Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 8, 9, 10, 11
DAFTAR ISI
MAKALAH PSIKOSOSIAL KEBIDANAN KELOMPOK 8 ................................... 1
PENDEKATAN PSIKOSOSIAL KEHAMILAN DAN PENGELOLAAN
PERUBAHAN PSIKOLOGI KEHAMILAN .............................................................. 1
BAB I ................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2
A. Latar Belakang....................................................................................................... 2
B. Tujuan .................................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 5
A. Kehamilan.............................................................................................................. 5
1.
Definisi............................................................................................................... 5
2.
3.
2.
3.
4.
D. Kecemasan ........................................................................................................... 30
1.
Definisi............................................................................................................. 30
2.
Etiologi............................................................................................................. 31
3.
A. Latar Belakang..................................................................................................... 45
B. Tujuan .................................................................................................................. 46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 48
A. Konsep Dasar Persalinan ..................................................................................... 48
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cemas............................................................................................................... 61
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hypnobirthing .................................................................................................. 74
2.
Water Birth....................................................................................................... 76
D. Jurnal ................................................................................................................... 78
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 83
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 84
A. DEFINISI............................................................................................................. 88
1.
2.
Psikososial........................................................................................................ 88
3.
Adaptasi ........................................................................................................... 89
4.
2.
3.
2.
2.
3.
4.
5.
E. Teori Praktik Kebidanan Yang Berkaitan Dengan Pencapaian Peran Ibu ........ 109
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
3.
Anggota Kelompok
1. Debora Paninsari
: 1420332005
2. Siska Anggraini
: 1420332014
: 1420332020
: 1420332046
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang
wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan
demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di
alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
World Health Organitation (WHO) memperkirakan sekitar 15% ibu hamil
berpotensimengalami komplikasi yang mengancam jiwa danmemerlukan perawatan
terampil dari petugas kesehatan dan beberapa ibu hamil memerlukan intervensiobstetrik
utama agar dapat diselamatkan. Data statistik mencatat angka kematian ibu dalam
kehamilan dan persalinan mencapai 515.000jiwa setiap tahun, 99% terjadi di negaranegara berkembang.Menurut Depkes RI (2008) di negara miskin, sekitar 20-50%
kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kehamilan
merupakan
peristiwa
besar
bagi
seorang
wanita
dan
Selama masa kehamilan ibu hamil mengalami perubahan fisik dan psikologis
yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan perubahan mood serta peningkatan
kecemasan. Oleh karena itu agar ibu hamil tidak mengalami kecemasan perlumempersiapkan
segala hal yang dapat membantu selama masa kehamilan dan saat proses melahirkan.
Keluhan kehamilan jika tidak tertangani akan mengarah kekomplikasi sehingga
menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan pada ibu (Bobak, 2005).
Kecemasan yang dirasakan umumnya berkisar pada takut perdarahan, takut
bayinya cacat, takut terjadi komplikasi kehamilan, takut sakit saat melahirkan dan takut
bila dijahitserta terjadi komplikasi pada saat persalinan, yangdapat menimbulkan
kematian, hingga kekhawatiran jika kelak tidak bisa merawat dan membesarkan anak
dengan baik. Tanpa disadari ketakutan proses melahirkan akantertanam pada pikiran
bawah sadar dan akhirnya tertanam sebagai program negatif.Peningkatan beban
psikologis ibu dapat menimbulkan permasalahan terhadap kualitas janin yang
dikandung dan komplikasi yang menyertai proses persalinan ibu.
Menurut Depkes RI (2013), pencegahan dengan beberapa metode diperlukan
untuk meringankan dan mempersiapkan ibu dalam menjaga kehamilan dan proses
persalinannya. Pencegahan komplikasi persalinan bertujuan untuk membuat ibu dan
bayi baru lahir dapat memperoleh derajat kesehatan yang tinggi dan terhindar dari
berbagi ancaman dan fungsi reproduksi. Oleh karena itu keseimbangan tubuh dan
pikiran harus selalu terpelihara untuk menciptakan pikiran tenang dan nyaman serta
keduanya bisa bekerja seimbang, sehingga akan mengarah pada kehamilan dan
persalinan yang tenang dan membahagiakan.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami perubahan-perubahan
yang terjadi selama kehamilan pada ibu hamil baik secara fisik maupun psikologi serta
bagaimana pendekatan psikososial yang dapat dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir, lama hamil
normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Sedangkan secara medis kehamilan dimulai dari proses pembuahan sel
telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria. Selain itu menurut Cunningham
(2005), kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis
kehamilan tidak dapat diabaikan.Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
maternal selama hamil maka ibu dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang disebut dengan
antenatal.
