PENDAHULUAN
Tiroiditis adalah istilah umum yang mengacu pada peradangan kelenjar
tiroid. Tiroiditis meliputi sekelompok gangguan individu yang seluruhnya
menyebabkan peradangan tiroiditis dan sebagai hasilnya banyak penyebab yang
berbeda presentasi klinisnya.1 Tiroiditis dapat dibagi dalam tiroiditis yang disertai
rasa sakit, tiroiditis subakut, dan tiroiditis kronis. Tiroiditis subakut dibagi lagi
dalam tiroiditis subakut yang disertai rasa sakit, dan yang tidak disertai rasa sakit. 2
Pada golongan tiroiditis subakut pola perubahan fungsi tiroid biasanya dimulai
dengan hipertiroid, diikuti dengan hipotiroid dan akhirnya kembali eutiroid.
Awitan dari tiroiditis subakut biasanya pelan-pelan tetapi kadang-kadang
dapat mendadak. Rasa sakit yang mendorong pasien berobat dapat terbatas pada
kelenjar tiroid atau menjalar sampai leher depan, telinga, rahang dan tenggorokan
yang kadang-kadang menyebabkan pasien periksa ke THT. Biasanya terjadi
demam, malaise, anoreksi dan myalgia. Kelenjar tiroid membesar difus dan sakit
pada palpasi.5
Pada dasarnya diagnosis dari tiroiditis subakut cukup diagnosis klinis.
Adanya pembesaran kelenjar tiroid yang difus disertai rasa sakit dan nyeri pada
palpasi yang menjalar ke leher depan cukup untuk menduga adanya tiroiditis
subakut. Gejala hipertiroid belum tentu ada, tetapi T4 selalu naik dan TSH turun.
Pemeriksaan laboratorium hampir didapatkan peningkatan T3 dan T4 serta
penurunan TSH. Meningkatnya LED memperkuat diagnosis tiroiditis subakut.
Terapi tiroiditis subakut bersifat simtomatis.2
Selanjutnya akan dibahas sebuah kasus seorang pasien dengan tiroiditis
subakut yang dirawat di Irina C4 RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki Tn. ZM, umur 39 tahun, bekerja sebagai buruh, tinggal
di Kel. Ternate Baru Wonasa, Manado, Sulawesi Utara, dengan pendidikan
terakhir SMA, beragama Islam, masuk melalui IRDM dan selanjutnya dirawat di
Irina C4 BLU RSUP Prof. Kandou pada tanggal 24 Februari 2015 dengan keluhan
utama demam.
Demam tinggi sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan
terus menerus dan turun jika minum obat penurun panas dari. Pasien juga
memiliki keluhan mual dan muntah. Muntah dalam sehari frekuensinya 2x
berwarna kuning berisi cairan namun tidak ada penurunan nafsu makan. Nyeri
pada leher kanan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, terasa bengkak,
tanpa disertai nyeri menelan, nyeri menjalar sampai leher depan. Batuk,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, mimisan dan gusi berdarah
disangkal pasien. Riwayat penyakit hipertensi, jantung, ginjal dan diabetes
disangkal oleh pasien. Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
Riwayat merokok, minum alkohol dan narkoba disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83 x/menit, regular,
isi cukup, pernafasan 24 x/menit, suhu badan 37,4 C, tinggi badan 175 cm, berat
badan 65 kg, IMT 21,2. Pada pemeriksaan kulit didapatkan kulit hangat, lapisan
lemak cukup, dan tidak ada edema pada seluruh ekstremitas. Pada pemeriksaan
kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya
positif, gerakan bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga liang telinga lapang,
membrane timpani intak, cairan tidak ada. Pada pemeriksaan hidung tidak ada
deviasi dan sekret. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak sianosis, gigi
geligi dalam batas normal, lidah beslag ada, mukosa basah, pembesaran tonsil
tidak ada, faring tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher terdapat benjolan pada
leher kanan 5x4 cm kemerahan, konsistensi kenyal, terdapat nyeri tekan, bruit
tidak ada.
Pada pemeriksaan dada terlihat simetris, gerakan dinding dada kiri sama
dengan kanan, fremitus kanan sama dengan kiri, perkusi sonor pada kedua paru,
suara pernapasan vesikuler pada kedua paru, tidak ditemukan suara nafas
tambahan pada kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan jantung, didapatkan iktus
kordis tidak tampak, tidak teraba, batas jantung kanan di ruang antar iga ke IV
dari garis sternal kanan, batas jantung kiri 1 cm lateral di ruang antar iga V
midklavikula kiri. Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising. Pada
pemeriksaan abdomen, inspeksi didaptkan simetris, pada palpasi didapatkan datar,
lemas, tidak ada pembesaran limpa, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, tepi
tajam, konsistensi kenyal, dengan permukaan rata dan tidak nyeri, ballottement
tidak teraba. Pada perkusi timpani, nyeri ketok angulus costoverebrae tidak ada,
auskultasi bibing usus normal.
Pada pemeriksaan anggota gerak, warna kulit sawo matang, tidak ada
tremor pada kedua tangan, tidak ada kelainan pada jari, tidak ada edema, gerakan
aktif dan pasif normal, kekuatan otot normal. Pada pemeriksaan reflex fisiologis
normal, reflex patologis tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan Wayne Score didapatkan hasil :
-
Palpitasi
++
Kelelahan
++
Keringat banyak
+++
+++
Struma
+++
Bising tiroid
--
Hiperkinetik
++++
Tremor halus
+++
: 13, 5 gr/dl
Ht
: 38,6%
Leukosit
: 11.000 mm3
Trombosit
: 286.00
Eritrosit
: 4,86 X 106
GDP
: 130 md/dl
HbsAg
: Reaktif
Anti HCV
:-
T4
: 226,9.
