Anda di halaman 1dari 12

Bintang Ganda

Posted by : R-da AdhityaSenin, 11 Maret 2013

Blogsas.com Bintang Ganda adalah suatu bintang yang bila dilihat dengan mata
telanjang hanya ada satu bintang saja, padahal sebenarnya ada dua bintang yang saling
berdekatan. Bintang ganda yang pertama kali ditemukan adalah bintang Mizar di Rasi Urza
Major, adalah Riccioli astronom asal italia penemunya (1650).
Pada akhir abad 18 William Herschel melakukan sigi untuk mencari pasangan bintang
ganda. Pada awalnya dia tidak percaya bahwa pasangannya adalah pasangan fisis sejati.
Namun pada akhirnya dia percaya, karena kebanyakan penelitiannya ternyata pasangan
tersebut kebanyakan pasangan sejati. Herschel melihat bintang yang lemah pada
pasangan bintang ganda Castor di Rasi Gemini berubah letaknya terhadap yang lain akibat
gaya gravitasi antara kedua bintang itu. kedua bintang mengitari titik pusat massanya.
Selain sistem bintang ganda ada juga sistem bintang majemuk seperti bintang bertiga,
berempat, berlima dst.Adalah bintang Milburn 377 pada mulanya diduga sebuah bintang
ganda visuil yang terdiri atas bintang katai M2 bermagnitudo 10,5 dan bintang katai M4
bermagnitudo 12,5 yang periode orbitnya 320 tahun. Ternyata kemudian komponen yang
terang dalam sistem itu adalah bintang ganda dengan periode orbit 15,9 tahun. Jadi
Milburn 377 adalah sistem bintang

BINTANG GANDA
Posted: September 2, 2011 in angkasa

Tidak semua bintang merupakan bintang tunggal yang berdiri sendiri atau hanyadengan planetplanetnya. Ada juga bintang yang
berpasangan,

yaitu bintang ganda, bintang bertiga, bintang berempat dan seterusnya. Pada materi ini hanya
akandijabarkan tentang bintang ganda. Bintang ganda ini saling berinteraksi, jika massa bintang satu
jauh lebih besar dari bintang pasangannya, maka bintang pasangannyaakan berevolusi mengitari
bintang besar itu. Namun jika massa kedua bintang hampir sama, maka bintang itu akan saling
mengitari. Biasanya, bintang yang lebih massif disebut bintang primer dan bintang yang kurang massif
disebut bintang sekunder.Bintang primer maupun sekunder sama-sama mengorbit pusat massa
gabungannya, dansudut inklinasinya terus berubah secara teratur.

Penggolongan umum:

1.Bintang ganda visual, yaitu bintang ganda yang terlihat terpisah oleh mata bugilatau teleskop lemah
karena radius orbit gabungannya cukup besar.

2.Bintang ganda astrometri, yaitu bintang ganda yang salah satu pasangannyaterlampau lemah untuk
dilihat.

3.Bintang ganda spektroskopi, yaitu bintang ganda dengan jarak yang sangat berdekatan, sehingga
tak dapat dipisahkan oleh teleskop kuat sekalipun.

Spektroskopi bergaris tunggal, jika hanya salah satu bintang yang terlihatspektrumnya.

Spektroskopi bergaris ganda, jika kedua bintang terlihat spektrumnya.

Bintang ganda gerhana, jika jaraknya begitu dekat dan inklinasinya sekitar 90,sehingga dapat
saling menutupi satu sama lain (terokultasi).

Adapun penggolongan bintang ganda berdasarkan bintang penyusunnya antaralain sebagai berikut:

1.Cataclismyc Variable, yaitu pasangan bintang deret utama dan katai putih. Bintang primer adalah
bintang yang berusia lanjut.

2.High Massive X-Ray Binary, yaitu pasangan bintang raksasa dan bintang kompak (bintang neutron
atau blackhole). Pada bintang ini terjadi transport materi dari bintang raksasa ke bintang kompaknya
dan menghasilkan radiasi sinar-X yang besar.

3.Algol Binary Star, yaitu system bintang ganda yang terdiri dari bintang raksasa dan bintang katai.

Bagaimana cara para Astronom Menghitung Massa Sebuah Benda Luar Angkasa yang Jaraknya bukan
main jauhnya ? Rumus apa yang digunakan ? Alat yang digunakan?
Rosyd Aqbar Banyumas & Rudi Subang

Bintang ganda visual. Kredit: scienceblogs


Singkatnya, massa dapat ditentukan mempergunakan hukum-hukum dasar Newton & Kepler. Sedangkan
jarak dari magnitudonya. Intinya adalah dari cahaya yang terpancar dari sumber ke pengamat. Dan alat
yang digunakan bukanlah sebuah alat ukur yang bisa langsung mengukur kuantitas massa dan jarak.
Untuk bisa menentukan massa dan jarak dibutuhkan kolektor berupa teleskop dan detektor yakni ccd
kamera & analisator (filter)
Massa Bintang
Pada dasarnya tidak ada alat yang bisa digunakan untuk secara langsung mengukur massa sebuah
obyek di langit. Massa suatu benda langit hanya dapat ditentukan dari pengaruh gravitasinya pada benda
langit lainnya, yaitu dari gerak orbitnya. Contohnya adalah massa Matahari yang dapat ditentukan dengan
mengamati gerak orbit planet. Dan untuk penentuan massa bintang, secara umum hanya dapat
ditentukan bila bintang itu merupakan komponen bintang ganda.
Untuk menentukan massa bintang, Hukum Kepler ketiga dapat diterapkan dalam gerak kedua bintang di
bintang ganda.
Berdasarkan Hukum Kepler ketiga, kuadrat kala edar obyek yang mengorbit Matahari sebanding dengan
pangkat tiga jarak rata-rata si obyek dari matahari. Dan hubungan Hukum Gravitasi Newton dan Hukum
Kepler ketiga bisa memberikan massa total kedua bintang dalam sistem bintang ganda dalam hubungan :
(m1 + m2) = (d1 + d2)3 /P2
dengan (d1 + d2) = R

P = periode orbit ; m1 dan m2 = massa kedua bintang ; R = total jarak separasi antara kedua bintang
dengan pusat massa.
Hubungan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui massa komponen bintang ganda itu.
Bagaimana dengan bintang tunggal?
Dengan diketahuinya sistem keplanetan di bintang-bintang lain, penerapan Hukum Kepler ketiga dapat
digunakan untuk mengetahui massa bintang induk sistem tersebut.
Untuk bintang tunggal, diagram Hertsprung Russel juga bisa digunakan sebagai faktor penentu massa.
Untuk bintang di Deret Utama, sifat-sifatnya memiliki keterkaitan yang erat dengan massanya. Massa
bintang menentukan berapa lama ia akan berada di deret utama. Semakin besar massa sebuah bintang,
maka semakin boros pula ia menguras hidrogennya sehingga umurnya akan lebih singkat. Dengan
mengetahui luminositas atau temperatur sebuah bintang maka kita bisa menentukan massanya. Di deret
utama, luminositas sebuah bintang sebanding dengan pangkat 3,5 massa sebuah bintang.

Pada tahun 2004, untuk pertama kalinya bisa menentukan massa sebuah bintang secara langsung
menggunakan metode lensa mikro gravitasi. Dengan teknik ini para astronom berhasil menentukan
massa bintang dengan melihat efek yang ditimbulkan bintang pada berkas cahaya yang melewatinya.
Jarak Bintang
Metode Paralaks

Paralaks bintang merupakan metode untuk mengukur jarak bintang


Coba acungkan jarimu di depan mata dan pejamkan mata kirimu. Lihatlah posisi jari terhadap obyek latar
belakang yang jauh. Kemudian gantilah memejamkan mata dan tutuplah mata kananmu. Sekarang lihat
lagi posisi jarimu terhadap obyek latar belakang yang sama tadi. Sekarang jarimu akan tampak berpindah
bukan? Misalnya dari kiri obyek ke kanan obyek. Pergeseran inilah yang disebut paralaks atau beda lihat
dan sudut pergeserannya disebut sudut paralaks.
Di dalam astronomi, metode inilah yang digunakan dalam penentuan jarak. Paralaks merupakan metode
yang digunakan dengan melihat pada pergeseran dua titik tetap relatif satu terhadap yang lain dilihat dari
sudut pandang pengamat.
Kita tahu kalau Bumi mengitari Matahari dengan periode orbit 365,25 hari dan akibat gerak edar Bumi,
bintang yang dekat akan tampak bergeser letaknya dari bintang yang jauh. Bintang tersebut seolah
menempuh lintasan berbentuk elips relatif terhadap bintang bintang latar belakang yang jauh. Gerak
yang disebut gerak paralaktik ini merupakan cerminan gerak Bumi mengitari Matahari. Sudut yang
dibentuk oleh bumi dan matahari ke bintang inilah yang diebut paralaks bintang. Semakin jauh letak
bintang, lintasan ellipsnya makin kecil, paralaksnya juga makin kecil. Metode ini yang disebut Paralaks
Trigonometri
Lihat gambar, andaikan matahari adalah jarak Bumi-Matahari, d adalah jarak Matahari bintang, dan p
adalah sudut parallaks, didapatkan formula paralaks:
d (parsec) = 1 / p (detik busur)
Metode paralaks trigonometri hanya bisa digunakan untuk mendapatkan jarak bintang-bintang terdekat
yakni sampai 100 parsec.
Magnitudo Mutlak Bintang
Cara lain untuk mengukur jarak bintang adalah dengan mengukur terang suatu bintang dan selanjutnya
menaksir kuat cahaya sebenarnya bintang itu. Dalam pengamatan, terang suatu bintang diukur dalam
satuanmagnitudo. Magnitudo merupakan ukuran terang bintang yang kita lihat atau terang semu
(magnitudo semu) bintang. Magnitudo juga merupakan besaran lain untuk menyatakan fluks pancaran
yang kita terima di Bumi per cm2 per detik (E).
Sebuah bintang yang kita lihat terang belum tentu benar-benar terang dalam hal kuat cahaya sebenarnya.
Bisa saja ia tampak lebih terang karena jaraknya yang dekat. Contohnya lampu mobil yang berada jauh
akan tampak lebih redup tapi begitu mendekat cahayanya jadi lebih terang.
Karena energi yang dipancarkan sumber pada selang waktu satu detik akan melewati pemrukaan bola itu
dalam waktu satu detik juga maka:
E = L / (4 d2)

Fluks pancaran yang kita terima di Bumi itu berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya.
Artinya sumber cahaya yang terletak dua kali lebih jauh akan tampak empat kali lebih lemah cahayanya.
Jika luminositas dapat diketahui, dan E bisa diukur maka jarak bintang dapat diketahui.
Sekarang, andaikan semua bintang berjarak sama dari kita, magnitudo semu dapat dianggap sebagai
ukuran terang sebenarnya bintang. Bintang yang luminositasnya besar akan memiliki magnitudi kecil
sedangkan bintang dengan luminositas kecil akan memiliki magnitudo yang besar. Nah untuk
menentukan kuat cahaya sebenarnya sebuah bintang, maka didefinisikan besaran magnitudo mutlak
yaitu magnitudo bintang andaikan bintang diamati pada jarak yang sama yaitu 10 parsec.
Jika ada dua bintang dengan magnitudo mutlak M1 dan M2 maka berlaku persamaan Pogson :
M1 M2 = -2,5 log (L1/L2)

Kredit: Swinburne University of Technology


Modulus Jarak
Jika jarak bintang dalam parsec adalah d dan fluks pancaran E dan magnitudo semu bintang m dan kita
andaikan si bintang diamati dari jarak 10 parsec. Dan jika diandaikan fluks pancaran bintang E, maka
menurut persamaan Pogson: m M = 2,5 log (E/E) dan luminositas bintang L, maka : m M = 2,5 log
[(L/(4 d2)) / (L /(4 102))]
Maka, selisih magnitudo semu dan magnitudo mutlak akan memberikan harga jarak bintang dari
pengamat setelah dikoreksi terhadap serapan antar bintang.
m M = 5 + 5 log d
Besaran m M tersebut disebut modulus jarak.
Cepheid Sebagai Lilin Penentu Jarak
Tahun 1784, John Goodricke menemukan kalau bintang Cepheid berubah cahayanya secara berkala dan
diduga merupakan komponen bintang ganda. Tapi pada tahun 1914 Shapley menemukan kalau bintang
ini berubah-ubah cahayanya bukan karena Cepheid merupakan bintang ganda gerhana melainkan
bintang ini berdenyut.

Pada bintang Cepheid juga ditemukan hubungan antara luminositas dan periode perubahan cahaya.
Hubungan ini menyatakan semakin terang suatu Cepheid, makin besar periodenya. Untuk mengetahui
jarak variabel Cepheid di galaksi lain, diambil hubungan titik nol yakni titik pada periode dimana
magnitudo mutlaknya nol. Untuk mendapatkan hubungan titik nol, dapat ditentukan dengan
membandingkannya dengan Cepheid dalam Galaksi kita pada gugus bintang yang jaraknya sudah
diketahui.

Dengan mengandaikan Cepheid yang diamati memiliki sifat sama dengan Cepheid di Galaksi kita, maka
periode perubahan cahaya dan luminositasnya dianggap sama juga. Karena luminositas dianggap sama
maka Magnitudo mutlak bisa diketahui dari hubungan : M M = -2,5 log (L/L)
Maka modulus jarak bisa diketahui dengan m dari pengamatan pada bintang variabel Cepheid galaksi
lain yang diamati, dan jarak pun bisa diketahui : m M = 5 + 5 log d

Apa yang terjadi, jika ada sebuah planet di sistem bintang multipel? Apa pengaruh sistem bintang multipel
yang terdiri dari beberapa bintang tersebut pada planet yang ada di sistem itu? Pertanyaan inilah yang
sedang dicari jawabannya oleh para astronom.