Menurut Depkes RI (2002), ibu hamil adalah wanita yang tidak dapat haid
selama satu bulan atau lebih disertai dengan tanda-tanda kehamilan subyektif dan
obyektif.
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Saufuddin (2010), tanda dan gejala kehamilan yaitu:
a. Tanda pasti kehamilan, seperti:
Gerakan janin yang dapat dilihat/diraba/dirasa, juga bagian-bagian janin.
Denyut jantung janin, didengar dengan stetoskop monoral leannec, dicatat
dan didengar alat Doppleri, dicatat dengan feto elektrokardiogram serta dapat
juga dilihat pada ultrasonografi (USG).
Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
Mengidam
Ibu hamil sering meminta makanan/minuman tertentu terutama pada bulan-bulan
triwulan pertama, tidak tahan suatu bau-bauan.
Mammae membesar
Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan pengaruh estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery
terlihat membesar.
Konstipasi/obstipasi, konstipasi terjadi karena tonus otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid.
Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka
(Chloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut (linea
nigra=grisea).
Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.
Pemekaran vena-vena (varises).
Terjadi pada kaki, betis dan vulva. Keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan
akhir.
c. Tanda kemungkinan hamil
Perut membesar
Uterus membesar
Tanda Hegar, ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu, yaitu adanya uterus
segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain.
Tanda Chadwick, adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi
kebiru-biruan.
Tanda Piscaseck, yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena
embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan bimanual akan terasa benjolan
yang asimetris.
Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (braxton hicks).
Segera
setelah
konsepsi
progesteronemeningkat,menyebabkan
kadarhormon
mualdan
muntah
estrogen
pada
dan
pagi
hari,
livid
pada
tandaChadwick.
Dinding perut (abdominal wall)
vagina
danportio
serviks
disebut
Rahimmenimbulkan
peregangan
danmenyebabkan
robeknyaserabut
ASI
padalaktasi.
Penampakan
payudara
seperti
payudara
prolactin
belum
berfungsi
dan
glandulamontgomery
payudara
danalat-alat
lain
yang
berfungsiberlebihan
selama
dengan
bertambahbesar
adanyapencairan
sekitar
25%
dgn
(hemodilusi).Volume
puncak32
minggu.
darah
akan
Hemodilusi
10
muka biasanya pada idaerah pipi dan dahi dan dapat mengubah penampilan
wanita tersebut.
Linea Alba, garis putih tpis yang membentang dari simphisis pubis
sampai umbilicus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra.
Peningkatan pigmentasi ini akan berkurang sedikit demi sedikit setelah masa
kehamilan. Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam darah dan
peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan payudara bertambah jawab
pada timbulnya garis garis yang berwarna merah muda atau kecoklatan pada
daerah tersebut. Tanda tersebut biasa dikenal dengan nama striae gravidarum
dan bisa menjadi lebih gelap warnanya pada multigravida dengan warna kulit
genap atau hitam. Striae gravidarum ini akan berkurang setelah masa kehamilan
dan biasanya nampak seperti garis-garis yang berwarna keperakan pada wanita
kulit putih atau warna gelap/hitam yang mengkilap.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung yang
disebut chloasma gravidarum. Estrogen dan progesteron telah dilaporkan
menimbulkan efek perangsangan melanosit.
Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar. Akan
tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada
perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun.
Hal ini juga ditemukan pada ibu ibu yang menyusui. Kelenjar tiroid
akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari
11
hiperplasia
kelenjar
dan
peningkatan
vaskularisasi
(Prawirohardjo,
Walaupun
kadang-kadang
kehamilan
dapat
menunjukkan
12
Hal ini disebabkan oleh produksi estrogen stimulated hepatic dari tiroksin yang
menekan glubolin.
