A1c308024 2
A1c308024 2
OLEH :
1. Chriskal Erisal
2. Drs. Menza Hendri, M.Pd
3. Nova Susanti, S.Pd, M.Si
Jambi,
Desember 2014
Pembimbing I
Page 1
Page 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang berawal dari
fenomena alam. Bidang ilmu fisika tidak hanya merupakan kumpulan fakta tetapi
juga merupakan serangkaian proses ilmiah untuk mendapatkan fakta. Dalam konteks
sekolah, belajar fisika merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa. Keaktifan
siswa dalam pembelajaran fisika sangat penting sebab pembelajaran haruslah
berpusat pada siswa, bukan pada guru.
Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara penulis dengan guru fisika di
Kelas X MIA SMA Negeri 3 Muaro Jambi
diperoleh keterangan bahwa
permasalahan dalam pembelajaran di kelas X MIA 3 antara lain siswa sulit
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
daya ingat serta kemampuan dasar berhitung yang dimiliki siswa masih kurang.
Permasalahan yang lain adalah siswa kurang mempunyai buku pelajaran fisika yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, sehingga siswa mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan hanya menunggu penyelesaian
soal tersebut dari guru tanpa mau berusaha sendiri. Guru juga jarang melakukan
percobaan dikarenakan keterbatasan alat dan waktu sehingga kemampuan
psikomotornya kurang terlatih.
Setelah beberapa kali penulis melakukan observasi pada saat proses
pembelajaran fisika berlangsung, diketahui bahwa pembelajaran masih terpusat pada
guru, sehingga berakibat siswa menjadi kurang aktif di kelas. Siswa juga kurang
antusias saat pembelajaran berlangsung, hal ini dapat diketahui dari sedikitnya siswa
yang berperan aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. Siswa juga
kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan konsep. Siswa hanya menerima konsep
yang diberikan oleh guru.
Strategi yang tepat digunakan adalah strategi pemecahan masalah sistematis,
karena strategi ini dapat membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah
khususnya latihan soal menurut Wena (2011) pemecahan masalah sistematis adalah
petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Penggunaan pemecahan masalah
sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah dilengkapi dengan key relation chart
(KR chart), yaitu lembaran yang berisi catatan tentang persamaan, rumus, dan hukum
dari materi yang dipelajari. KR chart digunakan untuk memudahkan mengingat dan
memunculkan kembali hubungan yang diperlukan untuk menyelesaikan latihan soal
yang sedang dihadapi. Secara umum pemecahan masalah sistematis terdiri dari empat
fase utama, yaitu analisis soal, perencanaan proses penyelesaian soal, operasi
perhitungan, dan pengecekan jawaban serta interpretasi hasil.
Sesuai dengan permasalahan dan paparan di atas maka yang menjadi arah atau
fokus penelitian ini adalah menerapkan strategi pembelajaran Systematic Approach
To Problem Solving untuk meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa di kelas X
MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi melalui desain penelitian tindakan kelas.
Page 3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan strategi
pembelajaran pemecahan masalah sistematis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar fisika siswa di kelas X MIA3 SMAN 3 Muaro Jambi.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan strategi
pembelajaran pemecahan masalah sistematis dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar fisika siswa di kelas X MIA3 SMAN 3 Muaro Jambi.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Materi yang diajarkan dalam penerapan strategi pembelajaran ini adalah materi
Kinematika pada siswa kelas X MIA3 semester ganjil SMAN 3 Muaro Jambi
Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Untuk melihat aktivitas siswa saat proses pembelajaran maka digunakan lembar
observasi aktivitas siswa.
3. Hasil belajar siswa yang diteliti ada 3 aspek yaitu hasil belajar siswa pada aspek
kognitif dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda, aspek sikap dan aspek
keterampilan dengan menggunakan rubrik.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis hendaknya hasil penelitian ini dapat menambah khasanah
pengetahuan serta wawasan keilmuan bagi peneliti khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Definisi Operasional
1. Proses mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
2. Strategi pembelajaran systematic approach to problem solving adalah petunjuk
untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
3. Aktivitas belajar sebagai suatu proses yang harus melibatkan seluruh aspek
psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan
perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses
balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh
setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Proses belajar yang
direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah
direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Page 4
Page 5
Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya
motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.
Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat
memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di
kalangan peserta didik.
Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuh kembangkan
pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik sehingga sekolah
menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Page 6
Begitu banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah, maka
dari itu Paul dalam Sardiman (2012), membagi aktivitas belajar dalam enam
kelompok, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jadi aktivitas belajar adalah segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh siswa
yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, untuk itu belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar mengajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Pemilihan Strategi pembelajaran yang tepat sangat tergantung pada pemahaman
guru terhadap karakteristik siswa. Di dalam sebuah kelas terdapat berbagai macam
karakteristik siswa. Disini dituntut peran guru lebih kreatif dalam merencanakan
pembelajaran.
Dengan mengutip pemikiran Trianto (2012), secara umum strategi mempunyai
pengertian garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan. Dihubungkan dalam belajar mengajar, strategi merupakan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Aqib (2013) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah caracara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan
digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik
peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli maka diperoleh kesimpulan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengelola
kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa. Pemilihan strategi
yang tepat dapat membuat siswa lebih cepat mengerti materi yang disampaikan oleh
guru.
Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Sistematis
Setiap orang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan,
baik yang bersifat teoritis keilmuan maupun praktis dalam kehidupan. Oleh sebab itu
setiap orang dituntut supaya memiliki sebuah strategi pemecahan masalah, salah
satunya adalah strategi pemecahan masalah sistematis. Menurut Wena (2011),
Strategi pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem solving)
adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu
seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan tahapan-tahapan
Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Page 7
d.
e.
Page 8
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka desain penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga
siklus yang terdiri dari siklus I, II, dan III. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama
dengan guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas tersebut. Pada setiap siklus
memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan dalam tindakan kelas yaitu:
1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi
(pengamatan) dan evaluasi, 4) analisis dan refleksi (reflecting).
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro
Jambi semester 1 tahun ajaran 2014/2015.
Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 3 SMAN 3 Muaro Jambi
yang berjumlah 33 siswa.
Instrumen Penelitian
Lembar Observasi
Pada penelitian ini dilakukan observasi proses pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran Systematic Approach To Problem Solving terhadap pelaksanaan
pembelajaran dan aktivitas siswa. Lembar observasi dibuat berdasarkan sintak
pembelajaran yang ada di RPP. Sebelum melakukan observasi maka pengamat harus
memahami betul kriteria dalam menganalisa gejala yang terlihat pada objek sehingga
tidak keliru dalam mengambil keputusan. Selain itu agar hasil observasi dapat lebih
objektif maka observasi dilakukan pada setiap proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru pengamat.
Tes Hasil Belajar
Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes berupa tes objektif dengan
alternatif pilihan yang memenuhi syarat standar soal yaitu validitas, taraf kesukaran,
reliabilitas dan daya beda. Agar soal tes yang digunakan berkualitas, soal dilakukan
analisis sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas tes adalah tingkat ketepatan tes. Sehubung dengan penelitian ini maka
validitas yang digunakan adalah validitas isi. Tujuan digunakan validitas isi yaitu
untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan soal sebagai instrumen penelitian
sehingga data yang diperoleh dari hasil tes tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
Oleh sebab itu penulis membuat kisi-kisi soal dan soal tes yang sesuai dengan materi
yang telah diberikan berdasarkan kurikulum 2013 SMA.
b. Tingkat Kesukaran
Menghitung tingkat kesukaraan tes soal adalah mengukur seberapa besar
kesukaran butir-butir soal tes jika suatu tes soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Page 9
maka soal tes tersebut baik. Dengan kata lain suatu butir soal hendaknya tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah.
Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013),yaitu:
B
P
Js
Dengan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah siswa peserta tes
Arikunto (2013) mengklasifikasikan indeks kesukaran soal di bawah ini sebagai
berikut:
0.00<P0.30 = Soal Sukar
0.30<P0.70 = Soal sedang
0.70<P1.00 = Soal mudah
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan
rendah). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Arikunto (2013), sebagai berikut:
BA BB
D
JA JB
Dengan
D = Daya pembeda
BA= Banyak perserta atas yang menjawab benar
BB = Banyak peserta bawah yang menjawab benar
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
Besar daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dan mengenal tanda
negative (-) dengan ketentuan menurut Arikunto (2013), besar daya pembada suatu
soal, maka setiap soal dapat dikategorikan sebagai berikut :
0.00< D 0.20 = Jelek
0.20< D 0.40 = Cukup
0.40< D .70 = Baik
0.70< D 1.00 = Baik sekali
D : negative ( semuanya tidak baik, jadi semua soal yang mempunyai nilai D
negative sebaiknya dibuang).
d. Reliabilitas Soal
Reliabilitas tes menunjukkan apakah suatu tes dapat mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat menghasilkan tes yang tetap.
