Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pelat adalah rasuk yang lebarnya lebih besar dari tingginya, sedangkan balok adalah rasuk
yang tingginya lebih besar dari besarnya.
b
b
Saat ini pelat beton merupakan suatu system lantai yang dipakai sebagian besar bangunan.
Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak,
balok induk dan kolom yang biasanya merupakan satu kesatuan yang monolit. Pelat sering
dipakai sebagai atap, dinding, lantai tangga,jembatan maupun pelabuhan. Petak pelat
dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan balok induk pada kedua sisi pendek.
Apabila pelat didukung pada keempat sisinya dinamakan sebagai pelat dua arah ( two way
slab ) dimana lenturan akan terjadi pada dua arah yang saling tegak lurus. Apabila
perbandingan sisi panjang dengan sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2
pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat satu arah ( one way slab ) dengan lenturan
utamanya pada arah sisi yang lebih pendek. Perhitungan untuk pelat satu arah dilakukan
sama seperti perhitungan balok dengan b diambil selebar satu meter.
Pelat dua arah yaitu pelat yang menumpau pada keempat sisinya tetapi perbandingan sisi
ly
panjang Ly dan sisi pendek Lx kurang dari dua lx 2
Tipe Pelat
1. Sistem Lantai Flat Slab.
Pada system ini pelat beton bertulang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa
balok-balok
Sistem ini digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat
misalnya pada bangunan apartemen atau hotel.
Untuk menghindari terjadinya pons, serta untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser dan
lentur biasanya bagian bagian kritis pelat disekitar kolom penumpu diberi pertebalan yang
disebut drop panel Penebalan yang membentuk kepala kolom disebut column capital .
Flat slab yang memiliki ketebalan mereta tanpa adanya drop panel ataupun kepala kolom
disebut Flat plate. Tebal plantai flat slab umumnya berkisar antara 125 sampai 250 mm
untuk bentangan 4,5 sampai 7,5 m. Sistem ini banyak digunakan pada bangunan rendah
yang beresiko kecil terhadapbeban angina dan gempa.
2.
3.
2
4.
Sistem Pelat dan Balok
Sistem ini terdiri dari slab menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit yang
umumnya ditempatkan pada jarak 3,0 hingga 6,0 m. Tebal pelat ditetapkan berdasarkan
pertimbangan struktur yang biasanya mencakup aspek keamanan terhadap bahaya
kebakaran .
Ketinggian balok nya sering dibatasi oleh jarak langit-langit yang tersedia Sistem ini
bersifat kokoh (heavy duty) dan sering digunakan untuk menunjang system yang tak
beraturan, misalnya lantai dasar atau suatu ruang terbuka yang umumnya menerima beban
yang besar akibat adanya taman-taman diatasanya ataupun fungsi arsitek lainnya.
Pada system pelat dan balok ini perhitungan penulangan pelat debedakan atas pelat
satu arah (one way slab) dan pelat dua arah two way slab)
Pelat satu arah (one way slab)
Apabila suatu pelat lantai ditumpu sederhana oleh balok pada sisi-sisi panjangnya yang
saling berhadapan, perhitungan nya dilakukan sama seperti perhitungan balok, demikian
juga untuk pelat yang menumpu pada keempat sisinya tetapi perbandingan sisi panjang
dengan sisi pendeknya 2 maka pelat dianggap menumpu pada sisi panjang , karena beban
yang bekerja pada arah sumbu pendek lebih besar dari beban yang bekerja pada arah sumbu
panjang, hal ini dapat dilihat seperti sket gambar berikut:
Pelat ditumpu pada keempat sisinya, dan beban yang ditahan pelat adalah w, dimana beban
yang ditahan kearah sumbu panjang Ly adalah y dan beban yang ditahan sumbu pendek
Lx adalah x
lx
lx
lx
ly
ly
5 x.Lx 4
.
384
EI
x y
maka
dan
x.Lx 4 y.Ly 4
5 y.Ly 4
.
384
EI
x
Ly 4
y
Lx 4
atau
Ly 4
.y
Lx 4
atau
Ly 4
. x
Lx 4
.
.
.
x
Ly 4
.
Lx 4 Ly 4
Dan
Lx 4
Lx 4 Ly 4
Dari persamaan diatas terlihat bahwa nilai x y , atau dengan kata lain bentang
pendek Lx menahan beban yang lebih besar dari bentang panjang.
Tebal pelat terlentur satu arah tergantung pada beban atau momen lentur yang bekerja,
defleksi yang terjadi dan kebutuhan kuat geser yang dikehendaki.. SKSNI menentukan
tinggi /tebal min. pelat lantai beton bertulang dikaitkan dengan bentang dalam rangka
membatasi lendutan yang besar sehingga mengganggu kemampuan struktur saat menerima
beban kerja sbb:
Diatas dua tumpuan sederhana
Satu ujung menerus
Kedua ujung menerus
Kantilever
h min. = 1/20 L
h min. = 1/24 L
h min. =1/28 L
h min. = 1/10 L
h min. = 1/16 L
h min. = 1/18,5 L
h min. = 1/21 L
h min. = 1/8 L
Nilai diatas adalah untuk mutu baja 40 , bila digunakan mutu baja selain mutu 40
maka nilai diatas harus dikalikan dengan factor ( 0,40
fy
) dan bila dipakai beton
700
ringan (satuan masa 1500 2000 kg/m3 ) maka daftar diatas harus dikalikan dengan ( 1,85
0,005 Wc) tapi nilai tersebut tidak boleh kurang dari 1,09.
Pengaruh Susut dan Temperatur
Beton akan mengalami penyusutan sewaktu mengeras. Susut ini dapat diperkecil
dengan memakai beton berkadar air rendah, namun tetap memperhatikan kelemasan,
kekuatan yang diinginkan dan proses pembasahan setelah beton dicor. Bila beton tidak
mengalami kontraksi susut secara bebas , akan timbul tegangan yang disebut tegangan
susut (shrinkage stress). Perbedaan suhu relative terhadap suhu waktupengecoran juga
dapat menimbulkan efek yang serupa dengan penyusutan.Tegangan susut atau teganagan
temperature ini dapat menimbulkan retak dan retak ini dapat diperkecil dengan memberi
tulangan susut, dan retak yang timbul tadi disebut retak rambut.
Rasio minimum Tulangan Susut dan Temperatur untuk pelat adalah :
ht =
l
0,40 300 ) 3000 0,8286 124,3 mm, ambil 125 mm.
20
700
20
i
1
.wu.L 2 =
. 29,05 . 32 = 32,68 KNm
8
8
Mu
32,68.10 3
4,479 MPa
bd 2
0,8.1..95,5 2
Karena fc = 20 MPa dan fy = 300 MPa , lihat table A.15 didapat =0,0177,
mak =0,0241 0,0177 ......................
tabel A6
5
ly
2,5 sehingga tulangan pokok pelat dibuat searah bentang
lx
panjang dan searah bentang pendek, dan menurut SkSNI perbandingan ini adalah apabila
ly
2,0 .
lx
Ada beberapa metode untuk menganalisis pelat dua arah ini seperti metode koefisien
momen, metode desain langsung (direct design method), metode portal ekivalen (equivalent
frame method), dan metode garis leleh (yield line method).Penempatan tulangan pada
system pelat dua arah dan luas tulangan yang dipakai menurut SKSNI pasal 3.6.4 adalah
sbb.
1. pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan susut dan
suhu harus tetap Luas tulangan pada masing-masing arah harus dihitung
berdasarkan nilai momen dipenuhi.
2. Jarak antar tulangan pada tampang kritis tidak boleh lebih besar dari tebal pelat
kecuali untuk konstruksi pelat seluler atau pelat berusuk
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ketepi pelat dan harus
ditanam kedalam balok spandrel, kolom, atau dinding paling sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negative yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar kedalam balok
spandrel,kolom, atau dinding agar kemampuan menahan momen dipenuhi.
4.1.Cara Koefisisen Momen
Pada pelat yang ditumpu pada keempat sisinya setiap panel pelat dianalisis
tersendiri berdasarkan kondisi tumpuan bagian bagian tepinya. Tepi-tepi pelat sebagai
tumpuan dapat dianggap terletak bebas, terjepit penuh atau terjepit elastis (PBI.71). Jepitan
penuh terjadi bila penampang pelat diatas tumpuan terswebut tidak dapat berputar sudut
akibat beban yang bekerja, misalnya bila pelat mmerupakan suatu kesatuan yang monolit
dengan balok pemikul yang relative sangat kaku, atau penampang pelat diatas tumpuan
merupakan bidang simetri terhadap pembebanan dan terhadap dimensi pelat.
Jepitan elastis terjadi bila bagian pelat merupakan satu kesatuan monolit dengan balok yang
relative tidak terlalu kaku dan sesuai dengan kekakuannya memungkinkan terjadinya
perputaran sudut pada tumpuannya. Sedangkan terletak bebas adalah apabila tepi-tepi pelat
menumpu atau tertanam didalam tembok bata, namun biasanya balok balok pinggir pada
system lantai menerus sering dianggap sebagai tumpuan bebas, oleh karenanya dikenal 9
set koefisien momen yang sesuai untuk kondisi pelat lantai dua arah.seperti gambar berikut.
Untuk mempermudah analisa dan perencanaan pelat dua arah,maka digunakan table seperti
tablel.13.3.1 atau tablel. 13.3.2. PBI.71 dalam menentukan momen-momen yang yang
bekerja pada pelat dalam berbagai keadaan, dan tabelnya bisa dilihat seperti berikut.
7
Pada tabel tersebut menunjukkan Momemn lentur yang bekerja pada pias selebar 1 meter,
masing-masing pada arah x dan arah y. yaitu :
M = 0,001. koef .u.Lx2 sehingga :
8
Mtix = Mlx
Mtiy = Mly
Penyelesaian
Penentuan tebal pelat
Menurut SK SNI bila kedua ujung menerus
9
= 432,00 kg/m
= 46,00 kg/m
= 44,00 kg/m
=
7,00 kg/m
= 529,00 kg/m
Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
= 1,2. 529 + 1,6 . 650
= 1674,8 kg/m 1675 kg/m
= 16,75 kn/m
Momen kerja :
Pelat tipe I
Ly/Lx = 7,3 / 6,0 = 1,21
Mtx = 0,001 . 61 . 16,75 . 62 = 36,783 kNm
MLy = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm
Mty = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm.
Penulangan pelat :
tinggi efektif balok
dx = h- (dp/2+d) ,
= 180 (10/2+30)
= 145 mm
Atau
11
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Minimum terdapat tiga bentang menerus dalam setiap arah peninjauan.
2. Panel harus berbentuk persegi dengan rasio bentang panjang terhadap bentang
pendek diukur dari sumbu kesumbu tumpuan tidak lebih dari dua.
12
3. Panjang bentang yang bersebelahan tidak boleh berbeda lebih dari sepertiga dari
bentang yang panjang.
4. Kolom kolom penumpu tidak boleh bergeser lebih dari 10 % dari bentangan dalam
arah pergeseran , dari masing-masing arah sumbu kolom yang berurutan.
5. Beban yang ditinjau hanya beban grafitasi saja yang tersebar merata pada seluruh
panel, beban hidup tidak boleh melebihi tigakali beban mati.
