MCS Point of View - Sun Zi
MCS Point of View - Sun Zi
View Sun Zi
Kelompok 10
Kelas Paralel A
Nama Anggota :
Fernando Alexander 3133014
Mey Li
3133022
Yessica
3133064
Arief Kalisda
3133087
Caroline Sutanto
3133210
RINGKASAN MATERI
The most successful business know that developing talent is their top
priority (Fortune). Manusia adalah aspek sekaligus aset terpenting dalam sebuah
organisasi. Mereka adalah pelaku yang menentukan sukses tidaknya organisasi.
Sebagai elemen penentu, manusia juga merupakan elemen yang paling sulit untuk
dikendalikan. Ada tiga golongan masalah pada kinerja manusia dalam organisasi
yang terdiri dari tidak tahu, tidak mau, dan tidak mampu. Tidak tahu adalah
kurangnya pemahaman atau pengetahuan atas tanggung jawab dan wewenang
bawahan dalam pekerjaan, sehingga bawahan sulit memahami dan mengerti
kemauan pihak manajemen. Tidak mau adalah masalah motivasi, dimana
keinginan dan visi serta misi dari bawahan tidak sesuai dengan tujuan dari
organisasi. Tidak mampu adalah kondisi dimana ketidaksesuaian perilaku
bawahan dengan tujuan organisasi disebabkan kurangnya kemampuan, keahlian,
atau kompetensi seseorang.
Sistem
Pengendalian
Manajemen
adalah
bagaimana
perusahaan
adalah apa yang membuat pikiran pasukan selaras dengan pemimpin sehingga
pemimpin bisa mengendalikan bawahan secara total. Iklim adalah faktor yang
tidak dapat dikendalikan berupa cuaca, temperatur, dan musim pada sebuah
wilayah. Medan meliputi situasi tempat kita berada, seperti kondisi jalan, titik
vital dan lain lain. Komando adalah kebijaksanaan, integritas, rasa kemanusiaan,
keberanian dan disiplin seorang pemimpin. Regulasi adalah struktur organisasi,
rantai komando, saluran komunikasi dan doktrin pasukan. Regulasi yang baik
membuat pasukan lebih tertib dan efektif dalam setiap pertempuran.
Selain 5 dimensi tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang lain yaitu
1. Kekuatan
Perusahaan harus mengerti sumber-sumber kekuatannya dengan seksama.
2. Pelatihan
Kekuatan bala tentara tidak hanya ditentukan dari jumlahnya, tetapi
mereka yang bisa memanfaatkan situasi.Jadi, menjalankan strategi secara
efektif sangat penting.
3. Disiplin (Reward and Punisnment)
Jangan menghukum mereka bila ketaatan dan loyalitas karyawan belum
terbentuk. Semua peraturan harus sama rata di semua tingkatan maka
semua akan patuh karena akan ada saling percaya antara komandan dan
bawahan.
Dimensi dan syarat tersebut menunjukkan seni perang Sun Tzu
menggunakan pertimbangan berbagai aspek yang holistik. Dimensi yang
menjiwai seni perang tersebut adalah:
1. Wawasan mikro-makro
Seni perang Sun Tzu memperhatikan kondisi organisasi dan kondisi
lingkungan makro dimana pasukan, atau dalam konteks ini organisasi,
berada.
2. Aspek controllable dan uncontrollable
Seni perang Sun Tzu memperhatikan faktor yang dapat dikendalikan
maupun tidak dapat dikendalikan dari sebuah organisasi.
3. Komponen manusia dan nonmanusia
Kesuksesan ditentukan ketika kita berhasil mengelola sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sumber daya nonmanusia.
dalam organisasi memiliki disiplin yang tinggi, maka semua tindakan yang harus
dilakukan dapat terlaksana dengan baik.
Prinsip-prinsip pengendalian proses
1. Sistem Komando dan Pemisahan Fungsi
Dalam perusahaan dapat dilakukan beberapa aktivitas yang dapat
mengendalikan proses, yaitu job description, pertanggungjawaban, pendelegasian
wewenang, Standard Operating Procedures (SOP) dan monitoring. Aktivitas
tersebut dilakukan untuk mengatur posisi dan membatasi kegiatan karyawan.
2. Prosedur yang Adaptif
Prosedur merupakan bentuk kendali langsung karena dengan tata cara atau
panduan tahap-tahapan, yang akan membuat aktivitas seseorang akan diatur.
Meski prosedur yang dibuat secara matang, prosedur tetap harus siap beradaptasi
merespon perubahan diluar prediksi.
3. Preaction Review
Sebelum pelaksanaan aktivitas hendaknya perusahaan melakukan kontrol
ulang sekali lagi untuk memastikan pelaksanaan tersebut terhindar dari banyak
penyimpangan. Biasanya dalam perusahaan akan melakukan briefing terlebih
dahulu sebelum mulainya operasional perusahaan, guna menghindari terjadinya
kesalahan.
4. Prinsip Sekuritas dan Kerahasiaan
Dalam era bisnis sekarang, keamanan lebih sering diterapkan ke
perlindungan perangkat fisik seperti adanya penggunaan password pada komputer
perusahaan. Kerahasiaan juga perlu diperhatikan, pemimpin harus bisa memilah
informasi untuk dirinya sendiri maupun untuk bawahannya, agar informasi yang
ada tidak jatuh ketangan yang salah.
5. Imbalan dan Hukuman
Pengendalian proses juga membutuhkan imbalan dan hukuman sebagai
simbol apresiasi terhadap kinerja bawahan. Penegakan disiplin juga dibutuhkan
untuk memberikan pemahaman tentang keterkaitan tindakan, ketentuan dan
konsekuensi dari tindakan tersebut.
memahami
Tao
adalah
memungkinkan
seorang
pemimpin
untuk
1.
Birokrasi Formal
Menciptakan pengendalian budaya dalam jangka panjang. Beberapa
manifestasi dari birokrasi formal dalam hal ini, antara lain: seleksi penerimaan
karyawan dan aturan kekaryawanan beserta sistem R&P. Jika sebuah organisasi
ingin mendapatkan kualitas SDM yang baik (kreatif, patuh terhadap atasan, dan
memiliki etika yang baik) maka organisasi tersebut harus memiliki standar seleksi
penerimaan karyawan yang sesuai, dan setelah karyawan tersebut bekerja maka
perlu adanya aturan untuk mengendalikan karyawan tersebut yang didukung
dengan pemberian reward atau punishment yang menjadi salah satu alat birokrasi
formal. Dan dalam pemberian R&P haruslah ada keadilan jangan sampai ada
diskriminasi terhadap manajemen tingkat rendah.
2.
Pendekatan Pribadi
Pemimpin harus memiliki keseimbangan antara hati dan pikiran. Aspek
hati merujuk pada perasaan atau emosi yang terlibat untuk memenangkan hati
bawahan dalam rangka mendapatkan kesetiaan, kebangaan dan dukungan moral.
Perasaan atau ikatan emosional yang terlibat antara pemimpin dan bawahannya
merupakan pengikat hubungan yang membuat hubungan kerja lebih dari sekedar
hubungan transaksional antara pembeli dan penyedia jasa.
3.
Pelatihan Khusus
Pelatihan yang dilakukan oleh sebuah organisasi terhadap karyawannya
mengingatkan
mengenai
budaya
organisasi.
Sehingga
Pemimpin
perlu
Metode-metode lainnya
Metode-metode yang dilakukan oleh perusahaan untuk membentuk
pembuatan buku saku kode etik beserta penetapan mekanisme penegakkan etika
dalam organisasi, dan sebagainya.
Dalam pengendalian budaya tidak memerlukan persyaratan tertentu,
melainkan persayatan yang merupakan keberadaan sebuah organisasi yang kuat,
yaitu ada ikatan emosional yang cukup tinggi diantara para anggota organisasi.
