Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi dan Epidemiologi


Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster (VVZ) yang
menyerang kulit dan mukosa. Secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama di bagian sentral tubuh. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, tanpa
memandang perbedaan ras dan jenis kelamin yang terutama mengenai anak-anak dan
merupakan infeksi primer VVZ pada anak-anak yang rentan. Kurang lebih 90% kasus
terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15
tahun.
II. Etiopatogenesis
Varisela disebabkan oleh VVZ yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas dan orofaring. Multiplikasi
virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah
dan limfe (viremia primer). VVZ dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang
merupakan tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi
infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon imun yang
timbul.
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan tubuh
yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder
dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan demam dan malaise serta
menyebarkan virus ke seluruh tubuh terutama kulit dam mukosa.
III. Gejala Klinis
Gejala prodormal seperti demam, malaise ringan, kedinginan, nyeri kepala,
anoreksia, nyeri punggung, dan nyeri tenggorok 2-3 hari sebelum timbul lesi biasanya
ditemukan pada anak yang lebih besar dan dewasa, pada anak yang lebih kecil jarang
ditemukan. Kemudian diikuti dengan munculnya lesi awal di muka dan kulit kepala dan
menyebar dengan cepat ke badan dan ekstremitas, sehingga memberi gambaran distribusi
sentral. Lalu lesi bertambah banyak terutama pada kulit yang cekung dan terlindungi.
Gambaran khas biasanya terdapat semua stadium lesi secara bersamaan dalam satu saat
dengan jumlah rata-rata 250-500 lesi.

Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul,
vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel biasanya superfisial dan dindingnya tipis sehingga
terlihat seperti tetesan air di atas kulit berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis
panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Mula-mula vesikel dikelilingi daerah eritematosa
dan pada stadium vesikular ini gejala yang paling mengganggu adalah gatal, kemudian
cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang sehingga menjadi pustul.
Lesi kemudian mengering mula-mula di tengah sehingga menyebabkan umbilikasi
(delle), dan menjadi krusta. Krusta lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas cekung
kemerahan yang berangsur menghilang, kadang meninggalkan bercak hipopigmentasi
yang menetap beberapa minggu/bulan. Pada varisela jarang terjadi parut, kecuali bila
superinfeksi bakterial atau krusta dilepaskan.
IV. Diagnosis
A. Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Varisela biasanya mudah untuk didiagnosis berdasarkan lesi kulit yang timbul,
terutama bila ada riwayat terpajan varisela 2-3 minggu sebelumnya. Diagnosis klinis
dapat didasarkan atas adanya :
1. Erupsi papulovesikular yang dapat disertai demam dan gejala konstitusi ringan
yang dapat didahului oleh gejala prodormal.
2. Lesi kulit timbul dalam jumlah banyak dan dengan distribusi sentral
3. Lesi kulit berkembang cepat, mulai dari makula menjadi papul, vesikel, pustul,
dan terakhir menjadi krusta
4. Terdapat semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat dalam suatu
daerah anatomik
5. Terdapat lesi di mukosa mulut.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin tidak membantu dan tidak diperlukan untuk menegakkan
diagnosis varisela.
Pemeriksaan dengan pulasan tzanck test terhadap kerokan dasar vesikel
menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang mengandung badan inklusi
intarnuklear yang asidofilik (efek sitopatik VVZ). Tetapi hasil tersebut juga ditemukan
pada pada infeksi virus herpes simpleks (VHS). Gambaran histopatologik maupun
pemeriksaan dengan mikroskop elektron juga tidak bebeda dengan infeksi VHS.

Diagnosis pasti adalah dengan mengisolasi VVZ pada kultur sel yang diinokulasi
dengan cairan vesikel, darah, cairan serebrospinal, atau jaringan yang terinfeksi,
waalupun hanya 30-60 % positif. Selain itu dapat juga mengidentifikasi antigen VVZ dari
jaringan tersebut, antara lain dengan pemeriksaan imunofluoresen, pewarnaan
imunoperoksidase, countercurren imunoelektroforesis (CIE), enzyme immunoassay, atau
antibodi monoklonal.
V. Diagnosis Banding
Varisela berat dapat mirip variola, namun dengan telah dibasminya variola,
kesulitan diagnostik tersebut dapat dihilangkan. Beberapa penyakit lain yang dapat
menyerupai varisela antara lain impetigo, eksantema vesikuler pada infeksi virus
Coxsackie, dan ekovirus, gigitan serangga, urtikaria papular, skabies, dermatitis kontak,
dermatitis herpetiformis, erupsi obat, sifilis sekunder, dan eritema multiforme.
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan umum.
-

Pada anak normal biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.

Untuk mengatasi rasa gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion
kalamin dan anti histamin oral.

Bila lesi masih vesikuler dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat
ditambahkan antipruritus didalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5 %.

Bila vesikel sudah pecah atau sudah berbentuk krusta dapat diberikan salep
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bakterial.

Mandi rendam dengan air hangat yang diberi antiseptik, dapat mengurangi
gatal dan mencegah infeksi bakterial sekunder pada kulit.

Kadang diperlukan antipiretik, tetapi golongan salisilat sebaiknya dihindari


karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom Reye.

Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah
infeksi sekunder dan parut yang terjadi karena garukan.

Obat antivirus
1. Asiklovir.
Pengobatan dini varisela (dalam 24 jam setelah timbul erupsi kulit) pada anak
imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan dosis 4 x 20 mg / kg BB/ hari selama

5 hari, memperpendek masa sakit, meringankan derajat varisela, dan menurunkan


demam lebih cepat. Hal yang sama juga didapatkan pada pengobatan varisela pada
pubertas dengan dosis 5x800mg / hari selama 5 hari. Pada orang dewasa
imunokompeten, pengobatan dini (dalam 24 jam setelah timbul erupsi kulit)
dengan dosis 5x800mg / hari selama 7 hari, mengurangi masa krustasi lesi kulit,
luas penyakit, lamanya gejala, dan demam.
Pada anak pubertas imunokompeten, varisela relatif ringan sehingga umumnya
tidak memerlukan pengobatan antivirus, sedangkan pada orang dewasa yang
imunokompeten anti virus sebaiknya diberikan karena gejala varisela lebih berat
dan komplikasi lebih sering t erjadi.
2. Valasiklovir dan Famsiklovir
Merupakan prodrug asiklovir yang mempunyai bioavailability oral lebih baik
daripada asiklovir sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan frekuensi
pemberian obat berkurang.
Pada valasiklofir kadar plasma yang tinggi dapat dicapai dengan dosis 3x1 g/ hari,
mendekati kadar asiklovir secara intravena 5 mg/kg BB setiap jam. Famsiklofir 3x
500mg / hari juga dapat mencapai kadar yang tinggi dalam plasma. Oleh karena
itu Valasiklofir dan famsiklofir dapat dipertimbangkan digunakan utuk varisela
pada orang dewasa, namun kedua obat tersebut belum ada formulasinya untuk
anak-anak.
3. Vidarabin
Suatu analog nukleosida purin, difosforilasi oleh kinase seluler menjadi vidarabin
trifosfat yang menghambat polimerase DNA virus lebih banyak daripada
polimerase DNA selular. Tetapi vidarabin bukan inhibitor selektif terhadap
replikasi virus sehingga berpotensi untuk menjadi sitotoksik, karena itu sekarang
jarang digunakan.
4. Foskarnet
VVZ mutan yang resisten terhadap Asiklovir biasanya terdapat pada pasien
imunokompromais, dapat diberikan Foskarnet 40 mg / kg BB intravena setiap 8
jam sampai sembuh. Infeksi dengan VVZ mutan yang resisten terhadap asiklovir
biasanya menyebabkan resistensi silang terhadap valasiklofir, famsiklofir, dan
pensiklofir serta tidak responsif terhadap vidarabin.

Rejimen pengobatan varisela pada pasien imunokompeten berdasarkan kelompok pasien.


Kelompok pasien
Neonatus
Anak

Rejimen pengobatan
Asiklovir 500 mg / m2 setiap 8 jam selama 10 hari
Hanya simptomatik atau dengan Asiklovir 4x20 mg / kg BB

Pubertas, dewasa

per oral selama 5 hari


Asiklovir 5x800 mg / hari per oral selama 7 hari, atau
Valasiklovir 3x1 g/ hari per oral selama 7 hari, atau famsiklofir

Kehamilan, pneumonia

3x500mg / hari per oral selama 7 hari


Asiklovir 5x800 mg /hari per oral selama 7 hari atau Asiklovir
10 mg / kg BB intravena setiap 8 jam selama 7 hari.

VII. Pencegahan
Oleh karena infeksi VVZ pada individu imunokompeten menyebabkan imunitas
seumur hidup, infeksi pada masa anak tidak akan menimbulkan masalah terjadinya
varisela pada saat dewasa. Oleh karena itu pada anak imunokompeten yang telah terpajan
varisela tidak diperlukan pencegahan. Namun pada golongan beresiko tinggi untuk
menjadi fatal, yaitu neonatus dan orang dewasa normal, perlu dilakukan pencegahan atau
meringankan gejala varisela. Hal tersebut dapat dilakukan dengan imunisasi pasif,
imunisasi aktif, kemoprofilaksis, atau mencegah pajanan.
Imunisasi pasif dengan varisela zooster imunoglobulin (VZIG) yang diberikan
dalam waktu 3 hari setelah terpajan VVZ pada anak imunokompeten terbukti dapat
mencegah varisela. Pada individu imunokompromise, pemberian VZIG tersebut dapat
meringankan gejala varisela. VZIG dapat diberikan pada individu imunokompeten, yaitu :
1. Anak berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita varisela atau herpes
zooster.
2. Usia pubertas dan dewasa imunokompeten (usia > 15 tahun) yang belum
pernah menderita varisela atau herpes zooster dan tidak mempunyai antibodi
terhadap VVZ (diketahui melalui pemerikasaan imunologi)
3. Orang yang terpajan melalui kontak dengan penderita varisela atau herpes
zooster, yaitu kontak serumah, teman bermain (terutama lebih dari 1 jam
bermain dalam rumah), kontak di rumah sakit (antar pasien atau tenaga
medis / paramedis), dan kontak intrauterin.

Perlindungan yang didapat dari pemberian VZIG bersifat sementara, sedangkan


individu yang rentan akan terpajan berulang- ulang dengan VVZ. Pemberian VZIG
berulangkali setiap satu atau dua bulan tidak praktis dan mahal.
Imunisasi aktif (vaksinasi) dengan vaksin VVZ anak imunokompeten (oka strain)
terbukti dapat menyebabkan angka serokonversi yang tinggi (95%) setelah pemberian
satu kali pada anak sehat berusia 1-12 tahun dan 60-80 % pada pubertas dan dewasa
setelah pemberian dua kali. Selain itu kekebalan yang didapat dari vaksin tersebut dapat
bertahan selama 10 tahun. Pada orang normal yang telah divaksinasi, hanya sedikit sekali
yang menderita varisela ringan setelah terpajan VVZ dan hanya 0,3 % anak normal yang
telah divaksinasi menderita herpes zooster.
Pada anak sehat usia 1-12 tahun yang belum pernah menderita varisela, dapat
diberikan dosis tunggal vaksin oka secara sub kutan. Pada pubertas diatas 12 tahun dan
dewasa yang rentan, diberikan 2 dosis dengan jarak waktu 1 bulan.
Asiklovir terbukti efektif sebagai kemoprofilaksis untuk mencegah penularan
varisela dalam rumah tangga. Namun waktu pemberian harus tepat, ada kemungkinan
kekebalan tidak tercapai, dan ada ketakutan timbulnya galur resisten disebabkan karena
penggunaan asiklovir berlebihan. Oleh karena itu kemoprofilaksis dengan asiklovir tidak
dianjurkan.
VIII. Prognosis
Perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis baik.

