Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Merkuri atau raksa, dalam bahasa yunani disebut hydrargyrum yang berarti
cairan perak. Dalam sistem periodik, merkuri dilambangkan dengan Hg yang terletak
pada golongan II B dan periode 6 dengan nomor atom 80 dan nomor massa 200,59.
Selain itu Hg merupakan salah satu dari lima golongan logam transisi (cesium,
fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair pada suhu kamar (250 oC) dengan
titik bekunya paling rendah(-3900C), berwarna abu-abu, tidak berbau dan mudah
menguap.1
Secara alamiah, merkuri berasal dari gas gunung berapi dan penguapan air
laut. Selain itu merkuri juga berasal dari industri, transportasi, pembakaran fosil dan
pembakaran sampah. Macam-macam industri yang menggunakan merkuri antara lain
industri pertanian, cat, termometer, klor alkalin, tensi meter, listrik, dll. Namun secara
keseluruhan merkuri sama sekali tidak dibutuhkan kehadirannya dalam tubuh kita,
karena logam berat yang satu ini sangat berbahaya).1
Pada umumnya logam berat bersifat racun terhadap makluk hidup. Merkuri
(Hg) merupakan salah satu logam berat yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan
penyakit pada konsumen, karena jika di dalam tubuh terdapat unsur yang berlebihan
maka dapat menyebabkan etoksifikasi (keracunan) sehingga membahayakan manusia.
Logam berat (Pb, Hg, Cu, Cd, Ag.) dapat terdistribusi dan terakumulasi kedalam
tubuh manusia melalui berbagai perantara, seperti udara, makanan, maupun air yang
terkontaminasi oleh logam berat. Dr Charless Lee mengatakan bahwa paparan

merkuri bisa menyebabkan dampak kesehatan yang serius. Efeknya bisa merusak
ginjal dan sistem saraf serta menghambat perkembangan otak bayi dalam kandungan
dan anak-anak yang masih kecil.2
Di Indonesia, pencemaran merkuri ditemukan di banyak tempat, namun tidak
pernah ada investigasi atau laporan adanya penderita penyakit Minamata atau
keracunan merkuri. Namun ada beberapa daerah seperti kalimantan, aceh, jawa barat
dan sulawesi utara yang sungainya tercemar oleh merkuri yang merupakan limbah
industri (tambang emas).1

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Merkuri
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam

dan tersebar dalam batu batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa
anorganik dan organik. Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum
yang berarti perak cair (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang
berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat
konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas
yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur 38.9oC dan mendidih pada
temperatur 357oC. Merkuri menduduki peringkat pertama sebagai logam beracun

namun metil merkuri merupakan bentuk dari merkuri yang penting yang bermanfaat
bagi manusia. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan Hg
di bumi menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Raksa
banyak

digunakan

sebagai

bahan penambal gigi, termometer, barometer,

dan

peralatan ilmiah lain. Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena
merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25C),
titik bekunya paling rendah (-39C), mempunyai kecenderungan menguap lebih
besar, mudah bercampur dengan logam-logam lain menjadi logam campuran
(Amalgam/Alloy), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik
tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah sehingga merkuri
banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri.
Sebagian besar merkuriyang terdapat di alam ini dihasilkan oleh sisa industri
dalam jumlah 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas di mana
3.000 jenis kegunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses
pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar
pembuatan insektisida untuk pertanian.3
B.

Sejarah Keracunan Merkuri4


1. Kaisar pertama Cina bersatu, Qin Shi Huang, dilaporkan meninggal karena
menelan pil merkuri yang dimaksudkan untuk memberikan hidup kekal.
2. Sebuah studi ilmiah awal keracunan merkuri di 1923 oleh ahli kimia anorganik
Jerman, Alfred Stock, yang sendiri menjadi keracunan, bersama dengan
rekan-rekannya, dengan menghirup uap merkuri yang sedang dirilis oleh
peralatan laboratorium pompa difusi nya, float katup , dan manometer-yang

semuanya mengandung merkuri, dan juga dari merkuri yang telah sengaja
tumpah dan tetap di celah dalam penutup lantai linoleum.
3. Sindroma Hunter-Russel jangka berasal dari penelitian terhadap keracunan
merkuri antara para pekerja di sebuah pabrik kemasan benih di Norwich,
Inggris pada akhir tahun 1930 yang bernafas methylmercury yang sedang
4.

