Disusun oleh:
Mayang Fikra
(H3313033)
(H3313052)
Sigit Santoso
(H3313053)
I;
LATAR BELAKANG
Menanam tanaman buah dalam pot sudah lama dilakukan orang sejak
dahulu. Hanya saja, dahulu orang memindahkan tanaman yang telah besar ke
lahan terbuka, berbeda dengan saat ini dimana tanaman terus dipelihara di dalam
pot. Tabulampot menjadi tren karena kini dianggap indah dan memiliki prospek
bisnis yang menjanjikan. Tabulampot bisa menjadi solusi bagi yang ingin
berkebun di lahan sempit. Terutama pada kawasan perumahan yang mempunyai
luas lahan yang minim. Dengan memanfaatkan lahan yang tidak luas, beberapa
jenis tanaman bisa ditempatkan dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu, hampir
semua jenis tanaman buah-buahan bisa ditanam dalam tabulampot. Seperti sawo,
mangga, rambutan, jeruk, belimbing, kedondong, jambu air, nangka, salak, dan
lainnya. Hampir semua, bisa kecuali durian. Sebab, akar durian tidak fleksibel
seperti tanaman lain.
Mediumnya pun bermacam-macam. Tanah merupakan medium dasar yang
biasa digunakan, untuk campurannya dapat memanfaatkan arang sekam atau
komponen lain dengan tujuan memperbaiki sifat medium. Untuk wadah yang
digunakan sebagai pot dapat memanfaatkan kaleng bekas cat, drum dan wadahwadah yang sekiranya memungkinkan untuk dijadikan sebagai pot. Bila sudah
tumbuh besar, tabulampot bisa dipindah ke tempat lain yang lebih besar. Rasa
buahnya juga tidak berbeda dari tanaman biasa. Merawatnya juga tidak jauh
berbeda dari tanaman biasa yang memerlukan air, pupuk, penggemburan,
penyemprotan hama, dan sanitasi lingkungan.
Bahan tanam merupakan masukan hidup di dalam proses budidaya
tanaman, yaitu bagian tanaman yang hidup dan yang akan ditanam. Sehingga
bagian tanaman tersebut dapat untuk memulai atau mengawali proses budidaya
tanaman. Bahan tanam yang nantinya akan di budidayakan juga harus
diperhatikan karena mempengaruhi hasil mutu yang akan dihasilkan nanti.
Bahan tanam pada tabulampot perlu diperhatikan dengan seksama. Secara
umum, bahan tanam terbagi menjadi dua, yaitu bahan tanam generatif atau
menggunakan biji dan bahan tanam vegetatif yang berupa hasil stek, cangkok, dan
lain-lain. Pada budidaya tanaman buah dalam pot, bahan tanam yang biasa
digunakan adalah bahan tanam vegetatif. Bahan tanam vegetatif banyak
digunakan karena lebih cepat berbuah, perawakan tanaman yang tidak terlalu
besar sehingga dapat ditampung pada pot, dan memiliki sifat sama dengan
induknya.
II;
TINJAUAN PUSTAKA
keterampilan
pekerja,
waktu
yang
dibutuhkan,
dan
biaya
(Chaeruddin 2000).
Budidaya tanaman buah dalam pot (tabulampot) merupakan salah satu
solusi bagi para pecinta tanaman di perkotaan yang notabene memiliki lahan yang
sempit untuk dapat digunakan sebagai lahan pertanaman. Dari segi perawatan,
tabulampot tidak tergolong sulit. Sama halnya dengan tanaman tanpa media pot,
harus dipupuk dan diberi air. Menumbuhkan tanaman buah dalam pot yang dapat
tumbuh secara baik batang dan daun sangat mudah dan hampir semua orang bisa
melakukannya (BPTP Sumatera Barat, 2007).
Pengembangan tabulampot dapat dilakukan dengan biji atau benih
(generatif) dan dengan stek atau cangkok (vegetatif). Pengembangan secara
generatif paling sering dilakukan, karena cepat menghasilkan bibit dalam jumlah
III;
PEMBAHASAN
sambung.
