Anda di halaman 1dari 3

PRAKTEK PENGELOLAAN TERBAIK

LAHAN PERTANIAN
Dalam suatu sistem pertanaman ukuran utama dari produktivitas adalah hasil panen per
satuan luas lahan pertanaman per satuan waktu. Profitabilitas, ukuran utamanya adalah
keuntungan bersih tiap satuan luas lahan pertanaman per satuan waktu. Pertambahan
profitabilitas dari suatu praktek manajemen khusus ialah kenaikan pendapatan yang ada
dikurangi biaya marginal.
Terdapat empat tujuan manajemen yang dapat diterapkan pada praktek usaha tani dari seluruh
sistem pertanaman yaitu produktivitas, profitabilitas, keberlanjutan sistem pertanian dan
kemampuan suatu lingkungan biofisik dan sosial yang menguntungkan.
Produktifitas Lahan
Produktivitas lahan pertanian sebagai sumber makanan manusia dan ternak semakin menurun
dari tahun ke tahun. Hal senada juga diungkapkan oleh Havlin, dkk (1999), perhatian dan
ketertarikan mengenai produktivitas tanah bukanlah hal baru dan sudah dikenal sejak awal
tahun 1990-an. Produktivitas tanah menurun hingga 40% selama 60 tahun pada periode 18701930, yang berhubungan dengan tingkat penurunan kesuburan tanah. Bahan organik tanah
dan suplai nutrien lokal, khususnya N telah berkurang. Hara tanah berpindah secara umum
lebih besar dari ada jumlah yang dikembalikan ke tanah melalui pupuk kandang dan pupuk
kimia.
Unsur hara adalah penting bagi pertumbuhan semua organisma hidup. Pertanian tergantung
pada ketersediaan hara dari berbagai sumber, termasuk mineralisasi bahan organik tanah,
pupuk kandang, kotoran limbah, pupuk komersial, fiksasi N oleh legum, N yang terdapat
pada atmosferik dan air irigasi. Penelitian yang telah dilakukan pada beberapa dekade telah
membantu petani di dalam penggunaan hara yang ditambahkan secara efisien melalui
berbagai teknik seperti pengujian tanah dan penempatan hara serta pemilihan yang waktu
dalam aplikasi. Saat ini sebagian besar penelitian dan pendidikan diarahkan untuk membantu
petani menentukan metoda-metoda dan sejumlah aplikasi unsur hara secara ekonomis
(www.conservationinformation.org diakses tanggal 28 Januari 2009).
Dalam sistem pertanaman ukuran utama dari produktivitas adalah hasil panen persatuan luas
lahan pertanaman persatuan waktu. Produktivitas harus mempertimbangkan seluruh sumber
daya atau faktor-faktor produksi yang terlibat. Berbagai indikator-indikator yang melukiskan
produksi dan efisiensi penggunaan masukan perlu untuk mengevaluasi produktivitas dengan
tepat.
Profitabilitas Hasil
Pada masa lalu, keterbatasan teknologi dan keuntungan secara ekonomi dalam jangka pendek
merupakan landasan utama dalam sistem produksi pangan. Sementara saat ini dalam sistem
produksi pangan harus mempertimbangkan basis ekologi untuk sistem pertanian.
Penggunaan ilmu dan teknolog untuk memahami bagaimana agroekosistem saling
berinteraksi dengan ekosistem saat ini langsung diterapkan (Brady, 2006).

