Disusun oleh :
Ridho Faiqil layali
1114102000002
Khoirun Nisa
1114102000009
Nabila Al-aluf
1114102000012
Risyda afdilati
1114102000016
Deki Yanto
1114102000019
Kelompok 4 A
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
II.
LANDASAN TEORI
Alam ini kaya akan warna. Namun kebanyakan warna alam disebabkan oleh
Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan oleh glukosida yang
disebut antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan
merup[akan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan ole h suatu
antosianin, bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah
bunga mawar disebakkan oleh antosianin yang sama yakni sianin. Dan sekuntum mawar
merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam camflower biru, sianin berada dalam
bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya.
Istilah garam flavilium berasal dari nama flavon, yang merupakan senyawa yang
tak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.
(Latin: flavus, kuning).
Suatu zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk warna
kesuatu objek atau suatu kain.Zat warna bermula pada zaman prasejarah.zat warna tertua
adalah Indigo yang digunakan orang Mesir kuno untuk mewarnai pakaian mumu.Ungu
tirus dari siput Murex dijumpai di dekat kota Tirus,digunakan oleh orang Romawi untuk
mewarnai jubah maharaja.Alizatin atau merah Turki, diperoleh dari akar pohon madder
dan dalam abat 18 dan 19 digunakan untuk mewarnai baju merah prajurit Inggris. Agar
dapat digunakan sebagai pewarna, senyawa tersebut harus tidak luntur (tetap pada kain
selama pencucian ) atau zat itu harus tetap terikat pada kain.
Suatu kain yang terbuat dari serat polipropilena atau hidrokarbon yang serupa,
sukar untuk diwarnai karena tidak memiliki gugus fungsional untuk menarik molekulmolekul zat warna. Namun kain ini dapat diwarnai dengan memasukkan suatu komplek
logam zat warna kedalam polimer itu. Kapas (selulosa) lebih mudah diwarnai karena
ikatan hydrogen antara gugus hidroksil satuan glukosa dan gugus molekul zat warna akan
akan mengikat warna itu pada pakaian. Serat polipeptida, seperti wol atau sutera,
merupakan tekstil yang paling gampang untuk diwarnai karena mereka mengandung
banyak gugus polar yang dapat berinteraksi dengan molekul zat warna.
Suatu zat warna langsung adalah zat warna yang diaplikasikan langsung ke kain
dari dalam suatu larutan (air) panas. Jika tekstil yang akan diwarnai itu mempunyai gugus
polar, maka dengan memasukkan suatu zat warna, baik dengan suatu gugus amino
maupun dengan suatu gugus asam kuat menyebabkan zat warna itu tidak luntur. Kuning
martius adalah suatu zat warna langsung yang lazim. Gugus fenol yang asam dalam
kuning Martius bereaksi dengan rantai samping yang basa dalam wol ataupun sutera.
Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam
dan zat warna sintetis. Van Croft menggolongkan zat warna berdasarkan pemakaiannya,
misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat disebut zat warna subtantif dan
zat warna yang memerlukan zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat
reaktif. Kemudian Hennerck membagi zat warna menjadi dua bagian menurut wrana yang
ditimbulkannya, yaitu zat warna monogenetik apabila memberikan hanya satu warna dan
zat warna poligenetik apabila dapat memberikan beberapa warna. Penggolongan zat
warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan konstitusi.
Zat warna azo merupakan jenis zat warna sintetis yang cukup penting. Zat warna
azo juga merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil karena
warna tekstil itu dibuat dari senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus benzen,
yaitu sekitar 60% - 70%. Zat warna azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo
(N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik. Lingkungan zat warna azo sangat luas,
dari warna kuning, merah, jingga, biru Al (Navy Blue), violet dan hitam, hanya warna
hijau yang sangat terbatas. Senyawa azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan
menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogen dan mutagenik. Karena itu perlu
dicari alternatif efektif untuk menguraikan limbah tersebut.
Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula
dari bahasa Yunani a (bukan) dan zoe (hidup). Penggolongan lain yang bisa digunakan
terutama pada proses pencelupan dan pencapan pada industri tekstil adalah penggolongan
berdasarkan aplikasi (cara pewarnaan). Zat warna tersebut dapat digolongkan sebagai zat
warna asam, basa, direk, dispersi, pigmen, reaktif, solven, belerang, bejana dan lain-lain.
Untuk membuat zat warna azo dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion
diazonium seperti:
Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik
bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik seperti dimetildiazin
lebih ridak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon akan
pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian, beberapa
senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal.
Dimetildiazin (Azometan)
Pemilihan zat warna yang akan dipakai bergantung pada bermacam faktor antara
lain : jenis serat yang akan diwarnai, macam warna yang dipilih dan warna-warna yang
tersediah, tahan lunturnya dan peralatan produk yang tersediah. Jenis yang paling banyak
digunakan adalah zat warna reaktif dan zat warna dispersi. Hal ini disebabkan produksi
bahan tekstil dewasa ini adalah serat sintetik seperti serat polamida, poliester dan
poliakrilat. Bahan tekstil sintetik ini, terutama serat poliester, kebanyakan hanya dapat
dicelup dengan zat warna dispersi. Demikian juga untuk zat warna reaktif yang dapat
mewarnai bahan kapas dengan baik.
Pembuatan garam diazonium disebut dengan reaksi diazotasi. Zat warna asam
biasanya terdiri atas gugus SO3H atau gugus COOH yang membentuk garam dengan
basa. Nama lain dari orange II adalah 1-p-sulfobenzena-2-naftol sodium salt. Pembuatan
dari orange II melalui 2 tahap yaitu :
1.
Reaksi diazotasi
Syarat agar dapat berlangsungnya reaksi diazotasi adalah sebagai berikut:
Harus dalam suasana larutan asam kuat (HCl pekat atau H2SO4 pekat)
Selanjutnya akan terbentuknya garam diazonium dengan amina aromatis dan
asam nitrit yang harus dibuat dari NaNO 2 dan HCl karena HNO2 mudah terurai (tidak
stabil). Reaktivitas dari garam diazonium disebabkan karena kemampuan pereaksi sangat
bagus dari gugus N2, karena itu gugus diazonium dapat ditukar oleh berbagai nukleofil.
2.
Reaksi coupling
Prinsipnya adalah reaksi substitusi elektrofilik pada ini aromatis. Yang bertindak
sebagai elektrofil adalah garam diazonium yang merupakan elektrofil yang sangat lemah.
Struktur resonansi ion diazonium menunjukkan bahwa kedua nitrogen mengemban
muatan positif parsial. Jadi ini aromatis haruslah teraktivasi oleh OH, -N.
Syarat agar reaksi coupling dapat berjalan adalah suasana larutan harus alkalis,
netral, asam lemah. Pada reaksi coupling ini tidak bisa terjadi pada asam kuat karena
anionnya akan terhidrolisa kembali menjadi senyawa asalnya. Produk coupling
mengandung gugus azo (-N=N-) yang biasanya digunakan sebagai zat warna.
III.
Alat :
IV.
Erlenmeyer
Kain sutera
Kain katun
Benang wol
Corong buchner
Beaker glass
Vacum isap
Hot plate
Stirrer
Pipet tetes
Kertas saring
pH meter
- Asam sulfanilat
- Natrium Karbonat anhidrat
- Aquadest
- HCl pekat
- N,N dimetil anilin
- NaOH
- HCl encer
- Es batu
PROSEDUR
1. Diazotisasi Asam sulfanilat
1.
2.
Asam
sulfani
lat
3.
Natrium
karbonat
anhidrat 2,5
mmol
Natrium
nitrit
Panaskan di atas
hotplate
4.
HCl pekat
1.
Larutan anilin
dan asetat
2.
Larutan diatas
ditambahkan campuran
anilin dan asam asetata
Dimetil
anilin
0,7 ml
Asam asetat
glasial 0,5 ml
3. HASIL
Campurkan Dimetil anilin dan
asam asetat glasial
V. NaOH
HASIL
Perlakuan
Foto
Natrium karbonat
Diamkan selama 10 menit lalu
anhidrat, asamditambahkan
sulfanilat
NaOH
Hasil
Menghasilkan larutan
dan 10 ml air
kekuningan
berwarna bening
Melarutkan larutan
pemanasan. Serta
kuningan
Menghasilkan warna
kuning orange
mendapatkan residu.