Ilustrasi sistem bintang 30 Ari yang memiliki 4 bintang dan satu planet. Kredit: Karen Teramura, UH
IfA.
Dalam pencarian itu, para astronom menemukan sebuah planet pada sistem bintang triplet 30 Arietis aka
30 Ari yang dikemudian hari diketahui ternyata merupakan sistem kuadruplet. Planet tersebut ditemukan
pada tahun 2009 mengitari bintang 30 Arietis B yang merupakan anggota sistem bintang bertiga di rasi
Aries, dengan dua bintangnya merupakan pasangan bintang ganda.
Ternyata, di tahun 2015, planet 30 Ari Bb kembali ditemukan dan kali ini ia tidak hanya berada pada
sistem bintang bertiga melainkan sebuah sistem bintang berempat aka sistem kuadruplet. Bintang
keempat ini ditemukan dalam pengamatan di Observatorium Palomar dengan instrumen Robo-AO dan
PALM-3000.
Bintang ke-4 yang baru ditemukan dalam sistem bintang 30 Ari, diketahui berada jauh dari planet 30 Ari
Bb. Lebih tepatnya bintang ke-4 ini berada 23 kali jarak Matahari Bumi dari sang planet. Dengan
demikian, bintang yang baru ditemukan tersebut diperkirakan tidak banyak memberi pengaruh pada orbit

planet. Tapi untuk mengetahui lebih lanjut, akan dilakukan pengamatan lain untuk bisa memahami sistem
tersebut.
Planet di sistem kuadruplet
Sistem bintang 30 Ari berada pada jarak 136 tahun cahaya dari Bumi di Rasi Aries dengan kehadiran
sebuah planet yakni 30 Ari Bb yang merupakan planet gas raksasa dengan massa 10 massa Jupiter.
Penamaan 30 Ari Bb memiliki arti planet pertama yang mengitari bintang 30 Ari B.
Planet 30 Ari Bb membutuhkan 335 hari untuk dapat mengitari bintang induknya, atau 30 hari lebih cepat
dibanding Bumi mengitari Matahari. Planet 30 Ari Bb mengorbit bintang induknya, 0,005 Au atau 700000
km lebih dekat dibanding Bumi ke Matahari. Akan tetapi, orbitnya jauh lebih lonjong dari Bumi. Pada saat
berada pada titik periastron atau titik terdekat dengan bintang, jaraknya 0, 708 Au atau sedikit lebih dekat
dibanding jarak venus Matahari. Saat planet ini berada di titik apastron atau titik terjauh dari bintang,
jarak terjauh yang bisa dicapai planet ini adalah 1,283 Au atau sudah mencapai lebih dari setengah jarak
Bumi Mars.
Planet 30 Ari Bb merupakan planet kedua yang ditemukan dalam sistem bintang kuadruplet. Exoplanet
pertama yakni KIC 4862625 aka Ph1 b di sistem kuadruplet ditemukan lewat sains warga pada tahun
2012. Dengan demikian, kehadiran planet 30 Ari juga memberi indikasi awal kalau kehadiran sebuah
planet pada sistem kuadruplet tidak terlalu langka langka. Di masa kini, lusinan sistem planet sudah
ditemukan berada pada sistem bintang ganda maupun sistem bintang bertiga. Termasuk di dalamnya
planet yang memiliki senja kembar seperti di planet tatooine pada film Star Wars. Dengan demikian
tidaklah mengherankan jika ditemukan planet pada sistem multipel, apalagi diketahui kalau bintang ganda
lebih banyak dari bintang tunggal. Dan diperkirakan 4% bintang tipe Matahari merupakan bintang yang
berada dalam sistem kuadruplet atau sistem bintang berempat.

Planet 30 Ari Bb dan keempat bintang di sistem 30 Ari. Dua bintang di sistem ini merupakan bintang
ganda. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Seandainya memungkinkan untuk bisa melihat langit dari planet 30 Ari Bb, maka keempat bintang yang
ada di sistem keplanetan ini akan tampak seperti sebuah matahari kecil dan 2 bintang terang yang
tampak di siang hari. Jika diamati dengan teleskop yang cukup besar, maka akan dapat diketahui kalau
salah satu bintang terang yang tampak di langit bukanlah sebuah bintang tunggal melainkan bintang
ganda.
Lantas, apa pengaruh bintang pada sistem multipel terhadap planet yang ada di sistem bintang tersebut?
Bukti yang ada menunjukan kehadiran bintang pasangan pada sebuah sistem keplanetan akan ikut
mempengaruhi nasib si planet. Caranya adalah dari interaksi antar bintang, planet bisa mengalami
gangguan yang mengubah orbitnya dan bisa memicu terjadinya pertambahan massa pada planet
sehingga menjadi planet yang lebih masif.
Sebagai contoh, planet Jupiter panas yang bergerak mengitari bintangnya dalam beberapa hari ketika
diganggu oleh gaya gravitasi bintang pasangan, orbitnya bisa berubah jadi semakin dekat dengan bintang
induknya.

Anda mungkin juga menyukai