Anda di halaman 1dari 4

10 Kiat Merawat Penyakit Kulit

2- 2004

1. Tidak semua penyakit kulit diobati dengan salep yang sama

Ada beragam penyakit kulit dengan beragam penyebab. Ada yang disebabkan faktor luar,
seperti luka. Luka kulit pun berjenis-jenis. Ada luka lecet, luka serut, luka belah, luka
lubang, dan luka patah tulang. Perawatan luka perlu penanganan khusus. Luka dangkal
dapat ditangani sendiri, sementara luka dalam butuh jahitan dan perawatan khusus.

Bagaimana luka dirawat juga sering bermasalah. Yang pertama-tama perlu dilakukan,
lakukan perawatan luka secara benar saat awal luka terjadi. Bersihkan luka dari segala
jenis kotoran maupun kulit yang terkelupas atau terkoyak. Jika luka kotor, bersihkan
dengan sabun lunak (soda rendah) dan bilas dengan air mengalir. Setelah bersih, bubuhi
antisepsis (penyuci hama), sekurang-kurangnya alkohol 70 persen (bukan 96 persen),
lalu tutup. Jangan terlalu rapat, berikan celah agar udara masih bisa mengalir memapari
luka.

Jika luka cukup dalam, setelah dibersihkan, luka dibasuh dengan cairan peroksida (bisa
dibeli bebas di apotek). Tujuannya untuk meniadakan kalau-kalau ada kuman tetanus
yang sudah telanjur ikut memasuki luka. Cairan yang berbusa ini membentuk zat asam di
dalam luka, suasana yang tidak disukai kuman tetanus.

Luka yang tak memerlukan jahitan ditutup dengan kasa steril setelah dibubuhi antisepsis.
Jangan melapisi luka dengan kapas, sebab kapas melekat pada luka, dan jaringan kulit
muda yang akan terbentuk bisa lengket ketika kapas diangkat. Akibatnya, luka tak
kunjung pulih. Jika luka sedikit menganga, usahakan merapatkannya agar kedua belahan
luka menyatu, sehingga memudahkan penyembuhan. Setelah dibalut, upayakan agar luka
tidak tersentuh air mandi atau air apa pun selama beberapa hari. Ganti pembalut luka
setiap habis mandi. Bubuhi lagi cairan antisepsis. Jika luka masih basah dan tampak
cairan kuning, kemungkinan luka terinfeksi. Kalau sudah demikian, tak cukup
membubuhinya dengan antisepsis. Tambahkan salep atau krim antibiotika. Jika tidak, luka
akan berubah menjadi borok. Borok selain menambah lama penyembuhan, luka akan
menyisakan bekas atau parut pada kulit.

Luka yang dirawat dengan benar, dalam beberapa hari akan mengering, merapat, tidak
basah, tidak meradang dan tak nyeri. Luka yang terganggu penyembuhannya akan tetap
basah, bengkak, dan nyeri, tanda luka terinfeksi.

Luka yang ditutup secara ketat dan rapat akan mengganggu proses penyembuhan. Luka
akan tetap basah dan jaringan tunas kulit tidak terbentuk, sehingga luka jadi lama
mengering. Selain itu, menutupi luka rapat-rapat berisiko tercemar kuman tetanus yang
ada di alam bebas. Terlebih luka di tungkai atau kaki. Spora tetanus bertebaran di
permukaan tanah, di mana-mana.

Luka kecil dan tidak dalam yang terjadi tidak di tempat yang kotor, tidak memerlukan
suntikan tetanus. Hanya luka dalam yang terjadi di jalan atau tanah kotor yang
memerlukan suntikan tetanus. Ada dua jenis suntikan, yakni jenis serum dan jenis
toksoid. Jika sudah pernah mendapat suntikan tetanus beberapa tahun berselang, cukup
diberi serum ATS. Jika belum pernah disuntik tetanus, selain ATS diberikan toksoid
tetanus untuk membentuk zat anti-tetanus. Dokter akan mempertimbangkan apa yang
perlu dilakukan terhadap suatu luka.
Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair, bernanah. Sebaiknya tidak
ditutup, tidak pula diberikan salep atau krim, melainkan dikompres rivanol (bisa dibeli
bebas di apotik) selama beberapa hari. Ganti kompres setiap kali kompres sudah
mengering. Salep atau krim antibiotika baru dibubuhkan jika luka sudah kering betul.
Luka basah yang diberi salep atau krim akan sukar menyembuh. Begitu juga luka yang
sudah kering, tidak boleh dikompres.