Sugiyono (2013), mengatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Sejalan dengan pendapat di atas Arikunto (2010), mengungkapkan
Page 10
bahwa Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan pada objek yang
sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil.
Untuk menentukan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus KuderRichardson (K-R21) yang dikemukakan oleh Arikunto (2010), yaitu:
k
r11
k 1
M k M
1
kVt
Dengan,
X
N
Page 11
oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian sikap dan keterampilan yang
dilengkapi rubrik penilaian.
Analisis Data
Analisis kuantitatif untuk hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pemberian tes
pada tahap evaluasi dilakukan dengan perhitungan yang dikemukakan oleh Arikunto
(2013), dengan menggunakan persamaan berikut :
S R
W
n 1
Keterangan : S = Skor
R = Jumlah jawaban yang benar
W = Jumlah jawaban yang salah
n = Jumlah option (banyaknya pilihan jawaban)
Selanjutnya penilaian sikap dan penilaian keterampilan dilakukan setiap siklus
saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar format penilaian
sikap dan keterampilan yang dilengkapi rubrik penilaian dengan menggunakan rating
skala 1-4 untuk penilaian keterampilan dan penilaian sikap. Nilai akhir untuk
penilaian keterampilan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Kurniasih (2013), sebagai berikut:
=
4
Analisis kualitatif diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar
mengajar, menurut Arikunto (2013) untuk data hasil observasi aktivitas siswa
dihitung dengan menggunakan rumus :
N
= a 100%
N
Keterangan : A= Aktivitas siswa
= Jumlah siswa yang aktif
N = Jumlah siswa keseluruhan
Dimana perhitungan penilaian sebagai berikut :
0 20 = Tidak aktif
21 40 = Kurang aktif
41 60 = Cukup aktif
61 80 = Aktif
81 100 = Sangat aktif
Indikator Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang
dilakukan adalah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar
dilihat berdasarkan peningkatan proses aktivitas belajar siswa yang diambil dari hasil
data lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar. Jika kriteria tersebut
terpenuhi, maka penerapan strategi pembelajaran Systematic Approach To Problem
Solving dalam memahami materi pelajaran khususnya pada materi kinematika gerak
Chriskal Erisal : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Page 12
lurus dengan kecepatan konstan dan percepatan konstan dapat dijadikan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini dari 36 soal yang diujicobakan, setelah dianalisis tingkat
kesukaran didapatkan 9 pada kategori soal mudah , 14 pada kategori sedang dan 13
soal pada kategori soal sukar. Setelah dianalisis daya beda terdapat 10 soal pada
kategori baik, 13 soal pada kategori cukup dan 13 soal pada kategori jelek. Soal-soal
yang daya bedanya pada kategori jelek dibuang sehingga soal yang dipakai adalah 23
soal. Setelah disesuaikan dengan indikator pembelajaran dan materi maka didapatkan
9 soal untuk evaluasi siklus I, 8 soal untuk evaluasi siklus II dan 6 soal untuk evaluasi
siklus III. setelah dianalisis reliabilitas didapatkan reliabilitas r11=0.67. Sehingga
dapat dikatakan bahwa soal yang diujicobakan memiliki reliabilitas tinggi.
Gambaran mengenai peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh dari penerapan
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan persentase aktivitas siswa dalam setiap siklus
Jumlah/ persentase (%)
Variabel yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa
61,03
70,28
90,46
Dari tabel 4.1 dapat dilihat rata-rata peningkatan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, rata-rata persentase aktivitas siswa
masih berada pada kategori aktif tapi belum memuaskan. Selanjutnya pada siklus II
mengalami peningkatan rata-rata aktivitas siswa menjadi aktif. Selanjutnya pada
siklus III rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat lagi menjadi sangat aktif.
Kemudian gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari
3 aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan.
Tabel 4.2 Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklus
Jumlah/ persentase (%)
Variabel yang diamati
Siklus I Siklus II
Siklus III
Rata-rata nilai siswa pada aspek pengetahuan
2,56
2,57
3,11
Rata-rata nilai siswa pada aspek sikap
2,39
2,98
3,23
Rata-rata nilai siswa pada aspek keterampilan
2,42
2,72
3,12
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar yang terjadi
pada setiap siklus. Pelaksanaan tindakan pada siklus I, nilai siswa pada 3 aspek
tersebut masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dimana di SMA Negeri
3 Muaro Jambi KKM-nya yaitu 2,66. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa
mengalami peningkatan, hanya pada aspek pengetahuan yang belum mencapai KKM.
Selanjutnya pada siklus III nilai rata-rata siswa sudah di atas KKM semua.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi
Page 13
Page 14
Page 15