Anda di halaman 1dari 15

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR)

A. PENGERTIAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya <
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004).
B.

PENGGOLONGAN
1. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu (Merenstein, 2002):
a.

Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan


Masa gestasi 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).

b.

Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan


Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Deviasi
(SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).

2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
a.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.

b.

Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

c.

Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan (Wong, 2004):
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil
ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil
ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke90 pada kurva pertumbuhan janin.

C.

PENYEBAB BBLR
Menurut Kliegman (2000) dan Merenstein (2002) penyebab BBLR adalah sebagai
berikut:
1. Prematur Murni

a.

Faktor Ibu.
1). Umur ( 20 tahun).
2). Paritas.
3). Ras.
4). Infertilitas.
5). Riwayat kehamilan tak baik.
6). Rahim abnormal.
7). Jarak kelahiran terlalu dekat.
8). BBLR pada anak sebelumnya.
9). Malnutrisi sebelum hamil (pertambahan berat badan kurang selama hamil).
10).

Penyakit akut dankronik.

11).

Kebiasaan tidak baik (pengobatan selama hamil, merokok, alkohol,

radiasi).
12).

Keadaan penyebab insufisiensi plasenta (penyakit jantung, ginjal, paru,

hipertensi, DM, preeklamsi).


13).

Keadaan sosial ekonomi (status gizi dan pengawasan ANC yang

kurang baik).
b.

Faktor Placenta
1) Penyakit vaskuler.
2) Kehamilan ganda.
3) Malformasi.
4) Tumor.

c.

Faktor Janin
1) Kelainan kromosom.
2) Malformasi.
3) Infeksi bawaan yang didapat dalam kandungan (misal; TORCH).
4) Kehamilan ganda.

2. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara
ibu dan janin.
D.

TANDA DAN GEJALA KLINIS


Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada 30 Cm,
lingkar kepala 33 Cm.
2. Masa gestasi 37 minggu (Merenstein, 2002).
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif
lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih
hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala
menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (Wong,
2004).
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain (Kliegman, 2000):
1. Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
2. Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.
3. Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.
4. Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena
penyakit membran hyalin.
5. Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia).
E. PATOFISIOLOGI
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin
muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi
yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra
ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll) (Merenstein, 2002).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
a.

Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan

penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya


retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2000).
b.

USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka (Merenstein, 2002).

Laboratorium
Darah Rutin
1) Hematokrit (HCT)
a)

Bayi usia 1 hari 48-69%

b)

Bayi usia 2 hari 48-75%

c)

Bayi usia 3 hari 44-72%.


2) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4) Hb F

a)

Bayi usia 1 hari 63-92%

b)

Bayi usia 5 hari 65-88%

c)

Bayi usia 3 minggu 55-85%

d)

Usia 6-9 minggu 31-75%.


5) Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
b.

Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.
2) Direk (terkonjugasi)

a)

0,0-0,2 mg/dl

c.

Glukosa (812 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa
plasma < 50 mg/dl.
3) Serum
f) Tali pusat 45-96 mg/dl
g) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
h) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.

Analisa gas darah


1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2) Tekanan parsial O2 (PO2)
a)

Lahir 8-24 mmHg

b)

5-10 menit 33-75 mmHg

c)

30 menit 31-85 mmHg

d)

> 1 jam 55-80 mmHg

e)

1 hari 54-95 mmHg

f)

Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.

Saturasi oksigen (SaO2)


a)

Bayi baru lahir 85-90%

b)

Kemudian 95-99%.

pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.


Elektrolit darah (k/p)
1)

Natrium
a)

Serum atau plasma


1.1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
1.2) Bayi 139-146 mEq/L.

b)
2)

Urine 24 jam 40-220 mEq/L.


Kalium

3)

a)

Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L

b)

Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L

c)

Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).

Klorida
a)

Serum/plasma
1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.

Tes kocok/shake test


Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan
amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95%
dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15
menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+)

: Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk

cincin

artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.


2). (-)

: Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak permukaan

artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.


3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
G.

KOMPLIKASI
1.

Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).

2.

Hipoglikemi simtomatik.

3.

Asfiksis neonatorum

4.

Penyakit membran hialin.

5.

Hiperbilirubinemia.

6.

Sepsis neonatorum.
H. PENATALAKSANAAN
Setelah bayi lahir dilakukan:
1

Tindakan Umum
a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.

Tindakan Khusus
a.

Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 oC pada
pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu
perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau
dengan boks kaca menggunakan lampu.

b.

Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma


aspirasi mekonium.

c.

Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila 60x/mnt lakukan foto thoraks.

d.

Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.

e.

Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).

f.

Awasi keseimbangan cairan.

g.

Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan
umum baik

h.

Tindakan pencegahan infeksi:


1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4) Pemberian antibiotik
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.

i.

Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.

j.

Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother


Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami
masalah pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik dari pemberi perawatan
termasuk orang tua bayi.

I.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR


Pengkajian
a.

Anamnesa riwayat kehamilan


Usia kehamilan < 37 minggu, ANC, riwayat hamil resiko tinggi.

b.