digunakan sebagai bibit disinfektan dan pengawet


Pada tahun 1958 kota Minamata Jepang dikejutkan dengan wabah yang
menelan ratusan jiwa. Ratusan orang mati akibat penyakit aneh dengan gejala
kelumpuhan syaraf. Dengan kejadian tersebut para ahli kesehatan melakukan
penilitian melalui pengamatan yang mendalam tentang gejala dan kebiasaan
orang Jepang. Para ahli mengambil hipotesis bahwa gejala penyakit tersebut
mirip orang yang

keracunan logam berat. Berdasarkan hipotesis

tersebut,maka dilakukan eksperimen terhadap ikan-ikan diperairan Teluk


Minamata. Dari eksperimen tersebut diperoleh bahwa ikan-ikan di Teluk
Minamata mengandung merkuri karena adanya orang/pabrik yang membuang
merkuri ke laut. Dan oleh para ahli penyakit ini di sebut penyakit Minamata
5.

sesuai nama kota.


Keracunan merkuri Tersebar luas terjadi di Irak pedesaan di 1971-1972, ketika
gandum diperlakukan dengan fungisida methylmercury berbasis ditujukan
untuk penanaman hanya digunakan oleh penduduk pedesaan untuk membuat
roti, yang menyebabkan setidaknya 6530 kasus keracunan merkuri dan

6.

setidaknya 459 kematian


Pada tanggal 19 Maret 2008, Tony Winnett, menghirup uap merkuri ketika
mencoba untuk mengekstrak emas dari bagian-bagian komputer (dengan

menggunakan merkuri cair untuk memisahkan emas dari sisa paduan), dan
meninggal.
Berdasarkan kasus di atas, keracunan akibat merkuri mulai mendapat
perhatian. Pada awal Januari 2013 lalu, negara-negara anggota PBB telah berhasil
menyepakati Konvensi Minamata di Jenewa, yang bertujuan untuk melindungi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahaya merkuri. Adanya konvensi ini
menuntut Indonesia sebagai salah satu anggota PBB dan sebagai Negara yang
memiliki banyak tambang emas untuk menerapkan sistem dan teknologi yang rendah
merkuri, mengatur tentang pembuangan limbah merkuri dan juga mencegah
penyelundupan merkuri yang marak terjadi saat ini.
C.

Jenis Dan Toksisitas Merkuri4

Berdasarka jenisnya merkuri dibagi menjadi 3 bagian yaitu:


1.
Merkuri Elemental
Merkuri jenis ini (oksida, klorida dan nitrat) berbentuk cair dan menghasilkan uap
dalam suhu kamar. Merkuri elemental masuk ketubuh melalui inhalasi jadi jika
seseorang menghirup Uap merkuri maka dapat masuk ke dalam paru-paru dan masuk
kedalam sistem peredaran darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap
oleh lambung dan akan keluar tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Organ yang paling
sensitif dengan merkuri elemental adalah sistem syaraf dan menimbulkan gejala
seperti: insomia, perubahan emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih),
penurunan daya ingat, sakit kepala.
2.
Merkuri anorganik
Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam merkuri anorgani. Logam ini
dapat masuk dan terserap oleh paru-paru dan dapat terserap oleh lambung apabila

tetelan. Ada beberapa peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+ bisa
menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga menganggu metabolisme tubuh.
Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat
pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, anemia, albuminuria, dan
gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.
3.
Merkuri organik
Merkuri ini (akil dan aril) lebih beracun dibandinkan dengan jenis inorganik karena
dapat membentuk senyawa lipobhilus yang dapat menembus membran sel dan lebih
mudah di absobsi. Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan
juga lambung. Senyawa organo merkuri yang paling umum adalah metil merkuri,
yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Karena
bakteri itu kemudian terikut (termakan) oleh ikan, maka di ikan cenderung
konsentrasi merkurinya akan tinggi.

Mekanisme intoksikasi merkuri:

Gambar 1: mekanisme terjadinya keracunan merkuri


Merkuri yang ada dilingkungan kita terhisap, termakan, terkontaminasi akan masuk
tubuh dan menimbulkan gangguan pada sistem glutation yang menurunkan kadar
selesium tubuh. Hal lain terjadi malfungsi melationin sehingga keduanya akan
menimbulkan oxidative stress dan gangguan keseimbangan zelenium (Zn) dan
cuprum (Cu). Semuanya akan menimbulkan berbagai gejala intoksikasi merkuri.
D.

Sumber Dan Kegunaan Merkuri

Secara alamiah merkuri berasal dari penguapan air laut dan gas gunung
berapi. Selain itu merkuri ini dihasilkan dari bijih sinabar (HgS), yang mengandung
unsur merkuri antara 0,1 % - 4 %. Merkuri yang telah dilepas kemudian
dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian
digunakan oleh manusia untuk bermacam - macam keperluan, seperti untuk
menambal gigi, prepelant lampu, termometer dan banyak senyawa - senyawa merkuri
yang digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, anti septik, baterai kering,
photografi, di pabrik kayu dan pabrik tekstil serta pada proses pengolahan di tambang
emas. Merkuri dan senyawa - senyawanya tersebar luas di alam. Mulai dari batuan
air, udara dan bahkan dalam tubuh organisme hidup. Penyebaran merkuri ini,
dipengaruhi oleh faktor geologi, fisika, kimia dan biologi.5

E.

Kadar Batas Aman Merkuri7

Menurut IPCS batas tolerir kadar merkuri dalam tubuh manusia meliputi ;
1.
2.
3.

Dalam darah 8 mol/l.


Dalam urine 4 g/l.
Dalam rambut berkisar antara 1-2 g/kg.

Dan akan berbahaya jika Kadar merkuri melebihi:


1.
2.
3.

Dalam darah jika melebihi 200 mol/l.


Dalam urine melebihi 500 g/l,
Dalam rambut bila melebihi dari 1 g/g
Sedangkan Kriteria World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kadar
normal merkuri adalah:

1.
2.
3.

Dalam darah berkisar antara 5 g/l 10 g/l.


Dalam rambut berkisar antara 1 mg/Kg 2 mg/Kg.
Dalam urine rata - rata 4 g/l.2

F.

Cara Merkuri Masuk Kedalam Tubuh


Merkuri masuk kedalam tubuh melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu

yang dihirup. Merkuri yang terinhalasi akan di absorbsi oleh tubuh dan masuk
kedalam darah sehingga dapat mengakibatkan kemunduran fungsi otak, gangguan
pernapasan dan paru-paru. Merkuri yang tertelan akan mengakibatkan kerusakan
pada saluran pencernaan, ginjal dan hati. Sedangkan kontak langsung dengan merkuri
dapat menyebabkan iritasi atu gangguan dematis yang serius.7

G.

Pengaruh Merkuri Pada Kesehatan


Perlu diketahui bahwa semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh

apabila beada dalam jumlah yang cukup dan Hingga saat ini belum ditemukan cara
yang efektif untuk mengatasi kerusakan funsi tubuh yang rusak akibat merkuri.
Merkuri dapat menghalangi kerja enzim dan merusak membrane sel serta dapat
merusak System syaraf manusia. Jika seorang bumil (ibu hamil) terpapar dengan
merkuri maka akan menyebabkan gangguan mental, kebodohan, dan kekakuan.
Sedangkan pekerja yang bekerja dengan merkuri akan mempunyai resiko keracunan
akut atau kronis.9

1.

Keracunan akut
Adalah keracunan yang terjadi dalam waktu singkat atau seketika, dapat

terjadi karena keracunan dalam dosis tinggi dan atau akibat daya tahan yang rendah.