6. Apabila pelat ditumpu oleh balok pada keempat sisinya, kekakuan relative balok
dalam arah yang saling tegak lurus 1.l22 /2.l12 tidak boleh kurang dari 0,2 dan tidak
bolehlebih dari 5,0 atau dalam bentuk rumus dapat dituliskan sebagai berikut:
L
2,0 1 2 2 5,0
2 L1
2
dimana :
1 = dalam arah l1
2 = dalam arah l2
Menurut SK SNI T-151991-03 distribusi momen statis total terfaktor Mo pada bentang
interior dikalikan factor 0,35 untuk bentang positif dan 0,65 untuk momen negatife
terfaktor seperti terlihat pada gambar berikut , sedang distribusi momen statis total terfaktor
(rencana) Mo untuk bentang ekterior dapat dilihat pada tabel 4.1
13
1
Tepi ekterior
tidak ditahan
Momen negatif
terfaktor interior
Pelat dengan
balok diantara
diantara semuas
tumpuan
4
Pelat tanpa balok diantara
Tumpuan interior
Tanpa balok
Dengan balok
tepi
tepi
5
Tepi ekterior
sepenuhnya
ditahan
0,75
0,70
0,70
0,70
0,65
Momen positif
terfaktor
0,63
0,57
0,52
0,50
0,35
M0men negatif
terfaktor ekterior
0,00
0,16
0,26
0,30
0,65
14
l1
75
90
75
75
75
45
1 0
1 2,5
100
75
100
75
100
75
1,0
1 0
1 2,5
100
90
100
75
100
45
60
90
60
75
60
45
l1
l1
1,0
1l2
l1
1l 2
l1
Momen positif
1l2
1l2
l1
l1
0
1,0
Untuk panel pelat interior lajur kolom harus direncanakan untuk memikul sebagian momen
negatif interior (dalam % ) seperti terlihat pada table 4.2, dimana nilai 1 adalah untuk arah
bentang l1 untuk pelat dua arah yang ditumpu balok, 1 diambil sebagai nilai banding
kekakuan lentur pelat dengan lebar yang dibatasi oleh garis tengah panel bersebelahan
terhadap kekakuan masing-masing balok , sehingga didapatkan:
1
Ecb.Ib
Ecs.Is
Ecb dan Ecs adalah modulus elastis balok dan modulus elastis pelat, sedangkan Ib dan Is
adalah momen inersia balok dan momen inersia pelat.
maka momen rencana didapat dengan interpolasi linier antara 85% dan 0%. Untuk panel
pelat eksterior , lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul sebagian momen
negatif eksterior (dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas, sedangkan nilai
1
Ecb.C
2 Ecs.Is
Adalah merupakan nilai banding kekakuan torsi penampang balok tepi terhadap kekakuan
lentur pelat dengan lebar sama dengan bentang balok, yang diukur antar sumbu tumpuan ,
dimana C adalah konstanta penampang untuk menentukan kekakuan puntir dan Ecb adalah
modulus elastis balok beton , Ecs adalah modulus elastis pelat beton, Is adalah momen
inersia terhadap sumbu titik pusat bruto pelat. Lajur kolom harus direncanakan untuk dapat
memikul sebagian momen positif (dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas.
Nilai C dapat dihitung dengan rumus
15
x x3 y
C 1 0,63
y 3
Dengan :
x = ukuran sisi yang lebih pendek
y = ukuran sisi yang lebih panjang
Dalam perhitungan dengan metode perencanaan langsung menurut SKSNI T-15-1991-03
langkah-langkahnya menurut pasal 3.6.6 adalah :
w L Ln
3. Hitung momen lentur statik total terfaktor untuk lebar total panel Mo u 2 1
8
peraturan membolehkan pembesaran momen positif sampai 33% yang merupakan
hasil redistribusi momen system banyak. Pada bentang interior momen statis total Mo
akan didistribusikan secara adil menjadi momen positif dan momen negative dengan
perbandingan: - Momen negative terfaktor Mu neg = 0,65 Mo
- Momen positif terfaktor Mu pos = 0,35 Mo
4. Jabarkan momen static total tersebut kedalam momen positif pada bagian tengah
bentang dan momen negative pada titik tumpuan dari lajur pelat yang ditinjau. Perlu
diperhatikan bahwa tumpuan harus direncanakan untuk menahan salah satu dari dua
momen desain negatif yang terbesar yang dihasilkan oleh bentang-bentang disebelah
kiri atau kanan tumpuan
5. Distribusikan momen positif dan negatif menurut lajur kolom dan lajur tengah sbb.
a. Lajur kolom, pada lajur ini perlu diperhatikan ada tidaknya balok disepanjang sumbusumbu kolom, grafik 4.1 dapat digunakan untuk menentukan persentase momen lajur
kolom dari bentang tengah berdasarkan harga L2 / L1 dan 1 L2 / L1 <
Bila terdapat balok diantara kolom kolom dalam arah bentangan dari momen yangditinjau
balok tersebut harus dianggap menerima 85% dari momen lajur kolom jika 1 L2 / L1 > 1
Dan untuk njlai 0 < 1 L2 / L1 < 1 besar momen yang disalurkan kebalok dapat diperoleh
melalui interpolasi linier antara 85 hingga 0 persen, kemudian pelat pada jalur kolom
harus menanggung sisa momen yang tidak ditahan oleh balok tersebut.
b. Lajur tengah , momen desain positif dan negatif interior yang bekerja pada lajur
tengah adalah bagian dari momen desain yang tidak ditahan oleh lajur kolom, dengan
demikian masing masing lajur tengah harus menahan jumlah momen negatif ataupun
positif yang tidak ditahan olej lajur kolom yang ada disisi kiri dan disisi kanan lajur
tengah tersebut.
c. Dinding dan kolom yang dibuat monolit dengan pelat harus didesain untuk menahan
momen momen yang timbul akibat pembebanan pada sistim pelat tersebut.
d. Panel eksterior, untuk panel eksterior atau bentang tepi (end span) pembagian momen
statik total pada tiga lokasi kritis : momen negatif eksterior, positif dan negatif ekterior
tergantung pada kekangan fleksural pada pelat oleh kolom eksterior atau dinding
16
ekterior, dan tergantung pada ada tidaknya balok pada lajur kolom (SNI-91). ACI
Code juga memberi lima alternatif koefisien distribusi momen untuk bentang tepi
(table 4.6) dan gambar 4.17. Tabel 4.6 dipakai untuk menghitung persentase momen
lajur kolom dari bentang tepi dan didistribusikan kearah lateral dengan memanfaatkan
grafik 4.1 dan table 4.7 berdasarkan harga L2 / L1 , 1 L2 / L1 serta konstanta C dan
b1 jika ada balok pada tumpuaan terluarnya.
Bagian momen positif dan momen negatif terfaktor yang tidak dipikul oleh lajur kolom
dianggap bekerja pada setengah lajur tengah dikedua sisi lajur kolom.
Sesuai SKSNI pasal 3.4.11. kekuatan geser pelat terhadap beban terpusat ditentukan oleh
kondisi terberat dari aksi balok lebar dan panel pelat penulangan dua arah.
Dalam kondisi balok lebar, penampang kritis sejajar dengan garis pusat panel arah
tranversal, menerus sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar dan terletak pada jarak
d dari muka beban terpusat atau muka daerah reaksi. Sama halnya seperti balok untuk pelat
penulanag an satu arah lebar bw penampang kritis dikalikan dengan tinggi efektif d dan
ditempatkan sejarak d dari muka kepala kolom bujur sangkar ekivalen atau pertebalannya
kalau ada
Dalam keadaan umum, tanpa tulangan geser kekuatan nominal dalam kondisi balok lebar
adalah :
Vn = Vc = (1/6fc) bwd
Apabila dikehendaki hasil yang lebih teliti SKSNI memberikan pada pasal 3.4.3 ayat 2
rumus yang memasukkan unsur
.Vu.d
Mu
Dan apabila digunakan tulangan geser tinjauan keseluruhannya dilakukan seperti pada
balok dengan tulangan geser. Akibat bekerjanya geser dalam kondisi aksi dua arah akan
timbul retak diagonal disepanjang kerucut terpaancung disekeliling pertemuan kolom
dengan pelat. Penampang kritis akan tegak lurus terhadap bidang pelat dan terletak
sedemikian rupa sehingga keliling penampang adalah bo tetapi tidak lebih dekat dari d
terhadap keliling beban terpusat atau daerah reaksi atau perubahan tebal pelat ke kepala
kolom. Seandainya tidak memakai pertebalan maka hanya ada satu penampang kritis untuk
kondisi aksi dua arah.
Jika tidak menggunakan tulangan geser , kuat geser nominal diambil nilai terkecil dari tiga
persamaan berikut :
1.
Vc 2
c
fc'
bo.d
dimana c adalah nilai banding sisi panjang terhadap sisi pendek kolom didaerah beban
terpusat atau reaksi gaya.
s.d
1
Vc
2
fc ' bo.d
2.
dimana nilai
3.
bo
12
Apabila memakai tulangan geser, kekuatan nominal dibatasi sampai harga maksimum
yaitu :
1
2
fc' b0 d
Vn Vc Vs
Dan dalam merencanakan tulangan geser, bagian kekuatan Vc tidak boleh lebih besar dari
0,17(fc)bo.d dan luas tulangan Av serta Vs dihitung seperti perhitungan tulangan geser
sebelumnya. Apabila digunakan baja profil penahan geser, kuat geser tidak boleh lebih
besar dari 0,6(fc)bo.d.
Untuk perencanaan pelat tanpa balok penumpu diperlukan tinjauan terhadap momen tak
berimbang pada muka kolom penumpu, sehingga jika beban grafitasi,angina, gempa atau
gaya lateral lainnya yang menyebabkan terjadinya pelimpahan momen antara pelat dan
kolom, maka sebagian dari momen tak berimbang harus dilimpahkan sebagai lentur
1 Mu pada keliling kolom dan sebagian menjadi tegangan geser eksentris (fv Mu) untuk
menjamin tersedianya kekuatan geser yang cukup. Dan momen tak berimbang yang
dilimpahkan menjadi tegangan geser eksentris akan mengecil bila lebar permukaan bidang
penampang kritis yang menahan momen semakin besar, sehingga
1
v 1
2 b1
1
3 b2
Dimana b2 = (c2 + d ), yaitu lebar permukaan bidang penampang kritis kolom interior yang
menahan momen dan b1 = ( c1 + d ) yaitu permukaan kolom yang tegak lurus terhadap b 2,
sedangkan untuk kolom luar, b2 c 2 1 / 2d .
Dengan demikian bagian momen tak seimbang yang dilimpahkan sebagai lentur adalah
1 Mu , dimana
1
1
1 1 v atau
2 b1
1
3 b2
1 Mu bekerja padajarak (1,5h) diluar muka kolom atau kepala kolom. Sedangkan untuk
c1 c 2 nilai 1 0,60 atau 60% dari momen dilimpahkan pada lentur dan sisanya
padageser 40% pada geser ( lihat gambar berikut), sehingga dari gambar tampak bahwa
momen yang dilimpahkan padageser bekerja bersamaan dengan gaya geser Vu dititik pusat
permukaan geser sekitar keliling kolom yang berada sejauh 1/2d dari sisi kolom, sehingga
didapaatkan nilai V1 dan V2 sebagai berikut:
Vu v MuX 1
Vu v MuX 2
V1
dan V2
Ac
J c
Ac
J c
J c adalah besaran penampang kritis , analog dengan inerrsia polar dan untuk kolom
eksterior X1 dan X2 diperoleh dengan menempatkan permukaan geser vertikal sebesar
(a+b+a), sehingga Av = ( 2a + b )d dan
J c d 2 / 3a 3 2a b X 2 1 / 6ad 3
Av 2a b d
dan
J c d 1 / 6a 1 / 2ba 2 1 / 6ad 3
3
18
SKSNI mensyaratkan bahwa perhitungan momen rencana untuk balok atau kolom sebagai
penumpu pelat pada tumpuan interior harus mampu menahan momen tak berimbang
sebesar:
M = 0,07 [(wd + 0,5 wl )L2 (Ln)2 wdL2(Ln)2]
Dimana :
wd = beban mati terfaktor persatuan luas
wl = beban hidup terfaktor ppersatuan luas
wd, L2, Ln adalah notasi untuk bentang pendek.
