2012 1 1002 612309025 Bab2 10082012043452
2012 1 1002 612309025 Bab2 10082012043452
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering
(dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen (Syarif dan Halid, 1993).
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur
maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan dan
ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses
mikrobiologis,
kimiawi,
enzimatik
atau
kombinasi
antara
ketiganya.
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air
yang diuapkan.
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya
tergantung pada sifat bahan. Misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan
lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven
vakum dengan suhu rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa
volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara
destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada
berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan
kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer,dsb
(Winarno, 1997)
Kadar air dalam suatu bahan seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang
merah, dan susu termasuk juga tepung-tepungan. Metode yang digunakan adalah
oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang
terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan
pada suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah dipanaskan adalah kadar air (Astuti. 2010: 9)
Kandungan air dalam bahan bahan ikut menentukan kesegaran dan daya
tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan
makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu
sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water
dibagi menjadi 4 tipe, antara lain :
Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air
melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air
membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atomatom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks
bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering
disebut dengan air bebas.
Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau
air murni, dengan sifat-sifat air biasa (Winarno, 1999).
Sifat-sifat kadar air keseimbangan atau Equilibrium of Moisture Content
(EMC) dari bahan pangan sangat penting dalam penyimpanan dan pengeringan.
Kadar air keseimbangan didefinisikan sebagai kandungan air pada bahan pangan
7
yang seimbang dengan kandungan air udara sekitarnya. Hal tersebut merupakan
satu faktor yang menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat
dikeringkan pada kondisi lingkungan tertentu (aktivitas air tertentu) dan dapat
digunakan sebagai tolak ukur pencegahan kemampuan berkembangnya
mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pada saat
penyimpanan.
Kadar air keseimbangan (equilibrium moisture content) adalah kadar air
minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau
pada suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Suatu bahan dalam keadaan
seimbang apabila laju kehilangan air dari bahan ke udara sekelilingnya sama
dengan laju penambahan air kebahan dari udara di sekelilingya. Kadar air pada
keadaan seimbang disebut juga dengan kadar air keseimbangan atau
keseimbangan
higroskopis
untuk
menentukan
kadar
air
keseimbangan
(Henderson, 1952).
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan
yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau
gravimetrik yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).
10
Satuan
Persyaratan
Bau
Normal
Rasa
Normal
Warna
Normal
Keadaan :
Min.70
Min. 99
Air
% b/b
Maks. 10
Abu
% b/b
Maks. 1,5
Slikat
% b/b
Maks. 0,1
Serat kasar
% b/b
Maks. 1,5
MI N NaOH/100 g
MI N NaOH/100 g
Timbal (Pb)
Mg/kg
Maks 1,0
Tembaga (Cu)
Mg/kg
Maks. 10,0
Seng (Zn)
Mg/kg
Maks. 40,0
Raksa (HG)
Mg/kg
Maks. 0,05
Mg/kg
Maks. 0,5
Koloni/g
Maks. 5 10
APM/g
Maks. 10 6
Koloni/g
Maks. 10 4
Kehalusan :
Derajat asam
Cemaran logam :
11
12
lebih banyak air. Karaginan digunakan dalam custard (puding dengan susu dan
telur) untuk mengentalkannya seperti pada puding. Karaginan membantu es krim
untuk tetap berbusa, dapat digunakan untuk mengentalkan minuman dan
digunakan pada adonan roti
Tepung karaginan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks
intra selulernya dan karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat
kering rumput laut dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi
sulfat membedakan macam-macam polisakarida Rhodophyceae, seperti yang
tercantum dalam Federal Register, polisakarida tersebut harus mengandung 20 %
sulfat berdasarkan berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan. Berat
molekul karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100 - 800 ribu.
Tepung karaginan merupakan getah rumput laut yang diperoleh dari hasil
ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan air panas (hot water) atau
larutan alkali pada temperatur tinggi (Glicksman 1983). Karaginan merupakan
nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida linear yang diperoleh dari
algamerah dan penting untuk pangan (Doty1987), membedakan karaginan
berdasarkan kandungan sulfatnya menjadi dua fraksi yaitu kappa karaginan yang
mengandung sulfat kurang dari 28 % dan iota karaginan jika lebih dari 30 %.
Kappa karaginan dihasilkan dari rumput laut jenis eucheuma cottonii,
iota-karaginan dihasilkan dari eucheuma spinosum dan eucheuma striatum
menghasilkan lambda karaginan. Ketiga macam karaginan ini dibedakan karena
sifat jeli yang terbentuk. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel atau
lunak, Kappa karaginan jeli bersifat kaku serta keras, Sedangkan lambda
13
karaginan tidak dapat membentuk jeli tetapi berbentuk cair. Dari ketiga tipe
karaginan, kappa-karaginan yang paling banyak digunakan dalam aplikasi
pangan. Rumput laut kering diolah menjadi tepung untuk di ekspor dan sebagian
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sari Karaginan juga dipergunakan
untuk pembuatan semacam agar untuk hidangan penutup makan (Syamsuar
2007).
