Anda di halaman 1dari 10

http://www.sridianti.com/perkembangan-lapisan-muka-bumi.

html (diakses pada


kamis pukul 20.01 wita)

Menurut para ahli geologi, pelebaran alur-alur dasar samudra. Pergerakan


benua, pola seismik global, dan pola kegiatan vulkanik, merupakan bagian
dari sirkulasi energi dari dalam bumi. Permukaan planet bumi terdiri dari
tujuh bentangan besar lempeng tektonik yang bersifat keras, tetapi tipis
dibandingkan dengan ukuran bumi. Ukuran lempeng benua yang paling
tebal kurang dari 150 km. lempeng-lempeng benua itu tidak diam,
meliankan bergerak.
Benua Asia terdiri dari tiga lempeng tektonik yang besar, yaitu lempeng
Eurasia, Pasifik, India. Eurasia merupakan lempeng yang paling besar dan
relatif statis, sedangkan lempeng Pasifik dan India terus menerus bergerak,
bergeser ke arah barat laut (Pasifik), dan utara (India). Gerakan-gerakan
yang saling bertabrakan ini menghasilkan jajaran pulau-pulau dan jajaran
pegunungan seperti pegunungan Himalaya.
Hal-hal penting tentang gerakan lempeng tektonik adalah sebagai berikut.
1. Gerakan-gerakan lempeng tektonik terus menerus
terjadi dan menciptakan berbagai perubahan di
permukaan bumi.
2. Sumber gerakan tersebut adalah arus konveksi, arus ini
terjadi dalam lapisan astenosfer bumi.
3. Lava dapat mendekati kulit bumi dan keluar lewat
gunung api, celah, atau retakan seperti yang terjadi pada
punggungan Atlantik Tengah. Dengan meninggalkan
retakan besar dasar samudra, lelehan lava mendingin,
dan membentuk dasar laut baru.
4. Pada perbatasan lempeng tektonik yang saling
menjauh, terbentuk punggungan dasar laut. Di sisi lain,
pada pertemuan lempeng tektonik dapat ditemukan
zona subduksi ketika lempeng yang satu menunjam
lempeng yang lain.

5. Gerakan lempeng tektonik terkait dengan penyebaran


gunung api di muka bumi dan terjadinya gempa bumi.
Sejak tahun 1900-an, para ahli geologi telah mengetahui bahwa kerak
bumi bagian luar mengapung di atas lapisan yang lunak. Akan tetapi, teori
yang menjelaskan mengapung dan bergeraknya kerak benua baru di
publikasikan secara luas pada tahun 1960.
Beberapa teori tentang pembentukan benua di bumi di sampaikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut.

a. Alfred Lothar Wegener


A.L Wegener mengemukakan teori yang di sebut teori apungan benua.
Wegener mengungkapkan teori tersebut pada tahun 1912 di hadapan
himpunan ahli geologi di Frankfurt, Jerman. Teori tersebut di ungkapkan
pertama kalinya di dalam sebuah buku pada tahun 1915 yang berjudul Die
Estehung der Kontinente und Ozeane(asal usul benua dan lautan).
Buku tersebut menimbulkan kontroversi besar di kalangan ahli-ahli
geologi. Dan baru mereda pada tahun 1960-an setelah teori apungan
benua Wegener ini mendapat banyak pendukung dari kalangan ilmu
pengetahuan.
Titik tolak teori Wegener adalah sebagai berikut.

Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur


pantai benua Amerika Utara dan Selatandengan garis
kontur pantai barat Eropa dan Afrika. Kedua garis yang
sama tersebut diprediksi dahulunya adalah daratan yang
berhimpitan.itulah sebabnya formasi geologi pada
bagian-bagian yang bertemu itu sama. Pernyataan
tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi
di sepanjang pantai Afrika Barat dan Sierra Leone sampai
Tanjung Afrika Selatan sama dengan formasi geologi di
pantai Timur Amerika, dari Peru sampai Bahia Blanca,
Argentina.

