Anda di halaman 1dari 20

[UJI IMPAK]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat serta
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang UJI IMPAK ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ir.
Riski Elpari Siregar,MT selaku Dosen mata kuliah Pengujian Bahan di UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar dan pengertian dari uji impak dan contoh
pengujian bahan dengan melakukan uji impak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, Oktober 2015

Penyusun

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Seiring dengan itu,
maka tuntutan akan komponen- komponen pendukungnya juga bertambah seperti
halnya peyediaan logam, disadari atau tidak unsur logam ini sangatlah penting
dalam proses pengembangan teknologi bahkan hampir menambah semua aspek
kehidupan manusia.
Material-

material

tersebut

tentunya

harus

memenuhi

persyaratan-

Persyaratan seperti kekuatan, ketahanan korosi, dan lain- lain Pada kondisi standar,
sehingga ketika material-material tersebut

digunakan sebagai bahan dalam

pembuatan suatu komponen, aspek keamanan masih tetap diperhatikan.


Pengujian tumbukan (impact) adalah suatu cara untuk mengetahui sifat- sifat
material dengan hasil produksi yang diseleksi. Pada pengujian ini kita ingin
mengetahui bagaimana jika suatu bahan mengalami pembebanan tiba- tiba, apakah
dapat ditanggulangi atau tidak. Dalam kehidupan sehari- hari banyak kita jumpai
aplikasi yang dapat dilakukan pada aplikasi tumbukan, akan tetapi orang yang
melakukannya tidak mengetahui bahwa yang dilakukan merupakan aplikasi dari
percobaan tumbukan. Alat tersebut dapat kita jumpai pada perbengkalan dan
pertukangan.
Sering kita jumpai juga berbagai problema dalam perancangan, karena
kurangnya data- data dalam mengetahui sifat suatu specimen. Oleh karena itu
untuk menguji ketangguhan suatu material maka kita melakukan test yang disebut
Impact test.

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

BAB II
PEMBAHASAN
UJI IMPACT
Uji impact adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapid loading). Pengujian impact merupakan pengujian yang mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impact dengan
pengujian tarik dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan secara perlahanlahan. Pengujian impact juga merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan
kondisi operasi material yang sering ditemui dalam peralatan transportasi atau
konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya
tumbukan kecelakaan.

Gambar 1. Mesin uji Impact


Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban
menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar pengujiannya yakni
penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu
ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji, sehingga benda uji mengalami
deformasi. Pada pengujian impact ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impact atau ketangguhan
bahan tersebut.
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact
seperti yang telah dijelaskan diatas adalah secara tiba - tiba, sedangkan pada
pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan
perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat
diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang
berbeda-beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30 derajat C) sampai
temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja adalah
temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan izod,
perbedaan mendasar dari metode itu adalah pada peletakan spesimen, Pengujian
dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod pemegang spesimen
juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi
yang mampu di serap material
seutuhnya.

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

Gambar 2. peletakan spesimen metode charpy dan izod


PENGUJIAN IMPACT METODE CHARPY :
Batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat, Benda uji
Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki
takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45 derajat, dengan jari-jari
0,25

mm

dan

kedalaman

dasar

mm.

Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang
bertakik

diberi

beban

impak

dari

ayunan

bandul, Serangkaian uji Charpy

pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai temperature sebagai upaya
untuk mengetahui temperatur transisi
Prinsip dasar pengujian charpy ini adalah besar gaya kejut yang dibutuhkan
untuk mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.
Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga
menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah (gambar titiktitik).
Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact
Strength), prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk
mematahkan benda uji dibagi dengan luas penampang patahan.

Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga


menabrak benda uji dan bandul terayun sampai ke kedudukan bawah (gambar titiktitik). Jadi dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda uji
ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi
bandul pada kedudukkan bawah (tinggi ayun).
Energi rugi tanpa beban :
R = m.g.h
Dimana h = L- (L sin 270-)
PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]
Energi potensial bandul pada kedudukan bawah ( saat benda uji patah ) :
E = m.g.h
Dimana h = L- (L sin 270-)
Jadi energi yang digunakan untuk mematahkan benda uji :
E uji = energi rugi- energi impact
Maka, Impact Strength-nya :
HI = (energi rugi-energi impact)/A
Dimana:
A = Luas patahan mm2
Segera setelah benda uji diletakkan, kemudian bandul dilepaskan sehingga batang
uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji
yang diletakkan semula dengan energi yang sama. Energi bandul akan diserap oleh
benda uji yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun
benda uji tidak sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang
tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam
hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana
terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop.
Sifat keuletan suatu logam dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact adalah
secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil
pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari
pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk
temperatur yang berbeda-beda, mulai dari temperatur yang sangat rendah (-30oC)
sampai temperatur yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja
adalah temperatur kamar.
PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

Gambar 3. alat uji impact metode charpy


Jadi dengan demikian, energi yang diserap untuk mematahkan benda uji
ditunjukkan oleh selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi
bandul pada kedudukkan bawah (tinggi ayun). Segera setelah benda uji diletakkan,
kemudian bandul dilepaskan sehingga batang uji akan melayang (jatuh akibat gaya
gravitasi).

Bandul ini akan memukul benda uji yang diletakkan semula dengan
energi yang sama. Energi bandul akan diserap oleh benda uji yang dapat
menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak
sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.

Permukaan yang patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam


hubungannya dengan temperatur transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana
terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang tanpa mikroskop.

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

Gambar 4. uji impact metode charpy dan izod

PENGUJIAN IMPACT METODE IZOD


Metode uji Izod lazim digunakan di Inggris dan Eropa, Benda uji Izod
mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dengan takik V di dekat
ujung yang dijepit, kemudian uji impact dengan metode ini umumnya juga
dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan untuk material-material yang
didisain untuk cantilever, Perbedaan mendasar

charpy dengan izod adalah

peletakan spesimen. Pengujian dengan menggunkan izod tidak seakurat pada


pengujian charpy, karena pada izod pemegang spesimen juga turut menyerap
energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap
material seutuhnya.

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

[UJI IMPAK]

FAKTOR PENYEBAB PATAH GETAS PADA PENGUJIAN IMPACT


1. Notch
Notch pada material akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada
daerah yang lancip sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan
menimbulkan triaxial stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak
akan terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga
tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
2. Temperatur
Pada temperatur tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya
yang semakin rendah, begitupun sebaliknya.
3. Strairate
Jika pembebanan diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material
akan sempat mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi).
Dislokasi akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada
uji impact, strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat
bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami
patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bukan di batas butir,
Kemudian, dari hasil pengujian akan didapatkan energi dan temperatur. Dari hasil
tersebut, akan dibuat diagram harga impact terhadap temperatur. Energi akan
berbanding lurus dengan harga impact. Kemudian akan didapatkan temperatur
transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat material dapat
berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan. Temperatur transisi ini
bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek metalurgi material, yaitu kadar
karbon. Material dengan kadar karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga
impactnya kecil, sehingga temperatur transisinya lebih besar. Temperatur transisi
akan mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan suhu. Jika temperatur
transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap perubahan suhu.

PENGUJIAN BAHAN | UJI IMPAK

Hal lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impact adalah penelaahan
permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fracografi) yang terjadi.
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impact digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran


bidang bidang Kristal di Dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.

2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan


(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).

3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis


patahan.
Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa

persen

patahan berserat dan patahan kristalin yang dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada
temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan berserat maka dapat dinilai
semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat dilakukan dengan mengamati
permukaan patahan benda uji di bawah miskroskop stereoscan. Informasi lain yang dapat
dihasilkan dari pengujian impact adalah temperatur transisi bahan.Temperatur transisi
adalah temperatur yang menunjukkan transisi
bahan

bila

diuji

perubahan

pada temperatur yang berbeda-beda.

jenis

perpatahan

suatu

Pada pengujian dengan

temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material
akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat
rapuh atau getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada
temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam
kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan
(perlu diketahui bahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakan
partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang
(obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impact dari
luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya
pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada
saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi

lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah. Informasi mengenai
temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material akan didisain untuk
aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya dari temperatur di
bawah nol derajat Celcius hingga temperatur tinggi di atas 100 derajat Celcius, contoh
sistem penukar panas (heat exchanger). Hampir semua logam berkekuatan rendah
dengan struktur kristal FCC seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet pada semua
temperatur sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh.
Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh rendah
sedang

memiliki

transisi

rapuh-ulet

bila

dan

temperatur dinaikkan. Hampir semua

baja karbon yang dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat
rapuh pada temperatur rendah. Gambar dibawah ini memberikan ilustrasi efek
temperature terhadap ketangguhan impact beberapa bahan.

Gambar 5. Efek temperatur terhadap material

Gambar 6. Pengaruh Temperatur, pengujian dilakukan pada berbagai temperatur, pada


temperatur rendah cenderung lebih getas

Gambar 7. Kurva uji impak

Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas. Pada
temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya akan menjadi
getas bila temperaturnya

rendah.

Bentuk patahan

spesimen

uji impak

memiliki

permukaan fibruos atau berserabut, flatness (rata) mengindikasi bahwa material tersebut
bersifat ulet dan getas.
Pemilihan material hendaknya memperhatikan ketahanan terhadap temperatur
transisi (uletgetas). Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan temperatur transisi terhadap
energi yang diserap material.
Temperatur transisi logam biasanya terjadi pada (0,10,2) Tm di mana Tm adalah
temperatur melting absolut (K). Terlihat pada kurva bahwa logamlogam FCC
kecenderungan tidak memiliki daerah temperatur transisi.
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :
-

Patah Ulet/ liat.


Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama

proses penjalaran retak.

Patah Getas
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa

terjadi deformasi kasar, dan

sedikit sekali terjadi deformasi mikro.

Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi
patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan en
ergy potensial sebagai berikut:

Contoh percobaan Uji Impak


Alat yang Digunakan
1.

Tipe mesin uji

: Charpy

2.

Dimensi

: 7540100

3.

Kapasitas

: 80 J

4.

Berat godam

: 8 kg

5.

Berat total

: 120 kg

6.

Jarak antara titik pusat ayun dengan titik pukul

: 600 mm

7.

Posisi awal pemukulan

: 130

8.

Radius pisau pemukul

: 2.5 mm

9. Sudut sisi pisau pemukul


Bahan yang Diperlukan
1. Termometer atau termokopel

: 30

2. Bak air
3. Heater pemanas
4. Pendingin spesimen
5. Jangka sorong
Langkah kerja
1. Pemeriksaan alat atau mesin yang akan digunakan
2. Alat pengukuran dimensi spesimen
3. Kebutuhan alat pengukur temperatur seperti termometer dan alat pemanas
4. Spesimen uji minimal dua buah disesuaikan dengan kebutuhan
5.

Menerima pengarahan dari instruktur tentang prosedur pengujian yang akan

dilakukan
6.

Melakukan pengukuran spesimen dengan menggunakan jangka sorong dan

mencatat pada lembar kerja


7. Melakukan pengujian
8. Memeriksa kelengkapan praktikum
9. Membersihkan kelengkapan alat yang digunakan
10. Menendatangankan kartu praktikum kepada instruktur
11. Menyerahkan kelengkapan praktikum kepada teknisi/administrasi
Data Percobaan
-

Baja
Dimensi penampang a

: 8 mm b

: 10 mm

Luas penampang A

: 80 mm2

Berat bandul G

: 8 kg

Panjang Lengan L

: 0.6 m

Sudut ayun

: 130

Kuningan
Dimensi penampang a

: 8 mm b

Luas penampang A

: 80 mm2

Berat bandul G

: 8 kg

Panjang Lengan L

: 0.6 m

Sudut ayun

: 10 mm

: 130

Analisis Data
Dari data percobaan diatas, maka didapatkan harga impak dari masingmasing
spesimen, berikut adalah kurva uji impak dari baja dan kuningan.

Gambar 8. Kurva Uji Impak pada suhu tinggi, kamar, dan suhu rendah

Dari kurva diatas didapatkan bahwa harga impak kuningan cenderung konstan
dibanding dengan baja, hal tersebut disebabkan oleh struktur material kuningan adalah
FCC sehingga tidak mempunyai temperature transisi. Dari kurva dapat kita lihat bahwa
pada suhu rendah, energi yang diperlukan untuk terjadinya perpatahan sangat sedikit.
Hal ini terjadi akibat pada suhu rendah perambatan retak terjadi lebih cepat daripada
terjadinya deformasi plastis. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, energi yang
dibutuhkan untuk terjadinya fracture pun lebih besar karena pada suhu tinggi retakan
didahului

oleh deformasi

plastis. Dari hasil patahan terlihat bahwa spesimen yang

dipanaskan memiliki permukaan patahan yang berwarna gelap dan kasar. Sedangkan pada
spesimen yang didinginkan, permukaan patahannya cenderung lebih halus.

Pada baja terlihat bahwa kurva naik cukup tinggi, garis yang cukup tajam ini disebut
daerah temperature transisi. Daerah temperature transisi menunjukkan daerah dimana sifat

baja akan berubah pada temperature tertentu. Pada temperature sangat rendah, baja
cenderung getas, hal tersebut diakibatkan atomatom pada baja tidak emngalami vibrasi
dan membentuk struktur BCC sehingga atom akan kesulitan bergeser ketika diberi beban
impak, Hal ini menyebabkan bentuk
temperature

tunggi

patahan

baja cenderung

baja berupa

patahan

getas.

Pada

bersifat ulet,hal tersebut dapat terlihat dari

banyaknya energi yang diserap dan bentuk patahan yang kasar dan berserabut. Baja
menjadi ulet meskipun struktur atomnya BCC, karena atomatom baja mengalami vibrasi
sangat tinggi ketika dipanaskan sehingga baja sempat mengalami deformasi plastis
ketika diberi beban impak.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Suhu mempengaruhi harga impak, semakin tinggi suhu semakin tinggi pula harga
impak. Kuningan tidak mempunyai temperatur transisi, oleh karena itu harga impak
kuningan pada suhu rendah (=0.24), suhu kamar (=0.29), dan suhu tinggi (=0.27)
cenderung sama, tidak berbeda jauh, dan dari hasil patahan terlihat bahwa kuningan
bersifat getas.
Baja memiliki temperatur transisi, oleh karena itu harga impaknya cenderung
berbeda jauh, harga impak pada suhu rendah (=0.44) sifat baja adalah getas, suhu kamar
(=0.56), dan suhu tinggi(=0.96) dimana sifat baja menjadi ulet . Hal ini terjadi karena
adanya vibrasi atom atom yang terpengaruh dengan perubahan suhu.
Harga impak baja lebih tinggi daripada kuningan, menunjukkan bahwa ketangguhan
baja lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuningan.

Anda mungkin juga menyukai