Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami berada dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini sebagai tugas pembuatan makalah yang berjudul Interaksi
Belajar Mengajar di Sekolah SD. Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi
semua pembaca.
Makalah ini diharapkan tidak hanya menjadi buku wajib melainkan menjadi
bacaan utama serta menjadi referensi bagi peminat lainnya.
Akhir kata penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan
penyusun akan sangat berterima kasih akan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciamis, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Batasan Masalah...................................................................................2
D. Tujuan dan Manfaat..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah Pokok Pendidikan..................................................................5
B. Pengertian Strategi Belajar Mengajar..................................................4
C. Jenis Strategi Belajar Mengajar...........................................................5
D. Berdasarkan Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar.................6
E. Macam-macam Teknik Penyajian Belajar Mengajar...........................7
F. Hakikat Strategi Belajar Mengajar......................................................9
G. Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan...........15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................19
B. Saran....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Abad mendatang merupakan suatu tantangan bagi generasi yang
akan datang. Terutama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional dan
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhan yang Maha Esa. Di
dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang pendidik yang
berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar
mengajar, dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan
dapat mengarahkan anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan
tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu, guru tidak hanya cukup menyampaikan
materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus pandai menciptakan suasana
belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode dan strategi
dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan
keadaan anak didik. Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang
sangat penting di mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa
sangat dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru, karena dalam proses
pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran yang penting dalam memberikan
suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam
menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan
keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan
dalam suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa.
Salah satu cara untuk menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah
kegiatan-kegiatan belajar yang monoton. Di samping itu, motivasi merupakan
salah satu factor yang turut menentukan keefektifan proses balajar mengajar.
1

Callahan dan clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong


atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah satu tujuan tertentu.
Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai semangat yang besar untuk
melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, motivasi belajar yang
ada pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar.
2. Jenis Strategi dan tehnik Belajar Mengajar.
3. Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar.
4. Bagaimana Implikasi dalam kehidupan nyata:
1. Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar
mengajar itu?
2. Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan
sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini?
5. Kesimpulan dan Saran.
C. BATASAN MASALAH
Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat
pembaca mudah memahaminya. Penulis hanya membahas apa yang menjadi
Strategi Belajar Mengajar berdasarkan buku panduan. Menjaga efesiensi judul
makalah agar lebih terfokus pada rumusan masalah dan judul makalah.
D. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Membekali diri akan teori-teori, konsep-konsep yang telah dipelajari
selama 1 semester.
2. Untuk memenuhi dan sebagai syarat tugas akhir semester.
3. Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami strategi belajar mengajar
serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.

4. Mencoba membuat metode dan cara belajar mengajar yang lebih


profesional sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih aktif dan
efektif.
5. Menghasilkan Pelajar yang mampu mengangkat harkat dan martabat
Bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan
bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar.
Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem intruksional merupakan interaksi antara
siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan guru sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya di
sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan
tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa
di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa
dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian
yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada
siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam
menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut dengan
strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspekaspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu.
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru anak didik
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai
memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala
sesuatu guna kepentingan pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan
siswa dengan tuntas.

B. Jenis Strategi Belajar Mengajar


Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan
berbagai pertimbangan, antara lain:
1. Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.

Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran


diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat
khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciriciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik
konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran


diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum,
generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam
mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

2. Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.

Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar


mengajar

yang

menyiasati

agar

semua

aspek

dari

komponen

pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi


pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari.
Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari
komponen yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu
proses pembelajaran berlangsung.

Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar


yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem
intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.

3. Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru

Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.

Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran


Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata

pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik
tertentu.
4. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa

Strategi Klasikal

Strategi Kelompok Kecil

Strategi Individual.

5. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa

Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.

Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan


siswa, akan tetapi guru mewakilkan kepada media. Siswa berinteraksi
dengan media.

C. Berdasarkan Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar


Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan
evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi,
dan kombinasi dari ketiganya.

Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah


berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan
istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya
bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat
pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai
oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu
merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat
kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator
mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar
itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru
atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.

Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan


selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita
baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan
program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita
6

menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahankelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur
dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik
bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan
berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat
diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau
kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan
reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi
keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan
kelulusan.

Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan


sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan
sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk
mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness)
siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola
perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajarmenagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat
dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi,
evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.

Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering
juga dilakukan terutama antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test
design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita
ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang bersangkutan.
Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi
dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut.
Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih
komprehensi.
D. Macam-macam Teknik Penyajian Belajar Mengajar
Ada beberapa macam bentuk teknik penyajian belajar mengajar, yaitu:
1. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi
7

antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif
sebagai pendengar.
2. Teknik Kerja Kelompok
Teknik kerja kelompok adalalah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam
kelas dipandang sebagi suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.
Mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas
tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh
guru.
3. Teknik Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan proses
mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip, yang
dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolonggolongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain sebagainya.
Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing
dan memberiakn instruksi.
4. Teknik Penyajian Tanya-Jawab
Teknik penyajian tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada
siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran
atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang
diajarkan guru agar dimengerti, bermanfaat dan dapat diingat dengan baik.
5.

Teknik Ceramah

Teknik ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama
dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan
pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau ceramah.
Ada banyak lagi macam- macam teknik penyajian belajar mengajar diantaranya,
Simulasi, Unit Teaching, Microteaching, Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen,
Demonstrasi, Karya Wisata, Penyajian Secara Kasus, Latihan, dan lain
sebagainya. Dalam keterbatasan Rumusan Masalah dan Bahan materi penulis
hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang menjadi teknik-teknik
penyajian belajar mengajar.
8

Hakikat Strategi Belajar Mengajar


Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan
E.
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang
searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar
mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk
terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok ialah:
1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan
perasaan.
2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif,
psikomotorik, maupun afektif.
3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun
mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain
belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan
lingkungan sosial).
4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip
antara lain:
1. a.

Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar,

baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi


intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan
tujuan pembelajaran itu sendiri.
2. Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat
kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu sendiri
dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
3. c.

Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan

perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada


hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan metode dan
media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.

4. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera


menge-tahui benar tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan
balik dari guru sebaiknya yang mampu menyadarkan siswa
terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa
akan pelajaran tersebut.
5. e.

Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki

perbedaan dari yang lain. Guru hendaknya mampu memperhatikan


dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka masing-masing.
Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat
diperlukan.
6. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang
terdiri dari unsur: tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan
guru.
Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling
mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi
kepada tujuan.
2. Variabel Strategi Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan strategi belajar-mengajar ialah:
tujuan, bahan pelajaran, alat dan sumber, siswa, dan guru.
1. Gagne mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi
terhadap penggunaan strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1. Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya:
1. Diskriminasi, yaitu mengenal benda konkret.
2. Konsep konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek
konkret.
3. Konsep terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep
terdefinisi.
4. Aturan, yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus,
hukum/dalil, prinsip.
5. Masalah/aturan

tingkat

tinggi,

yaitu

kemampuan

memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai


aturan.
10

2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah caracara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta,
pengetahuan di dalam ingatan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatankegiatan fisik.
5. Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan
nilai-nilai.
6. Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam
menggunakan strategi belajar-mengajar, antara lain:
1. Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaanperbedaan dari siswa lain.
2. Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran.
3. Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan
ialah:
1. Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat
peraga.
2. Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan
cetakan dan lingkungan sekitar).
3. Dari

faktor

guru

yang

penggunaan

strategi

kemampuan

menguasai

akan

mempengaruhi

belajar-mengajar
bahan

ialah

pelajaran

dan

kemampuan membelajarkan siswa.


3. Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar
1. Pengaturan Guru dan Siswa
Segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran yang dilakukan oleh seorang
guru atau suatu tim, sanjutnya apakah hubungan guru-siswa terjadi secara tatap
muka (langsung), atau dengan perantaraan media (tidak langsung). Sedangkan
dari segi pengaturan siswa dapat dibedakan pengajaran yang bersifat klasikal
(kelompok besar), (kelompok kecil) dan pengajaran perseorangan (individual).
2. Struktur Peristiwa Belajar Mengajar

