UU PPH PASAL 2 :
Yang dimaksud dengan bentuk usahatetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempattinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratusdelapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badanyang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, untukmenjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa :(UU No 10
Tahun 1994)
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. pabrik;
f. bengkel;
g. pertambangan dan penggaliansumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk
eksplorasipertambangan;
h. perikanan, peternakan,pertanian, perkebunan, atau kehutanan;
i. proyek konstruksi, instalasi,atau proyek perakitan;
j. pemberian jasa dalam bentukapapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari
60(enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
k. orang atau badan yang bertindakselaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
l. agen atau pegawai dari perusahaanasuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi ataumenanggung resiko di Indonesia.
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanyasuatu tempat usaha (place of business) yaitu
fasilitas yang dapat berupa tanahdan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan.
Tempat usaha tersebutbersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatandari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikandan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia.
Pengertian bentuk usahatetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang
kedudukannyatidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orangpribadi atau badan yang tidak
bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukandi Indonesia.Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
atau badan yang tidak didirikan dantidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap
mempunyai bentukusaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankanusaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atauperantara yang mempunyai
kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannyabertindak sepenuhnya dalam
a. penghasilan dari usaha ataukegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta
yang dimiliki ataudikuasai;
b. penghasilan kantor pusat dariusaha atau kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yangdijalankan atau yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia;
c. penghasilan sebagaimana tersebut dalamPasal 26 yang diterima atau diperoleh
kantor pusat, sepanjang terdapathubungan efektif antara bentuk usaha tetap
dengan harta atau kegiatan yangmemberikan penghasilan dimaksud.
(2) Biaya-biaya yang berkenaan denganpenghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c bolehdikurangkan dari penghasilan bentuk usaha tetap.
(3) Dalam menentukan besarnya labasuatu bentuk usaha tetap :
pembayaranbentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya beruparoyalti, imbalan jasa, dan bunga tidak boleh
dikurangkan dari penghasilanbentuk usaha tetap. Namun apabila kantor pusat danbentuk usaha tetapnya
bergerak dalam bidang usaha perbankan, maka pembayaranberupa bunga pinjaman dapat dibebankan
sebagai biaya.
Sebagai konsekuensi dari perlakuan tersebut,pembayaran-pembayaran yang sejenis yang diterima oleh
bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya tidak dianggap sebagai Objek Pajak, kecualibunga yang diterima
oleh bentuk usaha tetap dari kantor pusatnya yang berkenaandengan usaha perbankan
(1)
Untuk kepentingan Perjanjian ini, istilah "bentuk usaha tetap" berarti suatu tempat usaha tetap di
mana seluruh atau sebagian usaha penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian dijalankan.
(2)
(b)
suatu cabang;
(c)
suatu kantor;
(d)
suatu pabrik;
(e)
suatu bengkel;
(f)
(g)
suatu gudang;
(h)
suatu tambang, sumur minyak atau gas, tempat penggalian, atau tempat pengambilan
sumber daya alam lainnya;
(i)
suatu bangunan atau konstruksi atau perakitan atau proyek instalasi, atau kegiatan
pengawasan yang berhubungan dengannya, atau suatu instalasi atau anjungan pengeboran
atau kapal yang digunakan untuk eksplorasi atau untuk mengeluarkan sumber daya alam,
yang ada atau berlangsung untuk suatu masa lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari;
(j)
pemberian jasa-jasa, termasuk jasa konsultasi, melalui pegawai atau orang lain untuk tujuan
tersebut, namun hanya jika kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung (untuk proyek yang sama
atau yang berhubungan) lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, sepanjang tidak terdapat suatu bentuk usaha tetap pada tahun pajak di
mana jasa-jasa tersebut dilakukan di Negara tersebut untuk suatu masa atau masa-masa
yang keseluruhannya kurang dari 30 (tiga puluh) hari pada tahun pajak itu.
(3)
Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat (1) dan (2), suatu bentuk usaha tetap tidak dianggap ada
sehubungan dengan hal-hal berikut:
(a)
(b)
pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik penduduk sematamata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan;
(c)
pengurusan suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik penduduk sematamata dengan maksud untuk diolah oleh pihak lain;
(d)
pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan
pembelian barang-barang atau barang dagangan, atau untuk mengumpulkan informasi, bagi
keperluan penduduk;
(e)
pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan, penyediaan
informasi, riset ilmiah, atau untuk kegiatan-kegiatan serupa yang bersifat sebagai kegiatan
persiapan atau kegiatan penunjang, bagi keperluan penduduk.
(4)
Orang/badan yang bertindak di salah satu Negara Pihak pada perjanjian atas nama penduduk Negara
Pihak lainnya pada Perjanjian, selain agen yang mempunyai kedudukan bebas di mana ayat (5)
berlaku, akan dianggap sebagai suatu bentuk usaha tetap di Negara yang disebut pertama jika orang/
badan tersebut:
(a)
di Negara yang disebutkan pertama, mempunyai dan biasa menjalankan wewenang untuk
menutup kontrak-kontrak atas nama penduduk tersebut, kecuali kegiatan tersebut hanya
terbatas pada hal yang dimaksud dalam ayat (3) yang, jika dilakukan melalui suatu tempat
usaha tetap, tidak akan membuat tempat usaha tetap tersebut menjadi suatu bentuk usaha
tetap berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat tersebut; atau
(b)
di Negara yang disebut pertama, tidak memiliki wewenang semacam itu, namun biasa
mengurus suatu persediaan barang-barang atau barang dagangan milik penduduk tersebut di
mana ia secara teratur memenuhi pesanan-pesanan atau melakukan pengiriman atas nama
penduduk tersebut dan kegiatan-kegiatan tambahan yang dilakukan di Negara tersebut atas
nama penduduk tersebut telah memberikan kontribusi terhadap penjualan barang-barang atau
barang dagangan tadi.
(5)
Penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian tidak akan dianggap mempunyai suatu bentuk
usaha di Negara Pihak lainnya pada Perjanjian hanya semata-mata karena penduduk tersebut
menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada Perjanjian melalui makelar, komisioner umum, atau
agen lainnya yang mempunyai kedudukan bebas, di mana makelar atau agen tersebut bertindak
sesuai dengan kelaziman dalam usahanya.
(6)
Bahwa suatu perusahaan yang merupakan penduduk suatu Negara Pihak pada Perjanjian menguasai
atau dikuasai oleh perusahaan yang merupakan penduduk Negara Pihak lainnya pada Perjanjian atau
menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya tersebut (baik melalui suatu bentuk usaha tetap maupun
dengan suatu cara lain), tidak dengan sendirinya mengakibatkan salah satu dari perusahaan tersebut
merupakan bentuk usaha tetap dari perusahaan lainnya.
(7)
Perusahaan asuransi yang merupakan penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian, selain yang
berkenaan dengan reasuransi, akan dianggap mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Negara Pihak
lainnya pada Perjanjian jika perusahaan tersebut memungut premi atau menanggung risiko di wilayah
Negara Pihak lainnya tersebut melalui orang/badan selain yang dijelaskan dalam ayat (5).