Daerah Greenlend bergerak menjauhi daratan Eropa


dengan
kecepatan
36
meter/tahun,
sedangkan
Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan
kecepetan 9 meter/tahun. Menurut Wegener, benuabenua yang sekarang ini dahulunya adalah benua
tunggal yang disebut benua Pangea. benua tunggal ini
mulai terpecah karena gerakan lempeng tektonik, baik ke
arah barat maupun ke arah utara menuju khatulistiwa.
Akibat peristiwa tersebut, terjadilah hal-hal sebagai
berikut.

Lempengan-lempengan benua dan samudra mengapung sendirisendiri

Ssamudra Atlantik semakin meluas karena Benua Amerika masih


terus bergerak kearah barat yang berakibat terjadinya lipatan-lipatan kulit
bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di
sepanjang pantai Amerika Utara dan selatan.

Adanya kegiatan seismik yang luar biasa di sepanjang patahan St.


Andreas, dekat pantai barat Amerika Serikat

Batas Samudra Hindia makin mendesak ke utara, anak benua india


semula di duga berbentuk agak memanjang, tetapi karena gerakanya ke
utara, india makin menyempit dan mendekat ke Benua Eurasia. Proses
tersebut mengahsilkan pegunungan Himalaya.
Benua-benua sekarang ini pun masih terus bergerak, pergerakan tersebut
dapat di buktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat pada
alur-alur dasar samudra.

b. Descartes
Rene Descartes mengemukakan teori kontraksi yang kemudian di teruskan
oleh Edward Suess. Menurutnya, bumi makin menyusut dan mengerut

akibat pendinginan. Oleh karena itu, terbentuklah gunung, lembah, dan


lapisan-lapisan bumi. Teori ini tidak mendapat dukungan dari ahli geologi.

c. Edward Suess
Edward Suess melanjutkan teori Descartes. Suess mengatakan bahwa
persamaan kondisi geologi yang terdapat di Amerika Selatan, India,
Australia, dan Antartika di sebabkan oleh bersatunya daratan-daratan itu
pada masa lalu dan di sebut Benua Gondwana. Benua besar ini sekarang
tinggal sisa-sisanya saja, karena bagian lain sudah tenggelam di bawah
permukaan laut.

d. Tim Peneliti Amerika


Tim peneliti ini terdiri dari 17 orang yang berasal dari The New York
American Museum
of Natural History, Ohio State
University, dan Wichita
State
University.Mereka melakukan
penelitian di kutub selatan antara tahun 1967 1970. Pusat perhatian
meraka adalah Trans Atlantik Tengah. Tujuan penelitian adalah untuk
membuktikan kebenaran teori A.L Wegener.
Dalam hasil penelitian mereka terbukti bahwa daerah tersebut teletak di
sekitar khatulistiwa pada 200 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu,
seharusnya pada zaman tersebut di daerah itu terdapat hewan dan
tumbuhan tropis. Pada tahun 1969, ditemukan fosil tulang rahang
binatang amfibi air tawar purba, yang di sebut labyrintodint. Hewan ini
berbentuk seperti salamander denagn kepala pipih, badan besar dan
berat. Fosil sejenis ditemukan pula di Afrika dan Amerika Selatan. Buktibukti terbaru semakin menguatkan teori apungan benua.

Teori Kontraksi
Teori Kontraksi dikemukakan oleh James Dana di AS (1847) dan Elie de
Baumant di Eropa (1852) yang berpendapat bahwa kerak bumi mengalami
pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian dalam bumi akibat
konduksi panas. Pengerutan yang terjadi juga mengakibatkan bumi

menjadi tidak rata. Keadaan itu dianggap sama seperti buah apel, yaitu jika
bagian dalamnya mengering, kulitnya akan mengerut.