Foto
Hasil
Menghasilkan larutan
berwarna coklat
Menghasilkan suspensi
berwarna orange ke
coklatan
Menghasilkan suspensi
tidak kental.
Mengumpulkan endapan
Menhasilkan endapan
krim.
Mewarnai Pakaian
Perlakuan
Foto
Hasil
Mengasilkan larutan
pewarna pakaian.
Pembanding sebelum
dicelup, setelah dicelup
dan setelah pencelupan.
kain
perlakuan
Menyiapkan filtrat meti
Sifat indikator
gambar
keterangan
Metil orange baku dan
berwarna jingga
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibahas mengenai reaksi azo yang diaplikasikan dalam
asam (memberikan warna terang karena molekulnya yang cenderung kecil) bila
berdasarkan aplikasi penggunaannya.
Pewarna dengan tipe asam yang biasanya berasal dari garam asam sulfanilat
hanya bisa digunakan untuk mewarnai bahan pakaian yang berasal dari serat hewan
contohnya kain wol dan kain sutera. Tidak bisa digunakan untuk mewarnai bahan yang
berasal dari serat tumbuhan contohnya kain katun. Sedangkan pewarna tipe basa bisa
mewarnai keduanya walaupun dalam mewarnai bahan dari serat tumbuhan diperlukan
proses lanjutan.
Pewarna dengan tipe asam yang biasanya berasal dari garam asam sulfanilat
hanya bisa digunakan untuk mewarnai bahan pakaian yang berasal dari serat hewan,
contohnya sutera dan wol, tidak bisa digunakan untuk bahan yang berasal dari serat
tumbuhan (katun). Sedangkan pewarna tipe basa bisa mewarnai kedua serat tersebut,
meskipun dalam mewarnai serat yang berasal dari tumbuhan diperlukan proses lanjutan.
Saat praktikum kain wol ternyata masih luntur jika dibilas, penyebabnya bisa
karena kain wol yang digunkan adalh kain wol sintetis.
Dan perlu diketahui bahwa pewarna tipe asam ini memiliki golongannya lagi,
yaitu Levelling, Milling, dan Super Milling. Metil Orange termasuk Levelling yang daya
tahan terhadap bilasannya kurang dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini pun bisa
menyebabkan wol masih tetap luntur saat dibilas dengan air.
Kemudian dilakukan uji indicator dari metil orange ( pH berkisar antara 3,1 -4,4
(kuning merah muda) menurut literature). Pengujian dilakukan dengan melarutkan
kristal metil orange dengan sedikit air dan HCl encer, warna yang dihasilkan larutan
tersebut adalah merah, sedangkan bila diuji dengan NaOH, warna yang dihasilkan adalah
jingga.
Hal ini sesuai dengan teori indikator metil orange, dimana bila larutan bersifat
asam akan berwarna merah muda, sedangkan bila larutan bersifat basa, maka akan
berwarna kuning. Meskipun yang didapat yaitu merah dan jingga, ini bisa saja disebabkan
terlalu banyaknya metil orange yang digunakan atau terlalu banyak HCL atau NaOH yang
digunakan.
VII.
KESIMPULAN
1. Reaksi yang terlibat dalam pembuatan metil orange adalah
a. Pembuatan garam diazonium dari asam sulfanilat (deprotonasi)
b. Formasi ion nitrosonium
c. Formasi asam sulfanilat yang telah mengalami proses diazonisasi.
d. Penambhan metil anilin
2. Metil orange bila diencerkan dengan air dan HCl encer akan menghasilkan
warna merah muda, sementara bila diencerkan dengan air dan NaOH akan
menghasilkan warna kuning.
3. Metil orange adalah zat warna yang termasuk dalam golongan azo dan
termasuk dalam golongan direct asam
VIII.
DAFTAR PUSTAKA