Anda di halaman 1dari 12

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan

mematikan bakteridengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang


merugikan. [1] Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan
menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba
yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.[2]. Kriteria
Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh
bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. [1]
[sunting]Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel,
menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan protein.[1][3]
[sunting]Penghambatan sintesis dinding sel bakteri
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya
adalah enzim transpeptida.[3] Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis
peptidoglikan terhambat.[3] Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas
penghambat enzim autolisis pada dinding sel.[3] Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada
lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya
tertutup oleh selaput sel yang rapuh.[3] Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di atas
adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.[3]
[sunting]Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang
dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan
susunan sel.[rujukan?] Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat
bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka
komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel
berangsur-angsur mati.[3] Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan
mekanisme karja tersebut.[3]
[sunting]Penghambatan sintesis Protein Sel Bakter
Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca
kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik).
[3]
Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat
sintesis protein sel bakteri.[3]
[sunting]Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitasyang
tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. [3] Umumya senyawa
penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam
tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang
direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.[3]
[sunting]Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti bakteri
Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah
bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri.[1]
[sunting]Jenis zat antibakteri berdasarkan aktivitasnya
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu bakteriostatik danbakteriosida [1]
[sunting]Bakteriostatik
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat
perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan.[1][2]
[sunting]Bakterisida
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri. [1] Namun ada beberapa zat
antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada
konsentrasi tinggi. [4]
[sunting]Contoh
Contoh kelompok bahan antibakteri adalah fenol,alkohol, halogen, logam
berat, detergen, aldehida, dan kemosterilisator gas.[1] Dari sekian banyak contoh di atas, senyawa
fenol paling banyak digunakan karena senyawa tersebut tidak hanya terdapat pada antibiotik
sintetik, namun pada senyawa alam yang dikenal sebagai polifenol. [1]Apabila digunakan bekerja
dengan merusak membran sitoplasma secara total dengan mengendapkan protein sel. [1] Akan
tetapi bila dalam konsentrasi rendah , fenol merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran
metabolit penting dan menginaktifkan bakteri.[1]

[sunting]Antibiotik
Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalahantibiotik.[5]Antibiotik
adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk
struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat
proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. [5]Penggunaan antibiotik
sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri terhadap
aktivitas kerja obat.[6]
Apakah antibakteri itu dan bagaimana cara membedakannya?
Dalam definisi yang luas, antibakteri adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Meskipun baik antibiotik maupun antibakteri sama-sama menyerang bakteri,
kedua istilah ini telah mengalami pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti
yang berbeda. Saat ini antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan untuk
membersikan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi membahayakan. Tidak
seperti antibiotik, antibakteri tidak digunakan sebagai obat baik untuk manusia maupun untuk
hewan, namun dapat ditemukan dalam berbagai produk seperti sabun, deterjen, produk-produk
untuk kulit dan kesehatan serta pembersih peralatan rumah tangga.
Apa saja antibakteri yang umum digunakan?
Antibakteri dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kemampuan zat tersebut untuk
membersihkan bakteri dan residu yang dihasilkan: Kelompok pertama adalah zat yang dapat
bekerja secara cepat untuk membasmi bakteri, namun dapat hilang dengan cepat (dengan cara
penguapan atau dengan cara penguraian) dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat
yang tidak-menghasilkan-residu). Contoh zat-zat seperti ini adalah alkohol, klorin, peroksida, dan
aldehid. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki unsur-unsur jenis baru yang meninggalkan
residu dalam jangka panjang di permukaan sehingga dapat membasmi kuman dalam jangka
panjang dan tindakan pembasmian kuman dapat dilakukan dalam jangka panjang (dikenal sebagai
zat yang menimbulkan-residu). Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah triclosan,
triclocarban, dan benzalkonium chloride. Lihat di Tabel antibakteri.
Seberapa umum penggunaan antibakteri dalam produk-produk yang dikonsumsi oleh manusia?
Semua produk yang mengklaim dapat membunuh bakteri dan/atau virus adalah sejenis zat
antibakteri. Alkohol, klorin, dan peroksida telah digunakan selama beberapa dekade dalam
berbagai produk kesehatan dan kebersihan. Dalam dua dekade terakhir antibakteri yang
menghasilkan residu (Tabel antibakteri), yang awalnya digunakan secara eksklusif di dalam
institusi-institusi kesehatan, kini semakin banyak digunakan dalam produk-produk untuk rumah
tangga, terutama pada sabun dan zat-zat pembersih lainnya. Sebuah survey yang dilakukan barubaru ini melaporkan bahwa 76% sabun cair yang digunakan di 10 negara bagian di AS
mengandung triclosan dan sekitar 30% sabun batangan mengandung triclocarban. Banyak bahanbahan pembersih yang 25 persennya mengandung senyawa ammonium. Karena senyawa-senyawa
ini memiliki nama kimia yang sangat panjang, nama-nama ini tidak dapat dikenali dengan mudah
dalam label kemasan. Belum lama ini, triclosan juga diikat di permukaan berbagai produk yang
sering digunakan oleh manusia, seperti peralatan dapur dari plastik, papan untuk memotong, kursi
makan untuk anak-anak, mainan, selimut, serta bahan-bahan lain dari kain.
Apakah penggunaan zat-zat antibakteri diatur oleh undang-undang di AS?
Diatur atau tidaknya zat-zat antibakteri tersebut dalam undang-undang tergantung pada maksud
penggunaan dan efektivitasnya. FDA mengatur penggunaan sabun-sabun antibakteri dan senyawasenyawa antibakteri yang digunakan di tubuh atau di dalam makanan olahan, termasuk juga
pembungkus makanan dan zat-zat tambahan yang ditambahkan ke dalam air yang digunakan
untuk mengolah makanan.
Bila unsur-unsur ini tidak dimaksudkan untuk digunakan pada tubuh atau di dalam tubuh, maka

unsur tersebut didaftar oleh EPA (Environmental Protection AgencyBadan Perlindungan


Lingkungan AS) dibawah Akta Federal yang mengatur penggunaan Insektisida, Fungisida, dan
Racun untuk membunuh hewan pengerat.
Unsur-unsur ini akan terdaftar sebagai zat-zat yang dimasukkan ke dalam zat-zat anti mikroba
untuk kesehatan publik atau kesehatan non-publik .
Apa perbedaan antara bakteriostats, sanitizer, disinfektan dan sterilizer?
EPA menggolongkan antimikroba untuk kesehatan publik sebagai bacteriostat, sanitizer,
disinfektan, dan sterilizer berdasarkan efektivitas zat-zat ini dalam membasmi mikroorganisme.
Bacteriostats mencegah pertumbuhan bakteri dalam lingkungan yang tidak hidup. Sanitizer adalah
senyawa-senyawa yang dapat membunuh sekian persen mikroorganisme yang telah diujicoba
sebelumnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Disinfektan membasmi atau
menonaktifkan semua mikroorganisme yang telah diujicoba sebelumnya, namun tidak dapat
menghambat pertumbuhan sporanya. Sterilizer membasmi semua bentu bakteri, fungi, dan
mikroorganisema lain beserta sporanya.
Lebih jauh lagi, disinfektan dapat dikategorikan sebagai zat yang memiliki spektrum luas atau
terbatas. Disinfektan yang memiliki spektrum luas dapat membunuh baik bakteri gram negatif
maupun bakteri gram positif. Disinfektan dengan spektrum terbatas harus dengan jelas
menyebutkan mikroorganisme apa yang dapat dibasminya.
Apakah kegunaan antibakteri?
Jelas sekali bahwa antibakteri sangat efektif dalam membasmi segala macam bakteri, namun, ada
kontroversi yang cukup banyak dalam hal manfaat penggunaan zat-zat ini bagi kesehatan. Zat-zat
yang tidak meninggalkan residu (Tabel Antibakteri) telah digunakan selama bertahun-tahun dan
terus menjadi zat yang efektif dalam mengendalikan organisme penyakit yang memiliki beragam
perawatan kesehatan dan lingkungan rumah. Bila digunakan dengan panduan yang ketat, zat-zat
yang meninggalkan residu telah terbukti efektif dalam mengendalikan infeksi bakteri dan jamur
dalam lingkungan klinis seperti rumah sakit, panti-panti perawatan, klinik melahirkan dan fasilitas
perawatan kesehatan lain dimana mungkin terdapat risiko infeksi yang tinggi.
Beberapa produk rumah tangga tertentu telah menunjukkan efektivitas untuk kondisi-kondisi
khusus: pasta gigi antibakteri membantu mengendalikan penyakit priodontal (gusi); deodoran
antibakteri menekan bakteri yang menyebabkan timbulnya bau badan, dan sampo antiketombe
membantu mengendalikan ketombe. Namun demikian, hingga hari ini, tidak ada bukti yang
mendukung klaim bahwa antibakteri menambah keuntungan kesehatan bila digunakan oleh
konsumen umum.
Apakah zat antibakteri aman untuk digunakan?
Bila digunakan sesuai dengan petunjuk pada permukaan luar, zat-zat antibakteri dianggap relatif
tidak beracun. Namun, zat ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, dan memiliki potensi
untuk menimbulkan bahaya bila tidak disimpan atau digunakan dengan benar. Lebih jauh lagi,
evaluasi risiko dilakukan terhadap akibat yang ditimbulkan oleh satu zat tertentu, dan tidak
memertimbangkan efek-efek penggunaan secara bersamaan atau efek-efek yang timbul akibat
persenyawaan beberapa zat yang digunakan secara bersamaan. Belum lama ini, triclosan
dilaporkan ada pada permukaan air, limbah hasil pengolahan pabrik, empedu ikan, dan ASI, namun
arti penting hasil penemuan ini belum diketahui hingga saat ini.
Apakah penggunaan antibakteri dapat menyebabkan timbulnya bakteri resisten?
Karena antibakteri memiliki efek membasmi yang sangat cepat, zat-zat antibakteri yang tidak
meninggalkan residu tidak dipercaya dapat menciptakan bakteri yang resisten. Resistensi adalah
hasil dari penggunaan jangka panjang dalam jumlah yang sedikit, sebuah kondisi yang terjadi saat
pengguna menggunakan zat yang menghasilkan residu seperti triclosan dan triclocarban. Hingga
beberapa waktu yang lalu, orang-oarng masih menganggap bahwa zat-zat seperti ini tidak
memengaruhi suatu proses spesifik dari bakteri, dan karena itulah, hampir tidak mungkin dapat