Anamnesa riwayat persalinan


Melahirkan BBLR/gemeli sebelumnya, cara melahirkan, lama nifas, komplikasi
nifas.

c.

Anamnesa riwayat keluarga


Riwayat kelahiran dengan BBLR/gemeli, ststua sosial-ekonomi.

d.

Tanda-tanda vital.

e.

Pengkajian fisik.
1) Pengkajian umum

a) Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada 30
Cm, lingkar kepala 33 Cm.
b) Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besar dari badan.
2) Pernafasan
a) Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.
b) Refleks batuk belum sempurna.
c) Tangisan lemah.
3) Kardiovaskuler
a) Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer.
b) Bayi dapat tampak pucat/sianosis.
c) Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi dengan
kelainan jantung/penyakit jantung bawaan.
4) Gastrointestinal
a) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga masih lemah.
b) Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan fungsi
pankreas berupa hipoglikemia.
c) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya muntah.
5) Genitourinaria
a) Genetalia immatur.
6) Neurologis-Muskoloskeletal
a) Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi,
dan kepala menghadap satu jurusan.
b) Lebih banyak tidur daripada bangun.
c) Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (lemah).
d) Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.
7) Suhu
a) Pusat

pengaturan

suhu

tubuh

(hipothalamus)

belum

matur

dimanifestasikan dengan adanya hipotermi atau hipertermi.


8) Kulit
a) Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit.
b) Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor kulit dalam
rentang baik s/d jelek.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan neuromuskular,
penurunan energi dan keletihan

b.

Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak
tubuh subkutan

b.

Resiko infeksi b.d pertahanan imuniligis yang kurang


c. Resiko gangguan integritas kulit b.d struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan
status nutrisi, prosedur invasif
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna
puisi
e. Nyeri b.d prosedur, diagnosa dan tindakan
3
No
1.

2.

Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Pola nafas tidak
efektif b/d tidak
adekuatnya
ekspansi paru

Tujuan/Kriteria
Pola nafas yang
efektif
Kriteria :
Kebutuhan
oksigen
menurun
Nafas spontan,
adekuat
Tidak sesak.
Tidak ada
retraksi

Gangguan
Pertukaran gas
pertukaran gas b/d adekuat
kurangnya
ventilasi alveolar
Kriteria :
sekunder terhadap Tidak sianosis.
defisiensi
Analisa gas

Rencana Tindakan

Berikan posisi kepala sedikit


ekstensi
Berikan oksigen dengan
metode yang sesuai
Observasi irama, kedalaman
dan frekuensi pernafasan

Lakukan isap lendir kalau


perlu
Berikan oksigen dengan
metode yang sesuai
Observasi warna kulit
Ukur saturasi oksigen

surfaktan

darah normal
Saturasi
oksigen normal.

No

3.

4.

Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi
gangguan
keseimbangan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit b/d
ketidakmampuan
ginjal
mempertahankan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Tujuan/Kriteria

Hidrasi baik

Rencana Tindakan

Observasi turgor kulit.


Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian
cairan intra vena dan elektrolit
Kolaborasi dalam pemeriksaan
elektrolit darah

Berikan ASI/PASI dengan


metode yang tepat
Observasi dan catat toleransi
minum
Timbang berat badan setiap
hari
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian
total parenteral nutrition kalau
perlu

Kriteria:
Turgor kulit
elastik

Tidak ada
edema
Produksi urin 12 cc/kgbb/jam
Elektrolit darah
dalam batas
normal

Perubahan nutrisi
kurang dari
Nutrisi adekuat
kebutuhan tubuh
berhubungan
Kriteria :
dengan tidak
Berat badan
adekuatnya
naik 10-30
persediaan zat
gram / hari
besi, kalsium,
Tidak ada
metabolisme yang
edema
tinggi dan intake
Protein dan
yang kurang
albumin darah
adekuat
dalam batas
normal
Resiko tinggi
hipotermi atau
hipertermi b/d
imaturitas fungsi
termoregulasi atau Suhu bayi stabil
Suhu 36,5 0C
perubahan suhu
-37,2 0C
lingkungan
Akral hangat

Observasi tanda-tanda
perburukan pernafasan
Lapor dokter apabila terdapat
tanda-tanda perburukan
pernafasan
Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
Kolaborasi dalam pemeriksaan
surfaktan

Rawat bayi dengan suhu


lingkungan sesuai
Hindarkan bayi kontak
langsung dengan benda sebagai
sumber dingin/panas

No

6.

7.

8.

Diagnosa
Keperawatan
Resiko tinggi
terjadi gangguan
perfusi jaringan
b/d imaturitas
fungsi
kardiovaskuler

Resiko tinggi
injuri susunan
saraf pusat b/d
hipoksia

Resiko tinggi
infeksi b/d
imaturitas fungsi
imunologik

Tujuan/Kriteria

Perfusi
jaringan
baik
Tekanan darah
normal
Pengisian
kembali kapiler
<2 detik
Akral
hangat
dan
tidak
sianosis
Produksi urin 12 cc/kgbb/jam
Kesadaran
composmentis

Ukur suhu bayi setiap 3 jam


atau kalau perlu
Ganti popok bila basah

Rencana Tindakan

Ukur tekanan darah kalau


perlu
Observasi warna dan suhu
kulit
Observasi pengisian kembali
kapiler
Observasi adanya edema
perifer
Kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium
Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan

Tidak ada injuri


Kriteria :
Kesadaran
composmentis
Gerakan aktif
dan terkoordinasi
Tidak ada
kejang ataupun
twitching
Tidak ada
tangisan
melengking
Hasil USG
kepala dalam
batas normal
Bayi tidak
terinfeksi

Cegah terjadinya hipoksia


Ukur saturasi oksigen
Observasi kesadaran dan
aktifitas bayi
Observasi tangisan bayi
Observasi adanya kejang
Lapor dokter apabila
ditemukan kelainan pada saat
observasi
Ukur lingkar kepala kalau
perlu
Kolaborasi dalam pemeriksaan
USG kepala

Kriteria :
Suhu 36,5 0C
-37,2 0C
Darah rutin
normal

9.

Resiko tinggi
Integritas kulit baik
gangguan

integritas kulit b/d Kriteria :


imaturitas struktur Tidak ada rash
kulit
Tidak ada iritasi
Tidak plebitis

10
.

Gangguan
Persepsi dan
persepsi-sensori :
sensori baik
penglihatan,
pendengaran,
Kriteria :
penciuman, taktil
Bayi berespon
b/d stimulus yang
terhadap
kurang atau
stimulus
berlebihan dari
lingkungan
perawatan intensif

Koping keluarga
Koping keluarga
11. tidak efektif b/d
efektif

kondisi kritis pada Kriteria :

Ortu kooperatif
bayinya,
dg
perawatan
perawatan yang

bayinya.
lama dan takut

Pengetahuan

untuk merawat

Hindari bayi dari orang-orang


yang terinfeksi kalau perlu
rawat dalam inkubator
Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan bayi
Lakukan tehnik aseptik dan
antiseptik bila melakukan
prosedur invasif
Lakukan perawatan tali pusat
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi pemeriksaan darah
rutin
Kolaborasi pemberian
antibiotika
Kaji kulit bayi dari tanda-tanda
kemerahan, iritasi, rash, lesi dan
lecet pada daerah yang tertekan
Gunakan plester non alergi dan
seminimal mungkin
Ubah posisi bayi dan
pemasangan elektrode atau
sensor
Membelai bayi sebelum
malakukan tindakan
Mengajak bayi berbicara atau
merangsang pendengaran bayi
dengan memutarkan lagu-lagu
yang lembut
Memberikan rangsang cahaya
pada mata
Kurangi suara monitor jika
memungkinkan
Lakukan stimulas untuk refleks
menghisap dan menelan dengan
memasang dot
Memberikan kesempatan pada
ortu berkonsultasi dengan
dokter
Rujuk ke ahli psikologi jika
perlu
Berikan penkes cara perawatan

bayinya setelah
pulang dari RS

ortu bertambah
Orang tua dapat
merawat bayi di

rumah

bayi BBLR di rumah termasuk


pijat bayi, metode kanguru, cara
memandikan
Lakukan home visit jika bayi
pulang dari RS untuk menilai
kemampuan orang tua merawat
bayinya

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2000. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta
Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Prematur murni;

Dismaturitas;

Faktor ibu, janin dan plasenta

Gg. pertukaran zat ibu dan janin

PATHWAYS
BBLR

Sistem respirasi

Distres
janin

Aspirasi
mekonium

Imaturitas
paru

Surfaktan
belum
terbentuk

Sistem termoregulasi

Pusat pengaturan suhu


immatur; hipotalamus

Sistem integumen

Struktur kulit
immatur

Sistem imunitas

Sistem saraf

Sistem

Sistem kekebalan
tubuh matur

gastrointestinal
Sistem saraf
pusat

Prod enzim pencernaan


terganggu

Kontrol suhu immatur

Pembuluh darah
rentan ruptur

Ketidakmampuan
mencerna nutrisi

dan hemolisis

Bersihan
jalan nafas
tidak
efektif

Tegangan
pemukaan dan
resistensi serta
kolaps
alveolus

Termoregulasi tidak
efektif

Lemak
Subcutan <<
Gg. Membran
Hyalin, surfactan,
pembuluh darah

Pengemb
angan
paru

Kerusakan
pertukaran gas

Pola nafas
tidak
efektif

Termoregulasi
tdk efektif

Imaturitas pankreas; sel B

Perdarahan
periventrikuler

Pusat refleks
Medula spinalis
belum sempurna

Reflek
fisiologis
Reflek hisap
lemah

Immaturitas hepar

Kulit tipis/
barier tdk
sempurna
Resiko
infeksi

gg.,metabolisme
bilirubin

gg.reduksi insulin

Resiko
injury/trauma

Menyusui tidak
efektif

PK:Hipoglikemi

PK: Hiperbilirubinemia

Kulit rentan
Resiko tinggi
gg integritas
kulit

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko tinggi infeksi

Resiko
Gangguan
tumbang

Anda mungkin juga menyukai