Ln 0,8 fy / 1500
36 5 m 0,121 1 /
Ln 0,8 fy / 1500
36 9
3. untuk pelat dengan balok dangkal pada jalur jalur kolomnya dengan
0 m 2
Batas
lendutan
l
180
l
360
lt
480
ln
240
Contoh perhitungan
Suatu pelat lantai bangunan bertingkat dari beton bertulang, menggunakan sistim lantai
tanpa balok yang ditumpu oleh kolom persegi pada bagian tengah 500 x 500 mm dan
20
bagian pinggir 450 x500 mm, jarak kolom sumbu ke sumbu arah memanjang 7200 mm dan
jarak arah melintang 5500 mm, masing masing bentang mempunyai lebih dari tiga bentang
dan tinggi bersih antar lantai 3500 mm. Bangunan terletak pada daerah yang tidak
mengalami gempa bumi, sehingga yang ditinjau hanya beban grafitasi, beban hidup yang
diperhitungkan adalah 2,40 KPa.Beban mati sebelum berat sendiri 0,50 KPa. Beton dipakai
dengan fc= 30 MPa dan fy = 400 MPa. Diminta untuk merencanakan panel pelat ujung
dan penulangan yang dibutuhkan. (lihat gambar)
Penyelesaian
Pemeriksaan syarat metode perencanaan langsung:
1. Nilai banding bentang panjang terhadap bentang pendek = 7200/5500 = 1,31 < 2 jadi
berlaku sistim pelat dua arah ..OK
2. Masing-masing bentang mempunyai lebih dari tiga bentang dengan panjang bentang
bersebelahan sama dan semua kolom duduk pada sumbunyaOK
3. Panjang bentang yang bersebelahan pada masing-masing arah tidak boleh berbeda lebih
dari 1/3 bentang yang lebih panjang 7200 5500 = 1700 < 1/3 7200 = 2400 ..OK.
4. Karena tidak berada pada daerah gempa maka beban yang diperhitungkan hanya beban
grafitasi OK
5. Beban hidup tidak boleh melampaui 3 kali beban mati
Penentuan beban mati terhadap tebal pelat ditentukan sbb
450 500
6725mm 6,725m .. arah memanjang
2
500 500
ln 2 5500
5000mm 5,0m
2
ln 1 7200
21
Karena tidak menggunakan balok tepi maka tinggi pelat ditambah 10%, sehingga tinggi
pelat menjadi 219 mm 220 mm > hmin =120 mm (SKSNI)
Tinggi manfaat d = 220 25 = 195 mm.
Berat sendiri pelat WDL = 0,22 . 23 = 5,06 KPa
Beban mati
= 0,5 KPa
W DL = 5,56 KPa
3W DL 3.5,56 16,68 KPa > W LL 2,4 KPa
Jadi metoade perencanaan langsung dapat digunakan
Wu = 1,2 . 5,56 + 1,6 . 2,4 = 10,512 kPa
11 kPa
KOLOM INTERIOR
Gaya Geser Netto Terfaktor
Vu l1 l 2 c1 d c 2 d Wu
Vu
430,3
717,2.KN
0,60
Vc 2
fc' Ac 2
1
30 542100 10
17815.k N
cd
1
2
fc' Ac, untuk .kolom. int erior. c 40
bo
12
40195
1
3
Vc
2
30 54210010 1189 .kN
2780
12
Vc
2.
22
KOLOM EXTERIOR
Ada tambahan beban dari dinding ekterior 4,0 kN/m.
Gaya geser terfaktor netto keliling kolom
1
7,2 0,45 0,45 1 0,195 0,5 0,19511 5,5 0,5
2
2
Vu 5,5
4,01,2
= 251,53 kN
Vn
vu
251,53
419,2.kN
0,6
Bo = 2c1 + d + c2 +d = 2c1 + 2d + c2
Luas permukaan bidang geser :
Ac = (bo)d = d(2c1+2d+c2) = 195(900+500+390) = 349050 mm2
c = nilai banding sisi panjang dan sisi pendek kolom = 500/450 = 1,11
Menentukan nilai Vc :
1. Vc 2
4
c
fc ' Ac 2
1,11
30 34905010
10775.kN
c. d 1
bo 12
30195
1
Vc
2
30 349050 10 3 839.kN
1790
12
2. Vc
3. Vc 4 fc ' Ac 4 30 349050 10
Ambil Vc = 839 kN > Vn = 419,2 kN
7647.kN
Catatan :
Apabila kolom ekterior tepi benar-benar tertahan sebenarnya momen rencana positif arah
melebar bangunan dapat digunakan factor 0,35 < 0,52
Distribusi momen .
Pada lajur kolom ekterior tidak ada balok tepi yang mengalami puntir, sehingga nilai
banding kekakuan c =0 dan 1 = 0, maka besarnya distribusi momen negatif pada
tumpuan ekterior = 100%, momen positif lapangan =60 % dan momen negatifinterior =
75% ( daftar momen rencana ekterior lajur kolom) dan hasil selengkapnya seperti table
berikut
Arah memanjang
Arah melintang
l 2 5,5
l1 7,2
0,76
1,31
l1 7,2
l2
5,5
l2
0
l1
l2
0
l1
Lajur kolom
Momen
negatif
Interior
239,40
Momen
Positif
Lapangan
177,80
Momen
Negatif
Ekterior
88,90
Momen
Negatif
Interior
173,25
Momen
Positif
Lapangan
128,70
Momen
Negatif
ekterior
64,35
75 %
60 %
100 %
75 %
60 %
100 %
Momen rencana
Lajur kolom
(KNm)
0,75 x
239,40
179,55
0,6 x
177,80
106,68
1,0 x
88,90
88,90
0,75 x
173,25
129,94
0,6 x
128,70
77,22
1x
64,35
64,35
Momen rencana
Lajur tengah
(KNm)
239,40
-179,55
59,85
177,80
-106,68
71,12
88,90
-88,90
0.00
173,25
-129,94
43,31
128,70
-77,22
51,48
64,35
-64,35
0,00
Mu(KNm)
Faktor
Distribusi
375,83.KN
0,6
Vu 251,53
24
Menentukan titik berat penampang kritis dengan menggunakan momen statis kolom
ekterior:
Ac =bo (d) = d (2c1 + c2 + 2d) =349050
d(2c1 + c2 + 2d)x =d(c1 +1/2d)2
x adalah jarak titik berat penampang kritis sehingga
299756
167.mm
1790
Jadi jarak muka kolom ke titik berat penampang kritis, s = 167 -1/2(195) = 69,50 mm
Gaya geser Vu dilimpahkan dari muka kolom ke titik berat penampang kritis dengan
menjumlahkan momen kolom ekterior Mu = 64 35 KNm. Sehingga momen ekterior
rencana total
Mue = Mu + Vu(1/2 S) = 64,35 + 225,4(1/2)(69,50)(10) -3 = 72,19 KNm
Kuat momen tak seimbang minimum yang diperlukan :
Mn
Mue
72,19
90,24.KNm
0,8
v 1
1
2
1
3
547,5
695
0,37
1, ,533.MPa
Ac
Jc
0,6 349050
12223289329
Vc.mak .izin
Vc
839000
2,404 Vn 1,533.MPa
bo.d
349050
penebalan yang dapat dilakukan dengan membuat kepala kolom, atau pembesaran kolom,
atau kepala geser
Perencanaan Tulangan Pelat
a. Penulangan tambahan pada pelat didaerah muka kolom
Momen tak imbang yang dilimpahkan kekolom dengan lentur:
t 1 v 1 0,37 0,63
.
Mnt t Mn 0,63.90,24 56,85.KNm
56,85(10)6 = As(400)0,90(195)
As = 810 mm2 untuk lebar lajur 1160 mm
Ceck As :
a
810 400
10,95.mm
0,85 30 1160
As 750.mm 2
Untuk tulangan tambahan ini pakai D.16_ 100 dan dipasang pada lajur kolom selebar 500
mm, kemudian dijangkarkan kedalam kolomsesuai panjang penyaluran.
Untuk pelimpahan momen geser pada daerah muka kolom interior dilakukan dengan cara
yang sama ,harap perhatikan bahwa kadang-kadang dihadapi persoalan pola pembebanan
dan bentang tidak sama pada pada peninjauan suatu kolom interior
b. Penulangan arah memanjang bangunan.
Momen nominal pada lajur kolom adalah
Momen kolom interior
Momen lapangan
Momen kolom ekterior
179,55
224,44.KNm
0,80
106,68
Mn
133,35.KNm
0,80
88,90
Mn
111,13.KNm
0,80
Mn
59,85
74,81.KNm
0,80
71,12
Mn
88,90.KNm
0,80
Mn
Mn = 0
224,44
133,35
As. fy
1163 400
18,24.mm
0,85 fc ' b 0,85 30 1000
81,615 As 400 195 1 2 18,24
Didapat As = 1098 mm2 , bila dipakai D16 , luas tampang =201,1 mm2 , maka jarak
a
tulangan s
201,1
1000 201,1 1000 183.mm. pkp
As
1098
81,615
Mn
As 48,491 1098 652.mm 2 , dicoba D13, luas tulangan =132,7mm2
Mn
81,615
132,7
1000 132,7 1000 204.mm
As
652
Untuk daerah momen negatif kolom ekterior , dengan diameter yang sama, maka
Pada momen negatif
106,68
204 245.mm .
88,9
MomenLapangan
Mn
Tulangan Negatif
As. fy
388 400
6,09.mm , sehingga
0,85 fc '.b 0,85 30 1000
Tulangan positif
As
Mn
As 32,33 355 422.mm 2
Mn
27,21
78,5
1000 78,5 1000 186.mm , dan susunan tulangannya adalah
As
422
sebagai berikut :
Daerah momen negatif kolom interior : 13D10 , jarak 200 mm
Daerah momen positif kolom interior : 15D10, jarak 180 mm
c. Penulangan arah melintang bangunan
Perhitungannya sama seperti perhitungan arah memanjang bangunan, karena:
L 14 7,2 1,8.m. 14 L2
4 1
2 1 4 L2 2 1 4 5,5 2,75.m
Dan lebar lajur tengah = 7,2 2,75 = 4,45 m
Dari hasil perhitungan diatas didapat tulangan seperti pada daftar berikut:
Negatif
Ekterior
Positif
Lapangan
32,330
422
D.10
400 mm
D.10
180 mm
11,569
161
D.10
400 mm
D.10
400 mm
29
Penyelesaian
Catatan : 1KPa = 1 KN/m2
Ceck syarat perencanaan metode langsung sbb:
1. Bentang panjang : bentang pendek = 7,2 : 5,5 = 1,10 ..< 2, (pelat dua arah)
2. Jumlah bentang masing-masing arah > 3 bentang dan jarak bentang bersebelahan
sama, dan kolom duduk pada sumbunya.
3. Coba tebal pelat 180 mm, sehingga beban mati
Berat sendiri pelat = 0,18 x 23 = 4,14 KN/m2
Beban mati
= 0,70 KN/m2
wD
= 4,84 KN/m2
3 x wD = 3 x 4,84 = 14,52 KN/m2 > wL = 5,4 KN/m2. ( metode
perencanaan langsung dapat dipakai)
Ln1 = 7,2 2(30/2) = 6,9 m .( 30 = lebar balok pendukung)
Ln2 = 5,5 2(30/2) = 5,2 m, ambil Ln = 6,9 m
Ln1 / Ln 2 6,9 / 5,2 1,33 , semua tepi menerus maka s 1,0
Ceck tebal pelat:
h Ln
36 9
36 91,33
fy
0,8 1500 6900 0,8 400 / 1500 205.mm
h Ln
36
36
30
Ay
A
(180 x940)90 (300 x320)(160 180)
y
(180 x940) (300 x320)
15228000 32640000
y
180,5.mm
265200000
y
IS 2
ECb
Maka
ECb I b
5104094299
1,91
ECS I S 2 2673000000
1
m {1,46(2) (1,91)92) 1,69
4
0,8
fy
1500
(l n )
1
36 5 { m 0,12(1 )}
400
(0,8
)(6900)
1500
h
161.mm 180.mm
1
36 5(1,33){1,69 0,12(1
)}
1,33
1
1
wU .l2 (ln1 ) 2 (13,37)(5,5)(6,9) 2 437,625.kNm
8
8
Arah melebarbangunan
MU = 0,75 +
Lajur
Arah memanjang
Arah melebar
l2 5,5
0,76
l1 7,2
l1 7,2
1,31
l2 5,5
l
( 2 ) 1,12
l1
l
( 1 ) 2,50
l2
Momen Negati
Interior
Momen Negatif
Eksterior
32
Momen Negatif
Interior
Momen Negatif
Eksterior
MU (kNm)
Faktor Distribusi
(%)
Momen rencana lajur
kolom(kNm)
Momen balok 85%
(kNm)
Momen pelat 15%
(kNm)
Momen rencana lajur
tengah (kNm)
284,456
80
153,169
80
211,492
66
113,880
66
0,80x284,456 =
227,565
0,85x227,565
= 193,430
227,565
-193,430=34,135
284,456
227,565=56,891
0,80x153,169
= 122,535
0,85x122,535
= 104,155
122,535
-104,155=18,380
153,169
122,535=30,634
0,66x211,492
= 139,585
0,85x139,585
= 118,647
139,585
-118,647=20,938
211,492
-139,585=71,907
0,66x113,880
= 75,161
0,85x75,161
= 63,887
75,161
-63,887=11,274
113,880
75,161=38,719
1
(1,15)( wu )(ln1 ) (1,15)(13,37)(6,9) 53,05.kN
2
Vc 1
fc' bd 0,60 1
30 (1000)(150)(10) 3 82,158
Distribusi Momen
a.Arah memanjang bangunan
Lajur Kolom:
Mn = 34,135/ = 34,135/0,8 = 42,67 kNm
1
18,38
12,70 kNm
0,81,81
Lajur tengah :
Lebar lajur tengah = 5,5 2,75 = 2,75 m
56,891
25,86 kNm
0,8(2,75)
30,634
13,93 kNm
+Mn tiap meter lebar lajur =
0,8( 2,75)
kNm
20,938
14,46 kNm
0,8(1,81)
11,274
7,79 kNm
+Mn tiap meter lebar lajur =
0,8(1,81)
Lajur tengah:
Lebar lajur tengah = 7,2 2,75 = 4,45 m
71,907
20,20 kNm
0,8 4,45
38,719
10,88 kNm
+Mn tiap lebarlajur =
0,8 4,45
As. fy
479 400
7,513 mm
0,85. fc '.b 0,85.30.1000
Lajur
Jenis Momen
Kolom
Negatif
Interior
Positif
Lapangan
Negatif
Interior
Tengah
Arah memanjang
Momen
As
(kNm)
perlu
tiap m
81,615
1098
48,491
652
27,210
355
Ukuran
tulangan
dan jarak
D16
180 mm
D13
200 mm
D10
200 mm
34
Arah melebar
Momen
As
(kNm)
perlu
tiap m
47,251
658
28,080
391
9,733
136
Ukuran
tulangan
dan jarak
D13
200 MM
D10
400mm
Positif
Lapangan
32,330
422
D10
180 mm
11,569
161
D10
400 mm
35
36
Bagian a
Penentuan tebal pelat
Bila kedua ujung menerus menurut SKSNI
hmin
1
fy
1
300
ln(0,4
)
.3600.(0,4
) 106,5.mm
28
700
28
700
1
fy
1
300
ln 0,4
.3600. 0,4
124,3.mm
24
700
24
700
Pakai h = 125 mm
Pembebanan pelat:
Berat sendiri pelat = 0,125 . 23
= 2,875 KPa
Beban mati total = 1,20 + 2,875 = 4,075 KPa
Wu = 1,2 wd + 1.6 wl = 1,2 . 4,075 + 1,6 . 10 = 20,89 KPa
Sehingga untuk tuap m lebar pelat = 20,89 KN/m
Momen lapangan:
1
1
Mu1
.wu. ln 2
.20,89.3,6 2 10,34.KNm (bidang luar)
14
Mu 2
14
1
.20,89.3,6 2 16,92.KNm
16
(bidang dalam)
Momen tumpuan:
1
.20,89.3,6 2 27,07.KNm (tump dalam bagian luar)
10
1
Mu 4
.20,89.3,6 2 24,61.KNm (tump dalam bagian dalam)
11
1
Mu 5
.20,89.3,6 2 11,28.KNm (tump luar)
24
Mu 3
Gaya Geser:
Vu 1 1,15(0,5.wu. ln) 1,15(0,5.20,89.3,6) 43,24.KN (tump. dalam pertama)
Vu 2 0,5.wu.ln = 0,5.20,89.3,6 = 37,60 KN (tump. lainnya)
Tulangan pelat
d = 125 20 - 5 = 100 mm
Mmaks = 27,07 KNm
MR = .b.d 2 k ambil MR = MU
Kperlu =
Mu
27,07
3,3838.MPa
2
.b.d
0,8.1.0,12
1,4
> min = fy
ok
As perlu = . b . d = 0,0127 . 1000 . 100 = 1270 mm2