2.4 Kadar Air Tepung jagung
Kadar air tepung jagung sangat mempengaruhi kualitas dan umur simpan
tepung jagung. Produk pertanian banyak dalam bentuk bubuk dan tepung, bubuk
dan tepung jagung memiliki kadar air yang rendah dan porositas yang tinggi
sehingga bersifat higroskopis dimana produk dapat menyerap uap air dari
lingkungan atau melepaskan air dari bahan ke lingkungan. Penurunan mutu pada
produk berbentuk bubuk atau tepung dapat dilihat secara visual seperti produk
tepung jagung menggumpal dan berair, atau reaksi enzimatis seperti perubahan
warna. Pada umumnya penyimpanan bahan pertanian dilakukan pada lingkungan
yang suhu dan kelembaban relatif (RH) yang tidak terkendali, hal ini
menyebabkan bahan akan mengalami adsorpsi maupun desorpsi secara
bergantian setiap waktu (Sunaryo, 1985).
Produk pertanian dititik beratkan kepada kandungan air pada tepung
jagung. Kebanyakan kadar air bahan bertujuan untuk mengurangi sebagian kadar
air pada bahan seperti pengeringan, evaporasi, dan sebagainya. Dengan
berkurangnya air dan berubahnya wujud air pada tepung jagung maka
pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi enzimatis dapat dihambat atau
14
dihentikan, sehingga bahan lebih tahan lama. Selain air yang terdapat pada bahan,
yang menjadi ancaman pada tepung jagung adalah air yang terdapat di udara
dalam bentuk uap air. Hal ini menjadi ancaman bahan pada saat penyimpanan.
Perbedaan tekanan uap air antara bahan dan lingkungan dapat menyebabkan air
berpindah dari lingkungan ke bahan atau sebaliknya. Hal ini dapat menyebabkan
kandungan air pada tepung jagung bertambah atau berkurang (Winarno, 1997).
Kadar air bahan sangat berpengaruh terhadapa zat atau materi atau unsur
yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi, tetapi tidak di planet lain. Kadar air menutupi hampir 71% permukaan
bahan tepug jagung. Kadar air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi
organisme hidup, sehingga sangat esensial dalam menentukan kandungan kadar
air pada bahan pangan terutama tepung jagung (Ahmadi & Estiasih,2009).
2.5 Kadar Air Tepung karaginan
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam
berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air
adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian yang cukup penting untuk diketahui
kadar airnya adalah tepung karaginan. Mutu tepung karaginan ditentukan oleh
kadar airnya, semakin tinggi kadar air tepung, mutunya semakin jelek. Tingginya
kadar air tepung karaginan dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil
mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air
juga perlu diketahui untuk bahan pangan lain selain tepung (Rumajar dkk, 1997).
Terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air
antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Kadar air karaginan yang diperoleh
15
sudah memenuhi syarat tepung karaginan yang dikeluarkan oleh FAO yaitu
sebesar 12%, perendam air kapur dan lama perendaman 24 jam yang mencapai
14,49%. Kadar air ini adalah salah satu perubah syarat mutu yang perlu
diperhatikan, karena umumnya produk tepung harus aman untuk disimpan dalam
kurun waktu yang cukup lama. Syarat tersebut menuntut produk pada kondisi
kadar air rendah (Anonim, 2003)
Rendemen bahan kering dipengaruhi kadar air bahan awal dan akhir yang
diinginkan. Semakin tinggi kadar air dalam tepung karaginan, maka berat akhir
yang dihasilkan akan semakin tinggi pula. Rendemen yang dihasilkan masih jauh
dari harapan. Karena metode ini memerlukan biaya operasi yang besar, sehingga
untuk dapat diaplikasikan perlu usaha-usaha untuk memperbesar rendemen dan
metode ekstraksinya menjadi efektif dan aplikatif untuk industri kecil. Perlu
dicoba modifikasi ekstraksi yang tidak menggunakan alkohol atau metode
khemis, misalnya dengan perlakuan pembekuan ( Desrosier, 1986).
Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii tersebut dapat
diakibatkan pada saat proses pembuatan yaitu pada proses pemblenderan maupun
penyaringan yang kurang maksimal. Akan tetapi jika nilai kadar air dibandingkan
dengan bahan baku awal, maka akan terjadi penurunan berat. Hal ini dikarenakan
kandungan air yang cukup tinggi pada bahan baku. Selain itu penurunan nilai
rendemen juga diakibatkan karena sifat karaginan mudah larut dalam air sehingga
mudah terurai membentuk fraksi/molekul yang lebih sederhana (Wiraatmadja
1988).
16
17