Edisi ‘Maret
Maret’2010
DAFTAR ISI
…1
…..2
Indonesia(Bag 1 ).…..3
dikan……………..7
nggal 11 Maret ini ?
......8
Pendidikan Kaum Tertindas”.................9
ia Pendidikan...............10
at Cerdas Dalam Memilih Pemerintah……………12
khir…………………….18
Buletin CC Medan, Maret
20
…22
.23
1
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
Nama
: Felix
Bi BULETIN KAMPUS Kuanta
ginting
TTL : Medan, 11 Mei 1988
Alamat : Jln. Bunga Melati no.2 AA-
Medan
No.HP :
085275283535
Jurusan :
Pendidikan Matematika ’07-
Unimed
Jabatan
: Ketua
Peng.Organisasi
: CC Medan -
Sekarang
2
KELOMPOK DISKUSI CAMPUS CONCERN MEDAN
Campus Concern Medan
JL.RELA NO 106.PANCING - MEDAN
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
Pancing-Medan
Buletin CC Medan, Maret
No.HP : 081263969571
Jurusan : Manajemen ’06 STIE IBMI
Medan
Jabatan : Divisi Jaringan
Peng.Organisasi : Anggota BEM
.Dep.Pendidikan STIE- IBMI
(2007-2008)
Presiden Mahasiswa STIE-
IBMI Medan (2008-2009)
CC Medan - Sekarang
Kamp regional
mahasiswa 2004
merupakan cikal bakal
3
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
terbentuknya campus
concern (CC
Medan).pasca kamp
tersebut orang-orang
yang berkomitmen ke
kampus,yang telah
alumni membentuk
sebuah interest group
yang concern ke
kampus.pada
perkembangan
selanjutnya dinamakan
interest group
CC.anggotanya adalahh
gabungan seluruh
kampus di medan.IG CC
ini dibentuk pada awal
tahun 2005.
dan bedahara.Pada waktu itu terpilihlah Januar pasaribu sebagai ketua (FIS
UNIMED),Merry siregar sebagai sekretaris merangkap bendahara (FP USU)dan
beserta 12 anggota lainnya yang berasal dari berbagai kampus di Medan.
4
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
beberapa organisasi lain dalam SUGB (Serikat Untuk Guru Berjuang).serikat ini
bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak guru terkhusus guru-guru
swasta.Pada bulan November 2007 IG CC berhasil mengutus 10 orang
anggotanya untuk duduk di kursi SEMA UNIMED serta beberapa orang dalam
SEMAF UNIMED.Pada HARDIKNAS 2008 CC juga menghimpun bebagai
organisasi dalam KPP (Komunitas Peduli Pendidikan)untuk memperjuangkan
pendidikan di Indonesia.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangannya IG CC berganti
nama menjadi CC Medan dan telah mengalami beberapa kali pergantian
pengurus (Periodeisasi). Hingga saat ini CC Medan masih aktif melakukan
berbagai kegiatan dan gerakan baik itu dikampus maupun dilingkungan
masyarakat.
By.Redaksi..
5
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
pemuda dan pelajar untuk memilki penjelasan yang lebih jernih tentang
nasionalisme yang melekat pada organisasi Indonesia Muda dan melepaskan
dirinya dari keorganisasian sektarian pemuda dan mahasiswa guna
mempertajam orientasi anti-kolonial. Selain itu juga gerakan ini telah
melewati masa-masa sulit: kelumpuhan pergerakan nasional akibat
pemerintahan kolonial yang semakin represif, setelah pemberontakan PKI
1926 dan 1927 serta pemogokan-pemogokan buruh.
Di dalam kondisi kelumpuhan pergerakan nasional seperti itu
muncullah alternatif Kelompok Studi (Studie-studie Club) yang politis dilihat
dari orientasi dan tindakan politiknya. Analisa terhadap Studie Club jelas
memberikan kesimpulan bahwa kondisi obyektif ekonomi politik pada saat itu
politik kolonial yang semakin represif, yang kemudian berubah menjadi liberal
karena perubahan status ekonomi Belanda dan Hindia Belanda dapat direspon
dan distimulasi oleh kondisi subyektif studie club yang bertransformasi
menjadi sebuah partai.