Pakai bbesi D.16-150
Selanjutnya untuk tulangan lainnya dengan cara yang sama disajikan secara tabel sbb:
Kperlu
Mu
Mu.10 3
Mu
2
2
8
.b.d
0,8.1.0,1
KNm
Persamaan
Momen
Ekterior:
Balok tepi
1
wu. ln 2
24
1
wu. ln 2
14
1
wu. ln 2
11
1
wu. ln 2
16
Tengah bentang
Interior
Balok interior
Tengah bentang
1,4.1000.100
470.mm 2 lihat tabel berikut:
300
perlu
As (mm2/m)
1,4100
0,0049
2,4175
0,0087
3,0763
0,0114
2,1150
0,0075
38
Tp = 0,25% b.h
Tp = 0,18% b.h
Bagian.b
Perencanaan balok struktur menerus
Penentuan beban kerja :
Beban kerja mati = 1,2 . 3,9
= 4,68 KN/m
Berat sendiri pelat = 0,125 . 23 . 3,9 = 11,125 KN/M
Berat sendiri balok (coba tinggi balok 750 mm)
= (0,75 0,125)0,3 . 23 = 4,325 KN/m
Jadi beban mati total = 20,13 KN/m
Beban kerja hidup = 10 . 3,9 = 39,00
Kn/m
39
1
1
wu. ln 2
.86,56.6,6 2 235,70.KNm
16
16
1
1
MT ;2
wu. ln 2
.86,56.6,6 2 377,10.KNm
10
10
1
1
MT .3
wu. ln 2
.86,56.6,6 2 342,80.KNm
11
11
1
1
ML.1
wu. ln 2
.86,56.6,6 2 269,30.KNm
14
14
1
1
ML.2
wu. ln 2
.86,56.6,6 2 235,70.KNm
16
16
MT .1
1
1
wu. ln ;86,56.6,6 285,6.KN
2
2
1
V .2 1,15( wu. ln) 1,15.285,6 328,5.KN
2
V .1
Tulangan balok
Dari momen diatas didapat M.mak = 377,10 KNm, karena fc = 20 Mpa dan fy =300 MPa
dari tabel A.6 didapat = 0,0127 dan dari tabel A.15 didapat K = 3,3818 MPa , sehingga
d . perlu
Mu
.b.k
377,1.10 6
682mm
0,8.300.3,3818
. Baik
Penulangan balok:
Tulangan tumpuan
MT.1 = 377,10 KNm , = 0,0127
As = . b . d = 0,0127 . 300 . 682 = 2598 mm2, pakai tulangan 4D22 +4D20 = 2777,1
mm2
MT.2 = 342,80 KNm , Kperlu
Mu
342,8.10 6
3,0709.MPa
.b.d 2
0,8.300.682 2
235,70.10 6
2,1114 .MPa
0,8.300.682
269.10 6
0,4386.MPa
0,8.1650.682 2
K= fc.w(1-0,59w2)
0,4386 =20w-11,8w2
w
w2 -1,6949w + 0,372 = 0
w = 0,0223
fy
fc '
fc
20
0,0223
0,0015
fy
300
As .b.d 0,0015.1650.682 1688.mm 2 ...............3D 29 1981,5.mm 2
. perlu .
1,4
0,0047
300
As
1981,5
.akt
0,567.d
As.mak 0,0425ht b bw
1
ht
0,567.682
As.mak 0,0425.125 1650 300
1 12102.mm 2 . .1981,5.mm 2 .....Ok
125
. min
ML.2 = 235,7KNm, d = 682 mm b = 1650 mm, MR = 1738 KNm > Mu =235,7 KNm
K . perlu
Mu
235,7.10 6
0,3839.MPa
.b.d 2
0,8.1650.682 2
K fc'.w 1 0,59 w 2
w = 0,0195
41
fy
fc '
20
0,0013
300
As. perlu 0,0013.1650.682 1463.mm 2 ........3D 29
ceckterhadap . min 0,0047
. perlu 0,0195.
As
1981,5
0,567.d
As.mak 0,0425.ht b bw
1
ht
0,567.682
As.mak 0,0425.125 1650 300
1 12102mm 2 1981,5.mm 2 ........Ok
125
.akt
Perencanaan sengkang
Perencanaan sengkang didasarkan pada gaya geser maksimumyang terjadi pada pangkal
bentang sebelah dalamselanjutnya pola sengkang yang diperoleh diterapkan untuk
keseluruhan panjang balok menerus.sebagai berikut :
Vu = 285,6 mm ,
wu = 86,56 KN/m
42
1
6
Vc
fc ' bw.d
20 300.682 152,5.KN
1
1
.Vc .0,6.152,5 45,75.KN
2
2
Karena 328,5 > 45,75 maka diperlukan tulangan geser, pakai sengkang D10.
Pada tumpuan :
328,5
152,5 395.KN
0, ,60
wu
86,56
Kemiringan diagram Vs 0,60 144,27.KN / m'
Vs. perlu
Vu
Vc
Letak diagram Vs = 0 dari tumpuan adalah pada 395/144,27 = 2,74 m (lihat gambar)
1
1
.Vc .0,60.152,5 45,75.KN
2
2
Untuk menentukan daerah yang butuh sengkang lihat dari diagram Vu yang diukur dari
muka dukungan yaitu
328,5 45,75
3,27 m
86,56
Av. fy.d
157.300.682.10 3
tampang kritis yaitu 395 KN , terlihat 305 KN < 395 KN , maka Smak adalah nilai
terkecil dari :
43
1
1
.d 682 341.mm....atau
2
2
S .mak 600.mm.......atau
S .mak
S .mak
3. Av. fy
3.157.300
471.mm
bw
300
Untuk keseluruhan bentang balok maka jarak sengkang dapat ditentukan berdasarkan kuat
geser sebagai berikut :
Vs = Vs mak mx = 395 -144,27 (x)
S . perlu
Vs
395 144,27( x )
395 144,27( x )
Sehingga untuk sembarang nilai x iarak sengkang dapat dilihat seperti pada tabel berikut/
X(m)
S perlu (mm)
0,50
1,00
1,50
2,00
2,06
99
128
180
302
330
44