menimbulkan adanya bakteri resisten. Namun, bukti dari laboratorium belum lama ini
menunjukkan bahwa triclosan menghalangi suatu langkah spesifik yang dalam formasi lipid bakteri
yang terdapat dalam struktur dinding selnya. Eksperimen tambahan menemukan bahwa beberapa
bakteri dapat mengatasi serangan triclosan dan biosida lain yang memiliki sistem ekspor yang juga
menyebarkan antibiotik. Dalam eksperimen tersebut didemonstrasikan bahwa bakteri mutan yang
resisten terhadap triclosan ini juga resisten terhadap beberapa antibiotik, terutama
chloramphenicol, ampicilin, tetracycline, dan ciprofloxacin.
Apakah penggunaan zat antibakteri secara luas dapat menyebabkan timbulnya lebih banyak
bakteri yang resisten?
Banyak ilmuwan yang merasa bahwa tindakan ini berpotensi menimbulkan bahaya, namun
ilmuwan yang lain beranggapan bahwa kondisi di dalam laboratorium yang digunakan dalam studi
penelitian tidak mewakili keadaan di dunia nyata. Sejauh ini, studi yang dilakukan pada bakteri
yang digunakan pada produk rumah tangga seperti sabun, dedoran dan pasta gigi tidak
menunjukkan adanya perkembangan resistensi yang nyata pada bakteri-bakteri tersebut. Namun
demikian, produk-produk seperti ini baru digunakan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan
studi penelitian terhadap efek penggunaan produ-produk seperti ini masih sangat terbatas.
Apakah ada kekhawatiran lain mengenai penggunaan zat-zat antibakteri?
Ya, para ahli berpendapat bahwa penggunaan zat-zat seperti ini menciptakan rasa aman yang
tidak nyata yang dapat menyebabkan para individu mengendurkan kebiasaan-kebiasaan mereka
yang berhubungan dengan kesehatan. Penggunaan antibakteri seharusnya tidak boleh dianggap
sebagai suatu alternatif dari higienisme yang normal, kecuali bila praktek kesehatan yang biasa
dilakukan tidak mungkin untuk dijalankan.
Yang harus diingat adalah sebagian besar bakteri tidak berbahaya dan dalam banyak kasus,
bahkan bakteri menguntungkan bagi kita. Hanya ada beberapa bakteri yang sesungguhnya
menyebabkan penyakit. Antibakteri tidak dapat memilah-milah dan serangan secara menyeluruh
terhadap bakteri tidak pada tempatnya. Penggunaan zat-zat pembersih secara terus menerus
cenderung mengganggu bakteri normal yang bertindak sebagai penghalang terhadap serangan
bakteri patogen. Penggunaan secara terus menerus seperti ini dapat mengubah populasi bakteri
dan menciptakan ruang bagi bakteri penyebab penyakit untuk masuk dan mengakibatkan
adanya infeksi.
Sebagai tambahan, beberapa ilmuwan telah mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
rumah tangga yang terlalu higienis sejak usia dini mungkin dapat dihubungkan dengan timbulnya
alergi di usia dewasa. Dalam hipotesis kesehatan ini, alergi terbentuk karena sistem imunitas di
masa kecil gagal untuk mematangkan dirinya dengan tepat kaerna tidak adanya kontak dengan
bakteri yang menyetimulasi imunitas. Hipotesis ini tetap menjadi suatu kontroversi dan
membutuhkan penelitian lebih jauh untuk mendapatkan validasi.
Adakah metode pembersihan lain yang lebih efektif untuk mecegah terjadinya penularan suatu
penyakit?
Secara umum, mandi dengan sabun biasa dan membilasnya dengan air yang mengalir, diikuti
dengan pengeringan yang benar masih dianggap sebagai cara paling penting untuk mencegah
penularan penyakit (lihat Hand washing). Proses ini terutama sangat penting setelah menggunakan
toilet, mengganti popok, membersihkan ember popok, membersihkan toilet, atau setelah
menyiangi daging mentah atau daging unggas. Beberapa zat-zat tradisional yang umum
digunakan cukup efektif untuk membasmi organisme-organisme yang menyebabkan penyakit yang
jumlahnya cukup banyak. Zat-zat ini adalah larutan ethyl atau isopropyl alkohol dengan kadar 80
persen, pemutih rumah tangga dan hydrogen peroksida. Tidak seperti triclosan dan zat-zat lain
yang tahan lama, produk-produk ini menghancurkan komponen sel dalam jumlah yang sangat
banyak secara bersamaan bukan menyerang proses bakteri secara spesifik.

Kapankah zat antibakteri sebaiknya digunakan?


Meskipun tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan antibakteri secara rutin
dapat memberikan manfaat kesehatan, antibakteri sangat berguna di tempat-tempat dimana
tingkat sanitasinya memrihatinkan dan dibutuhkan kewaspadaan ekstra untuk mencegah
penyebaran penyakit. Dengan demikian, zat-zat ini sangat penting untuk digunakan di rumah sakit,
tempat penitipan anak dan fasilitas kesehatan serta lingkungan lain dimana terdapat infeksi
bakteri dalam konsentrasi yagn tinggi. Dalam lingkungan perumahan, zat ini mungkin dibutuhkan
untuk perawatan orang-orang sakit dengan infeksi tertentu, atau untuk mereka yang sistem
imunitasnya lemah karena menderita penyakit kronis, kemoterapi atau transplantasi. Dalam
kondisi seperti ini, antibakteri harus digunakan sesuai dengan petunjuk yang ada, lebih baik lagi
bila digunakan dibawah pengawasan seorang perawat kesehatan profesional.
Informasi lebih jauh mengenai antibakteri
Mencuci tangan: sebuah cara yang efektif untuk mencegah penyebaran infeksi
Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan pertumbuhan atau reproduksi
mereka. Oleh karena itu, kelompok obat ini hanya berguna untuk mengobati penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.
Sampai saat ini, antibakteri masih merupakan salah satu obat yang paling sering
digunakan.Menurut Center for Disease Control and Prevention, sekitar 150 juta resep antibakteri
ditulis diAmerika Serikat setiap tahun. Di Indonesia, kurang lebih sepertiga pasien rawat inap
mendapat terapi antibakteri dan menurut perkiraan, biaya pengobatan ini dapat mencapai 50%
dari anggaran untuk obat di rumah sakit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gonzales menunjukkan bahwa dari seluruh antibakteri oral
yang diresepkan di Amerika serikat, hanya 30% yang digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri,
sedangkan lebih dari separuhnya digunakan untuk pengobatan infeksi yang tidak disebabkan oleh
bakteri.
Penggunaan obat yang berlebihan dan tidak tepat guna ini dapat
(i) meningkatkan risikoterjadinya superinfeksi dan efek samping antibakteri,
(ii) meningkatkan biaya pengobatan,(iii) memperpanjang lama penggunaan antibakteris ebagai
akibat dari pengobatan yang kurang optimal,
(iv) meningkatkan lama perawatan penderita di rumah sakit sebagai akibat dari reaksi obat yang
tidak dikehendaki atau komplikasi dan
(v) menimbulkan resistensi antibakteri, seperti methicillinresistant staphylococcus aureus(MRSA)
dan vancomycin-resistant enterococci(VRE), yang akhir-akhir ini menjadi masalah kesehatan yang
sangat serius.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mempromosikan penggunaan antibakteri yang
efektif, aman, rasional dan terjangkau oleh masyarakat adalah menyusun dan mengikuti pedoman
dan petunjuk klinis peresepan antibakteri yang didasarkan pada bukti ilmiah.
Interaksi ObatInteraksi obat didefinisikan sebagai modifikasiefiek satu obat akibat obat lain yang
diberikan sebelumnya atau bersamaan; atau apabila dua obat atau lebih berinteraksi sedemikian
rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih menjadi berubah. Jika kombinasi
terapeutik tersebut mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan atau komplikasi pada kondisi
pasien,maka interaksi tersebut merupakan interaksi yang bermakna secara klinis.
Untuk mencegah interaksi obat, dokter dan farmasis harus waspada terhadap semua obat yang
digunakan oleh pasien. Apabila terjadi interaksi obat, sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(i) hindari kombinasi penggunaan obat yangberinteraksi dan bila perlu pertimbangkan
untukmemakai obat pengganti,
(ii) sesuaikan dosis obatpada saat memulai atau menghentikan penggunaanobat yang
menyebabkan interaksi,
(iii) pantaukondisi klinis pasien clan bila perlu ukur kadar obatdalam darah,
(iv) lanjutkan pengobatan sepertisebelumnya bila kombinasi obat yang berinteraksitersebut
merupakan pengobatan yang optimal ataubila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.(lyn)
TETRASIKLIN

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan
pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah
terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan
oleh Streptomyces aureofaciens.
Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
1.

Mekanisme Kerja Tetrasiklin


Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein kuman.
Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit
terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram
negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transportasi aktif.
Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin
berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino
pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat
terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi
antibiotika Tetrasiklin.

2.

Efek Samping dan Interaksi Obat Tetrasiklin


Iritasi lambung pada pemberian oral. Tromboflebitis pada pemberian injeksi (IV).
Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedanag tumbuh dan membentuk kompleks.
Pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada janin sampai anak tiga tahun.
Pada gigi susu atau gigi tetap, Tetrasiklin dapat merubah warna secara permanen dan
cenderung mengalami karies.
Dapat menimbulkan superinfeksi oleh kuman resisten dan jamur, dengan gejala adalah
diare akibat terganggunya keseimbangan flora normal dalam usus.
Absorbsi Tetrasiklin dihambat oleh antasida, susu, Koloidal bismuth, Fenobarbital, Fenitoin
dan Karbamazepin sehingga mengurangi kadar dalam darah karena metabolismenya
dipercepat.
Tetrasiklin dapat mempengaruhi kerja Penisilin dan Antioagulan.

3.

Penggunaan Klinik Tetrasiklin


a. Tetrasikin
Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea.
Tetrasikin juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran
pernafasan, sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan
juga Gonore.
b. Doksisiklin
Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan
pada infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria,
serta perawatan infeksi Kaki Gajah.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia,
pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena
hubungan kelamin.
d. Minosiklin

Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan


infeksi saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih.
Minosiklin juga dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang
dapat menyebabkan meningitis.
4. Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran
a. Tetrasikin
Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg.
Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi
lambung.
b. Doksisiklin
Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan
kanduungan 50 mg dan 100 mg.
c. Oksitetrasiklin
Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial
50 mg/ml untuk injeksi.
d. Minosiklin
Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.
: Bawang putih ( Allium sativum Linn) merupakan salah satu
tanaman obat yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Bawang putih
diketahui dapat digunakan sebagai obat antibakteri. Sebagai bumbu dapur, bawang putih (Allium
sativum Linn)
mempunyai peranan penting dalam melezatkan dan menimbulkan aroma yang
sedap pada masakan. Akan tetapi selain sebagai bumbu, bawang putih
memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui khasiat bawang putih, namun keterbatasan
informasi yang diterima masyarakat dan adanya pergeseran pola hidup
masyarakat ke arah moderen mengakibatkan khasiat bawang putih mulai
dilupakan masyarakat.
Louis Pasteur menyatakan bahwa terdapat daya antimikroba pada
bawang putih mentah atau pada jus bawang putih. Sudah sejak zaman dahulu,
bawang putih telah digunakan masyarakat secara luas untuk mengobati
infeksi. Bawang putih mempunyai spektrum antimikroba yang lebar sehingga
dapat membunuh bakteri gram negative dan bakteri gram positif. Hasil riset
telah membuktikan hal-hal sebagai berikut : 1) jus bawang putih diteliti dapat
membunuh bakteri flora normal intestinal yang menjadi pathogen; 2) bawang
putih dapat mengatasi bakteri-bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik;
3) kombinasi bawang putih dan antibiotik dapat bekerja secara sinergis
sebagian atau menyeluruh; 4) secara sempurna dapat mengurangi resistensi
bakteri telah terbukti dalam penelitian berulangkali; 5) bahkan toksin yang
dihasilkan bakteri dapat dihambat oleh bawang putih.
(1)
6Alisin adalah zat aktif dalam bawang putih yang efektif dapat
membunuh mikroba, seperti kuman-kuman penyebab infeksi (flu,
gastroenteritis, dan demam).
(2)
E coli termasuk organisme enterik golongan heterogen gram negatif,
berbentuk batang, tidak berspora yang merupakan flora normal dalam usus.
E coli dapat mengakibatkan infeksi klinis apabila mencapai jaringan di luar
intestinal normal atau tempat flora normal yang kurang umum. Merupakan
bakteri yang dapat memfermentasikan karbohidrat kecuali laktosa. E coli
merupakan penyebab paling banyak untuk infeksi saluran kencing terutama
pada wanita muda. E coli juga sering menyebabkan diare yang sering terjadi
di seluruh dunia.
(3)
Berdasarkan sumber-sumber pustaka diatas maka apakah secara
invitro ekstrak bawang putih mempunyai efektivitas sebagai antibakteri
terhadap E coli. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas ekstrak bawang putih terhadap E coli. Sedangkan tujuan khususnya
yaitu membandingkan efek antibakteri ekstrak bawang putih pada berbagai
konsentrasi terhadap E coli, dan menentukan Kadar Hambat Minimum
(KHM) serta Kadar Bunuh Minimum (KBM) bawang putih terhadap E coli.
Konsentrasi terendah dari larutan sampel yang
9dapat menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan kejernihan secara
visual oleh tiga pengamat secara independen) ditentukan sebagai Kadar
Hambat Minimum (KHM).
Untuk mengetahui Kadar Bunuh Minimum (KBM), larutan tadi