Pada masa penjajahan Jepang organisasi pemuda yang ada
dibubarkan dan pemuda dimasukkan ke dalam; Seinen dan Keibodan(Barisan
Pelopor) dan PETA (Pembela Tanah Air) untuk dididik politik untuk
kepentingan fasisme. Yang menjadi topik menarik pada jaman ini adalah
ramainya bermunculan Gerakan Bawah Tanah (GBT) dengan rapat-rapat
gelap, dan penyebaran pamflet. GBT ini dikombinasikan dengan gerakan legal
Sukarno; merupakan jalan keluar yang logis bagi perlawanan anti fasis. Suatu
jalan keluar yang mencekam dan tidak memassa. Tingkat kesadaran massa
untuk mengambil jalan keluar ini belum mencapai tingkat yang revolusioner.
Masa 1945-1950 merupakan momentum yang penting dalam
gerakan pemuda dan pelajar: selain melucuti senjata Jepang, juga
memunculkan organisasi-organisasi seperti: Angkatan Pemuda Indonesia
(API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Gerakan Pemuda Republik Indonesia
(GERPRI), Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), Pemuda Putri Indoensia (PPI) dan
6
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
banyak lagi. Pada saat belum ada organisasi pemuda dan pelajar, yang
berbentuk federasi, diselenggarakan Kongres Pemuda seluruh Indonesia I
(1945) dan II (1946). Dan Gerakan Pemudalah yang berhasil mendesak
Soekarno-Hatta melalui penculikan untuk segera memproklamirkan
Kemerdekaan RI.
Periode Demokrasi Liberal 1950-1959 ternyata tidak memberikan
pendidikan politik yang berarti bagi mahasiwa. Pertemuan Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dalam bulan Desember 1955 di Bogor
PPMI memutuskan untuk menarik keanggotaannya dari FPI. Dengan demikian
jelaslah bahwa keanggotaan PPMI dan FPI yang secara sosiologis dapat
memberikan dimensi lingkungan sosial yang lebih luas, dihindari oleh gerakan
mahasiswa. Mahasiswa justru melumpuhkan akstivitas politik mereka.
Kemudian membius diri dengan slogan-slogan "Kebebasan Akademik" dan
"Kembali ke Kampus". Mahasiswa lebih aktiv dalam kegitan rekreatif,
perploncoan, dan mencari dana.Persiapan Pemilu 1955 gerakan mahasiswa
kembali mendapat momentumnnya. Pada saat itu berdiri organisasi
mahasiswa yang berafiliasi ke partai, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) yang berafilsi dibawah PNI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (GMS/GERMASOS) dengan PSI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dengan Masyumi, Concentrasi Gerakan Mahasiawa Indonesia (CGMI) dengan
’10
PKI.
Buletin CC Medan, Maret
7
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
Pada tahun 1980-an, tawaran LSM, literatur populis dan ada juga
Buletin CC Medan, Maret
sedikit yang struktural terutama yang di Barat, serta belajar keluar negeri
merupakan suatu kondisi objektif yang ditawarkan oleh kapitalisme yang
sedang berada pada titik kontradiski ekonomi, politik, dan budayanya
produktivitas yang rendah (terutama produk yang mempunyai watak
nasionalistis), kemiskinan, gap antara kaya dan miskin, pengangguran,
konsumerisme, kesenjangan harga dan pendapatan, krisis kepemimpinan,
rendahnya kuantitas dan kualitas pendidikan politik, kosongnya dunia
pendidikan, keilmuan dan budaya yang nasionalistis dan pro-rakyat,
perusakan lingkungan, dekadensi moral, dan sebagainya, yang belum pernah
terjadi sedemikian membahayakan dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kondisi popularitas LSM, gelar-gelar akademis, teori-teori dan
kesimpu lan-kesimpulan ilmu-ilmu sosial (tentang masyarakat Indonesia) yang
dipasok dari luar negeri (terutama dari Barat) menyuburkan budaya diskusi,
penelitian masyarakat dan aksi-aksi sosial kedermawanan dan peningkatan
pendapatan. BRAVO! buat menjamurnya kelompok studi (1983) dan LSM,
yang direspon mahasis¬wa-mahasiswa moderat. Mereka yang tadinya
berkeras menolak jalan aksi-aksi pengalangan massa, dalam waktu relatif
cepat berbalik beramai-ramai ikut mendukung apa yang disebut sebagai
gerakan "arus bawah". Yang lebih parah lagi adalah LSM, yang walaupun tidak
pernah memberikan picu bagi tindakan politik, proses pembusukkannya lebih
lamban ketimbang kelompok studi. Sokongan keuangan yang besar, yang
terus-menerus mendemoralisasi aktivis-aktivis sosial (bahkan mahasiswa)
yang diserap kedalamnya, menyebabkan LSM bertahan dalam wataknya
semula.
