Anda di halaman 1dari 17

I.

II.

Tujuan Percobaan
1. Memahami rangkaian listrik seri dan paralel.
2. Menentukan hambatan ekuivalen untuk rangkaian seri dan paralel.
Dasar Teori
Jika dua benda yang memiliki beda potensial listrik atau tegangan listrik (V)
yang berbeda dan dihubungkan dengan sebuah kawat pengantar maka elektron
akan mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi pada kawat penghantar
tersebut. Dan bila keduanya memiliki potensial yang sama maka ketika itulah
elekton berhenti mengalir. Perjanjian (konvensi) internasional yang menyatakan
bahwa arah arus berlawanan dengan arah gerak elektron. Arus yang mengalir pada
penghantar selain memiliki arah namun juga memiliki besar yang disebut dengan
kuat arus (I). Kuat arus didefinisikan sebagai banyaknya muatan yang mengalir
melalui suatu penampang konduktor setiap satu satuan waktu dengan satuan
ampere (A).
1. Hukum Ohm
Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, itu merupakan
salah satu hubungan arus listrik dengan beda potensial. Untuk lebih jelasnya
dapan dilihat pada hasil pengamatan berikut ini :
Tabel 1.1 Contoh hasil pengamatan antara I dan V
Beda Potensial (V)(volt)
1,5
3,0
4,5
Dengan grafik hubungannya adalah

Kuat arus (I)(A)


0,15
0,30
0,45

Gambar 1.2 grafik hubungan antara V dan I


Pada tabel 1.1 dapat diamati jika beda potensial diperbesar maka kuat arus
mengalir semakin besar. Jadi kesimpulan yang dapat diamati pada tabel 1.1 dan
gambar 1.2 bahwa kuat arus yang mengalir (I) sebanding dengan beda

V/I
10
10
10

potensialnya (V). Inilah hukum yang pertama kali ditemukan oleh G. Simon Ohm
pada 1826, yang lebih jelasnya menyatakan bahwa pada suhu tetap, tegangan V
pada komponen sebanding dengan kuat arus I yang melalui komponen tersebut.
Sedangkan hasil bagi antara beda potensial

dan kuat arus disebut dengan

hambatan listrik (R) dengan satuan . Jadi persamaannya secara sistematis :


R=

V
I

Keterangan :
R

= Hambatan Listrik ()

= Beda Potensial atau Tegangan Listrik (volt)

= Arus Listrik (Ampere)

Hukum Ohm sangat berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari


contohnya bila kita menyalakan lampu pijar 220 V dengan tegangan 110 V maka
filamen lampu akan dialiri oleh arus listrik yang lebih kecil dari yang seharusnya
sehingga nyala lampu 220 V menjadi redup. Sebaliknya jika lampu 110 V diberi
tegangan 220 V maka filament lampu akan dialiri arus liatrik lebih besar dari
seharunya sehingga nyala lampu 110 V menyala sebentar lalu mati ini disebabkan
karena filament lampu terbakar.
2. Hambatan listrik
Hambatan listrik merupakan hasil dari perbandingan tegangan listrik dengan
arus listrik yang mengalir pada kawat penghantar. Hambatan listrik atau R
sangat tergantung oleh beberapa hal seperti :
Sebanding dengan panjang kawat penghantar ()
Pengaruh hambatan terhadap suhu (T) adalah bila semakin tinggi suhu
konduktor maka hambatan jenis kawat menjadi tinggi begitu pula
hambatan listrik (R) akan semakin tinggi sehingga arus yang mengalir
semakin berkurang.

Bergantung pada jenis kawat yang digunakan ( )


Jenis kawat yang paling baik digunakan adalah kawat yang memiliki
hambatan jenis yang jauh lehih kecil sehingga R (hambatan) yang terjadi
semakin kecil. Contohnya adalah kawat-kawat konduktor seperti besi,
tembaga, emas, aluminium.

Berbanding tebalik dengan luas penampang dari kawat penghantar (A),


jadi bila semakin besar penampang kawat maka R-nya lebih kecil,
begitu juga sebaliknya.

Gambar 2.1 Skema penampang sebuah kawat penghantar


Berdasarkan definisi Besar hambatan kawat pada setiap satu satuan panjang
dan satuan penampang kawat dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
R=

l
A

Keterangan :
R = Hambatan listrik (Ohm)
= Jenis kawat yang digunakan (Ohm.m)
= Panjang kawat (m)
A = Luas penampang kawat (m2)
2.1 Hambatan Listrik pada Rangkaian Seri
Perhatikan gambar rangakain seri berikut.

Gambar 2.1.1 Rangkaian resistor secara seri


Jika komponen-komponen listrik dirangkaikan seri, kuat arus listrik yang
melalui tiap-tiap komponen sama besar, walaupun nilai setiap hambatannya
berbeda. Susunan seri bertujuan memperbesar hambatan dan berfungsi sebagai
pembagi tegangan. Sehingga kuat arus yang melalui setiap hambatan adalah sama,
persamaannya sebagai berikut.
I =I 1 =I 2=I 3
Sedangkan tegangan total yang dialami sebagai berikut:

V =V 1 +V 2 +V 3
Dan bila ke dua persamaan tersebut di gabungkan, maka hambatan total (R s)
pada rangkaian seri yaitu :
RS =nR
2.2 Hambatan Listrik pada Rangkaian Paralel
Perhatikan gambar rangkaian parallel berikut ini.

Gambar 2.2.1 Rangkaian Resistor Paralel


Pada gambar diatas, tegangan pada setiap lampu sama besar, walaupun nlai
setiap hambatan lampu berbeda. Tujuan dari rangkaian parallel adalah
memperkecil hambatan dan berfungsi sebagai pembagi arus. Pada rangkaian
parallel persamaan hambatannya sama seperti berikut ini.
V =V 1=V 2=V 3
Sedangkan arus total yang terjadi adalah
I =I 1 + I 2+ I 3 =

V1 V2 V3
+ +
R 1 R 2 R3

Kedua persamaan itu menjadi persamaan sebagai berikut.


V
1 1 1
=[ + + ]
R P R1 R2 R3
Dengan demikian persamaannya menjadi
1
1 1 1
= + +
R P R 1 R2 R 3
3. Gelang Warna pada Resistor

Gambar. 2.2 Resistor


Pada Resistor biasanya memiliki 5 jumlah gelang warna. Dengan komposisi:
Gelang Pertama (Angka Pertama), Gelang Kedua (Angka Kedua), Gelang Ketiga
(Angka Ketiga), Gelang Keempat (Multiplier) dan Gelang Kelima (Toleransi).
III.

Alat dan Bahan


Satu set peralatan untuk percobaan rangkaian listrik sederhana :

VI.

Prosedur Percobaan
Rangkaian Seri
1. Peralatan dirangkai sebagaimana gambar 1 dan hambatan/resistansi yang
2.
3.
4.
5.
6.
7.

digunakan dicatat.
Rangkaian dihubungkan dengan sumber arus.
Alat pengukur arus pada skala current DC diatur.
Alat pengukur tegangan pada skala voltage DC diatur.
Sumber arus dihidupkan, arus diatur sedemikian rupa I = 0,25 A.
Tegangan yang dihasilkan dicatat.
Langkah 5 dan 6 dilakukan untuk arus I yang lain.

Gambar. 1 Rangkaian seri

Rangkaian Paralel
1. Peralatan dirangkai sebagaimana gambar 2 dan hambatan/resistansi yang
digunakan dicatat.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rangkaian dihubungkan dengan sumber arus.


Alat pengukur arus pada skala current DC diatur.
Alat pengukur tegangan pada skala voltage DC diatur.
Sumber arus dihidupkan, arus diatur sedemikian rupa I = 0,25 A.
Tegangan yang dihasilkan dicatat.
Langkah 5 dan 6 dilakukan untuk arus I yang lain.

Gambar. 2

IV.

Data
No
1
2
3
4
5

V.

Rangkaian paralel

Pengamatan
Seri
Arus (A)
1,72x10-6
1,73x10-6
1,72x10-6
1,72x10-6
1,73x10-6

Paralel
Tegangan (V)
5,15
5,14
5,13
5,14
5,16

Arus (A)
1,73x10-6
1,74x10-6
1,73x10-6
1,73x10-6
1,74x10-6

Analisa dan Pengolahan Data


VI.1 Perhitungan
VI.1.1 Rangkaian Seri
Nilai kuat arus pada rangkaian seri:
I = I 1 + I 2 + I 3 + I 4 + I 5
5
I = ( 1,72+1,73+1,72+1,72+1,73 ) x 10
5
I =1,72 x 106 A
Nilai tegangan pada rangkaian seri:
V +V + V +V +V
V = 1 2 3 4 5
5
5,15+5,14+5,13+5,14 +5,16
V =
5

Tegangan (V)
5,19
5,19
5,18
5,19
5,18

V =5,14 V

Jadi, nilai hambatan ekuivalen:

V
R=
I
=
R

5,14
6
=2,98 x 10
6
1,72 x 10

VI.1.2 Rangkaian Paralel


Nilai kuat arus pada rangkaian paralel:
I = I 1 + I 2 + I 3 + I 4 + I 5
5
I = ( 1,73+1,74 +1,73+1,73+1,74 ) x 10
5

I =1,73 x 106 A
Nilai tegangan terbaik pada rangkaian paralel:
V +V + V +V +V
V = 1 2 3 4 5
5
5,19+5,19+5,18+5,19+5,18
V =
5
V =5,19 Volt

Jadi, nilai hambatan ekuivalen terbaiknya:

V
R=
I
=
R
VI.2
-

5,19
=3 x 10 6
6
1,73 x 10

Ralat
Ralat keraguan untuk kuat arus pada rangkaian seri
No

(A)

(A)

II

I I

.
1

1,72x10-6

1,72x10-6

1,73x10-6

1,72x10-6

10-8

10-16

1,72x10-6

1,72x10-6

1,72x10-6

1,72x10-6

1,73x10-6

1,72x10-6

10-8

10-16

2 x 1016
I=

( I I )2 =
n ( n1 )

2 x 1016
= 10 x 1018=3,16 x 109
20

( I I )=( 1,72 x 106 3,16 x 109 ) A

Ralat nisbi =

I
3,16 x 109
100 =
x 100 =0,18
I
1,72 x 106

Ralat praktikum = 100 0,18 =99,82


-

Ralat keraguan untuk tegangan pada rangkaian seri


No

(Volt)

(Volt)

V V

V V

.
1

5,15

5,14

0,01

10-4

5,14

5,14

5,13

5,14

-0,01

10-4

5,14

5,14

5,16

5,14

0,02

4x10-4

6 x 104
V=

( V V )2 =
n ( n1 )

6 x 10
5
3
= 3 x 10 =5,47 x 10
20

( V V )=( 5,14 5,47 x 103 ) A

Ralat nisbi =

V
5,47 x 103
100 =
x 100 =0,11
5,14
V

Ralat praktikum = 100 0,11 =99,9


-

Ralat keraguan untuk hambatan ekuivalen pada rangkaian seri


V
R=
I

( R R )=
( R R )=

( R R )=

( V V )
( I I )

( 5,14 5,47 x 103 )


( 1,72 x 106 3,16 x 109 )

((

5,14
5,14

6
1,72 x 10
1,72 x 106

)(

)(

5,47 x 103 3,16 x 109


+
5,14
1,72 x 106

))

( R R )=( 2,98 x 10 6 8,6 x 10 3)

Ralat nisbi =

R
8,6 x 103
100 =
x 100 =2,8
6
R
2,98 x 10

Ralat praktikum = 100 2,8 =97,2


-

Ralat keraguan untuk kuat arus pada rangkaian paralel


No

(A)

(A)

I I

I I

.
1

1,73x10-6

1,73x10-6

1,74x10-6

1,73x10-6

10-8

10-16

1,73x10-6

1,73x10-6

1,73x10-6

1,73x10-6

1,74x10-6

1,73x10-6

10-8

10-16

2x10-16

I=

( I I )2 =
n ( n1 )

2 x 10
20

16

= 10 x 10

18

=3,16 x 10

( I I )=( 1,73 x 106 3,16 x 109 ) A

Ralat nisbi =

I
3,16 x 109
100 =
x 100 =0,18
6
I
1,73 x 10

Ralat praktikum = 100 0,18 =99,82


-

Ralat keraguan untuk tegangan pada rangkaian paralel


No

(Volt)

(Volt)

V V

V V

.
1

5,19

5,19

5,19

5,19

5,18

5,19

-0,01

10-4

5,19

5,19

5,18

5,19

-0,01

10-4

2 x 104
V=

( V V )2 =
n ( n1 )

2 x 10
6
3
= 10 x 10 =3,16 x 10
20

( V V )=( 5,19 3,16 x 103 ) Volt

Ralat nisbi =

V
3,16 x 103
100 =
x 100 =0,06
5,19
V

Ralat praktikum = 100 0,06 =99,94


-

Ralat keraguan untuk hambatan ekuivalen pada rangkaian seri

R=

V
I

( R R )=
( R R )=
( R R )=

((

( V V )
( I I )

( 5,19 3,16 x 103 )


( 1,73 x 106 3,16 x 109 )

5,19
5,19

6
6
1,73 x 10
1,73 x 10

)(

)(

3,16 x 10
3,16 x 10
+
6
5,19
1,73 x 10

))

( R R )=( 3 x 10 6 7,2 x 103 )

Ralat nisbi =

R
7,2 x 10 3
100 =
x 100 =0,24
R
3 x 10 6

Ralat praktikum = 100 0,24 =99,76


VI.3

Grafik

Hubungan Tegangan dan Arus pada Rangkaian Seri

Tegangan (Volt)(V)

5.17
5.16
5.15
5.14
5.13
5.12
5.11

Arus ( Ampere) (I)

Grafik. 1. Hubungan Tengangan dengan Arus pada Rangkaian Seri

Hubungan Tegangan dan Arus pda Rangkaian Paralel

Tegangan (Volt)(V)

5.2
5.19
5.19
5.18
5.18
5.17

Arus (Ampere)(I)

Grafik. 2. Hubungan Tengangan dengan Arus pada Rangkaian


Paralel
VI.4
-

Tugas
Regresi Linier
Regresi linier rangkaian seri :
No

I (A)

V(Volt)

I.V

1,72 . 10-6

2,96. 10-12

5,15

8,86. 10-6

1,73. 10-6

3. 10-12

5,14

8,89. 10-6

1,72. 10-6

2,96. 10-12

5,13

8,82. 10-6

1,72. 10-6

2,96. 10-12

5,14

8,84. 10-6

1,73. 10-6

3. 10-12

5,16

8,93. 10-6

a=

I2 (A2)

8,62. 10-6

V I I IV
2
2
n I ( I )

14,88. 10-12

25,72

44,34. 10-6

25,72 14,88. 10 -12 8,62. 10 -6 44,34. 10 -6


5(14,88. 10 -12 ) (8,62. 10 -6 ) 2
=

0,273.10 12
2,73
0,1.10 12
=

n IV IV
2
2
n I ( I )

b =

5(6,97)6,97
5 ( 0,5996 )2,4964

5(44,34.10 -6 ) 44,34.10 -6
5(14,88. 10 -12 ) (8,62.10 -6 ) 2

177,36.10 6
1,77.10 6
12
0,1.10
Regresi Linier = -2,73+1,77.106xi
-

Regresi linier paralel


No

I(A)

V(Volt)

I.V

1,73 . 10-6

2,99. 10-12

5,19

8,98. 10-6

1,74. 10-6

3. 10-12

5,19

9. 10-6

1,73. 10-6

2,99. 10-12

5,18

8,96. 10-6

1,73. 10-6

2,99. 10-12

5,19

8,98. 10-6

1,74. 10-6

3. 10-12

5,18

9. 10-6

a=

I2(A2)

8,67. 10-6

14,97. 10-12

25,93

8,67. 10-6

V I 2 I IV
n I 2( I )2

25,93 14,97.10 -12 8,67. 10 -6 8,67. 10 -6


313.10 12

1252
5(14,97. 10 -12 ) (8,67.10 -6 ) 2
0,25.10 12

n IV IV
b= n I 2( I )2

5(8,67. 10 -6 ) 8,67. 10 -6
5(14,97. 10 -12 ) (8,67.10 -6 ) 2

34,68.10 6
138,7.x 0 6
0,25.10 12

Regresi Linier = -1252-138,7x106xi


Hambatan R seri

Y
0,01

10 6
6
X 0,01x10

Hambatan R paralel

VII.

Y
0,01

10 6
6
X 0,01x10

Pembahasan
Pada percobaan ini, praktikan bertujuan untuk memahami dan mempelajari
rangkaian listrik seri dan paralel dan untuk menentukan hambatan ekuivalen yang
dihasilkan pada rangkaian seri maupun paralel. Percobaan dilakukan sebayak dua
kali yaitu pada rangkaian seri dan paralel, dimana setiap percobaan dilakukan
pengulangan sebanyak lima kali untuk mendapatkan variasi data.
Percobaan pertama, yaitu rangkaian seri. Pertama-tama alat dirangkai sesuai
dengan gambar rangkaian seri pada modul setelah itu sumber arus dinyalakan.
Sehingga didapatkan kuat arus rata-rata sebesar 1,72 A dengan rata-rata
tegangan 5,14 volt. Sehingga rata-rata hambatan yang dihasilkan 2,98x10 6 ohm.
Dari data yang telah dihasilkan tersebut dan dilihat dari grafik hubungan tegangan
dengan arus listrik yaitu semakin besar kuat arus maka semakin kecil hambatan
yang terjadi, begitu pula sebaliknya jika tegangan semakin besar maka hambatan
yang dihasilkan besar. Hal ini sesuai dengan rumus sebagai berikut.
R=
Keterangan :
R = hambatan (ohm)
V = tegangan (volt)

V
I

I = kuat arus (ampere)


Percobaan yang kedua, yaitu sama halnya pada rangkaian seri namun bentuk
rangkaiannya berbeda. Dimana didapatkan kuat arus rata-rata sebesar 1,73 A
dengan rata-rata tegangan 5,19 volt. Sehingga didapatkan rata-rata hambatannya
adalah 3x106 ohm.
Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini yaitu kesalahan praktikan
yang tidak mengerjakan pengamatan dengan melihat warna gelang pada resistor
sehingga tidak dapat membandingkannya dengan hambatan yang didapat dari
hasil perhitungan dengan hambatan/resistansi yang tertera pada warna gelang dari
resistor, kesalahan praktikan saat membaca skala amperemeter dan membaca
skala voltmeter serta kesalahan yang terjadi akibat alat yang digunakan tidak
bekerja secara maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan ralat yang tidak
mencapai 100% yaitu
a. Pada rangkaian seri :
- I (kuat arus) = 99,82 %
- V(tegangan) = 99,9 %
- R(hambatan) = 97,2 %
b. Pada rangkaian paralel :
- I (kuat arus) = 99,82 %
- V(tegangan) = 99,94 %
- R(hambatan) = 99,76 %
Selain itu pada grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini sesuai dengan
grafik pada literatur, dimana antara kuat arus dan tegangan itu berbanding lurus.
Perbedaan antara hambatan menggunakan gradient dengan hambatan ekuivalen
adalah hasilnya tidak sama. Kemungkinan ini diakibatkan karena kekurangtelitian
kelompok kami dalam percobaan ini, dan alat yang digunakanpun pada saat itu
tidak berfungsi secara maksimal sehingga angka-angka yang didapatkan tidak
sesuai.
VIII.

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka disimpulkan beberapa hal antara
lain sebagai berikut.
1. Rangkaian seri merupakan rangkaian yang berujuan untuk memperbesar
hambatan.

Sedangkan

pada

rangkaian

paralel

bertujuan

untuk

memperkecil hambatan yang terjadi. Dimana pada rangkaian seri

didapatkan hambatan 2,98x106 ohm dan pada rangkaian paralel 3x106


ohm.
2. Perbedaan rangkaian seri dan paralel dari bentuk rangkaiannya adalah jika
pada rangkaian seri bila salah satu komponen rusak maka komponen yang
tersisa tidak akan bekerja sedangkan pada rangkaian paralel bila salah
satu komponennya rusak maka komponen lainnya masih bisa berjalan.
3. Besarnya tegangan yang terjadi berbanding lurus dengan kuat arus yang
digunakan.
4. Besarnya hambatan yang dihasilkan merupakan perbandingan sederhana
antara tegangan dengan kuat arusnya.
5. Semakin besar kuat arus yang gunakan maka semakin kecil hambatan
yang dihasilkan, sedangkan semakin besar tegangan maka semakin besar
hambatan yang terjadi.
6. Pada rangkaian seri didapatkan data yaitu kuat arus rata-rata sebesar 1,72
A dengan rata-rata tegangan 5,14 volt dan rata-rata hambatan yang
dihasilkan 2,98x106 ohm.
7. Pada rangkaian paralel didapatkan data yaitu kuat arus rata-rata sebesar
1,73 A dengan rata-rata tegangan 5,19 dan rata-rata hambatannya adalah
3x106 ohm.
8. Kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini adalah kesalahan
dalam melihat skala yang ditunjukkan oleh amperemeter maupun
voltmeter dan kesalahan yang terjadi akibat alat yang digunakan tidak
bekerja secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil ralat yang tidak
mencapai 100%.

IX.

Daftar Pustaka
Fakultas MIPA. 2011. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Universitas
Udayana : Bukit Jimbaran.
Indrajid, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. PT. Setia Purna Inves :
Bandung.

Kamajaya. 2007. Cerdas Bejalar Fisika untuk SMA. Grafindo Media Pratama :
Bandung.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai