Anda di halaman 1dari 8

PENGAJARAN REMEDIAL

A.

Definisi Pengajaran Remedial

Ditinjau dari arti kata, remedial berarti sesuatu yang berhubungan dengan
perbaikan. Dengan demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk
pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran
remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat
baik atau menyembuhkan.
Menurut Abin Syamsuddin dalam bukunya, pengajaran remedial didefinisikan
sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan
ahli/pihak lain) untuk mencipatakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari
yang biasa) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa dengan
karakteristik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang terencana,
terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan terkontrol dengan lebih
memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif
individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung
sarana dan lingkungannya.
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya
dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan
latar belakangnya.
2. Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
3. Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial,
artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan
belajarnya.
4. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi
dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu.
Misalnya: penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
5. Pengajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain.
Misalnya: pembimbing, ahli dan lain sebaginya.
6. Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih
diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing
pribadi murid yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.

7. Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan


kesulitan belajar yang dihadapi murid.

B.

Prosedur dalam Melaksanakan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam


pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan kegaiatan lanjutan dari
usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. Secara skematik langkahlangkah pengajaran remedial adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah pengajaran remedial:


1.

Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya

Sasaran pokok langkah ini adalah:


a.
Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristtik kasus
berikut permasalahannya
b.
Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif
tindakan remedial yang direkomendasikan
2.

Menentukan alternatif pilihan tindakan

Dari hasil penelaahan yang dilakukan pada langkah pertama akan diperoleh
kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu:
a.

Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum

b.

Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis kalau:

a)
Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial);
atau
b)
Harus menempuh dulu langkah ketiga (layanan BK) sebelum lanjut ke
langkah 4.
3.

Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi

Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat. Jika kasusnya memang
membutuhkan layanan bimbingan konseling terlebih dahulu yang sudah tidak
menjadi ranah kerja guru bidang studi, maka langkah ini perlu diambil
sebelum melanjutkan ke langkah keempat. Sasaran pokok yang hedak dituju
oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia
terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia

kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis. Setelah


melalui tahap ini, secepatnya melanjutkan ke tahap berikutnya.
4.

Melaksanakan pengajaran remedial

Sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah tercapainya


peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
5.

Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali

Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau


seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun
kualitatif. Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada
langkah ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu posttest atau tes sumatif dari PBM utama.
6.

Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik

Hasil pengukuran pada langkah kelima harus ditafsirkan dan ditimbang


kembali dengan mempergunakan cara dan kriteria untuk PBM utama.
7.

Remedial pengayaan dan atau pengukuhan

Seperti halnya langkah ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan (optional) yang
kondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih
sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan
(reinforcement) ini.
Asumsi-asumsi yang Mendasari Prosedur Pengajaran Remedial
Pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari pokok-pokok
pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pokokpokok pikiran yang dimaksud adalah :
a.
Terdapat keragaman indiviadual dalam kemampuan (kecepatan
belajar),
b.
Sampai batas normal tertentu, setiap individu dapat mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu.
c.

Proses belajar mengikuti asas keseimbangan (continues progress).

Beberapa pokok pikiran itu adalah suatu alternatif prosedur agar dapat dipilih
sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran
remedial yang dimaksudkan.
C.

Strategi dan Teknik dalam Pengajaran Remedial

Dalam konteks konsep dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ross dan
Stanley, dalam Abin Syamsuddin menjelaskan bahwa tindakan strategis itu
seyogianya dapat dilakukan secara kuratif dan preventif, Dinkmeyer &
Caldwell (dalam bukunya Developmental Counseling, 1970) seperti yang
dikutip Abin dalam bukunya Psikologi Kependidikan, menambahkan bahwa
hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan
(developmental).
Untuk itu strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial terdiri dari 3
jenis.
1.
Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat
kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan sifat kuratif kalau dilakukan setelah program
Proses Belajar Mengajar (PBM) utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini
didasarkan atas kenyataan empirik bahawa ada seseorang atau sejumlah
orang yang dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara
sempurna, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sasaran
pokok dari tindakan ini adalah agar siswa yang prestasinya rendah
diusahakan suatu saat dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal.
Sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan minimal, suatu
saat dapat diperkaya atau lebih ditingkatkan lagi. Untuk mencapai sasaran
pokok tersebut para ahli telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan
seperti pengulangan (repetition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan
(reinforcement) serta percepatan (acceleration).
2.
Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifap
preventif
Jika dalam pendekatan kuratif, tindakan remedial bertolak dari hasil post
teaching diagnostic, berdasarkan data hasil pre-test/tes sumatif, maka
pndekatan preventif bertolak belakang dengan pre-test atau test of entering
behaviors. Berdasarkan hasil pre-teaching diagnostic, maka siswa dapat
diidentifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :
a.
Siswa cepat, yaitu mereka yang diperkirakan mampu menyelesaikan
program lebih cepat dari waktu yang ditetapkan.
b.
Siswa normal, yaitu mereka yang diperkirakan mampu menyelesaikan
program PBM utama sesuai dengan waktu yang telah disediakan.
c.
Siswa lambat, yaitu mereka yang diperkirakan akan terlambat atau
tidak dapat menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu.
Dari ketiga perkiraan tersebut, maka setidaknya ada tiga teknik
pembelajaran yang bersifat remedial, yaitu :

a.

Layanan Kelompok Belajar Homogen

Program pembelajaran pada ketiga kelompok siswa tersebut, ruang


lingkupnya ekuivalen, tetapi diorganisasikan secara relatif berbeda.
Perbedaan tersebut terletak pada cara menerangkannya, contoh-contohnya,
soal-soal/tugas, dan sebagainya. Misalnya untuk siswa cepat, tingkat
kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa lambat. Yang
terpenting adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan
pembelajaran pada waktu yang bersamaan sehingga mereka dapat
mengikuti test sumatif pada waktu yang bersamaan.
b.

Layanan Pembelajaran Individual

Pada dasarnya konsep ini sama dengan diatas, yaitu penyesuaian dengan
kondisi objektif siswa. Pada teknik ini setiap individu mempunyai program
tersendiri. Siswa mempunyai kebebasan melakukan kegiatan-kegiatan atau
berkonsultasi dengan gurunya, tidak terikat dengan keharusan mengikuti jam
belajar seperti biasa di kelas. Siswa hanya terikat pada batas waktu akhir
periode pelajaran yang ditetapkan, seperti triwulan, semesteran, dan
sebagainya. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus mengikuti tes
sumatif tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program ini sangat
ccocok untuk sistem pembelajaran dengan modul.
c.
Layanan Pembelajaran Secara Kelompok Dengan Dilengkapi Kelas
Khusus Remedial dan Pengayaan
Pada teknik ini siswa berada pada satu kelas yang sama dan pada program
pembelajaran yang sama pula. Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan
tertentu, telah disediakan tempat, waktu untuk pelayanan remedial secara
khusus. Begitu juga dengan siswa yang cepat, juga disediakan program
pengayaan khusus. Setelah selesai dengan program remedial atau
pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar utama bersamasama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus
menempuh post-test atau tes sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini
sesuai bila diterapkan pada sistem pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa
digunakan guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
3.
Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat
pengembangan (developmental)
Sasaran pokok strategi pendekatan ini adalah agar siswa bisa menghadapi
hambatan atau kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan
kegiatan proses belajar mengajar. Mereka diberi bantuan segera (immediate
treatment) dari waktu ke waktu selama berlangsung pembelajaran. Harapan
dari teknik ini adalah siswa diharapkan akan menyelesaikan program secara

tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Agar


strategi dan teknik pendekatan ini dapat dioperasionalkan secara teknis dan
sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program pembelajaran yang
sistematis, seperti sistem pembelajaran berprogram, sistem modul, self
instructional audio tutorial system. Dengan demikian, proses layanan
diagnostik dan remedial dapat dilakukan dari unit ke unit secara teratur.
D.
1.

Evaluasi Pengajaran Remedial


Tujuan Evaluasi

Suatu pilihan rasional, mau tidak mau melibatkan suatu tindakan penilaian
(evaluasi). Setiap tindakan evaluasi memerlukan adanya suatu perangkat
kriteria atau tolok ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik
pengumpulan dan pengolahan data informasi untuk menunjukkan gambaran
seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai atau tidaknya sesuai
kriteria yang ditetapkan.
2.
Perangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan/atau Teknik
Pendekatan Pengajaran Remedial
Kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini berorientasi kepada tiga
prinsip, yaitu: keserasian (appropriateness), keefektifan (effectiveness), dan
kelancaran (efficiency). Secara tentatif dapat kita formulasikan bahwa
sesuatu model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial
dapat dipandang baik kalau terdapat indikator yang didukung oleh
data/informasi yang memadai bahwa model itu:
a.
Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan), jenis/jumlah
tingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan teknis dan
kepribadian guru yang bersangkutan, serta daya dukung fasilitas
instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan.
b.
Efektif yang ditujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar
dan/atau kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang diharapkan.
c.
Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk
mencapai peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian siswa tersebut.
Ada dua pendekatan, yaitu pendekatan rasional dan empirik.
a.
Pendekatan rasional terhadap masalah keserasian suatu model strategi
dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial
Ada dua cara yang fisibel untuk mendeteksi seberapa jauh taraf keserasian
model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam:

a)

Bentuk pertanyaan pada setiap aspek yang dinilai atau;

b)
Kita kembangkan dalam bentuk atau format skala penilaian atau daftar
cek.
b.
Pendekatan empirik terhadap masalah keserasian suatu model strategi
dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial
Russell dalam Abin Syamsuddin mengemukakan suatu model perthitungan
mengenai taraf keefektifan dan kelancaran suatu model atau
sistem/pengajaran modul yang mempunyai nilai diagnostik dan remedial,
yang mempergunakan data/informasi angka nilai (scores) prestasi belajar
siswa dengan menggunakan formula sebagai berikut:
a)

Formula keberhasilan (keefektifan)

Atau

b)

E.

Formula kelancaran (efficiency)

Analisis Pembelajaran Remidi

Waktu yang paling tepat untuk melaksanakan remidi adalah setelah


pelaksanaan ulangan harian (KD). Adapun waktunya bisa dijadualkan
bersama guru dan siswa baik di dalam jam pelajaran atau di luar jam
pelajaran jika memungkinkan. Permasalahan teknis yang sering muncul
adalah ketersediaan waktu dan tenaga guru untuk pelaksanaan program
remidi, padatnya jam belajar siswa, ruang kelas yang terbatas, tempat
tinggal siswa dan atau guru yang jauh dari sekolah dan masih banyak hal
teknis lain yang menyebabkan guru enggan melaksanakan kegiatan remedial
dan mengambil jalan pintas dengan mengulang ujian. Namun dengan
pemahaman dan kesadaran akan arti penting ketuntasan belajar,
pelaksanaan remidi seharusnya bisa dilaksanakan oleh seorang guru
profesional terlepas dari rumitnya permasalahan teknis yang dihadapi.
Setelah dilakukan remidi maka siswa yang nilainya kurang dari KKM telah
tuntas karena remidi hanya diselenggarakan satu kali. Sehingga kegiatan
belajar bisa dilanjutkan ke bagian selanjutnya. Bila pesera remidi lebih dari
20% maka kegiatan remidi akan dilakukan dengan cara ujian remidi. Dan
apabila peserta remidi kurang dari 20% dari keseluruhan murid dalam 1 kelas

maka kegiatan remidi menggunakan tugas. Sehingga jika peserta remidi


hanya sedikit tidak akan mengganggu kegiatan belajar murid yang sudah
tuntas KKM dan jadi tidak ada kesan menghambat. Setelah ujian selalu
dilakukan pembahasan soal yang digunakan untuk ujian. Sehingga
pembelajaran pra remidi bisa dilakukan sekaligus dengan pembahasan soal
dan pendalaman materi. Soal remidi baiknya disesuaikan dengan materi yang
akan diremidikan. Tapi biasanya soal remidi sedikit lebih mudah dari soal
ujian semula. Dan siswa bisa berkonsultasi tentang materi yang belum
mereka pahami adalah pada saat satu minggu setelah ujian utama.

Anda mungkin juga menyukai