Havlin, dkk (1999) mengemukakan bahwa secara obyektif beberapa program pengelolaan
tanah dan pertanaman yang berkelanjutan produksinya menguntungkan. Kekuatan dan
kemampuan bertahan lama suatu peradaban bergantung kepada kemampuan melanjutkan atau
meningkatkan kapasitas produksi pertanian.
Secara ekonomi untuk memperoleh hasil yang optimal dengan biaya produksi yang minimal
dalam pengelolaan usaha tani adalah dengan menerapkan teknologi pertanian secara terpadu
dan efisiensi bahan kimia untuk mendapatkan keuntungan bersih setelah dikurangi dengan
ongkos produksi.
Keberlanjutan Pertanian
Peningkatan populasi manusia, produksi makanan membuat langkah lebih nyata terutama
dengan perluasan area tanam dengan meningkatnya jumlah produksi makanan per hektar
(Brady, 2006). Peledakan jumlah penduduk selama abad ke 20 menstimulir secara luas
dengan menilai kesehatan masyarakat secara mendasar seperti kemurnian air minum, fasilitas
kesehatan dan obat untuk mencegah atau mengendalikan infeksi berbagai penyakit.
Keberlanjutan pada sistem pertanaman berkaitan dengan pengaruh waktu terhadap
sumberdaya yang terlibat. Suatu sistem produksi yang berkelanjutan adalah yang mencakup
kualitas dan efisiensi sumberdaya yang terpakai tidak berkurang mengikuti jalannya waktu,
sehingga keluarannya tidak berkurang bila masukannya ditingkatkan (Monteith, 1990 dalam
Bruulsema, dkk, 2000).
Menurut Havlin, dkk (1999) tanah yang produktif menunjukkan bahwa tanah tersebut subur,
konservasi tanah sangat penting untuk keberlanjutan dalam jangka panjang. Praktek
pengelolaan tanah berkontribusi atau mendorong degradasi tanah yang akan mengurangi
produktivitas tanah dan menghalangi kemajuan pertanian berkelanjutan ke depan. Untuk
mencapai pertanian yang berkelanjutan tergantung pada beberapa faktor yaitu agronomi,
lingkungan dan sosial. Beberapa kriteria dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem
keberlanjutan usaha pertanian seperti :

Pemeliharaan keuntungan angka pendek dan kemampuan kelanjutan secara ekonomis

Pemeliharaan dan peningkatan produktivitas tanah

Ketersedian kualitas lingkungan yang baik dalam jangka panjang

Memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber

Keamanan pangan, kualitas hidup dan ketersediaan komunitas.

Kualitas Lingkungan
Kualitas lingkungan yang harus dijaga dalam Best Management Practices meliputi kelestarian
tanah, air, udara dan keamanan pangan. Untuk meraih keseimbangan basa, jumlah garam
harus sesuai dengan jumlah yang dipindahkan. Kondisi ini merupkan tantangan keberlanjutan
jangka panjang dalam bidang pertanian. Area irigasi, secara prinsip bertujuan untuk
pengelolaan kualitas dan jumlah air irigasi yang dibawa dalam perpindahan sejumlah

drainase dan kualitas tanah (Brady, 2006). Jika kandungan gram dalam air irigasi tinggi,
keseimbangan garam akan sulit dicapai. Begitupun, setiap air yang salinitasnya sangat tinggi
dapat digunakan dengan baik jika drainase tanah cukup bagus untuk pengelolaan secara hatihati pada input dan output garamnya.
Pengelolaan hara berpengaruh terhadap sebagian besar lingkungan secara langsung dengan
masalah kualitas air yang disebabkan oleh N dan P. Kedua hara tersebut secara luas
menyebabkan kualitas air rusak di danau dan muara, yang kedua sedimen yang mengandung
berbagai polutan merusak kualitas air sungai dan anak sungai. Dari berbagai studi
kebanyakan negara industri membuat langkah besar untuk mengurangi polusi hara dari pabrik
dan pembuangan kotoran dari perkotaan.
Untuk membantu melukiskan secara menyeluruh tentang pembentukan atau degradasi tanah,
para peneliti di bidang tanah membangun konsep tentang kesehatan tanah dan kualitas tanah.
Indikator kualitas tanah dapat diketahui salah satunya pada kasus fungsi siklus hara yang
mendukung produktivitas pengelolaan tanaman. Indikator kualitas tanah termasuk
pengukuran potensial mineralisasi N, pengujian level P dalam tanah, pH tanah, kapasitas
tukar kation, kedalaman tanah dan lain-lain (Brady, 2006).
Konsep pengelolaan hara untuk meningkatkan kualitas tanah terus berlanjut jauh melampaui
sekedar suplai hara selama beberapa tahun belakangan ini untuk mendukung prtumbuhan
tanaman. Termasuk dalam pengelolaannya adalah suplai hara dalam jangka panjang dan
kapasitas siklus hara dalam tanah, meningkatkan fisik tanah, pemeliharaan keanekaragaman
fungsi biologi yang di permukaan maupun di dalam tanah, serta menghindari keracunan
bahan kimia. Pengelolaan hara membutuhkan managemen terpadu secara fisik, kimia dan
proses biologi.
Sistem-sistem produksi pertanaman mempunyai pengaruh sangat beragam terhadap
lingkungannya melalui kehilangan material yang memasuki perairan dan udara. Selain itu
juga mempengaruhi lingkungan sosial melalui permintaan tenaga kerja, kondisi pekerjaan,
perubahan pelayanan ekosistem dan sebagainya (Monteith, 1990 dalam Bruulsema, dkk,
2000).

Anda mungkin juga menyukai