Teori Laurasia-Gondwana
Eduard Zuess dan Frank B. Taylor mengemukakan teori
bahwa pada mulanya terdapat dua benua di kedua kutub
bumi. Benua tersebut bernama Laurasia dan Gondwana
yang kemudian bergerak secara perlahan ke arah
ekuator sehingga terpecah-pecah membentuk benuabenua.
Gondwana terpecah menjadi benua AS, Afrika, dan
Australia, sedangkan benua-benua lain dahulu adalah
benua Laurasia.

Teori Apungan Benua


Teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener yang
mengemukakan teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi
berhubungan dengan pergeseran benua. Di permukaan bumi pada
awalnya hanya terdapat sebuah benda besar yang disebut pangea, serta
sebuah samudera bernama Panthalasa yang kemudian bergeser secara
perlahan ke arah equator dan barat mencapai posisi seperti sekarang

Teori Konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah
vertikal di dalam lapisan astenosfer yang agak kental. Aliran tersebut
berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di atasya. Aliran konveksi
yang menghambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi
menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam mengakibatkan permukaan bumi
menjadi tidak rata.
Salah seorang pegikut teori konveksi adalah Harry H.Hess dari Princention
University. Pada tahun 1962 dalam bukunya History of the Ocean Basin,
Hess mengemukakan pendapatnya tentang alirankonveksi yang sampai ke
permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak
mid oceanic ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian
tersebar ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.

Teori Pergeseran Dasar Laut


Robert Diesz, seorang Ahli Geologi dasar laut Amerika Serikat
mengembangkan teori konveksi yang dikemukakan Hess. Penelitian
topografi dasar laut yang dilakukannya menemukan bukti-bukti baru
tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut ke
kedua sisinya.
Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung teori tersebut, yaitu
mekin jauh dari punggung dasr laut umurnya makin tua. Hal itu berarti ada
gerakan yang arahnya dari punggung dasar laut. Beberapa contoh
punggung dasar laut adalah East Pacific Rise, Mid Atlantic Ridge, Atlantic
Indian Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge. Robert Diesz, seorang Ahli Geologi
dasar laut Amerik Serikat mengembangkan teori konveksi yang
dikemukakan Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya
menemukan bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari
arah punggung dasar laut ke kedua sisinya.
Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung teori tersebut, yaitu
mekin jauh dari punggung dasr laut umurnya makin tua. Hal itu berarti ada
gerakan yang arahnya dari punggung dasar laut. Beberapa contoh
punggung dasar laut adalah East Pacific Rise, Mid Atlantic Ridge, Atlantic
Indian Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.

Teori Lempeng Tektonik


Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh ahli geofisika inggris,
Mc Kenzie danRobertParker. Kedua ahli itu menyampaikan teori yang
menyempurnakan teori-teori sebelumnya, seperti pergeseran dunia,
pergeseran dasar laut, dan teori konveksi sebagai salah satu kesatuan
konsep yang sangat berharga dan diterima oleh para ahli geologi.
Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics Theory) adalah teori dalam
bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer
bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran

Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20
dan konsep seafloor spreadingyang dikembangkan pada tahun 1960an.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
The Present Is The Key to the Past. Pernyataan ini sangat popular di
kalangan geologist, dimana ini berarti kejadian geologi yang terjadi pada
masa sekarang itu sudah terjadi pula pada masa lampau. Sebagai seorang
geologist, inilah yang harus dipelajari untuk dapat terjun dan melakukan
penelitian di lapangan. Permukanan muka bumi kita sebagian terdapat
macam macam batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf yang terbentuk akibat proses geologi baik secara endogen
maupun eksogen. Batuan yang terbanyak didapati adalah batuan sedimen.
Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi ini terdiri dari
batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk
secara proses fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah
di berbagai lingkungan pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini.
Pembelajaran tentang batuan sedimen sangat besar kontribusinya
terhadap penentuan dan pembelajaran batuan batuan sedimen purba atau
yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak batuan sedimen
purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya
dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini.
Proses proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat
dengan kompaksi, sementasi, rekristalisasi Dalam hal ini batuan sedimen

terbentuk akibat factor kimia, fisika dan biologi dan yang terpenting pada
batuan ini ialah berhubungan erat dengan keberadaan energi fosil serta
minyak dan gas bumi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengetahui urutan kejadian geologi
Mampu menjelaskan jenis-jenis strata
Mampu membedakan jenis-jenis kejadian geologi
1.3 Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 November 2010.

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi
antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk
mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
2.2 Sejarah Stratigrafi
Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya
adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah
muncul pada urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan
bahwa lapisan tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua,
dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan tanah merupakan
kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka, bisa
dibuat perbandingan pada sebuah daerah yang luas. Setelah beberapa
waktu, dimiliki sebuah sistem umum periode-periode geologi meski belum
ada penamaan waktunya. Stratigrafi adalah ilmu mengenai strata. Stratum
adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata lain yang terletak di
atas atau dibawahnya. William Smith, Bapak stratigrafi, adalah orang
yang pertama-tama menyadari kebenaan fosil yang terkandung dalam
sedimen. Sejak masa Smith, stratigrafi terutama membahas tentang
penggolongan strata berdasarkan fosil yang ada didalamnya. Penekanan
penelitian stratigrafi waktu itu diletakkan pada konsep waktu sehingga
pemelajaran litologi pada waktu itu dipandang hanya sebagai ilmu
pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang dipandang lebih
penting, yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan. Pada
tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah

memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi.


Konsep yang baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan
dan umur, namun juga litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh
yang menggambarkan konsep-konsep tersebut di atas. Moore (1941, h.
179) menyatakan bahwa stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang
membahas tentang definisi dan pemerian kelompok-kelompok batuan,
terutama batuan sedimen, serta penafsiran kebenaannya dalam sejarah
geologi. Menurut Schindewolf (1954, h. 24), stratigrafi bukan
Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi sejarah yang
membahas tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang skala
waktu dari berbagai peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert
(1958, h. 99) menyajikan sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam
mendefinisikan stratigrafi sebagai cabang ilmu geologi yang membahas
tentang strata batuan untuk menetapkan urut-urutan kronologinya serta
penyebaran geografisnya. Sebagian besar ahli stratigrafi Perancis juga
tidak terlalu menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain dari
stratigrafi (Sigal, 1961, h. 3). Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada
pertemuan International Geological Congress di Copenhagen pada 1960.
Salah satu kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi
perminyakan, tidak menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan
stratigrafi seperti yang telah dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu,
stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari strata dan berbagai hubungan
strata (bukan hanya hubungan umur) serta tujuannya adalah bukan hanya
untuk memperoleh pengetahuan mengenai sejarah geologi yang
terkandung didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh jenis-jenis
pengetahuan lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai
ekonomisnya (International Subcommission on Stratigraphy and
Terminology, 1961, h. 9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan
oleh subkomisi tersebut yang, sewaktu memberikan komentar terhadap
berbagai definisi stratigrafi yang ada saat itu, menyatakan bahwa stratigrafi
mencakup asal-usul, komposisi, umur, sejarah, hubungannya dengan
evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya (International
Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18). Karena
berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin banyak
digunakan untuk mempelajari strata dan makin lama makin menjadi bagian
integral dari penelitian stratigrafi, maka kelihatannya cukup beralasan bagi
kita untuk mengadopsi konsep stratigrafi yang luas sebagaimana yang
diyakini oleh subkomisi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, W. dan Surono, dkk, 1992, Peta Geologi , Yogyakarta.
SOEJONO, M, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 25.

SUKENDAR, A, 2002, Kumpulan Materi Kuliah Geologi Fisik dan Geologi Dinamis,
Program Studi Teknik

Anda mungkin juga menyukai