digoreskan pada media MH padat kemudian diinkubasi pada suhu 37C


selama 18-24 jam. MBC ditentukan pada konsentrasi terendah dimana pada
media tidak terdapat pertumbuhan koloni kuman.
Data yang dikumpulkan adalah data primer hasil pengamatan tingkat
kejernihan secara visual media MH cair dan hasil pertumbuhan koloni kuman
pada MH padat, dengan menganalisis kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, keduanya sebagai variable tergantung. Variable bebas pada penelitian
ini adalah konsentrasi bawang putih. Hasil ini
menunjukan bahwa Allium sativum Linn memiliki aktivitas antibakteri
terhadap E coli, yaitu sebagai pembunuh pertumbuhan bakteri (bakterisid).
Hal ini dapat dijelaskan dari sisi bakteri dan zat aktif yang terkandung dalam
Allium sativum Linn.
Allicin adalah zat aktif dalam bawang putih yang efektif dapat
membunuh mikroba. Allicin mempunyai aktivitas antimikroba yang
bervariasi. Allicin dalam bentuk yang murni mempunyai : 1) daya antibakteri
dengan spectrum yang luas, termasuk pada strain E coli yang enterotoksigenik
multi-drug resistant ; 2) daya aktivitas antifungi misalnya Candida albicans ;
3) daya aktivitas antiparasit yaitu misal parasit protozoa yang sering pada usus
manusia seperti Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia; dan 4) daya
aktivitas antivirus.
(6)
Allicin merupakan senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak
stabil yang mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis
12(enzim) khususnya yang berada didalam atau dibawah lapisan bakteri yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
22 KHASIAT BAWANG PUTIH
Published 11/22/2007 - 5:38 a.m. GMT
1. Menghambat kemerosotan otak dan sistem kekebalan
2. Membantu menghambat proses penuaan. Menghambat pertumbuhan sel kanker.
3. Dengan mengkonsumsi bawang putih, resiko terkena kanker dapat dikurangi.
4. Bawang putih yang dikonsumsi secara rutin dalam jangka waktu tertentu dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol.
5. Zat anti-kolesterol dalam bawang putih yang bernama ajoene menolong mencegah
penggumpalan darah.
6. Bawang putih dapat membantu meredakan stress, kecemasan, dan depresi.
7. Dengan efek yang lebih lembut. Bawang putih mengandung vitamin A.
8. Bawang putih mengandung vitamin B.
9. Bawang putih mengandung vitamin C.
10. Bawang putih mengandung kalsium.
11. Bawang putih mengandung potasium
12. Bawang putih mengandung antioksidan. Bawang putih mengandung karoten dan selenium
13. Mengonsumsi 2-3 siung bawang putih sehari, akan menghindarkan dari kemungkinan
berpenyakit jantung.

14. Menyembuhkan tekanan darah tinggi


15. Meringankan tukak lambung
16. Menurunkan kolesterol dalam darah
17. Meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes.
18. Melumpuhkan radikal bebas yang mengganggu sistem kekebalan tubuh
19. Bermanfaat sebagai penawar racun (detoxifier) yang melindungi tubuh dari berbagai macam
penyakit.
20. Membantu menambahkan nafsu makan apabila dimakan mentah
21. Menjaga stamina tubuh
22. Mengandung khasiat antimikroba, antitrombotik, hipolipidemik, antiarthritis, hipoglikemik, dan
juga memiliki antivitas sebagai antitumor.

Namun seberapapun khasiatnya sebuah obat, jika tidak dimbangi dengan pola hidup sehat semua
itu sia-sia (yayat/berbagai sumber/foto:flickr)
http://kabarinews.com/article/Berita_Amerika/Amerika_Tips/22_KHASIAT_BAWANG_PUTIH/2344

KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena
ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan Kloramfenikol
meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat
menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
1. Efek antimikroba
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat
adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk
ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman.
Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.
2. Efek samping
a. Reaksi hematologik
Terdapat dalam 2 bentuk yaitu;
i.
Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih bila
pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam
serum melampaui 25 mcg/ml.
ii.
Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi
bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia.
Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik.
b. Reaksi alergi
Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan
anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada
pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai.
c. Reaksi saluran cerna
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
d. Sindrom gray
Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200
mg/kg BB) dapat timul sindrom Gray, biasanya antara hari ke 2 sampai hari ke 9
masa terapi, rata-rata hari ke 4.
Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat dan tidak teratur,

perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan bayi tampak
sakit berat.
Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna keabu-abuan;
terjadi pula hipotermia (kedinginan).
e. Reaksi neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.
3. Penggunaan klinik
Banyak perbedaan pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol, tetapi
sebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid, salmonelosis lain
dan infeksi H. influenzae. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila
masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif.
Kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk bayi baru lahir, pasien dengan gangguan hati
dan pasien yang hipersensitif terhadapnya.
4. Sediaan
a. Kloramfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
i.
Kapsul 250 mg,
Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali
sehari.
Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai
didapatkan perbaikan klinis.
ii.
Salep mata 1 %
iii.
Obat tetes mata 0,5 %
iv.
Salep kulit 2 %
v.
Obat tetes telinga 1-5 %
Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.
b. Kloramfenikol palmitat atau stearat
Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol
palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan
oleh dokter.
c. Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol
yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 %
(mengandung 100 mg/ml).
d. Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
i.
Kapsul 250 dan 500 mg.
ii.
Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah
dilarutkan mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.
Sumber : Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1995.
Untuk pemilihan antibiotika Kloramfenikol dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat Kloramfenikol dengan merk yang berbeda
secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih
dan beli obat kloramfenikol sesuai dengan yang diresepkan dokter anda.

Rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat tradisional berguna untuk mengobati penyakit
seperti : diare, disentri, panu, kudis, bercakbercak kulitdan tahi lalat, menghilangkan bau mulut, dan sebagai obat. Kahsiat obatumumnya dise
babkan oleh kandungan metabolit sekundernya, salah satudiantaranya
adalah
minyak atsiri (Anonim, 2007).Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap, hal ini
disebabkanminyak dari beberapa tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri danantijamur.
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa
minyak atsiri daridaun sirih, rimpang temu kunci, dan kunyit memiliki
aktivitassebagai antijamur dan antibakteri (Elistina, 2005). Minyakatsiri pada umumnya dibagi men
jadi dua komponen yaitugolongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon

teroksigenasi (Robinson, 1991; Soetarno, 1990). MenurutHeyne (1987), senyawa-senyawa turunan


hidrokarbonteroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri yang kuat.Lengkuas selain mengandung
minyak atsiri juga mengandunggolongan senyawa flvonoid, fenol, dan terpenoid.
Berdasarkanpenelitian yang sudah dilakukan minyak atsiri pada
rimpanglengkuas mengandung senyawa eugenol, sineol, dan metilsinamat (Buchbaufr, 2003). Pene
litian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zatyang dapat me
nghambat enzim xanthin oksidasi sehinggabersifat sebagai antitumor. Lengkuas mengandung aset
oksikavikol asetat dan asetoksi eugenol asetat yang bersifatantiradang dan antitumor (Buchbaufr,
2003). Berlatarbelakang khasiat obat yang diyakini masyarakat secara turun-temurun serta
kandungan minyak atsiri dan senyawa
kimialainnya dari rimpang lengkuas, maka perlu dilakukanpenelitian lebih lanjut tentang aktivitas
minyak atsiri rimpanglengkuas pada berbagai konsentrasi sebagai antibakteri dankomponenkomponen senyawa yang terkandung didalamnyapada konsentrasi yang aktif sebagai antibakteri.

Minyak atsiri rimpang lengkuas dapat dikatakan aktif terhadap bakteri


E. coli
dan
S. aureus,
bila dibandingkandengan senyawa standar (antibiotik) seperti tetrasiklin danamoxilin (lihat Tabel
2). Pada konsentrasi yang sama
terlihatbahwa minyak atsiri menunjukkan aktivitas lebih rendahterhadap kedua bakteri, hal ini dise
babkan banyaknyakomponen senyawa yang kurang aktif pada minyak atsiririmpang lengkuas.
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteripada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (OH)
dankarbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakterimelalui proses adsorpsi yang melibatkan
ikatan hidrogen.Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol denganikatan yang lemah dan
segera mengalami peruraian,
diikutipenetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasiserta denaturasi protein. Pada kad
ar tinggi fenolmenyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalamilisis. Minyak atsiri yang
aktif sebagai antibakteri diidentifikasidengan Kromatografi Gas Spektrometer Massa
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Antibakteri
January 30, 2007. ZAT-ZAT ANTIBAKTERI
. http://www.sehatgroup.web.id/?p=701
. Farmasi Klinis - Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:Universitas
Surabaya; 2003.2.Reese RE, Betts RF, Gumustop
B. Handbook of Antibiotics. 3rd ed. 9 Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2000.3.Sweetman
S
C. The Complete Drug Reference. London: The Pharmaceutical Press; 2002.4.Hull S
http://dunia-kesehatan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=59:antibakteri&catid=27:penyakit-infeksi-bakteri&Itemid=60
TETRASIKLIN
http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK BAWANG PUTIH ( Allium sativum Linn ) TERHADAP BAKTERI
Escherichia coli IN VITR.
IRMUDITA ARI RAMADANTi.
2008.
SEMARANg. http://eprints.undip.ac.id/23957/1/Irmudita.pdf
22 KHASIAT BAWANG PUTIH.
http://kabarinews.com/article/Berita_Amerika/Amerika_Tips/22_KHASIAT_BAWANG_PUTIH/2344

KLORAMFENIKOL
http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/kloramfenikol.htm
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DARIRIMPANG LENGKUAS
(Alpina galanga L.). http://www.scribd.com/doc/40123660/ISOLASI-DAN-UJI-AKTIVITAS-ANTIBAKTERIMINYAK-ATSIRI-DARI-RIMPANG-LENGKUAS

Anda mungkin juga menyukai