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An.S / Perempuan / 8 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : - / kelas 2 SD
c. Alamat
: Jalan Berlian, Gunung Pangilun
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 1 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan ayah pasien Rp.1.500.000/bulan,
sebagai seorang wiraswasta
d. KB
: Tidak ada
e. Kondisi Rumah
:
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara baik,
pencahayaan cukup, kamar pasien dan adik pasien cukup lapang
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah diangkut petugas
- Jumlah penghuni 5 orang: pasien, orang tua pasien, adik pasien, nenek pasien
- Kesan : higiene dan sanitasi baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
- Lingkungan sekitar cukup bersih dan tertata rapi
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien disayangi oleh orangtua, nenek, dan adiknya
- Hubungan dengan keluarga baik
4. Keluhan Utama : Timbul bintil-bintil berair di seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu
5. Riwayat penyakit sekarang:

Bintil-bintil berair di hampir seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu.

Awalnya timbul bintil-bintil merah yang terasa gatal pada wajah. 1 hari kemudian,
bintil-bintil tersebut berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih. Sehari
setelah itu menyebar dan timbul bintil-bintil baru dan juga gelembung berisi

cairan di leher, perut, punggung, kedua lengan dan kedua tungkai. Beberapa
gelembung ada yang pecah hingga berbekas seperti keropeng kehitaman.

3 hari sebelum timbul bintil merah, pasien demam, tidak terlalu tinggi, tidak
menggigil, tidak berkeringat.

Riwayat kontak dengan penderita penyakit yang sama ada (teman bermain pasien
juga menderita penyakit yang sama)

6. Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

7. Riwayat penyakit keluarga/ atopi/ alergi :

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari dan bersin-bersin
bila terpapar debu.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi serbuk bunga

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat mata merah berair.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat hidung berair.

Pasien dan keluarga tidak ada yang menderita galigato

8. Riwayat Kehamilan/kelahiran/imunisasi:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil,
tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas tidak
teratur. Suntikan imunisasi TT 2X, hamil cukup bulan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung menangis kuat, berat
badan lahir 2400 gram, panjang badan lupa.
Riwayat Makanan dan Minuman:
Bayi :

ASI Eksklusif

: 0 6 bulan

Kesan

MPASI

: 6 bulan 8 bulan

Bubur susu

: 6 bulan 12 bulan

Makanan biasa

: 12 bulan sekarang, diberikan 3 kali sehari

: Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup.

Riwayat Imunisasi:
BCG

: 1x, usia 2 bulan, scar ada

DPT

: 3x, usia 2,3,4 bulan

Polio

: 3x, usia 2,3,4 bulan

Hepatitis B

: 3x, usia 1,2,6 bulan

Campak

: 9 bulan

Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu.


Riwayat Tumbuh Kembang:
Perkembangan fisik
Tengkurap

: 4 bulan

Duduk

: 6 bulan

Berdiri

: 8 bulan

Berjalan

: 12 bulan

Perkembangan Mental
Isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak ada,
Kesan : Perkembangan fisik dan mental normal.
8. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CMC
Nadi
: 84x/ menit
Nafas
: 22x/menit
TD
: 110/80 mmHg
Suhu
: 37,90C
BB
: 18 Kg
TB
: 120 cm
Status Gizi
: Gizi Kurang
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit
:
Status dermatologikus:

Lokasi: wajah, leher, perut, punggung, kedua lengan, dan kedua tungkai

Distribusi: generalisata

Bentuk: bulat seperti tetesan embun

Susunan: tidak khas

Batas: tegas

Ukuran: millier-lentikuler

Efloresensi: papul eritem dengan vesikel dan krusta kehitaman.

