Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian tentang material mesopori sudah sangat berkembang, karena
keunggulannya dalam berbagai aplikasi yaitu sebagai katalis, adsorben, dan lain
sebagainya. Material mesopori lebih diarahkan dalam pembentukan mesostruktur
yang teratur. Mesostruktur mempunyai ukuran luas permukaan yang besar
sehingga memungkinkan terjadinya difusi dan adsorpsi molekul dengan ukuran
besar dalam berbagai aplikasi. Hal ini menjadi keuntungan dari mesostruktur
dibanding mikrostruktur yang sangat terbatas kemampuannya dalam pemisahan
maupun dalam adsorpsi molekul yang ukurannya cenderung besar (Fedeyko et al.,
2006).
Pemilihan bahan dasar material mesopori merupakan hal yang penting
karena berperan sebagai sebagai building block. Salah satu bahan dasar yang
diunggulkan adalah silika karena mempunyai sifat yang stabil secara termal, tidak
berbahaya, dan murah (Nandiyanto et al., 2009). Salah satu faktor penting dalam
sintesis material mesopori adalah pemilihan cetakan. Syarat utama sebagai
cetakan adalah memiliki karakter ampifilik dan sifat pembentuk mesostruktur
(Zhao et al., 1998). Jenis cetakan mesostruktur yang sering digunakan adalah
surfaktan kationik dan netral (Hsu et al., 2007). Surfaktan kationik seperti CTAB
(cetyltrimethylamonium bromide) sering digunakan dalam sintesis MCM-41,
menghasilkan ukuran diameter pori sekitar 2-4 nm (Klimova et al., 2002; Ortis et
al., 2003). Surfaktan netral seperti tri block copolymer pluronik P123 sering
digunakan dalam sintesis SBA-15. Sintesis dengan menggunakan cetakan jenis ini
dapat menghasilkan bentuk pori heksagonal yang teratur dengan ukuran diameter
pori sekitar 4 sampai 30 nm (Zhao et al., 1998; Klimova et al., 2008; Lin et al.,
2011). Surfaktan netral lainnya yang dapat digunakan sebagai cetakan dalam
sintesis material silika mesopori adalah gelatin (Hsu et al., 2007; Setyawan and
Balgis, 2011). Gelatin mengandung banyak gugus amin (NH2), sehingga dapat
mempunyai afinitas yang tinggi untuk berinteraksi secara kuat dengan gugus

silanol (Si-OH) pada spesies silika melalui ikatan hidrogen yang multipel (Iler,
1979).
Penelitian tentang penggunaan gelatin sebagai cetakan dalam sintesis
material mesopori masih sangat terbatas, dan gelatin yang digunakan merupakan
gelatin sintetis. Selain penggunaan gelatin sintetis, dapat juga memanfaatkan
keberadaan limbah tulang sapi yang tersedia cukup banyak sebagai penghasil
gelatin. Tulang sapi sangat berpotensi sebagai bahan penghasil gelatin karena
memiliki kandungan protein kolagen yang cukup besar yaitu sebesar 24%. Gelatin
itu sendiri merupakan suatu protein sederhana yang diperoleh dengan cara
hirolisis kolagen dari komponen tulang dan kulit (Imeson, 1992). Proses ekstraksi
gelatin diawali dengan tahap perendaman dengan larutan asam maupun basa,
kemudian dilanjutkan dengan tahap hidrolisis. Tahap perendaman bertujuan untuk
mengembangkan serabut-serabut kolagen, sehingga pada tahap hidrolisis dapat
terambil dan terkonversi menjadi gelatin (Perwitasari, 2008). Lama dan jenis
perendaman maupun temperatur hidrolisis sangat mempengaruhi sifat gelatin
yang akan dihasilkan. Biasanya proses perendaman dilakukan dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu timbul pemikiran untuk melakukan kajian terkait
pengaruh waktu perendaman basa dan asam, juga temperatur hidrolisis terhadap
gelatin dari tulang sapi yang akan dimanfaatkan sebagai cetakan dalam sintesis
silika mesopori.
Beberapa jenis silika mesopori seperti MCM-41 (Klimova et al., 2003; Li
et al., 2003; Ortis et al., 2012) dan SBA-15 (Zhao et al., 1998; Klimova et al.,
2007; Bange et al., 2011; Lin et al., 2011) telah banyak dikembangkan baik dalam
metode sintesis maupun dalam berbagai variasi lainnya. Pada umumnya sintesis
silika mesopori dilakukan melalui metode hidrotermal (Bange et al., 2011) yang
merupakan kombinasi sol-gel dengan hidrotermal menggunakan reaktor pada
temperatur dan tekanan tinggi. Metode hidrotermal ini dipandang kurang green
karena membutuhkan energi yang besar. Selain sintesis dengan metode
hidrotermal, juga dapat digunakan metode temperatur kamar dalam sintesis
material mesopori (Lei et al., 2011). Namun, sintesis dengan metode temperatur
kamar ini mempunyai kelemahan yakni membutuhkan waktu reaksi yang cukup

lama. Kendala ini dapat diatasi dengan menggunakan metode sonokimia yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi di atas 20 kHz
(Gendanken, 2003). Metode sonokimia merupakan suatu metode yang dilakukan
pada suhu kamar yakni kombinasi sol-gel dan sonikasi yang bertujuan untuk
mempersingkat waktu reaksi. Metode sintesis menggunakan temperatur kamar
dengan teknik sonokimia dapat menerapkan prinsip Green Chemistry, di
antaranya peningkatan efisiensi energi, desain sintesis yang tidak berbahaya dan
meminimalkan potensi kecelakaan kerja (Chiarakorn et al., 2007). Berdasarkan
hal tersebut muncul pemikiran untuk melakukan sintesis silika mesopori dengan
dua metode berbeda yakni metode hidrotermal dan sonokimia.
Adanya berbagai aktivitas industri seperti tekstil, kertas, plastik, kosmetik,
farmasi dan makanan yang menggunakan zat warna, menyebabkan peningkatan
limbah zat warna yang dampaknya tidak baik bagi lingkungan khususnya
perairan. Keberadaan zat warna seperti metilen biru dapat membahayakan
kesehatan manusia dan hewan. Pada inhalasi dapat menyebabkan kesulitan dalam
bernapas, mual, dan muntah pada manusia (Bhattacharyya et al., 2005). Berbagai
upaya untuk menanggulangi masalah pencemaran zat warna ini telah dilakukan.
Salah satu metode yang diunggulkan dalam mengatasi masalah pencemaran ini
ialah metode adsorpsi karena lebih efektif, sederhana dan murah (Moghaddam et
al., 2010; Santhi dan Manonmani, 2012; Saritha dan Rajasekhar, 2013). Terkait
hal tersebut, silika mesopori dapat dimanfaatkan sebagai adsorben dalam
mengadsorpsi limbah zat warna. Hal ini karena silika mesopori mempunyai pori
yang berukuran cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjebak
molekul zat warna.
Berdasarkan uraian pemikiran tersebut, dalam penelitian ini akan
dilakukan pemanfaatan gelatin tulang sapi sebagai cetakan dalam sintesis silika
mesopori dengan metode hidrotermal dan sonokimia serta uji kapasitas
adsorpsinya terhadap metilen biru.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi gelatin dari tulang sapi yang diawali dengan proses perendaman
berlanjut menggunakan NaOH, asam sitrat dan HCl diikuti dengan proses
hidrolisis serta karakterisasinya.
2. Melakukan sintesis silika mesopori menggunakan gelatin tulang sapi sebagai
cetakan.
3. Membandingkan karakter silika mesopori hasil sintesis dengan metode
hidrotermal dan sonokimia.
4. Mengkaji kapasitas adsorpsi silika mesopori terhadap metilen biru.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah:
1.

Menambah pengetahuan tentang metode sintesis silika mesopori.

2.

Menambah pengetahuan tentang proses ekstraksi gelatin dari kolagen.

3.

Meningkatkan nilai dari limbah tulang sapi dan turut membantu dalam
penanganan limbah tulang sapi.

Anda mungkin juga menyukai