Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SISTEM ENDOKRIN

ANALISA JURNAL

DISUSUN OLEH :
HELENA INA M. A. METE
KP.P.13.0075
KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2014

REVIEW JURNAL

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II


Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012

1. Latar Belakang
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes
Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya.
Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2.
Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gulah darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes, 2005).
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit
yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paruparu, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM
yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan
(Depkes,2005).
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat
diperlukan program pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 bisa
dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko
(Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2,
dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah faktor risiko yang
dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan, 2000).

2. Review Jurnal Asli


Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun
2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta,
Kotamadya Jakarta Barat merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang
tinggi, yaitu 1,9% (Balitbangkes, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross
sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 50 responden pasien DM yang berobat di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng, didapatkan 50 sampel. Hasil penelitian menunjukkan
umur, riwayat keluarga, aktfivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol
berhubungan dengan kejaidan DM Tipe 2. Variabel yang sangat memiliki hubungan
dengan kejadian DM Tipe 2 adalah Indekx Massa Tubuh (p 0,006 OR 0,14; 95% CI
0,037-0,524). Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM
Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.
a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko
yang menyebabkan DM baik tipe 1 maupun tipe 2. Faktor resiko penyakit tidak
menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor
risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik.
Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok
(Bustan, 2000).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa
demografi, faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau mental
berpengaruh terhadap kejadian DM Tipe 2 (Irawan, 2010). Berdasarkan analisis data
Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM
tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 45 tahnun sebesar 12,41%. Analisis ini
juga menunjukan bahwa terdapat hubungan kejadian DM dengan faktor risikonya

yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang, dan
umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi dapat dicegah jika obesitas
sentral diintervensi (Irawan, 2010).
b. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain sudi Cross Sectional.
Dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden yang merupakan pasien DM Tipe II
di Puskemas Kecamatan Cengkareng. Sebagai variabel independen adalah
sosiodemografi, riwayat DM, kondisi klinis dan mental serta pola hidup. Sedangkan
variabel dependen adalah kejadian Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Pengumpulan
data dilakukan dengan instrumen kuesioner. Selain dengan menggunakan metode
kuantitatif, pendekatan kualitatif juga dilakukan dengan melakukan wawancara
kepada dokter, perawat, ataupun staf pada poli PTM Puskesmas Cengkareng.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng untuk
mengetahui Sosiodemografi, Riwayat DM, Kondisi Klinis dan Mental dan Pola
hidup yang berhubungan dengan kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, yang dilakukan selama satu bulan
pada bulan Desember 2012.
c. Hasil penelitian
Penulis menggunakan metode kuantitatif dengan cara menyebarkan
kuesioner ke 50 responden untuk melihat hubungan sosiodemografi, riwayat
kesehatan, pola hidup, kondisi klinis dan mental sebagai faktor risiko kejadian
penyakit diabetes melitus tipe 2. Hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan DM Tipe II di


Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat 2012
Penyakit DM
Variabel

DM

Non DM

Total

n(%)

n(%)

n(%)

18(62,1)

11(37,9)

29(100)

13(61,9)

8(38,0)

21(100)

7(38,9)

11(61,1)

18(100)

24(75,0)

8(25,0)

32(100)

19(67,9)

9(32,1)

28(100)

12(54,5)

10(45,5)

22(100)

23(69,7)

10(30,3)

33(100)

8(47,1)

9(52,9)

17(100)

22(75,9)

7(24,1)

29(100)

9(42,9)

12(57,1)

21(100)

9(42,9)

12(57,1)

21(100)

22(75,9)

7(24,1)

29(100)

Pvalue OR

95% Cl

jenis kelamin

perempuan

1,0007 0,317-

3,202

laki-laki
umur
<45 tahun

0,026* 0,212

0,61

0,503

1,759

0,554-

0,21

2,588

0,773-

0,733
45 tahun

Pendidikan
Rendah
5,582

Tinggi
Pekerjaan
Tidak kerja
8,656
Kerja

Riw.DM
Ada

0,038* 4,19

1,246-

0,038* 0,239

0,071-

14,08

Tidak ada
Aktifitas fisik
Berat
0,802
Ringan

Terpapar asap rokok

6(24,0)

Terpapar19(76,0)
Tidak terpapar

25(100)

0,08

12(48,0)

13(52,0)

25(100)

5(31,3)

11(68,8)

16(100)

26(76,5)

8(23,5)

34(100)

9(39,1)

14(60,9)

23(100)

22(81,5)

5(18,5)

27(100)

19(79,2)

5(20,8)

24(100)

12(46,2)

14(53,8)

26(100)

Kolesterol tinggi 22 (75,9)

7 (24,1)

29(100)

12(57,1)

21(100)

3,431

1,026-11,47

IMT
Normal

0,006* 0,14

0,037-

0,005* 0,146

0,041-

0,035* 4,43

1,269-

0,038* 4,19

1,246-

0,524
Obesitas

Tekanan darah
Normal
0,527
Hipertensi
Stress
Stress
15,48
Tidak stress
Kadar kolesterol
14,08
Normal

9(42,9)

Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng
adalah variabel umur, riwayat DM, aktifitas fisik, Indeks Massa Tubuh, tekanan
darah, stress dan kadar kolesterol.

