PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di belakang
rongga abdomen, satu di setiap sisi kolumna vertebralis sedikit di atas garis
pinggang. Ginjal mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk
menghasilkan urin, menahan bahan bahan tertentu dan mengeliminasi bahan
bahan yang tidak diperlukan ke dalam urin. Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu
juta satuan fungsional berukuran mikroskopik yang dikenal sebagai neuron, yang
disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Setiap nefron terdiri dari komponen
vaskuler dan komponen tubulus, yang keduanya secara struktural dan fungsional
berkaitan erat.
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) atau sering disebut End Stage Renal
Disease (ESRD) adalah stadium akhir dari ganguan fungsi ginjal yang bersifat
permanen dan tidak bisa berfungsi dengan baik. PGK adalah kerusakan atau
ganguan fungsi dan struktur ginjal selama tiga bulan atau lebih dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus disertai manifestasi kelainan patologi ginjal
atau kerusakan ginjal meliputi komposisi darah atau urin dan ada kelainan pada
uji pencitran.
PGK adalah bila ginjal mengalami penurunan fungsi laju filtrasi
glomerulus dibawah 60 mL/min/1.73m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Seiring dengan pertambahan penduduk di Amerika diperkirakan kasus penderita
dengan PGK naik di atas 570.00 pada tahun 201. Tingkat kasus PGK lazim
mencapai 1.738 per juta penduduk, meningkat 2,1% dari 208, dan konsisten
dengan kenaikan serupa per tahun sejak tahun 2002(United States Renal Data
System / USRDS, 201). Data Prevalensi PGK di Amerika adalah 1% atau 19,2
juta. Berdasarkan data tersebut, jumlah penderita PGK tahap 5 sebesar 30.00
orang atau sekitar 0.2%. Data dari USRDS berdasarkan laporan tahun 2001, pada
31 Desember 2009 jumlah populasi pasien dengan PGK adalah 570.349. Disisi
lain angka kejadian penderita PGK di Indonesia tahun 2002 sebesar 2149
meningkat menjadi 4656 pada tahun 2006. Adapun tingkat prevalensi perjuta
populasi tahun 2002 adalah 10,2%, tahun 2003 sebesar 1,7%, tahun 2004 sebesar
13,8%, tahun 2005 sebesar 18,4%, tahun 2006 sebesar 23,4% dan insiden PGK di
Jawa Tengah pada tahun 2006 adalah 1328.
1.2.
TUJUAN
Laporan Kasus ini bertujuan untuk membahas mengenai penyakit ginjal
1.3 MANFAAT
a. Bagi Penulis
Dapat memberikan informasi, pengalaman dan menambah pengetahuan
lebih bagi peneliti dalam menghadapi kasus penyakit ginjal kronis.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Penulis berharap Lapkas dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga
kesehatan dalam menangani penderita penyakit ginjal kronis
c. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi dan wawasan yang lebih tentang penyakit
ginjal kronis kepada masyarakat.
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian penyakit ginjal kronik menurut beberapa ahli adalah:
1. Penyakit ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia/ retensiurea dan sampah nitrogen lain dalam
darah.
2. Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate/GFR) dengan
manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk
kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis.
3. Penyakit ginjal kronik adalah proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
B. KRITERIA
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
3
atau
Kerusakan ginjal dengan LFG
Kerusakan ginjal dengan LFG
Kerusakan ginjal dengan LFG
Gagal ginjal
ringan
sedang
berat
60 89
30 59
15 29
< 15 atau dialisis
Klasifikasi atas dasar penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft Gault sebagai berikut :
LFG (ml/mnt/1,73m2)
abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa.
Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding
ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan.
Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas
ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri
adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batasbatas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.
Panjang ginjal pada orang dewasa adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
150 gram. Ukuranya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan
panjang dari kutub ke kutub kedua ginjal (dibandingkan dengan pasanganya) yang
lebih dari 1,5 cm (0,6 inci) atau perubahan bentuk merupakan tanda yang paling
penting. Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi lateral
ginjal berbentuk cembung, sedangkan tepi medialnya berbentuk cekung karena
adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus
adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh limfatik dan ureter. Ginjal diliputi
oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan
di bawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
Secara umum struktur makroskopis ginjal terdiri dari beberapa bagian:
1. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/ terdiri dari
korpus renalis/ Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
2. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari
tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus
colligent).
3. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal.
4. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/ medula yang menonjol ke
arah korteks.
5. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/ area di mana pembuluh darah,
serabut saraf atau duktus memasuki/ meninggalkan ginjal.
6. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus
pengumpul dan calix minor.
7. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
8. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
9. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang
menghubungkan antara calix major dan ureter.
2. Fisiologi ginjal
Fungsi ginjal di bedakan menjadi dua yaitu fungsi eksresi dan non ekskresi, antara
lain:
a. Fungsi ekskresi
1) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mosmol dengan mengubahubah ekskresi air.
2) Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan mengubah-ubah
ekskresi Na+.
3) Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam
rentang normal.
4) Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO35) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama
urea, asam urat dan kreatinin).
6) Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.
E. ETIOLOGI
1. Penyakit infeksi: pielonefritis kronik atau refluks, nefropati, tubulointestinal.
2. Penyakit peradangan: glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensi: nefrosklerosis maligna, nefrosklerosis benigna,
stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan hederiter: penyakit ginjal polikistik hederiter, asidosis
sistemik progresif.
6. Penyakit metabolik: diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme,amiloidosis.
7. Nefropati toksik: penyalahg gunaan analgesik, nefropati timah.
8. Nefropati obstruktif karena obstruksi saluran kemih karena batu,neoplasma,
fibrosis retroperitoneal, hipertrofi prostat, striktur uretra,anomali kongenital leher
vesika urinarian dan uretra.
F. PATOFISIOLOGI
hubungan timbal balik dan apabila salah satunya meningkat, maka fungsi yang
lain akan menurun. Akibat menurunya glomerular filtration rate (GFR) kadar
fosfat akan serum meningkat dan sebaliknya kadar serum kalsium menurun.
Terjadinya penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
dari kelenjar paratiroid. Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon. Sehingga kalsium di tulang menurun, yang
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga
dengan vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk diginjal menurun
seiring dengan perkembangan gagal ginjal.
G. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronik didapat antara lain :
1. Kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sekrum), edema
periorbital, pembesaran vena leher.
2. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit terang dan bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Pulmoner : krekles, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernafasan
kussmaul.
4. Gastrointestinal: nafas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulit,
anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran GI.
5. Neurologi: kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6. Muskuloskeletal: kram otot, kekuatan otot hilang, faktor tulang.
7. Reproduktif: amenore, atrofi testikuler.
GAMBARAN LABORATORIUM
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi :
10
11
H. Penatalaksanaan Medis
Rencana penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya antara
lain:
12
tinggi
0,6 0,8/kg/hari, termasuk < 10 g
> 0,35 gr/kg/hr protein nilai
biologi
tinggi
atau
asam
amino
5) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi bertujuan untuk mengurangi hipertensi, memeperkecil risiko
gangguan kardiovaskuler juga memperlambat pemburukan kerusakan nefron.
Beberapa obat antihipertensi, terutama penghambat enzim konverting angiotensin
(Angiotensin Converting Enzym/ ACE inhibitor).
6) Pencegahan dan Terapi Terhadap Penyakit Kardiovaskuler
Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskuler
adalah pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia,
13
I. KOMPLIKASI
1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renninangiostensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.