11

Struktur peristiwa belajar mengajar dapat bersifat tertutup dalam artian segala
sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para
calon guru yang berlatih mengajar yang tidak berani menyimpang dari persiapan
mengajar yang telah dibuat dan disetujui oleh dosen pembimbing.
3. Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
Peristiwa

belajar

mengajar

bermaksud

untuk

mencapai

tujuan,

ingin

menyampaikan sesuatu pesan yang dapat berupa pengetahuan, wawasan,


keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang menyampaikan pesan
dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat ekspositorik, sedangkan yang
mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan Heuristik-hipotetik.
4. Proses Pengolah Pesan
Proses pikir manusia di dalam menjalani pengalaman belajar tidak selalu sama,
ada peristiwa belajar mengajar di mana proses ini bertolak dari yang umum untuk
dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang khusus ini disebut Umum ke Khusus
(Deduktif). Sebaliknya bila peristiwa belajar mengajar yang di mana prosesw
pengolahan bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip
umum ini disebut Khusus ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar
mengajar heuristik proses pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik
bersifa deduktif.
4. Pola-pola Belajar Siswa
a. Mengidentifikasi pola-pola belajar siswa
Gagne (Lefrancois 1975:114-120) mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke
dalam 8 tipe dimana yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya/yang lebih
tinggi hierarkinya. Kedelapan tipe belajar itu ialah:

Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau tanda, isyarat)

Tipe belajar ini menduduki tahapan hierarki (yang paling dasar). Signal learning
dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat
involunter (tidak disengaja dan didasari tujuannya). Kondisi yang diperlukan bagi
berlangsungnya tipe belajar ini ialah diberikan stimulus secara serempak
perangsang-perangsang tertentu dengan berulang-ulang.

Tipe II: Stimulus-Respons Learning (belajar stimulus-respons, sambut


rangsang)
12

Tipe belajar II ini termasuk ke dalam operant or instrumental condition


(Kible,1961) atau belajar dengan trial and error (Thorndike). Kondisi yang
diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe belajar ini ialah faktor reinforcement.

Tipe III:Chaining (mempertautkan) dan tipe IV:Verbal Association


(asosiasi verbal)

Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R
yang satu dengan yang lainnya. Tipe III berkenaan dengan aspek-aspek perilau
psikomotorik dan tipe IV berkenaan dengan aspek-aspek belajar verbal. Kondisi
yang diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar ini antara lain secara internal
terdapat pada diri siswa harus sudah terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R,
baik psikomotorik maupun verbal. Di samping itu, prinsip contiguity, repetition,
dan reinforcement masih tetap memegang peranan penting bagi berlangsungnya
proses chaining dan association tersebut.

Tipe V:Discrimination Learning (belajar mengadakan perbedaan)

Dalam tahap belajar ini, siswa mengadakan diskriminasi (seleksi dan pengujian)
di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian
memilih pola-pola sambutan yang dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang
utama untuk dapat berlangsungnya proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai
kemahiran melakukan chaining dan association serta memiliki kekayaan
pengalaman (pola-pola satuan S-R)

Tipe VI:Concept Learning (belajar konsep, pengertian)

Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari sekumpulan stimulus dan juga objekobjeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Kondisi utama
yang diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar tipe ini ialah terkuasainya
kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat generalisasi, hukumhukum)

Pada tingkat ini siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep
(pengertian) dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa
dapat membuat konklusi tertentu.

Tipe VIII:Problem Solving (belajar memecahkan masalah)

13

Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah


(memberikan

respons

terhadap

rangsangan

yang

menggambarkan

atau

membangkitkan situasi problematik) dengan menggunakan berbagai rule yang


telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439) dalam bukunya
How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai
berikut:

Become aware of the problem (menyadari adanya masalah)

Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan

masalahnya)

Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung

dan merumuskan hipotesis)

Evaluating proposed solution (mengevaluasi alternatif pemecahan yang

dikembangkan)

Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara

eksperimental, uji coba)


b. Memilih system belajar mengajar (pengajaran)
Dewasa ini, para ahli teori belajar telah mencoba mengambarkan cara pendekatan
atau system pengajaran atau proses belajar-mengajar. Diantara berbagai system
pengajaran yang banyak menarik perhatian orang akhir-akhir ini ialah:

Enquiry-Discovery Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri)

Dalam system belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak
dalam bentuknya yang final. Siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari
dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasi-perumusan masalahpengumpulan data-analisis data-verifikasi-generalisasi.
System belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121126). Pendekatan belajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat
kognitif. Kelemahannya, antara lain memakan waktu yang banyak dan kalau
kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus kepada kekaburan atau materi yang
dipelajarinya.

14

Expository Learning

Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan
secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingg asiswa tingal menyimak dan
mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah
periapan-petautan-penyajian-evaluasi. Ausubel berpendapat bahwa pada tingkattingkat belajar yang lebih tinggi, siswa tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa
akan mampu dan lebih efisien memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam
tempo sesingkat-singkatnya. Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya
atas kerangka konsep-konsep dasar atau pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu
hal sehingga dapat mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman yang
bertalian dengan hal tersebut.

Mastery learning (belajar tuntas)

Proses belajar yang berorientasi pada prinsip mastery learning ini harus dimulai
dengan penguasaan bagian terkecil untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke
dalam satuan (modul) atau unit berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah
dikembangkan system pengajaran berprogram dan juga system pengajaran modul,
bahkan Computer Assisted Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat
penguasaan hasil pelajaran yang tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental
yang sehat pada siswa yang bersangkutan.

Humanistic Education

Teori belajar ini menitikberatkan pada upaya membantu siswa agar ia sanggup
mencapai perwujudan diri (self realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan
keunikan yang dimilikinya. Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa
guru hendaknya tidak membuat jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa.
Sasaran akhir dari proses belajar mengajar menurut paham ini ialah self
actualization yang seoptimal mungkin dari setiap siswa.
F. Hakikat Strategi Belajar Mengajar
Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan

a) Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar


itu?

15

Sebagai calon guru, penulis mencoba untuk mendiskripsikan bagaimana cara


menerapkan strategi belajar mengajar yang baik untuk masa yang akan datang
agar dunia pendidikan kita memiliki potensi sumber daya manusia yang ahli dan
mampu bersaing dengan dunia luar dan mengangkat harkat dan martabat bangsa,
agar dunia luar tidak hanya bisa mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan
sumber daya alam saja. Sebab menurut pendapat kami bahwa kemajuan sebuah
negara itu adalah berdasarkan tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan
pendidikan setiap wilayah wawasan nusantara haruslah diperhatikan bagaimana
sistem dan strategi pendidikan di daerah tersebut agar sejalan dan sesuai dengan
daerah perkotaan yang telah maju. Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan
tugas panggilannya sangat diperlukan. Guru harus memiliki peran-peran yang bisa
membimbing dan mendukung pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak
didik yang diharapkan seperti, Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk
mengadopsi metode-metode baru untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya.
Ia harus menempatkan anak-anak didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya
sejauhmana materi disampaikan bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi
tergantung kepada murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan inspirator dari proses
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga semua kualitas dari dalam diri anakanak didiknya, akan terbuka. Semua kreativitas terletak di dalam diri anak-anak
didik, karena anak-anak didik kita memiliki jiwa di mana terletak sumber dari
segala potensi-potensinya. Karena ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang
calon /guru adalah pemandu spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan
kepada jiwa anak-anak didik kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu
kegiatan belajar mengajar, akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anakanak didik kita akan merasa dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak
mungkin menjadi mungkin.
Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang guru dapat memotivasi anak-anak
didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika anak-anak didiknya menemukan
Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana mungkin seorang Guru yang
jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih
banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan motivasi. Seorang guru
16

harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan, majalah dan


mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan menceritakan
hal-hal baru. Guru dapat membuat perpustakaan kecil sendiri di dalam kelasnya,
dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi murid-muridnya. Karena, menurut
Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara guru dengan muridnya, dan
senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru adalah motivasi bagi anak-anak
didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku, budaya fisik dan mental ini bisa
memberi contoh kepada anak-anak didik kita. Karena murid-murid selalu
mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru dapat melakukan banyak hal
melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus menyadari bahwa kekuatan
motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum memainkan peran yang sangat penting,
tidak hanya dalam batas-batas sekolah, tetapi juga bahkan di dalam masyarakat
pada umumnya. Senyum adalah ekspresi cinta. Senyum adalah kekuatan dan
kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus menjadikan senyum sebagai bagian dari
kegiatan belajar mengajar. Seorang guru menyentuh hati anak-anak didiknya
melalui daya tarik senyum. Senyum menciptakan percaya diri anak-anak didik
kita. Perkembangan kemajuan anak-anak didik terhadap mata pelajarannya, terjadi
ketika mereka mulai menyukai dan mencintai gurunya. Bagaimana murid mau
mencitai pelajarannya jika ia tidak mencintai gurunya. Senyuman seorang guru,
menciptakan getaran yang kuat pada diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik
kita tidak merasa takut untuk mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam
dirinya. Mereka tidak segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan
berpikir di dalam kelas secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam
kelas. Kita sebagai calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anakanak didik kita. Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami
seorang anak. Seorang anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya
kepada guru yang sudah menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya
memerankan seseorang pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anakanak didik kita, kita akan merusak kegitan belajar mengajar mereka. Anak-anak
didik kita mulai membenci kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada
pada dirinya kepada kita. Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut
17

kepada kita. Itu sebabnya, banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar,
ketika semua persoalan pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik
kita kehilangan kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya.
Sebenarnya ini bukan kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai
orang tua dan guru di sekolah, yang tidak memiliki seni bagaimana untuk
menjadi teman dari anak-anak didik kita. Karena strategi jitu dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas

maupun di luar kelas menentukan terciptanya

keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi pendapat kami mengenai
cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar di masa depan.
b) Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan
sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan bangsa kita saat ini telah
mengalami perubahan kearah yang lebih baik dari era-era pemerintahan yang
sebelumnya. Telihat nyata dari sistem kurikulum yang terus mengalami perubahan
menuju kearah sistem pendidikan yang lebih baik. Walaupun, di daerah-daerah
perdesaan tertentu masih ada yang kurang merata fasilitas dan kondisi
pendidikannya seperti di daerah perkotaan umumnya. Namun, pemerintah telah
memberikan perhatian untuk hal itu agar sistem pendidikan di negara kita berjalan
dengan kondusif. Hal yang nyata salah satunya adalah pembangunan fasilitas
sekolah diberbagai tempat yang bangunnya mulai ambruk atau telah lama dan
perlu diperbaiki, Sistem kukrikulum, dan cara belajar mengajar guru di dalam
kelas yang harus profesional. Menurut pendapat kami sebagai tim penulis hali in
merupakan bukti nyata dari strategi belajar mengajar yang telah sepenuhnya
dalam dunia pendidikan.

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Makalah ini penulis dapat memberi kesimpulan, bahwa pentingnya
Sistem dan Strategi Belajar Mengajar itu untuk membangun, mendidik dan
menciptakan anak didik yang memiliki potensi dan pola pikir yang baik dan
positif. Sebab bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang guru yang
profesional dan menjalankan tugas pangilanya untuk memberikan apa yang telah
diketahui kepada siswa/i di kelas. Tanggung jawab dalam melayani siswa/i adalah
besar dan itu yang menentukan arah pendidikan suatu bangsa. Bukan hanya
kecerdasan intelektual saja yang dibutuhkan melainkan harus pandai dalam
menyampaikan kepada peserta didik dengan metode-metode, teknik-teknik dan
strategi yang bijaksana agar proses belajar mengajar itu tidak monoton dan
menyenakan bagi siswa/i serta mudah dicerna dan di pahami.
B. Saran
Penulis menyarankan agar di dalam melakukan tugas panggilan sebagai seorang
pelayan siswa/i atau sering kita katakan guru haruslah cerdas dalam Intelektual,
Emosional dan Spiritual agar proses belajar mengajar itu berjalan dengan lancar.
Pandai dalam menggunakan waktu, dapat membedakan kepentingan pribadi
dengan kepentingan pendidikan. Sebab kita sebagai calon/guru sebagai alat untuk
menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih baik dari pada kita saat sekarang
ini, untuk mereka di masa yang akan datang.

19

DAFTAR PUSTAKA
http://junasion.wordpress.com/2010/01/19/strategi-belajar-mengajar/
http://biozaff.blogspot.com/2011/03/makalah-kriteria-pemilihan-strategi.html
http://reduxation.blogspot.com/2013/07/macam-macam-jenis-strategi-belajar.html
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/05/dimensi-dimensi-perencanaanpengajaran.html

20

Anda mungkin juga menyukai