Uji Impak
Uji Impak
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang UJI IMPAK ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ir.
Riski Elpari Siregar,MT selaku Dosen mata kuliah Pengujian Bahan di UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari uji impak dan contoh
pengujian bahan dengan melakukan uji impak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
[UJI IMPAK]
BAB 1
PENDAHULUAN
material
tersebut
tentunya
harus
memenuhi
persyaratan-
Persyaratan seperti kekuatan, ketahanan korosi, dan lain- lain Pada kondisi standar,
sehingga ketika material-material tersebut
[UJI IMPAK]
BAB II
PEMBAHASAN
UJI IMPACT
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapid loading). Pengujian impact merupakan pengujian yang mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impact dengan
pengujian tarik dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan secara perlahanlahan. Pengujian impact juga merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan
kondisi operasi material yang sering ditemui dalam peralatan transportasi atau
konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya
tumbukan kecelakaan.
[UJI IMPAK]
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar pengujiannya yakni
penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji, sehingga benda uji mengalami
deformasi. Pada pengujian impact ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impact atau ketangguhan
bahan tersebut.
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact
seperti yang telah dijelaskan diatas adalah secara tiba - tiba, sedangkan pada
pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan
perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat
diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang
berbeda-beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30 derajat C) sampai
temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja adalah
temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan izod,
perbedaan mendasar dari metode itu adalah pada peletakan spesimen, Pengujian
dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod pemegang spesimen
juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi
yang mampu di serap material
seutuhnya.
[UJI IMPAK]
mm
dan
kedalaman
dasar
mm.
Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik
diberi
beban
impak
dari
ayunan
pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperature sebagai upaya
untuk mengetahui temperatur transisi
Prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan
untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.
Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga
menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah (gambar titiktitik).
Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact
Strength), prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk
mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.
[UJI IMPAK]
Energi potensial bandul pada kedudukan bawah ( saat benda uji patah ) :
E = m.g.h
Dimana h = L- (L sin 270-)
Jadi energi yang digunakan untuk mematahkan benda uji :
E uji = energi rugi- energi impact
Maka, Impact Strength-nya :
HI = (energi rugi-energi impact)/A
Dimana:
A = Luas patahan mm2
Segera setelah benda uji diletakkan, kemudian bandul dilepaskan sehingga batang
uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji
yang diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan diserap oleh
benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun
benda uji tidak sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang
tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam
hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana
terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop.
Sifat keuletan suatu logam dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact adalah
secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil
pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari
pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk
temperatur yang berbeda-beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30oC)
sampai temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja
adalah temperatur kamar.
PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK
[UJI IMPAK]
Bandul ini akan memukul benda uji yang diletakkan semula dengan
energi yang sama. Energi bandul akan diserap oleh benda uji yang dapat
menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak
sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.
[UJI IMPAK]
[UJI IMPAK]
Hal lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impact adalah penelaahan
permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fracografi) yang terjadi.
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impact digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
persen
patahan berserat dan patahan kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada
temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka dapat dinilai
semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati
permukaan patahan benda uji di bawah miskroskop stereoscan. Informasi lain yang dapat
dihasilkan dari pengujian impact adalah temperatur transisi bahan.Temperatur transisi
adalah temperatur yang menunjukkan transisi
bahan
bila
diuji
perubahan
jenis
perpatahan
suatu
temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material
akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat
rapuh atau getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada
temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam
kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan
(perlu diketahui bahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakan
partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang
(obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impact dari
luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya
pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada
saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi
lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah. Informasi mengenai
temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material akan didisain untuk
aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya dari temperatur di
bawah nol derajat Celcius hingga temperatur tinggi di atas 100 derajat Celcius, contoh
sistem penukar panas (heat exchanger). Hampir semua logam berkekuatan rendah
dengan struktur kristal FCC seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet pada semua
temperatur sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh.
Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh rendah
sedang
memiliki
transisi
rapuh-ulet
bila
dan
baja karbon yang dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat
rapuh pada temperatur rendah. Gambar dibawah ini memberikan ilustrasi efek
temperature terhadap ketangguhan impact beberapa bahan.
Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas. Pada
temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya akan menjadi
getas bila temperaturnya
rendah.
Bentuk patahan
spesimen
uji impak
memiliki
permukaan fibruos atau berserabut, flatness (rata) mengindikasi bahwa material tersebut
bersifat ulet dan getas.
Pemilihan material hendaknya memperhatikan ketahanan terhadap temperatur
transisi (uletgetas). Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan temperatur transisi terhadap
energi yang diserap material.
Temperatur transisi logam biasanya terjadi pada (0,10,2) Tm di mana Tm adalah
temperatur melting absolut (K). Terlihat pada kurva bahwa logamlogam FCC
kecenderungan tidak memiliki daerah temperatur transisi.
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :
-
Patah Getas
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa
Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi
patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan en
ergy potensial sebagai berikut:
: Charpy
2.
Dimensi
: 7540100
3.
Kapasitas
: 80 J
4.
Berat godam
: 8 kg
5.
Berat total
: 120 kg
6.
: 600 mm
7.
: 130
8.
: 2.5 mm
: 30
2. Bak air
3. Heater pemanas
4. Pendingin spesimen
5. Jangka sorong
Langkah kerja
1. Pemeriksaan alat atau mesin yang akan digunakan
2. Alat pengukuran dimensi spesimen
3. Kebutuhan alat pengukur temperatur seperti termometer dan alat pemanas
4. Spesimen uji minimal dua buah disesuaikan dengan kebutuhan
5.
dilakukan
6.
Baja
Dimensi penampang a
: 8 mm b
: 10 mm
Luas penampang A
: 80 mm2
Berat bandul G
: 8 kg
Panjang Lengan L
: 0.6 m
Sudut ayun
: 130
Kuningan
Dimensi penampang a
: 8 mm b
Luas penampang A
: 80 mm2
Berat bandul G
: 8 kg
Panjang Lengan L
: 0.6 m
Sudut ayun
: 10 mm
: 130
Analisis Data
Dari data percobaan diatas, maka didapatkan harga impak dari masingmasing
spesimen, berikut adalah kurva uji impak dari baja dan kuningan.
Gambar 8. Kurva Uji Impak pada suhu tinggi, kamar, dan suhu rendah
Dari kurva diatas didapatkan bahwa harga impak kuningan cenderung konstan
dibanding dengan baja, hal tersebut disebabkan oleh struktur material kuningan adalah
FCC sehingga tidak mempunyai temperature transisi. Dari kurva dapat kita lihat bahwa
pada suhu rendah, energi yang diperlukan untuk terjadinya perpatahan sangat sedikit.
Hal ini terjadi akibat pada suhu rendah perambatan retak terjadi lebih cepat daripada
terjadinya deformasi plastis. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, energi yang
dibutuhkan untuk terjadinya fracture pun lebih besar karena pada suhu tinggi retakan
didahului
oleh deformasi
dipanaskan memiliki permukaan patahan yang berwarna gelap dan kasar. Sedangkan pada
spesimen yang didinginkan, permukaan patahannya cenderung lebih halus.
Pada baja terlihat bahwa kurva naik cukup tinggi, garis yang cukup tajam ini disebut
daerah temperature transisi. Daerah temperature transisi menunjukkan daerah dimana sifat
baja akan berubah pada temperature tertentu. Pada temperature sangat rendah, baja
cenderung getas, hal tersebut diakibatkan atomatom pada baja tidak emngalami vibrasi
dan membentuk struktur BCC sehingga atom akan kesulitan bergeser ketika diberi beban
impak, Hal ini menyebabkan bentuk
temperature
tunggi
patahan
baja cenderung
baja berupa
patahan
getas.
Pada
banyaknya energi yang diserap dan bentuk patahan yang kasar dan berserabut. Baja
menjadi ulet meskipun struktur atomnya BCC, karena atomatom baja mengalami vibrasi
sangat tinggi ketika dipanaskan sehingga baja sempat mengalami deformasi plastis
ketika diberi beban impak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suhu mempengaruhi harga impak, semakin tinggi suhu semakin tinggi pula harga
impak. Kuningan tidak mempunyai temperatur transisi, oleh karena itu harga impak
kuningan pada suhu rendah (=0.24), suhu kamar (=0.29), dan suhu tinggi (=0.27)
cenderung sama, tidak berbeda jauh, dan dari hasil patahan terlihat bahwa kuningan
bersifat getas.
Baja memiliki temperatur transisi, oleh karena itu harga impaknya cenderung
berbeda jauh, harga impak pada suhu rendah (=0.44) sifat baja adalah getas, suhu kamar
(=0.56), dan suhu tinggi(=0.96) dimana sifat baja menjadi ulet . Hal ini terjadi karena
adanya vibrasi atom atom yang terpengaruh dengan perubahan suhu.
Harga impak baja lebih tinggi daripada kuningan, menunjukkan bahwa ketangguhan
baja lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuningan.