Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI

Fissura ani merupakan robekan mucosa, atau luka epitel memanjang


sejajar sumbu anus. Fissura biasanya tunngal dan terletak di garis tengah
posterior. Kadang dapat terjadi infeksi di sebelah oral di kripta antara kolumna
rectum pada muara kelenjar rectum. Papilla di kolumna menunjukkan oedem yang
telah berkembang sampai hipertrofi papilla. Keadaan ini harus dibedakan dengan
polip rectum. Daerah di sebelah aboral fissure kulit juga mengalami radang kronik
dengan bendungan limpa dan akhirnya fibrosis. Kelainan kronik di kulit ini yang
disebut skin tag yang menjadi tanda pengenal fissure ani.
EPIDEMIOLOGI
Insidens terjadinya fissura ani merupakan 1 dalam 350 orang. Frekuensi
terjadinya fissure ani sama di antara laki-laki dan perempuan. Fissura ani lebih
cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dan usia pertengahan.
ETIOLOGI
Kebanyakan fissura ani terjadi karena regangan mucosa anus melebihi
kemampuannya. Sekali fissura terjadi, maka akan terbentuk suatu lingkaran setan.
Dengan adanya nyeri ketika defikasi maka penderita akan menjadi takut untuk
defikasi, hal ini akan menyebabkan feces menjadi keras dan feces yang keras akan
menambah aktifitas sphincter. Fissura ani dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab, antaranya
-idiopatik
-iritasi akibat diare
-cedera partus
-penggunaan laksative
-iatrogenik
-inflammatory bowel diseases
-sexually transmitted diseases

PATOFISIOLOGI
Pada fissura ani, daerah yang sering terkena adalah daerah distal linea dentate.
Sekitar 90% dari fissura ani terjadi di garis tengah bagian posterior dimana
merupakan bagian terlemah dari otot-otot yang melingkari anus. 10% terjadi
dibagian anterior dari garis tengah.

Keighley membagi fissura ani menjadi:


1. Fissura ani primer
- Akut
- Kronis
2. Fissura ani sekunder
Fissura ani primer tampak sebagai suatu superficial ulcer pada mukosa anal di
bawah linea dentata, apabila letaknya lebih ke proksimal hampir dapat dipastikan
merupakan fissura ani sekunder akibat penyakit lain. Fissura ani dikatakan akut
bila penyakit terjadi kurang dari 6 minggu, dan dikatakan kronis bila sudah lebih
dari 6 minggu.

Gambar 2. Fissura Ani


Apabila feces yang keras melewati anal canal akan terjadi perenggangan dan
merobek mucosa anal. Fissura ani biasanya terjadi pada bagian anterior dan

posterior, di duga daerah ini merupakan daerah lemah.. Ketika feses melewati anal
canal, massa akan disalurkan ke bagian anterior dan posterior oleh karena adanya
otot pada bagian lateral. Fissura akan meningkatkan kontraksi internal anal
sphincter dan meningkatkan tekanan istirahat pada anal canal. Peningkatan
tekanan menyebabkan iskemia pada area disekitar fissura. Adanya spasme yang
berulang pada anal canal dan adanya iskemia yang berlanjut akan menyebabkan
fissura menjadi kronis oleh karena ulkus yang tidak dapat sembuh.
Dasar fissura ani akut merupakan suatu lapisan tipis putih yang melapisi
jaringan ikat submucosa dan otot longitudinal, yang menyebar dari intersphinteric
groove kemudian melapisi otot sirkular sphincter interna. Pada fissura ani akut
ulkus tampak berbatas tegas,tidak terdapat indurasi,odema atau kavitasi.
Sedangkan dasar dari fissura ani kronis tampak serat otot sphincer interna.
Pada fissura ani kronis tampak tepi ulkus mengalami indurasi dan apabila proses
berlanjut ulkus akan bertambah luas dan bagian luar tampak odematous oleh
karena adanya obstruksi lymphatik, skin tag dan hypertropi papila anus dapat di
temukan dalam keadaan fissura ani kronis.
Infeksi dapat terjadi dan dapat menyebar ke atas menimbulkan abses
submukosa atau intersphincteric abses atau ke bawah menjadi perianal abses di
bawah skin tag. Adanya perianal abses yang persisten dapat menimbulkan fistula
superficial yang berjalan dari bagian bawah fissura dan keluar pada skin tag.

Gambar 2. Abses Perianal

Fissura ani sekunder disebabkan krena beberapa kelainan patologis seperti


Crohns disease, tuberkulosa anus, AIDS, atau setelah tindakan operasi pada
daerah anus. Fissura ani akibat komplikasi Crohns disease atau tuberkulosa
biasanya tidak terasa nyeri.

MANIFESTASI KLINIS
1. Anamnesis
Nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti rasa terbakar, rasa
terpotong, atau seperti terasa robekan.Nyeri sejalan dengan kontraksi usus;
spasme anus perlu dicurigai terjadinya fissura ani.
Konstipasi akibat takut nyeri.
Feses keras
Buang air besar berdarah warna merah terang pada permukaan feses. Darah
biasanya tidak bercampur dengan feses.
Mucoid discharge
Pruritus
2. Pemerisaan Fisik
Pada inspeksi sering ditemukan skin tag, fissura, dan hipertropi papilla.
Pada sebagian besar penderita dapat dibuat diagnosis fissura ani hanya dengan
inspeksi saja. Pemeriksaan dilakukan dengan menarik kedua pantat secara
perlahan-lahan untuk melihat apakah ada skin tag, discharge, atau darah.
Pada colok dubur, jari dimasukkan menulusuri bagian lateral terlebih dulu
untuk mengurangi nyeri tekan. Pinggir fissura dapat teraba irregular dengan
nyeri tekan yang dirasa sangat menyakitkan. Fissura ani akut terlihat eritem
dan mudah berdarah. Pada fissura yang kronis, nyeri tidak begitu hebat
sehingga pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan. Fissura ani kronik ditandai
dengan tiga gejala klasik yaitu ulkus yang dalam, sentinel pile (dimana

terbentuk saat bagian dasar fissura mengalami edema dan hipertropi), Papilla
anal membesar.
Proktoskopi juga dilakukan dengan cara yang sama, yaitu anestesi topik
dan tekanan pada sisi kontralateral. Pemakaian protoskopi dewasa pd keadaan
akut biasanya tidak mungkin dilakukan oleh krn sgt nyeri. Biasanya dengan
memakai infant sigmoidoscopy Llyod-Davies dapat dilihat kelainan - kelainan
pada mukosa rektum & anal canal.

Trias Fissura Ani

Protoskopi

3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis fissura ani tidak hanya didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik semata. Pemeriksaan penunjang untuk menyokong diagnosis
dari fissura ani sangat diperlukan untuk mengetahui lebih pasti penyebab dan
ketepatan diagnosis.
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien
fissura ani yaitu dengan melakukan pemeriksaan hitung jenis darah
dan kultur darah. Yang mana dari pemeriksaan itu dapat diperhatikan jumlah
sel darah putih.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005. Colon,
Rectum, and Anus. In Schwartzs Principles of Surgery. 8th edition. Vol 2.
USA: McGraw-Hill. P 1057-70.
2. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, Appendiks, kolon, dan
Anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta:EGC. Hal 64653.
3. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure. Lange, current surgical diagnosis &
treatment. 11th edition. Lange Medical Book. Page 766 768.
4. Poritz

LS,

Fissure

Anal.

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/196297-overview#showall
5. Villalba H, Villalba S, Abbas MA, Anal Fissure: A Common Cause of Anal
Pain. The Permanente Journal / Fall 2007/ Vol. 11 No. 4. Available at
http://www.thepermanentejournal.org/files/Fall2007/anal_fissure.pdf
6. Nelson R, A Systematic Review of Medical Therapy for Anal Fissure. Dis
Colon Rectum 2004; 47: 422431 DOI: 10.1007/s10350-003-0079-5 The
American Society of Colon and Rectal Surgeons Published online: 4
March 2004
7. Fisura Anal. Available at http://www.gastro.hc.edu.uy/CLASES%200708/fisura%20anal%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai