubah
haluan, kembali pada prinsip pendidikan yang sebenarnya dan kembali pada
UUD 1945 Pasal 31 bahwa setiap warga Negara berhak menerima pendidikan.
BHP bukanlah solusi, tetapi ilusi. Maka hendaklah setiap orang sadar akan
tanggungjawab pendidikan yang mereka terima untuk menghindari kebijakan-
kebijakan yang menyimpang terhadap dunia pendidikan didalam kampus.
Maka untuk kita semua masysrakat terdidik, bijaklah jangan diam. Jadilah
seorang pendidik bukan pengajar yang ber-orientasi pada kecerdasan kognitif
semata akan tetapi juga memiliki moral serta tanggungjawab terhadap
pendidikan yang telah diterima itu sendiri.
By: Leonardo Manalu.
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FT

KONTROVERSI TIADA AKHIR


Oleh Rinto Tampubolon

Bila kita amati dengan cermat, proses perjalanan Pansus Angket


Century dari pembentukan (1 Desember 2009) hingga pengambilan
’10

keputusan akhir dari Pansus akhir-akhir ini (3 Maret 2010) ternyata melalui
Buletin CC Medan, Maret

masa-masa yang penuh kontroversi. Diawal pembentukannya,sebagian besar


fraksi PDI-P menginginkan agar sebelum disetujui pembentukan Pansus ini,
dibacakan terlebih dahulu point tujuan dari pembentukan angket tersebut.
Tetapi sebaliknya, fraksi Partai Demokrat menginginkan sebaiknya langsung
disetujui saja tanpa harus lagi dibacakan point tujuan pembentukan angket
tersebut. Dan Akhirnya, Marzuki Alie selaku pimpinan sidang langsung
menanyakan persetujuan pembentukan angket Bank Century ini dan langsung
mengetuk palu pertanda sudah disetujui yang sebagian besar dari Fraksi PD
(beritabaru.com). Hal ini menunjukkan bahwa nafsu fraksi partai Demokrat
untuk mengusut tuntas kasus skandal Bank Century ini sangat menggebu-
gebu. Setelah disetujui pembentukan pansus angket Bank Century ini, salah
seorang juru bicaranya yang berasal dari F-PDIP, Maruarar Sirait langsung
membacakan tujuan dari pembentukan angket Bank Century ini, diantaranya
untuk mengetahui apakah ppemerintah sebenarnya mengetahui perundang-
undangan terkait pencairan dana talangan Bank Century, lainnya untuk
mengetahui ada tidaknya indikasi pelanggaran pidana maupun perdata, dan
untuk mengetahui kemana saja aliran dana Rp. 6,7 triliun tersebut.
Di prosesnya, selama dua bulan lebih pansus angket Bank Century ini
bekerja untuk mencapai point-point tujuan pembentukan angket Bank gagal
ini. Pemanggilan saksi-saksi kunci pun akan dilakukan untuk mencari bukti-
bukti untuk menjawab misteri Bank kecil gagal yang katanya berdampak
sistemik ini. Selama sidang pansus angket Bank Century ini, diwarnai
perdebatan-perdebatan baik antara saksi kunci dan pansus, maupun antar
anggota pansus sendiri, seperti adu mulut Ruhut Sitompul (FD) dengan salah
seorang wakil ketua pansus, Gayus Lumbuun (F-PDIP). Perdebatan-perdebatan
sengit ini menjadi tontonan menarik bagi masyarakat Indonesia karena sidang
ini diekspos oleh siaran TV swasta secara terbuka. Bahkan beberapa lembaga
survey mengatakan bahwa siaran TV swasta yang berisi sidang pansus ini

