Anda di halaman 1dari 7

RESUME KEPERAWATAN

KEPERAWATAN JIWA II
RETARDASI MENTAL & AUTIS

Disusun oleh :
Faridatul Azman

(10620316)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2013

A. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah gangguan yang secara klinik dan etiologik sangat heterogen.
Retardasi mental adalah keterbatasan yang substansial dari fungsi yang ada, yaitu
kesulitan belajar dan ketrampilan hidup sehari-hari. Karakteristiknya adalah fungsi
intelektual dibawah rata-rata (IQ<70-75) yang disertai 2 atau lebih keterbatasan dalam
ketrampilan penyesuaian seperti komunikasi, merawat diri, kehidupan di rumah,
kecakapan sosial, kecakapan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat,
mengatur diri, kecakapan akademik, bekerja, berekreasi, kesehatan dan keselamatan.
Retardasi mental disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan,
saat melahirkan atau masa perinatal antara lain karena kelainan biokimiawi, kelainan
genetik, gangguan psikiatrik, dan pengaruh dari lingkungan. Penyakit retardasi mental
yang terkenal antara lain sindrom Prader-Willi, sindrom Angelman, sindrom Down,
sindrom fragile X. Diidentifikasi secara seluler Sindrom Prader-Wili dan Angelman
mempunyai kelainan yang sama yaitu delesi pada lengan panjang kromosom 15
(15q1.1-3). Setelah ditemukan diagnosis molekuler ternyata delesi pada sindrom
Prader-Wili berasal dari ayah (paternal), sindrom Angelman delesi berasal dari ibu
(maternal). Sedangkan sindrom down merupakan penyebab genetik utama retardasi
mental dan sindrom fragile X merupakan penyebab genetik ke dua retardasi mental
dan sebagai penyebab utama retardasi mental yang diwariskan. Sindrom down
termasuk golongan penyakit genetik yang hampir selalu tidak diwariskan, umumnya
bukan penyakit keturunan, tetapi mutasi baru yang berhubungan dengan usia ibu.
Sindrom fragile X, berdasarkan deteksi seluler, penyakit ini ditandai oleh kerapuhan
(fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir legan panjang kromosom X pada
regio q27.3. Sindrom fragile x merupakan penyakit keturunan yang diwariskan lewat
jalur ibu, maka resiko pewarisan pada anak laki-laki (penderita) 50% dan resiko
pembawa gen abnormal pada anak perempuan (carrier) juga 50%. Pencegahan
sindrom fragile X dapat dilakukan dengan diagnosis prenatal dari cairan amnion atau
biopsi villi chorialis.Prognosis Seorang anak yang mengalami retardasi mental yang
berat, prognosis kedepannya ditentukan oleh keadaan anak tersebut pada masa awal
kanak-kanaknya. Retardasi mental yang ringan bisa jadi terjadi hanya sementara.
Anak-anak mungkin akan didiagnosa sebagai retardasi mental pada awalnya, namun
pada tahun-tahun usia berikutnya, mungkin kelainannya akan dapat lebih dispesifikan,
contohnya gangguan komunikasi dan autism. Efek jangka panjang dari setiap individu