Perkembangbiakan
merupakan
kemampuan
menghasilkan
Pada
budidaya
tanaman
secara
generatif
dilakukan
dengan
pertanian, benih tersebut pasti mempunyai sertifikat yang resmi dan berlabel.
Menurut Sutopo (2010), benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan
karena merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan tanaman yang
berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup pengertian: (1) Mutu genetik
yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang
menunjukkan identitas genetik
penjenis, benih dasar, benih pokok sampai benih sebar. (2) Mutu fisiologis
yaitu menampilkan kemampuan daya hidup atau viabilitas benih yang
mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih. Serta (3) Mutu fisik
merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik, antara lain
dari ukuran dan homogen, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma
dan dari berbagai kontaminan lainnya, serta kemasan yang menarik.
Ciri fisik dari benih yang bermutu adalah:
1;
2;
3;
Bentuk, ukuran dan warnanya seragam. Benih yang baik selalu sama
bentuknya. Kalau bentuk benih itu seharusnya bulat, semuanya bulat
(tidak ada yang pipih atau lonjong). Itulah benih yang baik. Demikian
pula kalau bentuknya seharusnya pipih, maka semuanya juga harus pipih.
Ukuran dan warna juga harus seragam. Tidak ada yang lebih besar atau
lebih kecil. Tidak ada yang berwarna aneh, kalau bibit berwarna kuning
semua harus kuning, tak ada yang putih.
Permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat. Tidak ada yang kotor
atau keriput. Benih yang keriput pertanda dipetik pada saat buah belum
cukup umur.
Tidak tercampur dengan benih hampa dan macam-macam kotoran,
seperti tanah, sisa kulit, biji rumput, dan sebagainya.
Kadar air cukup rendah dan benih sudah mengalami masa istirahat yang
cukup, namun masih juga belum mengalami masa simpan terlalu lama
sampai kadaluwarsa.
B; Bahan Tanam Vegetatif
1; Cangkok
Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau
pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk
merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal istilah
batang bawah dan batang atas.Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh
petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara
mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Cangkok
sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan yang batangnya
berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu biji, belimbing manis, lengkeng
(Prastowo, 2006)
Pencangkokan dilakukan dengan cara menyayat dan mengupas
kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung dengan jenis tanaman
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang
dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan
cangkokan cepat berakar. Media yang digunakan terdiri dari tanah dan
kompos kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang
dapat dipotong dan bisa langsung dipindah tanamkan.
4;
2;
a;
b;
3;
Setek batang
Stek batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang
pohon induk. Pada setek batang tunas keluar dari mata tunas.
Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini
diantaranya kedondong, jambu air, jeruk.
Setek akar
Cara penyetekan ini menggunakan bagian akar sebagai sarana
perbanyakan tanaman. Umumnya bahan stek akar yang diambil
adalah akar sekunder yang terbuka dan telah menumbuhkan tunas
baru serta potongan akar sekunder. Cara yang dilakukan adalah
dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila
bahan stek yang diambil berasal dari bagian akar yang telah
Okulasi
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua
bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi
regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian
bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut
2;
3;
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia : Jakarta
BPTP Sumatera Barat, 2007, Budidaya Tabulampot. Sumatera Barat
Chaeruddin 2000. . Budidaya Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman
Pangan. Bogor. Jurnal Litbang Pertanian.
Dahlia. 2001. Praktikum Fisiologi Tumbuhan. UM Press: Malang.
Husnalita 2005. Perkembangan Tabulampot. Kanisius. Jogyakarta.
Indriyani, N. 2010. Evaluasi Pertumbuhan Dua Spesies Annona Pada Fase Bibit.
Seminar Nasional Program dan Strategi Pengembangan Buah Nusantara:
Solok.
Kalie, M.B. 1994. Budi Daya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius : Yogyakarta.
Marsono. 2004. Tabulampot Kakao Solusi Berkebun di Lahan Sempit. Republika
edisi Rabu 06 Oktober, Jakarta.
Prastowo N, J.M. Roshetko. 2006.Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock
International : Bogor.
Redaksi AgroMedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia
Pustaka : Jakarta.
Rochiman, K. Dan Harjadi, S. S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB : Bogor.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih (Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNIBRAW).
PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.