Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


The Present Is The Key to the Past. Pernyataan ini sangatpopular di
kalangan geologist, dimana ini berarti kejadian geologi yang terjadi pada masa
sekarang itu sudah terjadi pula pada masa lampau. Sebagai seorang geologist,
inilah yang harus dipelajari untuk dapat terjun dan melakukan penelitian di lapangan.
Permukanan muka bumi kita sebagian terdapat macam macam batuan yaitu
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang terbentuk akibat proses
geologi baik secara endogen maupun eksogen. Batuan yang terbanyak didapati
adalah batuan sedimen. Tujuh puluh persen batuan yang menutupi permukaan bumi
ini terdiri dari batuan sedimen. Yaitu batupasir, batugamping, lanau, lempung, breksi,
konglomerat, dan batuan sedimen lainnya. Batuan tersebut terbentuk secara proses
fisika, kimia, dan biologi yang terendapkan secara alamiah di berbagai lingkungan
pengendapan dan terus berjalan hingga saat ini. Pembelajaran tentang batuan
sedimen sangat besar kontribusinya terhadap penentuan dan pembelajaran batuan
batuan sedimen purba atau yang berumur tua dalam skala waktu geologi. Banyak
batuan sedimen purba yang diperkirakan sistem dan lingkungan pengendapannya
dianalogikan dengan proses proses sedimentasi yang terjadi pada saat ini. Proses
proses sedimentasi (fisika, kimia, biologi) sangat berhubungan erat dengan
kompaksi, sementasi, rekristalisasi Dalam hal ini batuan sedimen terbentuk akibat
factor kimia, fisika dan biologi dan yang terpenting pada batuan ini ialah
berhubungan erat dengan keberadaan energi fosil serta minyak dan gas bumi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Mengetahui urutan kejadian geologi
Mampu menjelaskan jenis-jenis strata
Mampu membedakan jenis-jenis kejadian geologi
1.3 Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 30 November 2010.

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah
Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
2.2 Sejarah Stratigrafi
Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William
Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan tanah muncul pada urutan yang
sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan tanah yang
terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena
banyak lapisan tanah merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat yang
berbeda-beda maka, bisa dibuat perbandingan pada sebuah daerah yang luas.

Setelah beberapa waktu, dimiliki sebuah sistem umum periode-periode geologi


meski belum ada penamaan waktunya. Stratigrafi adalah ilmu mengenai strata.
Stratum adalah suatu layer batuan yang dibedakan dari strata lain yang terletak di
atas atau dibawahnya.William Smith, Bapak stratigrafi, adalah orang yang
pertama-tama menyadari kebenaan fosil yang terkandung dalam sedimen. Sejak
masa Smith, stratigrafi terutama membahas tentang penggolongan strata
berdasarkan fosil yang ada didalamnya. Penekanan penelitian stratigrafi waktu itu
diletakkan pada konsep waktu sehingga pemelajaran litologi pada waktu itu
dipandang hanya sebagai ilmu pelengkap dalam rangka mencapai suatu tujuan yang
dipandang lebih penting, yakni untuk menggolongan dan menentukan umur batuan.
Pada tahun-tahun berikutnya, pemelajaran minyakbumi secara khusus telah
memberikan konsep yang sedikit berbeda terhadap istilah stratigrafi. Konsep yang
baru itu tidak hanya menekankan masalah penggolongan dan umur, namun juga
litologi. Berikut akan disajikan beberapa contoh yang menggambarkan konsepkonsep tersebut di atas. Moore (1941, h. 179) menyatakan bahwa stratigrafi adalah
cabang ilmu geologi yang membahas tentang definisi dan pemerian kelompokkelompok batuan, terutama batuan sedimen, serta penafsiran kebenaannya dalam
sejarah geologi. Menurut Schindewolf (1954, h. 24), stratigrafi bukan
Schichtbeschreibung, melainkan sebuah cabang geologi sejarah yang membahas
tentang susunan batuan menurut umurnya serta tentang skala waktu dari berbagai
peristiwa geologi (Schindewolf, 1960, h. 8). Teichert (1958, h. 99) menyajikan
sebuah ungkapan yang lebih kurang sama dalam mendefinisikan stratigrafi sebagai
cabang ilmu geologi yang membahas tentang strata batuan untuk menetapkan uruturutan kronologinya serta penyebaran geografisnya. Sebagian besar ahli stratigrafi
Perancis juga tidak terlalu menekankan komposisi batuan sebagai sebuah domain
dari stratigrafi (Sigal, 1961, h. 3). Definisi istilah stratigrafi telah dibahas pada
pertemuan International Geological Congress di Copenhagen pada 1960. Salah satu
kelompok, yang sebagian besar merupakan ahli-ahli geologi perminyakan, tidak
menyetujui adanya pembatasan pengertian dan tujuan stratigrafi seperti yang telah
dicontohkan di atas. Bagi para ahli geologi itu, stratigrafi adalah ilmu yang
mempelajari strata dan berbagai hubungan strata (bukan hanya hubungan umur)
serta tujuannya adalah bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan mengenai
sejarah geologi yang terkandung didalamnya, melainkan juga untuk memperoleh
jenis-jenis pengetahuan lain, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai nilai
ekonomisnya (International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961,
h. 9). Konsep stratigrafi yang luas itu dipertahankan oleh subkomisi tersebut yang,
sewaktu memberikan komentar terhadap berbagai definisi stratigrafi yang ada saat
itu, menyatakan bahwa stratigrafi mencakup asal-usul, komposisi, umur, sejarah,
hubungannya dengan evolusi organik, dan fenomena strata batuan lainnya
(International Subcommission on Stratigraphy and Terminology, 1961, h. 18). Karena
berbagai metoda petrologi, fisika, dan kimia makin lama makin banyak digunakan
untuk mempelajari strata dan makin lama makin menjadi bagian integral dari
penelitian stratigrafi, maka kelihatannya cukup beralasan bagi kita untuk
mengadopsi konsep stratigrafi yang luas sebagaimana yang diyakini oleh subkomisi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, W. dan Surono, dkk, 1992, Peta Geologi , Yogyakarta.

SOEJONO, M, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 25.
SUKENDAR, A, 2002, Kumpulan Materi Kuliah Geologi Fisik dan Geologi Dinamis,
Program Studi Teknik

Anda mungkin juga menyukai