berbeda-beda, bergantung pada derajat deficit kognitif dan adaptif, gangguan


perkembangan pada masa embrionik, dan dukungan keluarga serta lingkungan.
Klasifikasi Retardasi Mental
1. Retardasi Mental Ringan (IQ 50 hingga 70). Di usia remaja akhir dapat
mempelajari ketrampilan akademik setara dengan kelas enam. Ketika dewasa,
mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan, meski
masih membutuhkan bantuan dalam masalah sosial dan keuangan. Mereka
bisa menikah dan mempunyai anak.
2. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55). Mereka dapat mengalami
kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan
motorik normal. Dengan banyak bimbingan dan latihan, mereka dapat
bepergian sendiri di tempat yang tidak asing bagi mereka.
3. Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40). Memiliki abnormalitas fisik
sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Mereka hanya
dapat melakukan sedikit aktivitas karena kerusakan otak yang parah. Mereka
mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus
menerus.
4. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25). Mereka membutuhkan
supervisi total dan seringkali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian
besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak
dapat berjalan sendiri ke manapun.
Intervensi Behavioral Berbasis Pengondisian Operant
Dalam metode operant, anak-anak diajari berbagai keterampilan selangkah demi
selangkah dan berurutan. Prinsip-prinsip pengondisian operant kemudian
diterapkan untuk mengajarkan berbagai komponen aktivitas pada anak, juga
digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan perilaku
mencederai diri sendiri. Intervensi Kognitif.
1. Latihan Inruksional Diri mengajari mereka yang mengalami retardasi
mental untuk memandu upaya penyelesaian masalah mereka melalui katakata yang diucapkan.
2. Intruksi dengan Bantuan Komputer
Komponen visual dan auditori dalam komputer dapat mempertahankan
konsentrasi para siswa yang sulit berkonsentrasi. Komputer dapat

memenuhi kebutuhan akan banyaknya pengulangan materi tanpa menjadi


bosan atau tidak sabar seperti yang dapat terjadi pada guru.
B. Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme seakan-akan
hidup di dunianya sendiri. Instilah autisme diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo
Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.
Dahulu dikatakan autisme merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini ternyata
autisme masa kanak-kanak ini dapat dikoreksi. Tatalaksana koreksi harus dilakukan
pada usia sedini mungkin, sebaiknya jangan melebihi usia 5 tahun karena diatas usia
ini perkembangan otak anak akan sangan melambat. Usia paling ideal adalah 2-3
tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap paling cepat.
Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan
berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain dan emosi.
Dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan yang khususnya
terjadi pada masa kanak-kanak yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan
interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
o Faktor Penyebab Autisme
Sampai saat ini para ahli belum menentukan penyebab pasti mengapa seorang anak
menjadi autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme merupakan sindroma yang
disebabkan oleh berbagai penyebab seperti:
Faktor genetic
diduga karena adanya kromosom (ditemukan 5-20% penyandang

autisme) seperti kelainan kromosom yang disebut syndrome fragile-x/


Kelainan otak
adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel

purkinye.
Kelainan Neurotransmitter
terjadi karena impuls listrik

antar

sel

terganggu

alirannya.

Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine (kadarnya tinggi


dalam darah 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga

rendah kadar darahnya pada penyandang autisme)


Kelainan Peptida di otak
dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein
susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino. Sebagian
kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam
darah. Bila berlebihan akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian
lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga

yang masuk kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin,

turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).


Komplikasi saat hamil dan persalinan
komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama
yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang ebrcampur

feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.


Kekebalan tubuh.
Terjadi karena kemungkinan adanya interaksi gangguan kekebalan
tubuh (autoimun) dengan faktor lingkungan yang menyebabkan

autisme.
Keracunan
keracunan yang banyak dicurigai adalah karena keracunan logam berat
timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang

berasal dari polusi udara, air ataupun makanan.


o Gejala-gejala Autisme
Menurut DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual) 1994, dari grup Psikiatri
Amerika menetapkan kriteria untuk autisme masa kanak-kanak adalah sebagai
berikut:
harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) dengan minimal 2
gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
(1) gangguan kualitatif dalam interaski sosial yang timbal balik,
minimal harus ada 2 gejala dari gejala-gejala dibawah ini :
a. tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai :
kontak mata sangat kurang
ekspresi muka kurang hidup
gerak-gerik yang kurang tertuju
b.

tidak bisa bermain dengan teman sebaya

c.

tak dapat merasakan apa yang dirasakan oranglain.

d.

Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik

Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukan oleh


minimal satu dari gejala-gejala dibawah ini:

bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ada
usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa
meniru.
Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan
kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 dari gejala dibawah ini:
mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas
dan berlebih-lebihan.
Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada
gunanya.
Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang.
Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan
dalam bidang :
a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang kurang variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Davison, Gerald C dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Nevid, Jeffrey S dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai