[sunting]Antibiotik
Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalahantibiotik.[5]Antibiotik
adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk
struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat
proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. [5]Penggunaan antibiotik
sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri terhadap
aktivitas kerja obat.[6]
Apakah antibakteri itu dan bagaimana cara membedakannya?
Dalam definisi yang luas, antibakteri adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Meskipun baik antibiotik maupun antibakteri sama-sama menyerang bakteri,
kedua istilah ini telah mengalami pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti
yang berbeda. Saat ini antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan untuk
membersikan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi membahayakan. Tidak
seperti antibiotik, antibakteri tidak digunakan sebagai obat baik untuk manusia maupun untuk
hewan, namun dapat ditemukan dalam berbagai produk seperti sabun, deterjen, produk-produk
untuk kulit dan kesehatan serta pembersih peralatan rumah tangga.
Apa saja antibakteri yang umum digunakan?
Antibakteri dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan kemampuan zat tersebut untuk
membersihkan bakteri dan residu yang dihasilkan: Kelompok pertama adalah zat yang dapat
bekerja secara cepat untuk membasmi bakteri, namun dapat hilang dengan cepat (dengan cara
penguapan atau dengan cara penguraian) dan tidak meninggalkan residu aktif (dikenal sebagai zat
yang tidak-menghasilkan-residu). Contoh zat-zat seperti ini adalah alkohol, klorin, peroksida, dan
aldehid. Kelompok kedua adalah zat yang memiliki unsur-unsur jenis baru yang meninggalkan
residu dalam jangka panjang di permukaan sehingga dapat membasmi kuman dalam jangka
panjang dan tindakan pembasmian kuman dapat dilakukan dalam jangka panjang (dikenal sebagai
zat yang menimbulkan-residu). Contoh-contoh umum dari kelompok ini adalah triclosan,
triclocarban, dan benzalkonium chloride. Lihat di Tabel antibakteri.
Seberapa umum penggunaan antibakteri dalam produk-produk yang dikonsumsi oleh manusia?
Semua produk yang mengklaim dapat membunuh bakteri dan/atau virus adalah sejenis zat
antibakteri. Alkohol, klorin, dan peroksida telah digunakan selama beberapa dekade dalam
berbagai produk kesehatan dan kebersihan. Dalam dua dekade terakhir antibakteri yang
menghasilkan residu (Tabel antibakteri), yang awalnya digunakan secara eksklusif di dalam
institusi-institusi kesehatan, kini semakin banyak digunakan dalam produk-produk untuk rumah
tangga, terutama pada sabun dan zat-zat pembersih lainnya. Sebuah survey yang dilakukan barubaru ini melaporkan bahwa 76% sabun cair yang digunakan di 10 negara bagian di AS
mengandung triclosan dan sekitar 30% sabun batangan mengandung triclocarban. Banyak bahanbahan pembersih yang 25 persennya mengandung senyawa ammonium. Karena senyawa-senyawa
ini memiliki nama kimia yang sangat panjang, nama-nama ini tidak dapat dikenali dengan mudah
dalam label kemasan. Belum lama ini, triclosan juga diikat di permukaan berbagai produk yang
sering digunakan oleh manusia, seperti peralatan dapur dari plastik, papan untuk memotong, kursi
makan untuk anak-anak, mainan, selimut, serta bahan-bahan lain dari kain.
Apakah penggunaan zat-zat antibakteri diatur oleh undang-undang di AS?
Diatur atau tidaknya zat-zat antibakteri tersebut dalam undang-undang tergantung pada maksud
penggunaan dan efektivitasnya. FDA mengatur penggunaan sabun-sabun antibakteri dan senyawasenyawa antibakteri yang digunakan di tubuh atau di dalam makanan olahan, termasuk juga
pembungkus makanan dan zat-zat tambahan yang ditambahkan ke dalam air yang digunakan
untuk mengolah makanan.
Bila unsur-unsur ini tidak dimaksudkan untuk digunakan pada tubuh atau di dalam tubuh, maka
menimbulkan adanya bakteri resisten. Namun, bukti dari laboratorium belum lama ini
menunjukkan bahwa triclosan menghalangi suatu langkah spesifik yang dalam formasi lipid bakteri
yang terdapat dalam struktur dinding selnya. Eksperimen tambahan menemukan bahwa beberapa
bakteri dapat mengatasi serangan triclosan dan biosida lain yang memiliki sistem ekspor yang juga
menyebarkan antibiotik. Dalam eksperimen tersebut didemonstrasikan bahwa bakteri mutan yang
resisten terhadap triclosan ini juga resisten terhadap beberapa antibiotik, terutama
chloramphenicol, ampicilin, tetracycline, dan ciprofloxacin.
Apakah penggunaan zat antibakteri secara luas dapat menyebabkan timbulnya lebih banyak
bakteri yang resisten?
Banyak ilmuwan yang merasa bahwa tindakan ini berpotensi menimbulkan bahaya, namun
ilmuwan yang lain beranggapan bahwa kondisi di dalam laboratorium yang digunakan dalam studi
penelitian tidak mewakili keadaan di dunia nyata. Sejauh ini, studi yang dilakukan pada bakteri
yang digunakan pada produk rumah tangga seperti sabun, dedoran dan pasta gigi tidak
menunjukkan adanya perkembangan resistensi yang nyata pada bakteri-bakteri tersebut. Namun
demikian, produk-produk seperti ini baru digunakan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan
studi penelitian terhadap efek penggunaan produ-produk seperti ini masih sangat terbatas.
Apakah ada kekhawatiran lain mengenai penggunaan zat-zat antibakteri?
Ya, para ahli berpendapat bahwa penggunaan zat-zat seperti ini menciptakan rasa aman yang
tidak nyata yang dapat menyebabkan para individu mengendurkan kebiasaan-kebiasaan mereka
yang berhubungan dengan kesehatan. Penggunaan antibakteri seharusnya tidak boleh dianggap
sebagai suatu alternatif dari higienisme yang normal, kecuali bila praktek kesehatan yang biasa
dilakukan tidak mungkin untuk dijalankan.
Yang harus diingat adalah sebagian besar bakteri tidak berbahaya dan dalam banyak kasus,
bahkan bakteri menguntungkan bagi kita. Hanya ada beberapa bakteri yang sesungguhnya
menyebabkan penyakit. Antibakteri tidak dapat memilah-milah dan serangan secara menyeluruh
terhadap bakteri tidak pada tempatnya. Penggunaan zat-zat pembersih secara terus menerus
cenderung mengganggu bakteri normal yang bertindak sebagai penghalang terhadap serangan
bakteri patogen. Penggunaan secara terus menerus seperti ini dapat mengubah populasi bakteri
dan menciptakan ruang bagi bakteri penyebab penyakit untuk masuk dan mengakibatkan
adanya infeksi.
Sebagai tambahan, beberapa ilmuwan telah mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
rumah tangga yang terlalu higienis sejak usia dini mungkin dapat dihubungkan dengan timbulnya
alergi di usia dewasa. Dalam hipotesis kesehatan ini, alergi terbentuk karena sistem imunitas di
masa kecil gagal untuk mematangkan dirinya dengan tepat kaerna tidak adanya kontak dengan
bakteri yang menyetimulasi imunitas. Hipotesis ini tetap menjadi suatu kontroversi dan
membutuhkan penelitian lebih jauh untuk mendapatkan validasi.
Adakah metode pembersihan lain yang lebih efektif untuk mecegah terjadinya penularan suatu
penyakit?
Secara umum, mandi dengan sabun biasa dan membilasnya dengan air yang mengalir, diikuti
dengan pengeringan yang benar masih dianggap sebagai cara paling penting untuk mencegah
penularan penyakit (lihat Hand washing). Proses ini terutama sangat penting setelah menggunakan
toilet, mengganti popok, membersihkan ember popok, membersihkan toilet, atau setelah
menyiangi daging mentah atau daging unggas. Beberapa zat-zat tradisional yang umum
digunakan cukup efektif untuk membasmi organisme-organisme yang menyebabkan penyakit yang
jumlahnya cukup banyak. Zat-zat ini adalah larutan ethyl atau isopropyl alkohol dengan kadar 80
persen, pemutih rumah tangga dan hydrogen peroksida. Tidak seperti triclosan dan zat-zat lain
yang tahan lama, produk-produk ini menghancurkan komponen sel dalam jumlah yang sangat
banyak secara bersamaan bukan menyerang proses bakteri secara spesifik.
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan
pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah
terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.
Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan
oleh Streptomyces aureofaciens.
Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
1.
2.
3.
Namun seberapapun khasiatnya sebuah obat, jika tidak dimbangi dengan pola hidup sehat semua
itu sia-sia (yayat/berbagai sumber/foto:flickr)
http://kabarinews.com/article/Berita_Amerika/Amerika_Tips/22_KHASIAT_BAWANG_PUTIH/2344
KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena
ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan Kloramfenikol
meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat
menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
1. Efek antimikroba
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat
adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk
ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman.
Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.
2. Efek samping
a. Reaksi hematologik
Terdapat dalam 2 bentuk yaitu;
i.
Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang.
Kelainan ini berhubungan dengan dosis, menjadi sembuh dan pulih bila
pengobatan dihentikan. Reaksi ini terlihat bila kadar Kloramfenikol dalam
serum melampaui 25 mcg/ml.
ii.
Bentuk yang kedua bentuknya lebih buruk karena anemia yang terjadi
bersifat menetap seperti anemia aplastik dengan pansitopenia.
Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan.
Efek samping ini diduga disebabkan oleh adanya kelainan genetik.
b. Reaksi alergi
Kloramfenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan
anafilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada
pengobatan demam Tifoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai.
c. Reaksi saluran cerna
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
d. Sindrom gray
Pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200
mg/kg BB) dapat timul sindrom Gray, biasanya antara hari ke 2 sampai hari ke 9
masa terapi, rata-rata hari ke 4.
Mula-mula bayi muntah, tidak mau menyusui, pernafasan cepat dan tidak teratur,
perutkembung, sianosis dan diare dengan tinja berwarna hijau dan bayi tampak
sakit berat.
Pada hari berikutnya tubuh bayi menjadi lemas dan berwarna keabu-abuan;
terjadi pula hipotermia (kedinginan).
e. Reaksi neurologik
Dapat terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium dan sakit kepala.
3. Penggunaan klinik
Banyak perbedaan pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol, tetapi
sebaiknya obat ini hanya digunakan untuk mengobati demam tifoid, salmonelosis lain
dan infeksi H. influenzae. Infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila
masih ada antimikroba lain yang lebih aman dan efektif.
Kloramfenikol tidak boleh digunakan untuk bayi baru lahir, pasien dengan gangguan hati
dan pasien yang hipersensitif terhadapnya.
4. Sediaan
a. Kloramfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
i.
Kapsul 250 mg,
Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali
sehari.
Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai
didapatkan perbaikan klinis.
ii.
Salep mata 1 %
iii.
Obat tetes mata 0,5 %
iv.
Salep kulit 2 %
v.
Obat tetes telinga 1-5 %
Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.
b. Kloramfenikol palmitat atau stearat
Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol
palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan
oleh dokter.
c. Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol
yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 %
(mengandung 100 mg/ml).
d. Tiamfenikol
Terbagi dalam bentuk sediaan :
i.
Kapsul 250 dan 500 mg.
ii.
Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah
dilarutkan mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.
Sumber : Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1995.
Untuk pemilihan antibiotika Kloramfenikol dan dosis/cara pakainya yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat Kloramfenikol dengan merk yang berbeda
secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih
dan beli obat kloramfenikol sesuai dengan yang diresepkan dokter anda.
Rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat tradisional berguna untuk mengobati penyakit
seperti : diare, disentri, panu, kudis, bercakbercak kulitdan tahi lalat, menghilangkan bau mulut, dan sebagai obat. Kahsiat obatumumnya dise
babkan oleh kandungan metabolit sekundernya, salah satudiantaranya
adalah
minyak atsiri (Anonim, 2007).Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap, hal ini
disebabkanminyak dari beberapa tanaman bersifat aktif biologis sebagai antibakteri danantijamur.
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa
minyak atsiri daridaun sirih, rimpang temu kunci, dan kunyit memiliki
aktivitassebagai antijamur dan antibakteri (Elistina, 2005). Minyakatsiri pada umumnya dibagi men
jadi dua komponen yaitugolongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon
KLORAMFENIKOL
http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/kloramfenikol.htm
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DARIRIMPANG LENGKUAS
(Alpina galanga L.). http://www.scribd.com/doc/40123660/ISOLASI-DAN-UJI-AKTIVITAS-ANTIBAKTERIMINYAK-ATSIRI-DARI-RIMPANG-LENGKUAS