2. Luka bakar bukan odol atau mentega salepnya

Sering terjadi, luka bakar diolesi odol atau mentega. Luka bakar tak ubahnya luka
umumnya, perlu dirawat secara suci hama. Odol dan mentega tidak memberi manfaat,
malah bisa buruk akibatnya. Odol atau mentega mungkin tidak suci hama, sehingga
kuman masuk ke dalam luka.

Luka bakar ringan (hanya kemerahan kulit tanpa lepuh) cukup diolesi salep livertran (bisa
dibeli bebas di apotik), dan tak perlu ditutup. Luka bakar lepuh bergelembung, jangan
dipecahkan. Biarkan pecah sendiri. Setelah pecah, lindungi dari paparan air mandi, sebab
kulit di dalam masih kulit muda yang mudah ditembus kuman. Perawatan dengan
antisepsis tetap perlu selain menambah salep livertran. Sekarang ada salep jenis lain
untuk membantu menumbuhkan jaringan kulit baru.

Luka lepuh bergelembung yang luas butuh perawatan rumah sakit. Demikian pula luka
bakar berat yang mengelupasi kulit sampai dalam, dan bikin kulit gosong, juga tak dapat
dirawat sendiri di rumah.

3. Jahitan luka jangan dibiarkan tidak dibuka

Jika luka sampai dijahit, jangan lupa untuk membuka jahitannya. Sering terjadi, pasien
tidak kembali ke dokter untuk membuka jahitan. Biasanya jahitan dibuka seminggu
kemudian, atau lebih dini jika terjadi infeksi. Luka dijahit bisa saja terinfeksi. Selain
bengkak dan nyeri, mungkin ada jahitan yang mengelupas dan lepas. Jika ini terjadi,
perlu dirapikan ulang. Jika tidak dikoreksi, luka akan menyisakan bekas yang jelek.

Jahitan luka memang tidak selalu harus dibuka jika memakai cara klem atau jahitan
langsung dengan benang usus. Selama memakai benang sutera, jahitan perlu dibuka. Jika
tidak dibuka, benang merupakan benda asing sumber infeksi. Bisa jadi, penyembuhan
luka tidak berlangsung sempurna dan benangnya akan menyatu terikat oleh jaringan kulit
baru. Ini tentu tidak sehat.

4. Jangan mengeleti keropeng luka

Seringkali, keropeng luka yang sudah mengering dan terasa gatal dikeleti. Biarkan kulit
kering yang mati bercampur sisa darah dan nanah mengelupas sendiri. Mengeleti
keropeng luka berarti membuka lapisan kulit yang masih muda di bawahnya terpapar
dunia luar. Kulit muda belum siap terpapar dunia luar, juga belum kuat menghadapi
ancaman infeksi. Biarkan secara alami, begitu kulit muda sudah cukup matang, ia akan
mendesak keropeng di atasnya untuk terkelupas sendirinya.

Lepasnya keropeng secara tak sengaja (tersenggol) biasanya akan mengeluarkan darah,
tanda kulitnya masih rapuh. Dalam keadaan demikian, bubuhi antibiotika untuk
melindungi kulit muda agar tak terinfeksi dan terjadi borok baru.

5. Kulit eksim tidak memakai salep jamur


Banyak ragam penyakit kulit. Kelihatannya serupa, namun kenyataannya tidak sama.
Eksim misalnya. Eksim kerap disangka jamur. Jika eksim diberi obat jamur tentu tak bakal
sembuh. Demikian pula jika jamur kulit diobati obat eksim, sama tak bakal sembuhnya.

Penyakit kulit itu spesifik obatnya. Jika obat tidak tepat, kelainan kulitnya pun jadi kacau
dan majemuk. Maka, sembarang dan serampangan asal memakai salep, tidak dianjurkan.
Banyak salep kulit dijual, bukan berarti serbaguna buat penyakit atau kelainan kulit apa
saja. Jika tak tepat pilihan obatnya, penyakit kulitnya malah bertambah kacau balau.
Penyakit kulit yang sudah kacau balau lebih pelik menyembuhkannya.

6. Penyakit kulit basah tidak disalepi dulu

Penyakit kulit yang tidak dirawat secara benar seringkali berkembang menjadi infeksi
kulit. Kulit menjadi basah. Kita acap menyebutnya eksim basah. Eksim yang digaruk keras
akan menjadi luka dan basah. Dalam keadaan demikian, salep tidak menolong. Penyakit
kulit basah harus dilawan dengan basah lagi, yakni mengompresnya. Kompres dibasahi
berkala setiap beberapa jam setiap kali kompres mengering. Tujuan kompres adalah
menyedot getah yang membasahi. Setelah mengering, baru diberi obat eksim.

Eksim sering sudah tercemar infeksi akibat digaruk, atau bisa juga tercemar jamur. Eksim
terinfeksi kuman dan jamur tak sembuh hanya dengan obat eksim, namun perlu ditambah
antibiotika dan anti-jamur.

7. Jangan lanjutkan pemakaian obat jika tak sembuh-sembuh

Sewring orang menganggap penyakit kulit umumnya berlangsung lama, sehingga


pemakaian obat yang dibeli sendiri tidak dibatasi kendati tidak sembuh. Hentikan obat jika
tak menyembuh. Mungkin obatnya tidak tepat. Hal ini sering terjadi pada penyakit kudis.

Kudis sering luput terdiagnosis. Selain terlupakan, gambaran kulit pada kudis tidak begitu
tegas. Kelihatan hanya bintik-bintik bentol kecil merah, biasanya di bagian kulit yang tipis
dan empuk, seperti di sela jemari tangan, pergelangan tangan, di perut, dan kulit bokong.
Macam-macam kudis tak mungkin sembuh kalau tidak memilih obat khusus kudis
(antikudis) yang cara pemakaiannya pun khusus. Kudis menular pada anggota keluarga.
Lewat pegangan, jabatan tangan, singgungan kulit, hubungan kelamin, kutu kudis
berpindah dari pengidap ke kulit sehat. Kutu kudis bersarang di lapisan kulit, keluar
malam hari dan gatalnya minta ampun.

8. Reaksi alergi kulit tak selalu memerlukan salep atau krim

Sering pula kulit mengalami reaksi alergi. Tandanya, yang ringan hanya biduran, gatal-
gatal sekujur tubuh. Yang berat, bisa mengelupas, lepuh, dan jika berat sekali muncul
gelembung-gelembung cairan sekujur badan.

Obat alergi kulit sama, yaitu antialergi yang diminum. Jika berat, butuh suntikan
antihistamin. Kulitnya dibubuhi bedak antigatal. Jika berat dan mengelupas, baru
diberikan antihistamin krim atau lotion. Alergi kulit yang hebat dan berbekas terjadi pada
alergi terhadap antibiotika golongan sulfa. Orang yang berbakat alergi perlu berhati-hati
jika diberi obat golongan sulfa. Gejalanya, bibir terasa tebal, gatal, lalu tumbuh eksim
menyerupai tompel di sekitar bibir yang biasanya membekas seumur hidup. Inipun perlu
obat antihistamin.
9. Agar tidak menyisakan bekas, luka atau penyakit kulit jangan sampai
terinfeksi

Setiap luka atau penyakit kulit mendindikasikan terjadi kerusakan pada permukaan kulit.
Tergantung jenis luka dan penyakit kulitnya, lapisan kulit yang terkena bisa dalam, bisa
juga dangkal. Semakin dalam kelainan kulit, semakin besar risiko menyisakan bekas
setelah menyembuh.

Agar tidak sampai terjadi bekas luka, rawatlah luka dengan benar sejak awal. Jika luka
atau penyakit kulit lain sampai terinfeksi akibat jeleknya perawatan luka, tidak bisa tidak,
akan membekas. Luka yang membekas sukar dikoreksi dan memerlukan bedah plastik.

10. Tidak memberitahu kalau punya bakat keloid

Ada orang yang berbakat keloid. Artinya, setiap sembuh dari luka, akan terbentuk bentol
di sekitar bekas luka semacam daging tumbuh. Secara kosmetis, ini tak sedap dipandang,
terlebih jika terjadi di wajah.

Risiko ini bisa dicegah dengan memberikan suntikan khusus selama luka. Termasuk jika
hendak dioperasi, dokter perlu diberitahu kalau punya bakat keloid, sehingga pada luka
bekas operasi diberikan obat khusus mencegah terbentuknya keloid. Keloid yang sudah
terbentuk bisa disuntik berulang kali untuk mengempiskan benjolannya, namun tidak bisa
mulus sempurna.

Sumber : http://www.solusisehat.net/tips_kesehatan.php

Anda mungkin juga menyukai