4. Kelenjar Adrenal
Karena dirangsang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal memproduksi lebih
banyak kortisol plasma bebas dan juga kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal
ini terjadi usia kehamilan 12 minggu sampai dengan aterm. Peningkatan
konsentrasi kortisol bebas pada saat masa kehamilan juga menyebabkan
hiperglikemia pada saat setelah makan. Peningkatan plasma kortikol bebas juga
dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kegemukan di bagian-bagian tertentu
karena adanya penyimpanan lemak dan juga dapat merangsang adanya striae
gravidarum.
Sistem pernafasan
Perubahan
sistem
pernafasanjuga
dapat
berubah
untukdapat
13
Sistem pencernaan
Karena
menyebabkan
pengaruh
estrogen,pengeluaran
pengeluaran
air
asam
lambungmeningkat
liurberlebihan(hipersalivasi),
daerah
khususnya
perubahan
psikologis
dalam
kehamilan
dan
setelah
persalinan.Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapanharapan antara lain:
14
Plateu stage, ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang
ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri.
15
idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan
wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan
gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama
kehamilan.
16
Menurut Ramona Marcer, teori ini lebih menekan pada stress antepartum
(sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi
dua pokok bahasan:
a. Efek stress Anterpartum
Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan yang di berikan adalah
memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan
ibu.Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan
status kesehatan ibu, yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu
mendapatkan identitas
baru
yang
membutuhkan
pemikiran
dan
17
18
19
20
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus
kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun demikian
bukan berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Ibu lebih merasa
bahwa janin yang dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
ibu akan merasa tidakberdaya dan merasa minder karenaibu merasakan
perubahan padadirinya.
Stres
Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama
bisa berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat
mempengaruhi perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan
ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti sakit,
kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Goncangan Psikologis
Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester
pertama dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.
b. Trimester II
Selama fase trimester II kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih
tenang, namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh,
kehidupan seks, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya, serta peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu,
melihat dan meniru peran ibu serta meningkatnya ketergantungan ibu pada
pasangannya. Beberapa bentuk perubahan psikologis pada trimester kedua, yaitu
:
Rasa Khawatir/Cemas
21
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktuwaktu. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap datangnya
tanda-tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi
yang dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat
kebanyakanibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya dengan
memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi, menghindari orang atau bendabenda yang dianggap membahayakan bayinya.
Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode
bulan kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau
cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya usia
kehamilannya.
Keinginan untuk Berhubungan Seksual
Pada trimester II terjadi peningkatan energi libido sehingga pada
kebanyakan ibu menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini dapat
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janinnya. Bentuk kekhawatiran yang
sering terjadi adalah apakah ada kemungkinan janinnya cedera akibat penis,
orgasme ibu, atau ejakulasi. Meskipun demikian, yang perlu diketahui hubungan
seks pada masa hamil tidak berpengaruh karena janin dilindungi cairan amnion di
dalam uterus.
Selain itu terdapat juga perubahan psikologis pada kehamilan trimester kedua,
yaitu:
a. Fase Prequeckning
22
Selama akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu
hamil mengevaluasi kembali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan
orang tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia
mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Ia akan
menerima segala nilai yang telah diberikan ibunya dengan rasa hormat, namun
bila menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya.Perasaan
menolak terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada
ibunya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia
sedang mengembangkan identitas keibuannya.
Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas
dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang (persiapan untuk
menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi kasih sayang
kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode pancaran
kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik dan
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
b. Fase Postqueckning.
Setelah ibu merasakan queckning, identitas keibuan yang muncul. Ibu hamil
akan fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya sang
bayi.Perubahan ini mungkin akan menyebabkan sebagian wanita menangis dan
bersedih karena ia akan meninggalkan fase kehamilannya. Terutama bagi ibu
yang hamil pertama dan para wanita karir yang sedang hamil. Pada wanita
multigravida, peran baru dengan anaknya yang lain dan bagaimana nanti bila ia
harus meninggalkan rumah untuk proses persalinan. Pergerakan yang dirasakan
23
dapat membantu ibu dalam membangun konsep bahwa bayinya adalah individu
yang terpisah dengannya. Hal ini menyebabkan fokus pada bayinya.
c. Trimester III
Rasa Tidak Nyaman, kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitandengan adanya perasaan sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami,
keluarga, dan bidan.
24
adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund
Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar
yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan
ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita
dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan
menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.
Dukungan psikologi yang diberikan pada ibu hamil yaitu:
1. Dukungan Suami
Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang hamil akan
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin,
kesehatan fisik dan psikologis ibu. Bentuk dukungan suami tidak cukup dari sisi
finansial semata, tetapi berkaitan dengan cinta kasih, menanamkan rasa percaya
diri, komunikasi terbuka dan jujur, sikap peduli, perhatian, tanggap dan kesiapan
menjadi ayah.
Suami adalah pasangan hidup istri. Suami mempunyai tanggung jawab
yang besar sebagai kepala keluarga. Selain sebagai pencari nafkah, suami juga
berperan sebagai motivator dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan
rumah tangga, termasuk menjadi motivator pada saat istri sedang hamil. Suami
berperan sebagai pendukung utama (main supporter). Dukungan yang diberikan
suami sangat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya.
25
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan
kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan
juga memicu produksi ASI.
Berdasarkan penelitian, bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan suami
kepada istri antara lain :
Suami turut bahagia saat mengetahui bahwa sang istri hamil. Kebahagiaan
tersebut dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah, tindakan, sikap, perilaku
maupun pernyataan langsung kepada istri bahwa suami merasa bahagia
mendapatkan momogan, bahwa suami sangat mendambakan bayi dalam
kandungan istri.
Suami memahami dan bersikap sabar dalam menghadapi sikap dan perilaku istri.
Selama masa kehamilan, istri biasanya mengalami hal yang dinamakan
ngidam yaitu suatu kondisi dimana istri meminta sesuatu yang aneh-aneh
bahkan mustahil. Oleh sebab itu, kesabaran dan sikap positif suami sangat
diperlukan dalm menghadapi keadaan semacam itu.
Suami memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan istri dan anak yang
dikandungnya. Misal suami turut serta mengantar istri memeriksakan
kandungannya, ikut memperhatikan makanan bergizi serta suplemen yang
dikonsumsi istri, serta mengingatkan waktu makan istri.
Suami tidak membebani istri dengan pekerjaan rumah tangga yang berat, karena
dikhawatirkan dapat mengganggu kehamilannya. Walaupun pekerjaan rumah
tangga tersebut sudah biasa dilakukan oleh istri, sebaiknya suami turut
membantu istri menyelesaikan pekerjaan tersebut. Misalnya suami membantu
menyapu atau membereskan rumah sebelum berangkat bekerja.
26
27
Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lainnya mendukung penuh atas
kehamilan istri.
Bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan hampir mirip dengan
dukungan dari suami. Yang pertama dukungan dari orang tua kandung, misalnya
ibu kandung bisa menceritakan pengalamannya pada saat hamil dan memberikan
informasi-informasi seputar kehamilan berdasarkan pengalaman pribadi ibu.
Ayah kandung juga dapat memberikan dukungan berupa perhatian dan kasih
sayang, ataupun hanya berupa ekspresi bahagia.
Yang kedua dukungan dari ayah dan ibu mertua. Bentuk dukungan yang
diberikan misalnya menanyakan keadaan janin yang sedang dikandung,
kesehatan dan memastikan bahwa istri benar-benar menjaga kehamilannya
ataupun sering berkunjung untuk melihat kondisi kehamilan menantunya.
Bentuk dukungan tersebut menunjukkan bahwa mertua bahagia, peduli dan
mengharapkan kehadiran cucu nya.Selain itu, seluruh keluarga bisa memberikan
dukungannya dalam bentuk doa untuk keselamatan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Terkadang terdapat ritual adat istiadat yang memberikan arti
tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan.
3. Dukungan dari lingkungan sosial
Dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal memang tidak terlalu
berpengaruh terhadap kehamilan. Bentuk dukungan dari lingkungan sosial
antara lain:
a. Berdoa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu-ibu pengajian,
perkumpulan atau kegiatan sosial lainnya.