23
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

menjadi urutan teratas menjadi tontonan favorit masyarakat dua bulan


belakangan ini dibanding dengan acara TV lainnya.
Menjelang akhir tugas pansus ini, suasana kontroversial semakin
memanas saja. Namun kali ini, hal kontroversial ini berasal dari antara
anggota pansus yang notabenenya berasal dari fraksi-fraksi yang berbeda.
Masing-masing fraksi menyimpulkan sikap mereka terhadap kasus skandal ini.
Dan penyimpulan sikap inilah yang menuai kontroversi. Fraksi Demokrat dan
fraksi PKB sepakat menyimpulkan bahwa kebijakan bailout untuk menalangi
Bank Century gagal ini dan kemana aliran dana yang dikucurkan oleh Bank
Century ini tidak menjadi masalah dan malah kebijakan ini digunakan untuk
penyelamatan perekonomian yang mengakibatkan pertumbuhan
perekonomian yang positif. Sementara fraksi-fraksi lain baik yang menjadi
partai koalisi Demokrat (Golkar,PKS,PAN,PPP), maupun yang berada diluar
koalisi (PDI-P, Hanura, Gerindra) menyimpulkan bahwa terdapat
penyimpangan dari pengambilan kebijakan ini sehingga perlu diserahkan
kepada proses hukum orang-orang yang bertanggung jawab atas kebijakan
ini, dan diantara orang-orang yang harus bertanggung jawab ini tersebut
nama Budiono (Wapres) dan Sri Muliani (Menkeu). Selanjutnya, sikap
beberapa fraksi yang ‘mbalelo’ dari koalisi ini, juga menuai ancaman dari
partai penguasa (Partai Demokrat) melalui isu “reshuffle” kabinet, dll.
’10

Kontroversi ini tidak hanya sampai disini saja, disidang Paripurna DPR
Buletin CC Medan, Maret

yang membahas sikap akhir anggota DPR secara keseluruhan (2 Maret 2010),
terjadi banyak kejanggalan dan perdebatan yang diwarnai kericuhan yang
distimulus oleh pimpinan DPR sendiri (Marzuki Alie) yang tidak dapat
mengakomodir pendapat dari para anggota dewan lain dengan menutup
sidang secara sepihak. Tindakan Marzuki ini menuai banyak kecaman, tidak
hanya dari anggota DPR, namun masyarakat juga mengecam tindakannya
yang tidak demokratis itu. Pimpinan DPR menganggap Badan Musyawarah
dapat menjadi penyimpul setiap keputusan, padahal dia lupa ada sidang
Paripurna yang menjadi sidang tertinggi pengambilan keputusan. Karena
terjadi kericuhan besar-besaran ini, maka sidang penentu sikap anggota DPR
secara keseluruhan melalui rapat Paripurna ini ditunda ke hari berikutnya (3
Maret 2010). Sidang ini menjadi klimaks pansus Angket ini karena akan
diambil sebuah sikap bersama untuk menindaklanjuti penyelesaian skandal
ini. Kesimpulan masing-masing fraksi dibagi menjadi dua opsi, yakni opsi A:
menyimpulkan bahwa kebijakan bailout untuk menalangi Bank Century gagal
ini dan kemana aliran dana yang dikucurkan oleh Bank Century ini tidak
menjadi masalah dan malah kebijakan ini digunakan untuk penyelamatan
perekonomian yang mengakibatkan pertumbuhan perekonomian yang positif,
dan opsi B: ) menyimpulkan bahwa terdapat penyimpangan dari pengambilan
kebijakan ini sehingga perlu diserahkan kepada proses hukum orang-orang
yang bertanggung jawab atas kebijakan ini, dan diantara orang-orang yang
harus bertanggung jawab ini tersebut nama Budiono (Wapres) dan Sri Muliani
(Menkeu). Namun, disela-sela akan memvoting pilihan sikap ini, ada muncul
pilihan “siluman” yang lahir karna keragu-raguan 2 fraksi (PPP, PAN) dan ini
sengaja dimanfaatkan oleh fraksi Demokrat untuk mendapat dukungan pada
opsi A. Namun, akhirnya voting dimenangkan juga oleh fraksi-fraksi
pendukung opsi B dengan perbandingan: Opsi A:212 dan opsi B: 315.
Jika dirunut kembali proses pembentukan pansus angket ini sampai
kepada pengambilan keputusan, kita melihat ada hal yang selalu terjadi dan

24
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

seakan sudah menjadi terbiasa akan kondisi ini, yakni hal kontroversi. Pada
awal pembentukan partai Demokrat sebagai “incumbent” menggebu-gebu
mengusut tuntas kasus ini, setelah melihat adanya indikasi terlibatnya
Budiono sebagai Wapres dan Sri Muliani (Menkeu), partai penguasa ini pun
habis-habisan melakukan pembelaan. Dan saat akhirnya “menyerah” pada
keputusan mayoritas legislatif yang tetap mempersalahkan kebijakan itu,
Presiden sendiri tetap berkeras hati mempertahankan status Quo ini. Jika hal
kontrovelsial ini dibiarkan tak berakhir, maka kondisi politik dan perekonomian
tidak akan stabil dan akan mengganggu psikologi masyarakat secara umum.
Perlu ada kerendahan hati dalam menyikapi hasil akhir ini, karena resistensi
yang berlebihan akan hal yang sudah terbukti salah ala pansus ini dapat
menurunkan kepercayaan kepada pemerintah dan secara khusus Presiden.
Akankah kontroversi ini masih berlanjut?

Penulis adalah anggota aktif Campus


Concern, PKK “Kerubim” UP-FBS

Serba- Serbi..
’10

Kabar Dari Gunung…


Buletin CC Medan, Maret

Campus Concern meda


n mengadakan acara ke
bersamaan di Gunung
Sinabung tanggal
5– 7 februari yang lalu.
Perjalanan yang
melelahkan namun
penuh makna.Apa ia
penuh makna? Ya, benar
sekali. Mendaki gunung
itu memiliki makna
filosopi yang
tinggi.Teringat akan
perjalanan ke Gunung ini
pada tahun 2008 yang
lalu, sebagai orang yang
perdana mendaki
gunung tertinggi di
Sumut ini, kami dapat
banyak pelajaran.
Pada waktu itu kami yang berjumlah sekitar 16 orang mendaki Gunung ini
pada pukul 01.00 di pagi hari. Tanpa seorang ranger kami nekat mendaki
Gunung bersejarah ini.
Diantara kami ada beberapa wanita yang lemah untk mendaki
gunung ini. Setiap shelter (tingkatan) kami harus bnyak berhenti. Bagi
sebagian anggota, banyak berhenti merupakan hal yang membosankan
karena target jam 05.00 harus sampai dipuncak agar melihat keindahan "sun
rises"..Namun pemimpin kami mengingatkan bahwa kami adalah 1 tim..
25
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

"jangan ada yang berjalan mendahului, apalagi ada teman yang tadik tahan
lagi berjalan, kita akan mendaki sampai batas kekuatan teman kita yang
paling lemah, kalau teman kita hanya sampai pada shelter 3, kita harus
sampai disitu dan turun!" demikian sang pemimpin kami menekankan
pentingnya menjaga kebersamaan itu daripada kepuasan pribadi mencapai
puncak,
Perlu diketahui, gunung ini memiliki 4 shelter yang masing2 shelter
memiliki tantangan tersendiri. Setiap sampai di tiap shelter, kita seakan
ditantang apakah akan melanjutkan perjalanan atau tidak.Dan shelter yang
paling menantang adalah, shelter 4 atau yang sering disebut shelter "patah
hati". Disebut "patah hati" karena tebing ini sangat curam mungkin hampir 80
derajat kemiringannya sehingga akan membuat setiap pendaki akan patah
hati atau menyerah untuk melanjutkan perjalanan sampai puncak.Namun
kondisi teman kami yang lemah tadi sepertinya tidak menjadi perhatian yang
serius untuk sebagian anggota termasuk saya sendiri saat berada di shelter
"patah hati" ini.Kami yang demikian bernafsu mencapai puncak ini berlomba-
lomba untuk mencapai puncak.Alhasil, sebagian kami mencapai puncak
terlebih dahulu sementara teman kami yang lain termasuk teman2 yang tadi
hampir menyerah bersusah payah mengangkat dirinya untuk sampai
dipuncak..
’10