3. Analisa jurnal
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
Ada beberapa faktor resiko penyakit diabetes melitus yang harus mendapatkan perhatian
serius untuk Anda bisa terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini.
Keberadan beberapa faktor resiko diabetes di bawah ini pada diri Anda, akan menjadikan
Anda memiliki peluang yang sangat besar untuk Anda terserang penyakit yang dikenal
penyakit KENCING MANIS ini. Segera lakukan perbaikan pada pola hidup Anda apabila
ada salah satu faktor resiko di bawah ini. Jangan ditunda lagi.
1. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk seseorang
terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa
dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab
genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki
pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang
mengerikan ini.
2. Obesitas atau Kegemukan (yang paling besar perannya)
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon
insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin.
Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya
sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak. Segera hindari
makan makanan yang tinggi kalori.
3. Usia Yang Semakin Bertambah
Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami
kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah mengalami monopause
punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang mengalami
kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan juga

pankreas. Lakukan olahraga secara teratur minimal 30 menit sebanyak 3 kali dalam
seminggu.
5. Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan sifatnya sangat
komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes
melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas dengan tidak menimbun racun dalam
tubuh kita walaupun rokok dianggab bisa memberikan kenikmatan. Kasihanilah tubuh
Anda. Efek jangka panjang rokok sungguh sangat mengerikan. Maka sangat sesuai sekali
kalau agama sangat membenci rokok karena memang lebih banyak kerusakannya
ketimbang manfaatnya.
6. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Manakan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi untuk
seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi konsumsi kolestorol Anda
tidak lebih dari 300mg per hari.
7. Stres Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam tubuh
termasuk produksi hormon insulin. Disamping itu setres bisa memacu sel-sel tubuh
bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit kanker juga memicu untuk
sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resiten terhadap hormon insulin. Belajarlah untuk
berpola hidup santai walau dalam keadaan serius. Banyak-banyaklah untuk selalu
bertawakkal kepada Allah dalam setiap menghadapi masalah hidup. Bergantunglah hanya
kepada Allah dalam setiap lika-liku kehidupan agar pikiran tenang dan beban terasa
ringan.
8. Hipertensi Atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak
konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang teridap
penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko untuk
Anda terserang penyakit diabetes melitus.
9. Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu keseimbangan

hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh menjadi resisten
terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal selah masa kehamilan
atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beriso terhadap bayi yang
dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.
10. Ras

Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk terserang diabetes
melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah Asia jauh lebih tinggi dibanding di
benua lainnya. Bahkan diperkirakan lebih 60% penderita berasal dari Asia.
Faktor resiko diatas akan besar sekal perannya untuk seseorang terkena dideten mellitus
(DM).
Selain adanya faktor resiko maka kita juga perlu melakukan pencegan komplikasi pada
penyakit DM yaitu :
Upaya penanganan pada pasien DM yang sekaligus juga pencegahan terjadinya
komplikasi adalah terarturnya pasien DM dalam melakukan aktifitas fisik / berolahraga.
Dengan berolahraga diharapkan terjaganya kebugaran tubuh, menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapat memperbaiki kadar gula dalam
darah.
Pasien DM disarankan untuk berolahraga minimal 3 kali sepekan selama paling sedikit
30 menit. Olahraga yang disarankan adalah olahraga aerobik, seperti: jalan kaki,
bersepeda, jogging, dan berenang. Olahraga disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani individu. Untuk pasien DM yang masih sehat, intensitas olahraga
dapat ditingkatkan, namun untuk pasien yang telah mengalami komplikasi, olahraga
dapat dikurangi.
4. Implikasi keperawatan
Adapun tugas kita sebagai tenaga kesehatan yaitu dengan melakukan peran kita yaitu
dengan cara :

Lakukan pendidikan kesehatan mengenai DM lebih khusus mengenai factor


resiko DM

Ajarkan pasien DM untuk mencegah komplikasi DM .

Daftar pustaka
Herminingsih, Anik. 2006. Manfaat Serat Dalam MenuMakanan. Program FMA,
Universitas Mercu Buana.
www.google.com
www.jurnalendokrin.com

5.

Analisa jurnal / pembahasan

Anda mungkin juga menyukai