28
29
sendiri, dan memutuskan apa yang harus diberitahukan pada ibu dalam
menghadapi kehamilannya.
1. Tingkat Kesiapan Personal Ibu
Kesiapan personal merupakan modal besar bagi kesehatan fisik dan psikis ibu. Hal
yang
berkaitan
dengan
kesiapan
personal
adalah
kemampuan
untuk
D. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
30
Ability / RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian / splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006).
Sedangkan menurut Pieter (2010), kecemasan adalah tanggapan dari sebuah
ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang
sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.
Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan tidak
boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui
mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi
kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tidak disadari. Adanya stres
pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk
mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).
2. Etiologi
Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan yaitu:
a. Teori Psikologis
Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego yang memberitahukan adanya
suatu dorongan yang tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya
penggunaan represi sudah cukup untuk memulihkan keseimbangan
psikologis tanpa menyebabkan gejala, karena represi yang efektif dapat
menahan dorongan yang dibawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil
sebagai pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi, pengalihan
31
Teori Perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan oleh stimuli
lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah, terdistorsi atau tidak produktif
dapat mendahului atau menyertai perilaku maladaptif dan gangguan
emosional. Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap
derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya
untuk mengatasi ancaman.
Teori Eksistensial
Teori Biologis
saraf otonom.
32
organ
dan
menyebabkan
gejala
tertentu,
misalnya: kardiovaskuler
3. Serotonin
Badan sel pada sebagian besar neuron serotoenergik berlokasi di nucleus raphe
di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, system limbic dan
hipotalamus. Pemberian obat serotoenergik pada binatang menyebabkan
perilaku yang mengarah pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan obatobatan yang menyebabkan pelepasan serotonin, menyebabkan peningkatan
kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
4. Gamma
Peranan GABA (Gamma-Aminobutyric-Acid ) dalam gangguan kecemasan telah
dibuktikan oleh manfaat benzodiazepine sebagai salah satu obat beberapa jenis
gangguan kecemasan. Benzodiazepine yang bekerja meningkatkan aktivitas
GABA.
33
1. Tingkat Kecemasan
Menurut Suliswati (2005), tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu:
Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Individu
sadar, lahan persepsi meningkat (mendengar, melihat, meraba lebih dari
sebelumnya). Perlu untuk memotivasi belajar, pertumbuhan dan kreativitas.
Individu dapat dimotivasi untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi
arahan. Individu menjadi gugup atau agitasi, lahan persepsi menyempit
(melihat, mendengar, meraba menurun dari sebelumnya).
Kecemasan Berat
Lahan persepsi sangat sempit, seseorang hanya bisa memusatkan perhatian
pada yang detil, tidak yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk menurunkan
kecemasan. Adanya suatu ancaman, memperlihatkan respon takut dan distres.
Panik
Kehilangan kontrol, seseorang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Terjadi peningkatan
motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu
berfungsi secara efektif.
34
dan
kesejahteraan
ibu,
status
kesehatan,
predisposisi,
35
disebut ketakutan primer, dan akan menjadi intens bila ibunya, suami, mertua atau
keluarga besarnya bersimpatik atau kondisinya akan mempengaruhi emosinya,
seperti meningkatkan rasa panik, cemas, khawatir, dan gelisah. Ketakutan primer
datang bersamaan dengan ketakutan sekunder, seperti kurangnya dukungan suami
atau kondisi ekonomi sulit. Ketakutan mati bisa dikurangi dengan persiapan mental
yang kuat.
b. Ketakutan Konkret
Kebanyakan ibu hamil akan dirundung rasa ketakutan konkret menjelang persalinan
dan ditunjukkan dalam sikap ketakutan jikalau anak lahir cacat atau keadaan
patologis, bernasib buruk akibat dosa-dosanya dimasa lalu, beban hidup yang
makin berat dengan kehadiran anak, sikap penolakan, takut kehilangan bayi,
traumatis kelahiran sebelumnya, seperti sikap ibu over protektif, inkompetensi
merawat bayi.