Status venereologikus: tidak ada kelainan


Kelainan selaput lendir: tidak ditemukan kelainan.
Kelainan kuku: tidak ditemukan kelainan.
Kelainan rambut: tidak ada kelainan.
Kelainan kelenjar limfe (KGB): tidak ditemukan pembesaran
Dada

: Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Anggota gerak : akral hangat


9. Laboratorium Anjuran : Pemeriksaan Tzanck test
10. Diagnosis Kerja: Varicela zoster
11. Diagnosis Banding : -

12. Manajemen
a. Preventif :

Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.

Menjaga kebersihan kuku dan tidak menggaruk lesi.

Mandi dengan air hangat untuk mengurangi gatalgatal dan mencegah infeksi
sekunder

Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

b. Promotif :

Dokter

Kodya
Padang
Menjelaskan kepada Dinas
pasienKesehatan
dan keluarga
bahwa
varicela adalah penyakit kulit
Puskesmas Alai
yang menular sehingga pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah
gejala: Nabilah
kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain

c. Kuratif :

Tanggal : 28 Januari 2014

- Asyclovir tablet 200mg 5x1 tab


R/ Asiklovir tab 200 mg
No. XXV
- S5Paracetamol
tablet 500mg 3x1/2 tab
dd tab I

- CTM tablet 4mg 3x1/2 tab


R/ Paracetamol tab 500 mg
No. V
- S3Vitamin
C
tablet
3x1/2
tab
dd tab 1/2

- Asyclovir salf dioleskan tipis pada vesikel yang belum pecah


R/ CTM
tab 4 mg
No. V
d. Rehabilitatif
S3 dd tab 1/2:

- Kontrol ke Puskesmas 5 hari lagi jika lesi tidak berkurang atau timbul lesi
R/ Vitaminbaru
C tab
No. V
S3 dd tab 1/2

R/ Asiklovir Salf
No. I
S u e aplic loc dol ( dioleskan pada bintil berair yang belum pecah )

Pro
: Sarah
Umur : 8 tahun
Alamat : Jalan Berlian, Gunung Pangilun

DISKUSI
Seorang pasien anak berusia 8 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan keluhan
timbul bintil-bintil berair di seluruh tubuh dan didiagnosa dengan Varicella zoster. Dari
anamnesis, didapatkan, bintil mula timbul di daerah wajah dan kemudian meyebar ke
leher, punggung, badan dan kedua tungkai.

Bintil kemudian berubah menjadi

gelembung-gelembung yang berisi cairan. Bintil dan gelembung tersebut gatal, sehingga
pasien menggaru dan mengakibatkan ada gelembung yang pecah dan meninggalkan
keropeng kehitaman. 3 hari sebelum bintil timbul, pasien mengeluhkan demam yang

merupakan gejala prodromal varicella. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pasien febris
dengan suhu 37,9C
Pasien juga mengaku berkontak dengan pasien yang menderita sakit yang sama
yaitu temannya. Varicella adalah virus airborne yang menyebar melalui droplet.
Dari pemeriksaan fisik, selain febris, pada status dermatologikus, ditemukan papul
eritem dengan vesikel dan krusta kehitaman berukuran milier hingga lentikuler dengan
batas tegas di wajah, leher, perut, punggung, kedua lengan dan tungkai.
Terapi yang diberikan adalah antiviral yaitu asyclovir selama 5 hari, antipiretik
paracetamol, CTM sebgai anti pruritus dan obat oles asyclovir salep . Terapi lebih
diutamakan pada preventif yakni istirahat yang cukup, menjaga kebersihan kuku dan
tidak menggaruk lesi, dan makan makanan yang bergizi. Promotifnya yakni menjelaskan
kepada pasien dan keluarga bahwa varicela adalah penyakit kulit yang menular sehingga
pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala kulit muncul untuk mencegah
penularan kepada orang lain

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Dalam: Varisela. Budimulja,
Unandar. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
2. Lestari, Titi. Varisela Pada Imunokompeten. Dalam Infeksi Virus Herpes. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2002.
3 Harahap, Marwali. Varisela. Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates : 2000.
4. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua. Jakarta: EGC, 2003.

Anda mungkin juga menyukai