Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul,
vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel biasanya superfisial dan dindingnya tipis sehingga
terlihat seperti tetesan air di atas kulit berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis
panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Mula-mula vesikel dikelilingi daerah eritematosa
dan pada stadium vesikular ini gejala yang paling mengganggu adalah gatal, kemudian
cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang sehingga menjadi pustul.
Lesi kemudian mengering mula-mula di tengah sehingga menyebabkan umbilikasi
(delle), dan menjadi krusta. Krusta lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas cekung
kemerahan yang berangsur menghilang, kadang meninggalkan bercak hipopigmentasi
yang menetap beberapa minggu/bulan. Pada varisela jarang terjadi parut, kecuali bila
superinfeksi bakterial atau krusta dilepaskan.
IV. Diagnosis
A. Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Varisela biasanya mudah untuk didiagnosis berdasarkan lesi kulit yang timbul,
terutama bila ada riwayat terpajan varisela 2-3 minggu sebelumnya. Diagnosis klinis
dapat didasarkan atas adanya :
1. Erupsi papulovesikular yang dapat disertai demam dan gejala konstitusi ringan
yang dapat didahului oleh gejala prodormal.
2. Lesi kulit timbul dalam jumlah banyak dan dengan distribusi sentral
3. Lesi kulit berkembang cepat, mulai dari makula menjadi papul, vesikel, pustul,
dan terakhir menjadi krusta
4. Terdapat semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat dalam suatu
daerah anatomik
5. Terdapat lesi di mukosa mulut.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin tidak membantu dan tidak diperlukan untuk menegakkan
diagnosis varisela.
Pemeriksaan dengan pulasan tzanck test terhadap kerokan dasar vesikel
menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi
intarnuklear yang asidofilik (efek sitopatik VVZ). Tetapi hasil tersebut juga ditemukan
pada pada infeksi virus herpes simpleks (VHS). Gambaran histopatologik maupun
pemeriksaan dengan mikroskop elektron juga tidak bebeda dengan infeksi VHS.
Diagnosis pasti adalah dengan mengisolasi VVZ pada kultur sel yang diinokulasi
dengan cairan vesikel, darah, cairan serebrospinal, atau jaringan yang terinfeksi,
waalupun hanya 30-60 % positif. Selain itu dapat juga mengidentifikasi antigen VVZ dari
jaringan tersebut, antara lain dengan pemeriksaan imunofluoresen, pewarnaan
imunoperoksidase, countercurren imunoelektroforesis (CIE), enzyme immunoassay, atau
antibodi monoklonal.
V. Diagnosis Banding
Varisela berat dapat mirip variola, namun dengan telah dibasminya variola,
kesulitan diagnostik tersebut dapat dihilangkan. Beberapa penyakit lain yang dapat
menyerupai varisela antara lain impetigo, eksantema vesikuler pada infeksi virus
Coxsackie, dan ekovirus, gigitan serangga, urtikaria papular, skabies, dermatitis kontak,
dermatitis herpetiformis, erupsi obat, sifilis sekunder, dan eritema multiforme.
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan umum.
-
Untuk mengatasi rasa gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion
kalamin dan anti histamin oral.
Bila lesi masih vesikuler dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat
ditambahkan antipruritus didalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5 %.
Bila vesikel sudah pecah atau sudah berbentuk krusta dapat diberikan salep
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bakterial.
Mandi rendam dengan air hangat yang diberi antiseptik, dapat mengurangi
gatal dan mencegah infeksi bakterial sekunder pada kulit.
Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah
infeksi sekunder dan parut yang terjadi karena garukan.
Obat antivirus
1. Asiklovir.
Pengobatan dini varisela (dalam 24 jam setelah timbul erupsi kulit) pada anak
imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4 x 20 mg / kg BB/ hari selama
Rejimen pengobatan
Asiklovir 500 mg / m2 setiap 8 jam selama 10 hari
Hanya simptomatik atau dengan Asiklovir 4x20 mg / kg BB
Pubertas, dewasa
Kehamilan, pneumonia
VII. Pencegahan
Oleh karena infeksi VVZ pada individu imunokompeten menyebabkan imunitas
seumur hidup, infeksi pada masa anak tidak akan menimbulkan masalah terjadinya
varisela pada saat dewasa. Oleh karena itu pada anak imunokompeten yang telah terpajan
varisela tidak diperlukan pencegahan. Namun pada golongan beresiko tinggi untuk
menjadi fatal, yaitu neonatus dan orang dewasa normal, perlu dilakukan pencegahan atau
meringankan gejala varisela. Hal tersebut dapat dilakukan dengan imunisasi pasif,
imunisasi aktif, kemoprofilaksis, atau mencegah pajanan.
Imunisasi pasif dengan varisela zooster imunoglobulin (VZIG) yang diberikan
dalam waktu 3 hari setelah terpajan VVZ pada anak imunokompeten terbukti dapat
mencegah varisela. Pada individu imunokompromise, pemberian VZIG tersebut dapat
meringankan gejala varisela. VZIG dapat diberikan pada individu imunokompeten, yaitu :
1. Anak berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita varisela atau herpes
zooster.
2. Usia pubertas dan dewasa imunokompeten (usia > 15 tahun) yang belum
pernah menderita varisela atau herpes zooster dan tidak mempunyai antibodi
terhadap VVZ (diketahui melalui pemerikasaan imunologi)
3. Orang yang terpajan melalui kontak dengan penderita varisela atau herpes
zooster, yaitu kontak serumah, teman bermain (terutama lebih dari 1 jam
bermain dalam rumah), kontak di rumah sakit (antar pasien atau tenaga
medis / paramedis), dan kontak intrauterin.
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An.S / Perempuan / 8 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : - / kelas 2 SD
c. Alamat
: Jalan Berlian, Gunung Pangilun
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 1 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan ayah pasien Rp.1.500.000/bulan,
sebagai seorang wiraswasta
d. KB
: Tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara baik,
pencahayaan cukup, kamar pasien dan adik pasien cukup lapang
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah diangkut petugas
- Jumlah penghuni 5 orang: pasien, orang tua pasien, adik pasien, nenek pasien
- Kesan : higiene dan sanitasi baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
- Lingkungan sekitar cukup bersih dan tertata rapi
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien disayangi oleh orangtua, nenek, dan adiknya
- Hubungan dengan keluarga baik
4. Keluhan Utama : Timbul bintil-bintil berair di seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu
5. Riwayat penyakit sekarang:
Awalnya timbul bintil-bintil merah yang terasa gatal pada wajah. 1 hari kemudian,
bintil-bintil tersebut berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih. Sehari
setelah itu menyebar dan timbul bintil-bintil baru dan juga gelembung berisi
cairan di leher, perut, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai. Beberapa
gelembung ada yang pecah hingga berbekas seperti keropeng kehitaman.
3 hari sebelum timbul bintil merah, pasien demam, tidak terlalu tinggi, tidak
menggigil, tidak berkeringat.
Riwayat kontak dengan penderita penyakit yang sama ada (teman bermain pasien
juga menderita penyakit yang sama)
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari dan bersin-bersin
bila terpapar debu.
8. Riwayat Kehamilan/kelahiran/imunisasi:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil,
tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas tidak
teratur. Suntikan imunisasi TT 2X, hamil cukup bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat
badan lahir 2400 gram, panjang badan lupa.
Riwayat Makanan dan Minuman:
Bayi :
ASI Eksklusif
: 0 6 bulan
Kesan
MPASI
: 6 bulan 8 bulan
Bubur susu
: 6 bulan 12 bulan
Makanan biasa
Riwayat Imunisasi:
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
: 9 bulan
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 8 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Perkembangan Mental
Isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak ada,
Kesan : Perkembangan fisik dan mental normal.
8. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CMC
Nadi
: 84x/ menit
Nafas
: 22x/menit
TD
: 110/80 mmHg
Suhu
: 37,90C
BB
: 18 Kg
TB
: 120 cm
Status Gizi
: Gizi Kurang
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit
:
Status dermatologikus:
Lokasi: wajah, leher, perut, punggung, kedua lengan, dan kedua tungkai
Distribusi: generalisata
Batas: tegas
Ukuran: millier-lentikuler
Abdomen
12. Manajemen
a. Preventif :
Mandi dengan air hangat untuk mengurangi gatalgatal dan mencegah infeksi
sekunder
b. Promotif :
Dokter
Kodya
Padang
Menjelaskan kepada Dinas
pasienKesehatan
dan keluarga
bahwa
varicela adalah penyakit kulit
Puskesmas Alai
yang menular sehingga pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah
gejala: Nabilah
kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain
c. Kuratif :
- Kontrol ke Puskesmas 5 hari lagi jika lesi tidak berkurang atau timbul lesi
R/ Vitaminbaru
C tab
No. V
S3 dd tab 1/2
R/ Asiklovir Salf
No. I
S u e aplic loc dol ( dioleskan pada bintil berair yang belum pecah )
Pro
: Sarah
Umur : 8 tahun
Alamat : Jalan Berlian, Gunung Pangilun
DISKUSI
Seorang pasien anak berusia 8 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan keluhan
timbul bintil-bintil berair di seluruh tubuh dan didiagnosa dengan Varicella zoster. Dari
anamnesis, didapatkan, bintil mula timbul di daerah wajah dan kemudian meyebar ke
leher, punggung, badan dan kedua tungkai.
gelembung-gelembung yang berisi cairan. Bintil dan gelembung tersebut gatal, sehingga
pasien menggaru dan mengakibatkan ada gelembung yang pecah dan meninggalkan
keropeng kehitaman. 3 hari sebelum bintil timbul, pasien mengeluhkan demam yang
merupakan gejala prodromal varicella. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pasien febris
dengan suhu 37,9C
Pasien juga mengaku berkontak dengan pasien yang menderita sakit yang sama
yaitu temannya. Varicella adalah virus airborne yang menyebar melalui droplet.
Dari pemeriksaan fisik, selain febris, pada status dermatologikus, ditemukan papul
eritem dengan vesikel dan krusta kehitaman berukuran milier hingga lentikuler dengan
batas tegas di wajah, leher, perut, punggung, kedua lengan dan tungkai.
Terapi yang diberikan adalah antiviral yaitu asyclovir selama 5 hari, antipiretik
paracetamol, CTM sebgai anti pruritus dan obat oles asyclovir salep . Terapi lebih
diutamakan pada preventif yakni istirahat yang cukup, menjaga kebersihan kuku dan
tidak menggaruk lesi, dan makan makanan yang bergizi. Promotifnya yakni menjelaskan
kepada pasien dan keluarga bahwa varicela adalah penyakit kulit yang menular sehingga
pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah
penularan kepada orang lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Dalam: Varisela. Budimulja,
Unandar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
2. Lestari, Titi. Varisela Pada Imunokompeten. Dalam Infeksi Virus Herpes. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2002.
3 Harahap, Marwali. Varisela. Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates : 2000.
4. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua. Jakarta: EGC, 2003.