J. Prognosis
Penyakit Ginjal Kronik tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis
jangka panjangnya buruk, kecuali dilakukan transplantasi ginjal. Penatalaksanaan
yang dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari
PGK itu sendiri. Selain itu, biasanya PGK sering terjadi tanpa disadari sampai
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
ANAMNESA PRIBADI
Nama
: Tiapul br silaban
Umur
: 63 tahun
15
3.2
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Kawin
Agama
: Kristen
Pekerjaan
Alamat
Suku
: Batak
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama
Telaah
: mual muntah
: Pasien datang ke RS dengan keluhan mual muntah
16
tahun yang lalu, pasien minum obat hipertensi teratur. Riwayat vertigo 1
tahun yang lalu. Riwayat penyakit maag sejak 15 tahun. DM disangkal,
sakit jantung disangkal.
3.3
3.7
ANAMNESA INTOKSIFIKASI
-
3.8
Tidak jelas
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
-
3.9
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Temperature
: BAIK
: Compos Mentis
: 110/70 mmHg
: 72 x/i, regular, equals, t/v kuat
: 20x/i, thoraco-abdominal
: 36,5C
KEADAAN PENYAKIT
Keadaan Penyakit
-
: buruk
Anemia
: (+)
Ikterus
: (-)
Sianosis
: (-)
Dispnue
: (+)
Edema
: (-)
Purpura
: (-)
Turgor Kulit
: kembali cepat
Pancaran Wajah : lelah
Sikap Tidur Paksa : (+)
17
3.10
KEADAAN GIZI
BB
: 40 Kg
TB
: 150 cm
3.11
80 % underweight
PEMERIKSAAN FISIK
1. KEPALA
- Bentuk
: Normocepahali
- Pertumbuhan Rambut
: DBN
- Nyeri Tekan
: (-)
- Perubahan Lokal
: (-)
A. Muka
- Pancaran Wajah
: lelah
- Sembab
: (-)
- Pucat
: (+)
- Kuning
: (-)
- Parase
: (-)
- Gangguan Lokal
: (-)
B. MATA
18
- Stand Mata
: DBN
- Gerakan
- Exofthalmus
: (-)
- Ptosis
: (-)
- Ikterus
: (-)
- Anemia
: (+)
- Reaksi Pupil
RCTL (+/+)
- Gangguan Local
: (-)
C. TELINGA
- Sekret
: (-)
- Radang
: (-)
- Bentuk
: DBN
- Atrofi
: (-)
D. HIDUNG
- Sekret
: (-)
- Bentuk
- Benjolan Benjolan
: (-)
E. BIBIR
19
- Sianosis
: (-)
- Pucat
: (-)
- Kering
: (-)
- Radang
: (-)
F. GIGI
- Karies
: (+)
- Pertumbuhan
: DBN
- Pyorroe
: (-)
G. Lidah
- Kering
: (-)
- Pucat
: (-)
- Beslag
: (-)
- Tremor
: (-)
H. Tonsil
- Merah
: (-)
- Bengkak
: (-)
- Beslag
: (-)
2. LEHER
I nspeksi
- Struma
20
- Kelenjar Bengkak
- Pulsasi Vena
: (-)
: (-)
- Venektasi
: (-)
Palpasi
- Posisi Trachea
: Medial/DBN
- Nyeri Tekan
: (-)
: R 2 cm H2O
3. THORAX
THORAX DEPAN
Inspeksi
- Bentuk
: Fusiformis
- Simetris / Asimetris
: Simetris
- Retraksi Iga
: (-)
- Bendungan Vena
: (-)
- Ketinggalan Bernafas
: (-)
- Venektasi
: (-)
- Pembengkakan
: (-)
- Ictus Cordis
: tidak terlihat
Palpasi
- Nyeri Tekan
: (-)
- Fremitus Suara
21
: Kanan
Kiri
Kiri
Kiri
- Ictus Cordis
a. Lokasi
b. Kuat Angkat
: (-)
c. Melebar
: (-)
sinistra
Perkusi
- Suara Perkusi Paru
a. Lapangan Paru Atas
: ICR V
b. Absolut
: ICR VI
c. Peranjakan Hati
- Batas Jantung
a. Kanan
b. Atas
: ICR III
c. Kiri
sinistra
22
Auskultasi
Paru Paru
a. Suara Pernafasan
- Lapangan Paru Atas
: (-)
- Ronkhi Kering
: (-)
- Krepitasi
: (-)
- Gesek Pleura
: (-)
Cor
a. Heart Rate
: 72 x/m, regular
b. Suara Katup
M1
>
M2
P2
>
P1
A2
A2
> A1
>
P2
c. Suara Tambahan
- Desah Jantung fungsional / organis : (-)
- Gesek PeriCardial / PleuraCardial
: (-)
THORAX BELAKANG
23
Inspeksi
- Bentuk
: Fusiformis
- Simetris / Asimetris
: Simetris
- Benjolan Benjolan
: (-)
- Scapulae Alta
: (-)
- Ketinggalan Bernafas
: (-)
- Venektasi
: (-)
Palpasi
- Nyeri Tekan
: (-)
- Fremitus Suara
a. Lapangan Paru Atas
Kanan
Kiri
Kanan
= Kiri
Kanan
= Kiri
Perkusi
- Suara Perkusi Paru
a. Lapangan Paru Atas
: Vertebra Thoracal IX
b. Kiri
: Vertebra Thoracal X
24
Auskultasi
a. Suara Pernafasan
- Lapangan Paru Atas
: (-)
- Ronkhi Kering
: (-)
- Krepitasi
: (-)
- Gesek Pleura
: (-)
4. ABDOMEN
Inspeksi
- Membesar
: (-)
- Venektasi
: (-)
- Gelembung
: (-)
- Sirkulasi Kolateral
: (-)
- Pulsasi
: (-)
- Umbilicus
: (-)
Palpasi
25
- Defens Muscular
: (-)
- Nyeri Tekan
: (+)
: (+)
- Lien
: Tidak teraba
- Ren
: Tidak Teraba
- Hepar
: Tidak Teraba
Perkusi
- Suara Abdomen
: Tympani
- Shiffting Dullnes
: (-)
- Pekak Hati
: (+)
Auskultasi
- Peristaltic Usus
- Double Sound
: (-)
5. EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas
- Bengkak
: (- /-)
- Merah
: (- /-)
- Eritema Palmaris
: (- /-)
26
- Stand Abnormal
: (- /-)
- Gangguan Fungsi
: (- /-)
: (-)
- Reflex
: - Biceps
- Triceps
Ekstremitas Bawah
3.12
- Bengkak
: (- /-)
- Merah
: (- /-)
- Oedem
: (- /-)
- Pucat
: (- /-)
- Gangguan Fungsi
: (- /-)
- Varises
: (- /-)
- Reflex
: - KPR
- APR
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAH
Hb
10.3 g/dl
URIN
Warna
FESES
Kuning
Warna
Muda
Leukosit
10.3 x 109/L
Glukosa
Konsistens
i
LED
Protein
Eritrosit
27
Eritrosit
3.35 x 1012/L
Bilirubin
Leukosit
Hitung
Urobilinogen
3.5
Amoeba /
Jenis
Trombosit
kista
311 x 109/L
Sediment
Telur
Cacing
Eritrosit
2-4/Lpb
Ascaris
Leukosit
25-30/Lpb
Anchylosis
Silinder
T.Trichuria
Epitel
Kremi
Pemeriksaan
Ureum
Creatinin
Asam Urat
CrCl
Bilirubin total
Bilirubin direck
SGOT
SGPT
Alkali phospatase
KGD adr
Glucosa puasa
Glucosa 2 jam pp
3.13
Hasil
66 mg/dl
2,2 mg/dl
4,8 mg/dl
16,53 ml/i/1,73m2
0.28 mg/dl
0.11
15 U/l
9 U/l
186 U/l
154 mg/dl
63 mg/dl
170 mg/dl
RESUME
28
Anamnesa
Keluhan Utama
: mual muntah
Telaah
yang sudah dialami 1 minggu ini. Muntah terjadi setiap hari,pasien mengaku
pernah mengalami muntah dengan frekuensi sebanyak 10 kali, hingga pasien
merasa lemas. Muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan, tidak ada
darah, tidak ada lendir. Nafsu makan dan minum menurun karena setiap makan
dimuntahkan. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati dan perut terasa
menghisap. Kepala terasa pusing dan oyong. Pasien juga mengeluhkan adanya
cegukan, sesak nafas dan batuk kering 1 minggu ini, dan sulit tidur. Pasien
mengaku adanya sakit pinggang yang muncul 1 minggu belakangan ini.