Sampai dipuncak, sementara menikmati indahnya ciptaan Tuhan, aku


Buletin CC Medan, Maret

menyadari ternyata mendaki gunung ini selain membutuhkan keteguhan hati


untuk melewati setiap rintangan, juga dapat mengevaluasi karakter2 kita
yang tidak baik dan menguji hidup bersama.Sedikit berbeda dengan
pengalaman naik gunung tahun ini, kami lumayan k0mpak. Termasuk saya
sendiri sudah lebih perhatian untuk menolong teman2 yang lemah,Memotivasi
teman2 yang perdana mendaki gunung ini dan mensyukuri keindahan alam
ciptaan Sang Pencipta ini.Kami (anggota CC) sangat mengalami kemurahan
Tuhan. Dia menolong kami dari ketersesatan kami pada awal perjalanan,
men0long teman2 untuk bisa kuat mendaki sampai puncak gunung ini.Kami
juga diijinkan untuk bisa meneguhkan k0mitmen kami di CC dan menikmati
keindahan alam&awan yang nampak dari puncak gunung itu.
Sungguh luar biasa pengalaman mendaki Gunung Sinabung yang
melelahkan dan penuh makna filosopi ini.Semoga CC semakin bercahaya di
kampus dan dipelayanan mahasiswa sehingga banyak mahasiswa yang
menjadi kritis melihat realitas kampus yang penuh tipu muslihat.
Shine n Rise Campus Concern!
Stand Firm…!!!

26
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

LAPORAN KEUANGAN

Saldo per februari: Rp.31.500,-

Pemasukan Pengeluaran
PP / US : Rp.180.000,- Biaya tak
terduga untuk acara
Kebersamaan :
Rp.20.000,-
Diskusi :
Rp.33.000,-
’10
Buletin CC Medan, Maret

Jumlah : Rp.211.000,-
: Rp.53.000,-

Saldo per Maret’10


Rp.158.500,-

27
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

PROGRAM DISKUSI CC SEMESTER GENAP

No Waktu Materi Pemateri / Penanggung


Pelaksanaan Jawab
1 05 Maret PENDIDIKAN KAUM K’ESNI NAIBAHO
TERTINDAS I
2 12 Maret PENDIDIKAN KAUM Diskusi Bersama
TERTINDAS II
3 19 Maret BHP(BADAN HUKUM BINSAR & RINTO
PENDIDIKAN) I
4 26 Maret BHP(BADAN HUKUM -
PENDIDIKAN) II
5 02 April PENDIDIKAN KAUM -
TERTINDAS III
’10

6 09 April PENDIDIKAN KAUM -


Buletin CC Medan, Maret

TERTINDAS IV
7 16 April REALITA KAMPUS I FELIX & JANUARDI
8 23 April REALITA KAMPUS II -
9 30 April ANALISIS SOSIAL I YACOBO, BENNY &
NOVEYANI
10 07 Mei ANALISIS SOSIAL II -
11 14 Mei BEDAH TOKOH K’HELEN
(TB SIMATUPANG)
12 21 Mei NONTON BARENG SARTIKA
(NELSON MANDELA)
13 Selamat
28 Mei Ulang Tahun
ANALISIS buat:
SOSIAL III B’YACOBO, B’BENNY &
NOVEYANI
14 Sartika
04 Juni Sari Sinaga (18
ANALISIS maret)
SOSIAL IV -
15 11 Juni MANEJEMEN AKSI SARTIKA
16 Hp.0813
18 Juni 7543 AKSI
2933 CHAN

K’Helen Asrona Rajagukguk (13 april)


Hp.0813 7029 3946
Semoga Panjang umur n smangat dalam
berjuang..

NB :
1. DISKUSI DIADAKAN PADA HARI JUMAT PUKUL 16:00 s/d SELESAI
28
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010

2. ANGGOTA DISKUSI DIHARAPKAN PERSIAPAN SEBELUM DISKUSI


3. TEMPAT DI SEKRETARIAT UKMKP (DAPAT BERUBAH)

By : Divisi Diskusi

Kirimkan artikel atau tulisan anda kepada


Redaksi bulletin CC Medan:
Denny H Sinaga
Hp.081370583002 atau melalui.
Email: (Danesinaga@gmail.com)
Buletin dapat di download melalui Scribd.com
Melalui account Scribd: dane7dragon dengan
Judul “Buletin CC Medan Edisi Maret’10”
’10
Buletin CC Medan, Maret

29
Campus Concern Medan

Anda mungkin juga menyukai