Jika ikatan emosional antar anggota sudah menguat makan lebih mudah untuk
organisasi untuk menanamkan budaya yang baik, sehingga pengendalian dapat
dilakukan melalui budaya organisasi tersebut.
Selain bentuk-bentuk pengendalian yang sudah disebutkan di atas, faktor
pemimpin juga merupakan unsur penting dalam sebuah sistem pengendalian.
Mempersatukan orang-orang yang berkompeten dan memiliki kompetensi untuk
berkembang dalam perusahaan tidaklah mudah. Dibutuhkan keahlian untuk
mengendalikan orang yang memiliki potensi. Dengan kata lain, figur pemimpin
adalah pusat dari efektivitas pengendalian manajemen. Pemimpin adalah orang
yang memiliki pengaruh terbesar dalam menggerakkan anggotanya untuk fokus
pada visi yang sama. Kondisi kerja dalam sebuah organisasi akan mencerminkan
model kepemimpinan yang ada. Kualitas kepemimpinan yang tertinggi adalah saat
yang dipimpin tidak menyadari bahwa yang dipimpin sedang dikendalikan.
Menurut Sun Tzu, seorang pemimipin wajib memenangkan hati dan
pikiran dari seluruh bawahannya. Hati menunjuk pada perasaan dan emosi dari
bawahan. Pikiran menunjuk pada rasionalitas yang terlibat. Dalam membuat
strategi, bawahan perlu menggunakan pikiran. Sedangkan dalam implementasi
rencana, pemimpin perlu mengedepankan hati. Seorang pemimpin yang efektif
memiliki beberapa karakteristik.
a.
b.
c.
d.
e.
peluang
dan
membuat
keputusan.
Kemudian,
3. Pengendalian diri dan jangan sampai terhasut dengan pesaing. Tidak boleh
emosi. Sementara kemarahan dapat dikembalikan kebahagian dan
kebencian dijadikan menyenangkan; suatu negara yang hancur tidak dapat
dibangun kembali dan orang yang meninggal tidak dapat hidup kembali.
4. Pragmatisme
Panglima itu tidak boleh puas akan sesuatu maupun pesimis sebelum
melakukan. Jadi apapun yang diperbuat oleh panglima harus dilakukan
untuk negara, bukan untuk keharuman nama pribadi.
5. Ketulusan
Panglima harus mengerti bawahannya dan percaya pada mereka. Tetapi
panglima tetap harus menjaga jarak supaya tetap ada respect diantara
mereka. Harus menghargai manusia / memanusiakan manusia dengan
memahami masalah bawahan dan menghargai pekerjaan mereka.
Tentara (Low-Level Manager)
1. Pengendalian
Hal yang berhubungan adalah doktrin Apabila panglima itu lemah
dan tidak disiplin, jika pelatihan dan perintah tidak jelas, bila tugas dan
perwira tidak berbeda, dan susunan pasukan itu lamban, maka hasilnya
adalah disorganisasi mutlak dan disiplin Jika seorang panglima
membelai pasukannya tetapi tidak dapat menggunakannya; jika ia
menyayangi mereka secara berlebihan tetapi tidak dapat memberi perintah;
jika pasukannya tidak teratur tetapi dia tidak dapat mendisiplinkan
mereka; maka mereka mirip gerombolan yang dimanjakan dan tidak
berguna sama sekali yang menentukan pengorganisasian tentara.
2. Komunikasi
Panglima harus terus menerima informasi tentang jalannya
pertempuran baik dari pasukan kita maupun musuh, sehingga dibutuhkan
komunikasi yang efektif.
3. Moral pasukan kita dan pasukan musuh harus diketahui. Bila
kemenangan tertunda terlalu lama, semangat dan moral pasukan akan
menurun. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kesiagaan pasukan:
dan daya beli masyarakat, nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per
kapita, serikat pekerja, persaingan bisnis, dan blok perdagangan.
2. Institusi Politik dan Hukum
Pemerintah sebuah negara seringkali bekerjasama dengan sektor swasta
dalam upaya pengembangan perekonomian dan peningkatan investasi untuk
membuka lapangan kerja baru. Namun terkadang, banyak praktik yang tidak
sesuai bermunculan sehingga pemerintah harus membuat batasan-batasan bagi
perusahaan dalam merekrut, mengelolah, dan mengendalikan karyawan serta
menjalankan aktivitas bisnis.
3. Tingkat Penggunaan Teknologi
Perkembangan teknologi memberikan pilihan bagi perusahaan, apakah
perusahaan mau menggunakan teknologi untuk pengembangan perusahaan.
Dengan teknologi dapat mendukung pelaksanaan strategi dan SPM sebuah
perusahaan.
Penerapan
teknologi
informasi
dalam
perusahaan
dapat
yang terdiri dari sejumlah penduduk dan pertumbuhannya, gender, usia, migrasi
dari populasi tersebut. Budaya masyarakat meliputi budaya dominan atau beragam
budaya yang ada dalam sebuah masyarakat yang multikultur.
SPM tidak hanya dapat bersifat pasif, tetapi juga berfungsi proaktif
sebagai katalisator untuk transformasi perusahaan. Transformasi ini sangat
dibutuhkan perusahaan terkait dengan antisipasi tuntutan lingkungan yang
dinamis sehingga dapat menjawab tantangan yang telah ada maupun yang akan
datang untuk mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan. Ada 4 aspek
yang harus dipenuhi oleh perusahaan sebagai syarat sebuah perusahaan untuk
dapat bertransformasi:
PEMBAHASAN KASUS
Kasus
Dalam kronologis itu dapat diketahui bahwa setelah mata bor mencapai
kedalaman 1.091meter Lapindo melanjutkan pengeboran tanpa menggunakan
selubung pelindung ( casing) apapun. Pada 27 Mei, selang 10 menit setelah
gempa mengguncang Yogyakarta -Jawa tengah pukul 06:02 WIB terjadi loss,
masuknya lumpur ke dalam lubang pengeboran. Lapindo meneruskan pengeboran
selama 6 jam sampai mencapai kedalaman 2.834 meter. Lapindo memutuskan
untuk menghentikan pengeboran dan menarik mata bor ke permukaan tanah.
Ketika bor sudah keluar semua, lumpur mulai mengalir dari lubang.
Lapindo berusaha menutup lubang dengan semen dan berhasil. Lumpur tidak lagi
keluar dari lubang pengeboran itu. Esok harinya, 28 Mei, terjadi kick, cairan yang
mengaliri seluruh lubang bor menendang lapisan tanah di seputar lubang
pengeboran yang ternyata tidak cukup kuat menahan tekanan dari cairan itu.
Akibatnya, lapisan tanah di sekeliling lubang pengeboran retak, dan cairan
itu keluar dari retakan-retakan itu. Kejadian ini disebut sebagai blow out. Davies
et al. (2008). menolak argumentasi gempa bumi sebagai penyebab semburan
karena there were other earthquakes, which were larger, closer and generated
stroner shaking, did not intitate an eruption (635). Singkatnya, kondisi geologis
di Sidoarjo dan sekitarnya potensial untuk terjadinya gunung lumpur mengingat
ada beberapa gunung lumpur aktif saat ini, yang dibutuhkan adalah pemicunya.
Dalam wawancaranya di ANTV (05/04/2009), Bakrie mengataka n bahwa
Lapindo hanyalah perusahaan kecil dibandingkan seluruh unit usahanya, tapi telah
menyebabkan masalah besar baginya karena Lapindo harus membayar lebih dari
3,8 trilliun rupiah (sekitar 421 juta US Dollar). Lanjutnya, tidak pernah ada ganti
rugi yang ada adalah transaksi jual -beli antara penduduk sebagai penjual dan
Lapindo sebagai pembeli, sesuai dengan Peraturan Presiden 14/2007, pasal 15.
Lapindo (dan Bakrie) berada pada posisi bahwa penyebab semburan lumpur panas
itu adalah akibat gempa bumi kare nanya bencana ini bukanlah bencana teknologi
yang karena kesalahan Lapindo, namun bencana ini adalah bencana alam.
Dikarenakan ini adalah bencana alam, maka Lapindo merupakan salah
satu korban dari bencana ini, bukan penyebab bencana. Bakrie menggunakan hasil
sidang pengadilan negeri Jakarta Selatan tanggal 22 Januari 2008 yang
memutuskan bahwa semburan lumpur sebagai fenomena alam dan tidak ada
hubungannya dengan aktivitas pengeboran Lapindo.
Pembahasan
Aburizal Bakrie yang sering disapa Bakrie merupakan seorang pemimpin
di Bakrie & Brothers Group. Bakrie disni sebagai seorang panglima dalam
perusahaannya yang memegang wewenang penuh terhadap segala keputusan yang
ada disini. Menurut kasus diatas dapat terlihat bagaimana Bakrie mengendalikan
perusahaannya dan menghasilkan hasil yang buruk terhadap perusahaannya.
Dalam sistem pengendaliannya terlihat bahwa kepemimpinan Bakrie tidak dapat
diandalkan karena Bakrie mengalihkan tanggung jawabnya dalam pernyataannya
saat wawancara bahwa Lapindo juga merupakan korban. Disini menunjukan
tidak mau bertanggung jawab.
Selain itu dari pengelolahan internal control pengeboran yang tidak sesuai
dengan SOP yang ada menunjukan pihak bawahannya pun tidak mampu
melaksanakan tanggung jawab yang ada sehingga terjadi bencana ini. Artinya
tidak ada kontrol atasan terhadap bawahannya.
Saran menurut pandangan Sun Tzu
1. Reorientasi Stakeholder
Fokus utama bisnis harus mulai memperhatikan konsep triple bottom line
sehingga melahirkan CSR yang membawa kebaikan bagi orang sekitarnya
pula dengan menjunjung kepedulian ekologi yang tinggi.
2. Harus ada keadilan terhadap peraturan agar semua level mendapat perlakuan
yang sama dan mendapat punishment yang sama pula.
3. Pengendalian Bakrie sebagai panglima itu lemah dan tidak disiplin, jika
pelatihan dan perintah tidak jelas, bila tugas dan perwira tidak berbeda, dan
susunan pasukan itu lamban, maka hasilnya adalah disorganisasi mutlak.
Maka dari itu yang perlu dirapikan adalah moral dari Panglima itu sendiri.
Dengan pemimpin yang bermoral maka akan mempunyai pengaruh moral
terhadap bawahannya sehingga bawahannya pun ikut mempunyai budaya
yang bertanggung jawab
4.
KESIMPULAN
Dari sudut seni perang yang dimiliki oleh Sun Tzu, kita dapat
menganalogikan perang sebagai kondisi bisnis karena kedua hal ini memiliki
beberapa aspek yang sama dan dapat saling dijelaskan keterkaitannya. Sama
halnya dengan peperangan, di dalam dunia bisnis pun manusia merupakan aset
penting yang dimiliki perusahaan. Tanpa manajer dan karyawan lainnya sebuah
perusahaan tidak akan mampu untuk berjalan menghadapi kompetitor bisnis
mereka sama halnya di dalam peperangan, tanpa pasukan dan panglima yang
memimpinnya maka tidak akan ada kemenangan yang dapat diperoleh. Untuk
dapat menjalankan perang/dunia bisnis ini dengan baik maka dibutuhkan
pengetahuan
akan
dimensi
dari
Sun
Tzu
moral,
iklim,
medan,
DAFTAR PUSTAKA
Hou, Wee Chow, dkk. 1991. Sun Tzu War & Management. Addison-Wesley
Publishing Company: Singapore.
Sun Tzu. 1994. Sun Tzu Art of War. Diterjemahkan oleh Lionel Giles. Project
Gutenberg.
Novenanto, Anton. 2010. Melihat Kasus Lapindo Sebagai Bencana Sosial,
(online), (http://journal.unair.ac.id, diakses tanggal 13 November 2015).