Status Present
Keadaan Umum
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
Anemia : (+)
TB
: 150 cm
TD
: 110/70 mmHg
Ikterus : (-)
BB
: 40 kg
HR
: 72x/m, regular
Sianosis : (-)
RBW : 80 %
RR
: 20x/m
Dispnue : (+)
Suhu : 36,5C
Edema : (-)
Sikap Tidur Paksa : (+)
Turgor : Kembali Cepat
Pancaran Wajah : lelah
PEMERIKSAAN FISIK
29
- Kepala
- Leher
- Thorax
dextra
Batas jantung atas = ICR III
Batas jantung Kiri = ICR V, 1 jari medial linea
midclavicula sinistra
- Abdomen
- Ekstremitas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
============================ URINE RUTIN
=============================
WARNA
Kuning Muda
SEDIMENT
GLUKOSA
(-)
ERITROSIT
2-4/Lpb
PROTEIN
(-)
LEUKOSIT
25-30/Lpb
BILIRUBIN
(-)
SILINDER
(-)
UROBILINOGE
3.5
EPITEL
(+)
30
Hb
10.3 g/dl
Leukosit
10.3x 109/L
LED
Eritrosit
3.35x 1012/L
Trombosit
311 x 109/L
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
1. PGK + anemia + ISK + hipertensi terkontrol
2. PGK e.c hipertensi + anemia + ISK
3. PGK e.c obstruksi traktus urinarius + anemia + hipertensi terkontrol
4. GGK + anemia + ISK + hipertensi terkontrol
5. GGK e.c hipertensi + anemia + ISK
DIAGNOSA SEMENTARA
PGK + anemia + ISK + hipertensi terkontrol
TERAPI
Terapi Umum
- aktifitas ringan
- Diet ginjal bentuk MII rendah protein
31
- batasi cairan
Terapi Medikamentosa
- IVFD kaen 1B 10 gtt/i (micro)
- IVFD kidmin 1 fls/hari
- Inj Ceftriaxone 1gr/12jam
- inj ondansetron 1 amp/8 jam
- Inj Ranitidine 1 amp/ 12 j
- sukralfat syr 3xC1
- vastigo 3x1
ANJURAN
- Foto Thorax
- Echochardiografi
- AGDA
- EKG
- LFT
32
BAB IV
DISKUSI
Kardiovaskuler: hipertensi
Gastrointestinal: mual dan muntah
Neurologi: kelemahan dan keletihan
Muskuloskeletal: kekuatan otot hilang
Reproduktif: amenore
33
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1.
Kesimpulan
Penyakit ginjal kronik (CKD) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate/GFR) dengan
manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk
kelainan dalam komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis.
Penyakit Ginjal Kronik tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis
jangka panjangnya buruk, kecuali dilakukan transplantasi ginjal. Penatalaksanaan
yang dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari
PGK itu sendiri. Selain itu, biasanya PGK sering terjadi tanpa disadari sampai
mencapai tingkat lanjut dan menimbulkan gejala sehingga penanganannya
seringkali terlambat.
5.2.
Saran
khalayak
Menambah pengetahuan dokter guna mendukung dalam praktek klinisnya
di masyarakat luas.
34
DAFTAR PUSTAKA
35