Palpitasi
++
Kelelahan
++
Keringat banyak
+++
+++
Struma
+++
Bising tiroid
--
Hiperkinetik
++++
Tremor halus
+++
Temperature : 37,8
10
CNS : Agitasi
10
10
Triggering factor
10
Total
45
27
SGPT
42,
Protein total
6,58,
Albumin
3,41
Globulin
3,11
++
Palpitasi
+++
Kelelahan
Keringat banyak
Struma
++
Bising tiroid
Hiperkinetik
Tremor halus
+++
Bab III
Pembahasan
Tiroiditis
subakut yang disertai rasa sakit dikenal juga dengan beberapa nama lain seperti
tiroiditis granulomatosa subakut, tiroiditis non supurativa subakut, tiroiditis de
Quervain, tiroiditis sel raksasa, subacute painful thyroiditis. Sedangkan tiroiditis
subakut yang tidak disertai rasa sakit digolongkan menjadi 3 yaitu tiroiditis
limfositik subakut, tiroiditis post partum, dan tiroiditis karena obat.2
Dari anamnesis didapatkan pasien datang ke RS dengan keluhan demam.
Demam tinggi dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Tidak turun
sampai normal dengan obat penurun panas. Ada keringat malam. Pasien juga
mengeluh sering merasa keram di kaki tangan dan kaki. Tidak ada nyeri menelan,
tapi terasa nyeri di leher, serta leher terasa bengkak. Pasien juga ada muntah 2 kali
berisi cairan. Berdasarkan kepustakaan tiroiditis memiliki karakteristik demam
akut yang disertai dengan rasa sakit yang hebat di daerah leher dan terasa sakit
pada perabaan. Bisa terdapat nyeri menelan, bisa juga tidak. Ada riwayat infeksi
saluran pernapasan atas sebelumnya. 2,6 Yang membedakan antara tiroidits akut dan
subakut adalah pada tiroiditis akut fungsi tiroidnya normal, jarang terjadi
tirotoksikosis dan hipotiroid. Sedangkan pada tiroiditis subakut bisa terjadi
perubahan fungsi tiroid.2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali/menit,
respirasi 20 kali/menit dan suhu badan 36,6 C. Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik. Pemeriksaan thoraks bunyi jantung I dan II tunggal reguler tidak ada
gallop dan murmur, suara pernapasan vesikuler tidak ada rhonki dan wheezing,
pemeriksaan abdomen lemas, bising usus positif normal, nyeri tekan epigastrium,
hepar dan lien tidak teraba,
10
11
Pada pasien ini diberikan terapi IVFD Nacl 0,9 % 20 tetes per menit, inj
Ceftriaxone 2x1gr iv, inj Ranitidin 2x1 ampul iv dan Sistenol 3x1 tab, propranolol
2x20 mg tablet, aspirin tablet 80 mg 2x1/2 (kalau perlu), prednisone 5 mg 4x2 tab.
Dan diberikan obat pulang propranolol 2x 20 mg tablet, aspirin 80 mg 2x1 tab,
prednisone 5 mg 4x2 tab, serta dianjurkan untuk kontrol rutin di poli endokrin.
Berdasarkan kepustakan, terapi Tiroiditis subakut bersifat simtomatis. Rasa sakit
dan inflamasi diberikan NSAID atau aspirin. Pada keadaan yang berat dapat
diberikan kortikosteroid, misalnya prednison 40 mg perhari. Tirotoksikosis yang
timbul biasanya tidak berat, bila berat dapat diberikan obat alfa-blocker misalnya
propanolol 40-120 mg per hari atau atenolol 25-50 mg per hari.2,7
Pasien ini juga didiagnosis dengan hepatitis B. Dari riwayat anamnesis
tidak ada yang khas, hanya didapatkan dari temuan laboratorium HbsAg yang
reaktif, dan anti HCV negatif, serta adanya leukositosis. Hepatitis B sendiri adalah
suatu penyakit inflamasi hati yang akut akibat virus hepatitis yang berlangsung
selama <6 bulan.5 Untuk pasien ini sendiri penanganannya akan dikonsulkan di
poli gastroenterohepatologi
12
Daftar Pustaka
1. Farhan HZ. 2012. Tiroiditis. Refarat kepaniteraan klinik Universitas Hasanudin.
Makassar.
2. Wiyono P. Tiroiditis. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V.
Penerbit FK UI,2009. Jakarta: p.2016.
3. Quervain, FD. (1868-1940). Subacute Thyroiditis. University of Basel.
4. Bhadauria RS, Nema SK, Kumar MP. De Quervains Tiroiditis. 2003. MJAFI.
2003: 59. Pg 347-48.
5. Rani AA, Soegondo S, Nasir AU, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. 2009.
Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.
6. Tamai H, Nozaki T, Mukuta T, Morita T, Matsubayashi S, Kuma K, et al. 1991.
The Incidence of Thyroid Stimulating Blocking Antibodies During the
Hypothyroid Phase in Patients With Subacute Thyroiditis. J Clin
Endocrinol Metabolism. 73: 245-50
7. Lazarus J, Hennesey J. Acute and Subacute and Riedels Thyroiditis. March 10
2012. p.1-79
13