Tahun 1985 dan seterusnya kebekuan respon masyarakat terhadap
kondisi objektif ekonomi, politik, dan budaya yang sangat negatif, berhasil
oleh gerakan-gerakan mahasiswa, yang para pelakuknya banyak berasal dari
kelas menengah ke bawah dan masih sektarian bila dibandingkan dengan
Filipina dan Korea Selatan. Bila dilihat konsolidasi dan isunya, gerakan
8
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
mahasiswa periode ini relatif lebih merakyat, berhasil dalam membentuk opini
dan lebih kuat dalam bargain politiknya.
Aksi mahasiswa Ujung Pandang (1987) adalah aksi yang baru
pertama kalinya dengan turun ke jalan (rally), dengan jumlah massa yang
relatif besar, dengan mengambil isu kebijaksanaan pemerintah dalam
peraturan lalu lintas, judi, dan ekspresi kesulitan ekonomi. Aksi ini dihentikan
dengan memakan beberapa korban. Tradisi turun ke jalan ini telah menjadi
trend pada saat ini, Pengerahan massa yang relatif besar pada saat ini belum
konsisten pada tujuan politiknya.Celah-celah kegiatan pers dan tersebarnya
mass media kampus, kegiatan-kegiatan diskusi, aksi-aksi yang dipikirkan
masak-masak, benar-benar memberikan pengalaman yang berharga, baik dari
segi pematangan, pemahaman, penyatuan pikiran maupun rekonsolidasi bagi
proses selanjutnya gerakan mahasiswa tahun 80-an.
Kontinum gerakan mahasiswa tahun 80-an tampaknya kini lebih
menggembirakan. Hingga sekarang mereka bisa merebut opini nasional dan
internasional, isunya lebih merakyat, bargain politiknya lebih kuat, dapat
menarik simpati rakyat serta tingkat kolaborasi dengan unsur-unsur
administrator militer, birokrat, partai, ex-partai, ormas, LSM, kelompok studi,
maupun lainnya boleh dikatakan sangat rendah. Namun kontinum tersebut
belumlah sampai pada tingkat seperti yang dijelaskan sebelumnya.
’10
Bersambung ke halaman 14 …
Gerakan Mahasiswa’ 98
BENANG KUSUT PENDIDIKAN
Oleh : Elisabeth Nainggolan
9
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
ketika pendidikan nasional bangsa kita pun masih dalam kondisi sakit, yang
seyogiyanya pendidikan adalah barometer kemajuan suatu bangsa.
Merenungi masalah pembangunan pendidikan Indonesia,
mengundang kita semua mencermati betapa pendidikan nasional masih baru
sekedar mampu memberi sumbangsih pendidikan yang diwujudkan dengan
ijazah dan titel tapi masih belum mampu melahirkan SDM yang memiliki
potensi sebagai kader-kader bangsa yang tangguh dan profesioanal untuk
memenuhi tuntutan agenda masa depan. Sehingga kenyataan berkata saat ini
kredibilitas bangsa Indonesia di mata masyarakat dunia tidak semakin
memuncak tapi justru belakangan terakhir semakin memudar, maka tidak
heran jika beberapa tahun terakhir survei yang dilakukan Badan Internasional
menjelaskan tidak ada prestasi terbaik yang pernah dicatat Indonesia baik di
bidang politik, sosial, ekonomi dan bidang lainnya.
Pertanyaannya, ada apa dengan Indonesia? Jawabannya, Indonesia
sedang terpuruk dan kehilangan kader bangsa yang tangguh dan siap
bersaing, mengapa demikian? Tentunya ada banyak variabel yang menjadi
determinan penyebabnya tapi sejatinya ada variabel yang fundamental
sebagai penyebab keterpurukan ini, yaitu ketidakberhasilan pendidikan
nasional kita. Ketidakberhasilan pendidikan nasional berpotensi besar sebagai
variabel akibat yang fundamental atas keterpurukan bangsa ini. Seberapa
’10
10
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
masih ada guru yang menerima gaji dibawah UMR. Maka tak heran dengan
kualitas guru yang kesejahteraannya terancam dan tidak professional kualitas
SDM yang dihasilkan pun biasa-biasa saja sekedar tamat dan guru pun
dengan nyaman berperan sebagai transfer of knowledge bukan transfer of
value tanpa menyadari sesungguhnya pendidikan sebagai proses rekonstruksi
bukan sebatas belajar . Dan saat ini bangsa kita sedang demam sertifikasi
yang disinyalirkan sebagai solusi kesejahteraan guru memang mendongkrak
popularitas guru tapi sejauh ini belum dirasakan kontribusinya sebagai solusi
mengatasi ketidakberhasilan pendidikan, benarkah sertifikasi adalah solusinya
sampai saat ini masih dipertanyakan.
Deskripsi panggung dunia pendidikan menjadi refleksi bagi kita
bersama bahwa menyadari pendidikan sebagai motor yang juga memegang
andil yang cukup besar dalam kemajuan bangsa mencapai agenda masa
depan ternyata sedang mengalami sakit yang berada dalam kategori
komplikasi, namun sekalipun terlambat mempososisikan pendidikan sebagai
solusi keterpurukan bangsa ini tidak salah kiranya kita segenap bangsa
Indonesia melakukan berbagai koreksi terhadap kekeliruan dalam kebijakan
pendidikan selama ini, sembari secara sungguh-sungguh melakukan
perbaikan menuju masyarakat terdidik sebagai kader bangsa yang tangguh
dan profesional, karena lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Maju
pendidikan bangsaku!
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FE
11
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
terlihat dibangsa ini dan juga dikampus. Mahasiswa sebagai itelektual muda
dilihat sangat potensial dalam mempertahankan demokrasi ini. Namun saat ini
mahasiswa mulai di kotori oleh praktek-praktek politik yang kotor di negeri ini.
Di Unimed sendiri sudah bukan hal yang asing lagi bila
mahasiswanya diinterpensi oleh sistem kampusnya sendiri. Sistem kampus
sering membuat mahasiswa terjepit dan merasa dipersulit. Kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat dan ide-ide sering sekali dihalangi oleh anjing-anjing
birokrasi unimed. Kekuatan mahasiswa yang sangat terbatas menambah lagi
keraguaan mahasiswa dalam menyuarakan haknya dalam berbicara dan
mengkritisi sesuatu terwujud di kampus Unimed yang tercinta ini. Mahasiswa
yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengkritisi sesuatu
semakin hilang dari kampus Unimed. Kebijakan Birokrasi Unimed yang
sepihak sering sekali terjadi di Unimed karna tidak adanya lagi mahasiswa
sebagai penetral dan pembanding dalam memutuskan kebijakan kampus.
Kondisi Unimed yang sangat mprihatikan ini membuat Demokrasi di Unimed
sepertinya kotori oleh birokrasi dari Unimed karena tidak adanya lagi
penghargaan akan Kebebasan.
Apa yang terjadi dalam kampus ku ini ??? pertanyaan seperti inilah
yang akan terlontar dari kita setelah mengetahui keadaan kampus kita ini.
Tanggal 11 Maret 2010 ini lah seharusnya menjawab semuanya itu.
’10
Ada apa sebenarnya dengan tanggal ini? Jawabannya adalah Hari Pesta
Buletin CC Medan, Maret
12
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
para penguasa.
Pemikiran Freire lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-
tahun ditengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tak berpendidikan.
Masyarakat feudal atau hirarkis adalah struktur masyarakat yag umum
berpengaruh di Amerika latin pada saat itu. Dalam kehidupan masyarakat
yang sangat kontras seperti ini lahirlah suatu kebudayaan yag disebut Freire
degan kebudayaan “Bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini
tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai
sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam pada hari ini yang
panjang, menonton dan membosankan sedangkan eksitensi masa lalumasa
akan dating belum disadari. Dan kebudayaan bisu yang demikian itu kaum
tertindas hanya menerima nbegitu saja perlakuan kaum penindas. Bahkan
adanya ketakutan pada kaum tertindas akan adaya kesadaran tentang
ketertindasan mereka, itulah dehumanisasi karena bahasa sebagaiprakondisi
untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan diam atau bisu yang
dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga
bukn strategi untuk menahan interverensi penguasa dari luar. Tetapi budaya
bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam
budaya bisu memang tidak tahu apa-apa, mereka tidak memiliki kesadaran
bahwa mereka bisu dan dibisukan. Karena itu menurut Freire Pendidikan yag
dapat membebaskan dan memperdayakan. Pendidikan yang relevan dalam
masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka
mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termaksuk suara
pendidikan. Karena ini lah Freire bergumul ia terpanggil untuk membebaskan
masyarak yang tertindas dan telah dibisukan. Bagaimana dengan kita ???
apakah kita gelisah akan penindasan yang terjadi pada kita??? apakah kita
orang yang tertindas itu??? Atau…………kitalah PENINDAS itu????
MULAILAH DARI YANG KECIL, MULAILAH DARI DIRI SENDIRI DAN MULAILAH
DARI SEKARANG
13
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
By : Divisi Diskusi
UU BHP KERJAAN MAFIA PENDIDIKAN
Wah….
duitnya
banyak
15
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
pemimpin kenali lebih dalam dan ikuti perkembagannya serta yang paling
Buletin CC Medan, Maret
utama adalah profil para kandidat. Jangan tergiur dengan janji politik, bahasa
iklan dan kecerdikan tim-tim sukses yang terus membawa rakyat ke jurang
penderitaan. Mari bangkit dan tinggalkan hal-hal yang membuat kita tidak
bisa maju Yang membuat negeri ini tidak bisa menyukseskann pesta
demokrasi adalah uang (hepeng) dengan kata lain demokrasi kita masih dapat
di beli. Jadi kalau rakyat masih terus di kelabui uang maka rakyat akan masuk
kejurang penderitaan dan takkan pernah bisa keluar dari jurang penderitaan
tersebut. Jurang perderitaan tersebut maksudnya (kemiskinan,
pengangguran,anak-anak terlantar, dan materialisme). Jadi saatnya rakyat
sadar dan rakyat cerdas dalam memilih.
Selama 64 tahun negeri ini sudah merdeka yang menjadi pertanyaan
apakah rakyat sudah merdeka atau masih tertindas? Inilah yang penting kita
renungkan.apa yang telah kita lakukan untuk negeri ini adalah kesadaran
sama kita pribadi untuk perbaikan negeri ini. Menurut badan pusat Statistik
(BPS) jumlah masyarakat miskin dinegeri ini adalah 17,5% atau berkisar 34,6
juta sedan berdasarkan hasil SUSENAS berkisar 98 juta penduduk miskin
Indonesia dengan jumlah pengangguran 38,5% juta jiwa. Apakah ini yang
dikatakan merdeka??????.
12 mei 2010 kota Medan akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu
pemilihan wali kota dan wakil wali kota Medan. Semua kandidat atau para
calon sudah mengatur strategi dan membuat taktik untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat. Dari beberapa pengalaman dan pengamatan pada
saat pesta demokrasi tiba rakyat di sanjung dan di puja seperti dewa dan
bidadari, tetapi setelah pesta demokrasi usai maka rakyat di telantarkan dan
ditindas dengan berbagai penderitaan. Sama seperti pepatah mengatakan
“Habis manis sepah di buang”. Saatnya rakyat sadar dan cerdas dalam
menentukan pilihan. Kedaulatan ada ditangan rakyat, mari tentukan pilihan
jangan takut untuk sebuah kebenaran dan kesuksesan demokrasi. Ketahuilah
kekuatan rakyat tak terkalahkan jika rakyat bersatu, saya terinspirasi melihat
16
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
kita apakah masih bisa dikatakan negara demokrasi dengan demikian kepala
Buletin CC Medan, Maret
17
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
adalah malapetaka bagi rezim Orba. Tidak seperti yang banyak dibayangkan
oleh pakar-pakar politik, perlawanan massa berkembang sedemikian cepat
dan masif di hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia. Posko-posko
perlawanan sebagai simbol perlawanan terhadap rezim muncul diberbagai
kampus dan dalam kesehariannya posko ini sangat disibukkan oleh kegiatan-
kegiatan yang politis sifatnya seperti rapat-rapat koordinasi, pemutaran film-
filim politik, dll. Tak nampak lagi kultur mahasiswa yang sebelumnya apatis,
hedon, cuek, dll. Hampir di setiap sudut kita dapat menemukan mahasiswa
yang berbicara tentang politik, benar-benar sesuatu yang baru!
Intensitas gerakan ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi obyektif
yang semakin tak menentu seperti krisis yang tak kunjung usai, tingkat
represi yang semakin meningkat mulai dari penculikan aktivis sampai pada
pemukulan dan penembakan mahasiswa yang mencoba turun ke jalan.
Puncak dari tindakan represi ini adalah dengan ditembaknya 4 mahasiswa
Univ. Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Penembakan ini memicu kemarahan
massa rakyat, yang representasinya dilakukan dalam bentuk pengrusakan,
penjarahan ataupun pemerkosaan di beberapa tempat di Indonesia. Praktis
dalam 2 hari pasca penembakan, Jakarta berada dalam kondisi yanag tidak
terkontrol. Mahasiswa kemudian secara serempak menduduki simbol-simbol
pemerintahan lembaga legislatif beberapa hari kemudian (18 Mei), yang
’10
18
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
19
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
saat itu, Megawati untuk menggantikan GusDur. Rezim yang baru ini segera
melakukan reshuffle kabinet dalam rangka melakukan power sharing dengan
elit-elit politik gadungan seperti PAN, PPP, PBB, GOLKAR, serta militer. Format
baru ini telah membentuk sebuah rezim baru Mega-Hamzah –sebagai
wakilnya- yang ternyata masih juga melanjutkan kebijakan GusDur yang tidak
berpihak pada massa rakyat.
20
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
terpisah dengan basis massa rakyat lainnya. Gerakan mahasiswa malah sibuk
dengan isu-isu yang elitis dan cenderung tidak fokus. Hanya beberapa saja
dari organ gerakan ekstra kampus yang masih mampu mengkonsolidasikan
diri dan terus menerus secara konsisten melakukan tuntutan terhadap rezim.
Namun yang terjadi sekali lagi adalah pengulangan sejarah, rezim Mega-
Hamzah yang awalnya diharapkan mampu bertindak lebih demokratis dan
populis ternyata malah mempraktekkan kebijakan yang sama dengan jaman
Orde Baru berkuasa. Terjadi pemberangusan terhadap nilai-nilai demokrasi di
gerakan lewat penangkapan aktivis-aktivis demokrasi, terjadi pengilusian
terhadap gerakan mahasiswa oleh rezim dengan mengkampanyekan gerakan
mahasiswa sebagai gerakan moral semata. Artinya gerakan mahasiswa cukup
mengkritisi saja problema yang ada bukannya menjadi kelas transisional
terhadap kelas yang lain untuk memberikan transformasi kesadaran ke hal
yang lebih progresif dan menjelaskan kepada massa akan perlunya rakyat
mengambil alih pemerintahan sebagaimana selalu dikampanyekan oleh
organ-organ pro demokrasi –termasuk LMND.
Gerakan mahasiswa menjadi gagap dalam merespon keadaan krisis
ini berbeda dengan sektor massa yang lain; Buruh, Tani, Kaum Miskin Kota
yang tanpa dukungan dari mahasiswa-pun ternyata mampu melakukan aksi
dalam skala besar. Disinilah peran pelopor gerakan mahasiswa untuk
’10
21
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
Standar Nasional Pendidikan. (UU BHP Pasal 41 ayat 1 dan 3) akan tetapi
dikatakan lagi bahwa Biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) yang ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam
pendanaan pendidikan menengah berstandar pelayanan minimal untuk
mencapai Standar Nasional Pendidikan pada BHPP atau BHPPD paling
banyak 1/3 (sepertiga) dari biaya operasional.(UU BHP Pasal 41 ayat 8) dari
UU BHP itu sendiri sangatlah diragukan mengenai keberpihakannya kepada
kaum miskin yang ingin mengecap pendidikan dan banyak lagi ketidakjelasan
tujuan pemerintah kita dalam membuat UU BHP sebagai otonomi perguruan
tinggi yang katanya akan memperbaiki kualitas pendidikan dan
menyamaratakan setiap orang yang menerima pendidikan tersebut. Kalo bisa
saya katakan untung saja PTN kita belum menerapkan UU BHP tersebut
karena pada pasal tersebut tampak bahwa pemerintah hanya ingin lepas
tangan terhadap pembiyaan pendidikan.
Solusi Pendidikan
Sesuai dengan tiga dharma Perguruan Tinggi Negeri, yaitu pendidikan tinggi,
penelitian ilmiah dan pengabdian masyarakat. Dari ketiga dharma tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan semula adalah sangat mulia
berdasarkan pengertian pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan,
memerdekakan serta mencerdaskan, mendewasakan. berbeda dengan
pengajaran yang hanya ber-orientasi terhadap kecerdasan kognitif. Dan
manusia yang menerima pendidikan itu akan memberikan kepada orang lain
22
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
juga pendidikan yang sama seperti yang telah diterimanya, karena kesadaran
akan pengertian pendidikan itu sendiri serta Jadi hendaklah kita mengubah
haluan, kembali pada prinsip pendidikan yang sebenarnya dan kembali pada
UUD 1945 Pasal 31 bahwa setiap warga Negara berhak menerima pendidikan.
BHP bukanlah solusi, tetapi ilusi. Maka hendaklah setiap orang sadar akan
tanggungjawab pendidikan yang mereka terima untuk menghindari kebijakan-
kebijakan yang menyimpang terhadap dunia pendidikan didalam kampus.
Maka untuk kita semua masysrakat terdidik, bijaklah jangan diam. Jadilah
seorang pendidik bukan pengajar yang ber-orientasi pada kecerdasan kognitif
semata akan tetapi juga memiliki moral serta tanggungjawab terhadap
pendidikan yang telah diterima itu sendiri.
By: Leonardo Manalu.
Penulis adalah anggota aktif Campus Concern,Akk
UP.FT
keputusan akhir dari Pansus akhir-akhir ini (3 Maret 2010) ternyata melalui
Buletin CC Medan, Maret
23
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
Kontroversi ini tidak hanya sampai disini saja, disidang Paripurna DPR
Buletin CC Medan, Maret
yang membahas sikap akhir anggota DPR secara keseluruhan (2 Maret 2010),
terjadi banyak kejanggalan dan perdebatan yang diwarnai kericuhan yang
distimulus oleh pimpinan DPR sendiri (Marzuki Alie) yang tidak dapat
mengakomodir pendapat dari para anggota dewan lain dengan menutup
sidang secara sepihak. Tindakan Marzuki ini menuai banyak kecaman, tidak
hanya dari anggota DPR, namun masyarakat juga mengecam tindakannya
yang tidak demokratis itu. Pimpinan DPR menganggap Badan Musyawarah
dapat menjadi penyimpul setiap keputusan, padahal dia lupa ada sidang
Paripurna yang menjadi sidang tertinggi pengambilan keputusan. Karena
terjadi kericuhan besar-besaran ini, maka sidang penentu sikap anggota DPR
secara keseluruhan melalui rapat Paripurna ini ditunda ke hari berikutnya (3
Maret 2010). Sidang ini menjadi klimaks pansus Angket ini karena akan
diambil sebuah sikap bersama untuk menindaklanjuti penyelesaian skandal
ini. Kesimpulan masing-masing fraksi dibagi menjadi dua opsi, yakni opsi A:
menyimpulkan bahwa kebijakan bailout untuk menalangi Bank Century gagal
ini dan kemana aliran dana yang dikucurkan oleh Bank Century ini tidak
menjadi masalah dan malah kebijakan ini digunakan untuk penyelamatan
perekonomian yang mengakibatkan pertumbuhan perekonomian yang positif,
dan opsi B: ) menyimpulkan bahwa terdapat penyimpangan dari pengambilan
kebijakan ini sehingga perlu diserahkan kepada proses hukum orang-orang
yang bertanggung jawab atas kebijakan ini, dan diantara orang-orang yang
harus bertanggung jawab ini tersebut nama Budiono (Wapres) dan Sri Muliani
(Menkeu). Namun, disela-sela akan memvoting pilihan sikap ini, ada muncul
pilihan “siluman” yang lahir karna keragu-raguan 2 fraksi (PPP, PAN) dan ini
sengaja dimanfaatkan oleh fraksi Demokrat untuk mendapat dukungan pada
opsi A. Namun, akhirnya voting dimenangkan juga oleh fraksi-fraksi
pendukung opsi B dengan perbandingan: Opsi A:212 dan opsi B: 315.
Jika dirunut kembali proses pembentukan pansus angket ini sampai
kepada pengambilan keputusan, kita melihat ada hal yang selalu terjadi dan
24
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
seakan sudah menjadi terbiasa akan kondisi ini, yakni hal kontroversi. Pada
awal pembentukan partai Demokrat sebagai “incumbent” menggebu-gebu
mengusut tuntas kasus ini, setelah melihat adanya indikasi terlibatnya
Budiono sebagai Wapres dan Sri Muliani (Menkeu), partai penguasa ini pun
habis-habisan melakukan pembelaan. Dan saat akhirnya “menyerah” pada
keputusan mayoritas legislatif yang tetap mempersalahkan kebijakan itu,
Presiden sendiri tetap berkeras hati mempertahankan status Quo ini. Jika hal
kontrovelsial ini dibiarkan tak berakhir, maka kondisi politik dan perekonomian
tidak akan stabil dan akan mengganggu psikologi masyarakat secara umum.
Perlu ada kerendahan hati dalam menyikapi hasil akhir ini, karena resistensi
yang berlebihan akan hal yang sudah terbukti salah ala pansus ini dapat
menurunkan kepercayaan kepada pemerintah dan secara khusus Presiden.
Akankah kontroversi ini masih berlanjut?
Serba- Serbi..
’10
"jangan ada yang berjalan mendahului, apalagi ada teman yang tadik tahan
lagi berjalan, kita akan mendaki sampai batas kekuatan teman kita yang
paling lemah, kalau teman kita hanya sampai pada shelter 3, kita harus
sampai disitu dan turun!" demikian sang pemimpin kami menekankan
pentingnya menjaga kebersamaan itu daripada kepuasan pribadi mencapai
puncak,
Perlu diketahui, gunung ini memiliki 4 shelter yang masing2 shelter
memiliki tantangan tersendiri. Setiap sampai di tiap shelter, kita seakan
ditantang apakah akan melanjutkan perjalanan atau tidak.Dan shelter yang
paling menantang adalah, shelter 4 atau yang sering disebut shelter "patah
hati". Disebut "patah hati" karena tebing ini sangat curam mungkin hampir 80
derajat kemiringannya sehingga akan membuat setiap pendaki akan patah
hati atau menyerah untuk melanjutkan perjalanan sampai puncak.Namun
kondisi teman kami yang lemah tadi sepertinya tidak menjadi perhatian yang
serius untuk sebagian anggota termasuk saya sendiri saat berada di shelter
"patah hati" ini.Kami yang demikian bernafsu mencapai puncak ini berlomba-
lomba untuk mencapai puncak.Alhasil, sebagian kami mencapai puncak
terlebih dahulu sementara teman kami yang lain termasuk teman2 yang tadi
hampir menyerah bersusah payah mengangkat dirinya untuk sampai
dipuncak..
’10
26
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
LAPORAN KEUANGAN
Pemasukan Pengeluaran
PP / US : Rp.180.000,- Biaya tak
terduga untuk acara
Kebersamaan :
Rp.20.000,-
Diskusi :
Rp.33.000,-
’10
Buletin CC Medan, Maret
Jumlah : Rp.211.000,-
: Rp.53.000,-
27
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
TERTINDAS IV
7 16 April REALITA KAMPUS I FELIX & JANUARDI
8 23 April REALITA KAMPUS II -
9 30 April ANALISIS SOSIAL I YACOBO, BENNY &
NOVEYANI
10 07 Mei ANALISIS SOSIAL II -
11 14 Mei BEDAH TOKOH K’HELEN
(TB SIMATUPANG)
12 21 Mei NONTON BARENG SARTIKA
(NELSON MANDELA)
13 Selamat
28 Mei Ulang Tahun
ANALISIS buat:
SOSIAL III B’YACOBO, B’BENNY &
NOVEYANI
14 Sartika
04 Juni Sari Sinaga (18
ANALISIS maret)
SOSIAL IV -
15 11 Juni MANEJEMEN AKSI SARTIKA
16 Hp.0813
18 Juni 7543 AKSI
2933 CHAN
NB :
1. DISKUSI DIADAKAN PADA HARI JUMAT PUKUL 16:00 s/d SELESAI
28
Campus Concern Medan
Buletin CC Medan Edisi
Maret’2010
By : Divisi Diskusi
29
Campus Concern Medan