Keracunan akut yang disebabkan oleh logam merkuri umumnya terjadi pada pekerja pekerja industry pertambangan dan pertanian yang menggunakan merkuri sebagai
bahan baku, katalis dan/ atau pembentuk amalgam atau pestisida. gejala gejala yang
timbul berupa : peradangan pada tekak (pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada
bagian perut, mual - mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shock. Bila
gejala - gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami
pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis), dan radang pada
hati (hepatitis).8
2.
Keracunan kronis
Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis biasanya
tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka,
sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap
dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat
sulit untuk dilakukan. Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ
tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem
pencernaan dan sistem syaraf dengan menunjukan gejala tremor ringan (gemetar),
dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar, mudah
marah dan hiperaktif yang berat. Radang gusi (gingivitis) yang pada akhirnya akan
merusak jaringan penahan gigi, sehingga gigi mudah lepas.8

H. Penanggulangan Keracunan Merkuri


Keracunan merkuri dapat dibedakan atas keracunan akut dan keracunan
kronik, adapun cara penanggulangannya yaitu :

a. Keracunan Akut
Apabila tertelan, untuk pertolongan pertama dapat diberikan telur mentah
atau susu segar, diharapkan logam berat tersebut dapat diikat oleh protein
yang ada dalam susu atau telur. Selanjutnya dapat diberikan antidot
berupa sodium formaldehyde sulfoxilate. Antidot ini mengurangi unsur
ion merkuri bivalen sehingga mengurangi penyerapannya. Dapat juga
diberikan suntikan intramuskular dimerkaprol atau penisilamin untuk
menginaktifkan

merkuri

yang

sudah

diabsorpsi.

Pengobatan dengan dimerkaprol efektif dilakukan pada kasus keracunan


akut yang kurang dari 5 jam. Tergantung dari jumlah dan lamanya
keracunan yang terjadi, hemodialisis harus dipertimbangkan guna
menghindari kerusakan ginjal lebih lanjut. Dosis pemberian dimerkaprol
atau penisilamin sangat bervariasi secara individual. Pada umumnya
diberikan dengan dosis dimerkaprol 5-6 mg/KgBB intramuskular 2 kali
sehari,

diberikan

selama

10

hari.

Penisilamin diberikan secara oral dengan dosis 250 mg setiap 6 jam


sehari, dapat dikombinasi dengan dimerkaprol atau sendiri-sendiri.
Chelator oral misalnya meso-2,3, dimercaptosuccinic acid dan sodium 2,3
dimercapto-1-propanesulfonat
dengan

dimerkaprol,

lebih

termasuk

menguntungkan
juga

toksisitasnya

dibandingkan
rendah.

Pada keracunan merkuri anorganik penggunaan dimerkaprol merupakan


kontraindikasi, sedangkan meso-2,3-dimmercaptosuccinic acid dan

sodium 2,3-dimercapto-1-propanesulfonat dapat digunakan pada semua


jenis keracunan merkuri.
b. Keracunan Kronik
Pengobatan keracunan kronis pada umumnya bersifat simtomatis.
Penderita harus dihindarkan dari pemajanan yang lebih lanjut. Karena
umumnya keracunan kronis ini terjadi pada industri-industri, maka
pekerja yang keracunan merkuri harus dipindahkan ke tempat lain yang
bebas dari pencemaran. Respon keracunan kronis terhadap pengobatan
sangat lambat. Pada umumnya sampai bertahun-tahun masih menyisakan
gejala.
Pemberian dimerkaprol dan penisilamin dapat mengurangi efek
keracunan dengan jalan mempercepat ekskresi merkuri, namun pada
umumnya

gagal

dalam

meningkatkan

kondisi

klinis

penderita.

Khusus dalam hal keracunan methylmercury, pengobatan dengan


hemodialisis tidak banyak berguna, karena methylmercury terkumpul
dalam eritrosit dan hanya sejumlah kecil saja yang ada di dalam plasma.

Anda mungkin juga menyukai