c. Rasa Bersalah
Perasaan bersalah atau berdosa berkaitan dengan kehidupan emosi dan cinta kasih
yang diterima dari orang tuanya, terutama pada ibunya, identifikasi yang diterima
ibu, atau takut pada kematian. Kondisi-kondisi seperti ini mendorongnya untuk
meminta bantuan pada ibunya untuk selalu menemaninya sebelum, selama dan
pasca-persalinan.
d. Halusinasi Hipnagogik
Mendekatnya saat-saat kelahiran bayi, periode interval istirahat semakin pendek dan
saat itu ibu bisa tidur sebentar (tidur semu). Saat tidur semu inilah ibu hamil
mengalami mimpi-mimpi dan halusinasi hipnagogik, yaitu sebuah gambaran-
36
gambaran tanpa disertai rangsang yang adekuat (cocok, pas) yang berlangsung saat
setengah tidur dan setengah terjaga.
37
BAB III
KESIMPULAN
38
Penulis
janin. Janin akan mengalami gangguan jika ibu mengalami stress/ depresi atau
kecemasan yang berlebihan. Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian Gladys dkk di
Perancis.
Didalam jurnal Gladys, et al yang diterbitkan pada Agustus 2015 yang berjudul
Effects of Antenatal Maternal Depression and Anxiety on Childrens Early Cognitive
Development: A Prospective Cohort Study bahwa dapat terjadi gangguan
perkembangan anak terhadap depresi ibu selama hamil. Ibu hamil yang mengalami
depresi selama kehamilannya. Sekitar 10 persen wanita menderita depresi selama
kehamilan, dengan tingkat yang bervariasi sesuai dengan sejarah individu perempuan,
faktor sosial ekonomi dan paparan stres proksimal Depresi ibu, kecemasan, dan stres
selama kehamilan telah dikaitkan dengan perkembangan janin yang buruk dan hasil
39
kelahiran yang buruk, termasuk kelahiran prematur (PTB) dan berat lahir rendah
(BBLR). PTB atau anak-anak BBLR beresiko masalah emosional atau kognitif,
termasuk peningkatan risiko perhatian defisit / hyperactivity, kecemasan, atau
keterlambatan bahasa . Selain itu, kehamilan hasil stress ibu dalam pemrograman awal
fungsi otak dengan perubahan permanen dalam peraturan neuroendokrin dan perilaku
pada keturunannya . Perubahan ini dapat mempengaruhi proses kognitif dan emosional
anak-anak. Disregulasi hormon yang mempengaruhi hipotalamus-hipofisis-adrenal
(HPA) axis atau sistem saraf otonom mungkin terlibat dalam asosiasi ini.
40
Penulis
: Mechtilda Rwakarema, Shahirose S. Premji, Elias Charles Nyanza,
Ponsiano Riziki, and Luz Palacios-Derflingher
Dalam jurnal Antenatal depression is associated with pregnancy-related anxiety,
partner relations, and wealth in women in Northern Tanzania: a cross-sectional
study yang ditulis oleh Mechtilda dkk, terhadap 397 ibu hamil yang direkrut dari tiga
klinik di Tanzanian pada tahun 2013, 33,8 %(134) dari ibu hamil tersebut mengalami
depresi selama kehamilan. Kecemasan selama hamil terkait dengan depresi ibu.
Berdasarkan hasil penelitian Mechtilde dkk, bahwa ada beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil, diantarnya ialah hubungan yang buruk
dengan pasangan dan status sosial. Oleh karena itu, sangat perlu adanya dukungan sosial
dari suami, orang tua, saudara, teman untuk mendukung ibu hamil dalam menghadapi
perubahan fisik yang terjadi akibat kehamilannya. Merupakan hal yang wajar jika ibu
hamil mengalami gangguan psikologis selama hamil, hal ini dikarenkan adanya
perubahan hormon yang mempengaruhi mood (suasana hati) ibu tersebut. Didalam
jurnal tersebut juga ditekankan adanya dampak yang sangat besar terhadap depresi
selama kehamilan, seperti komplikasi selama kehamilan, pengalaman negatif
melahirkan, hasil kehamilan yang merugikan (misalnya, kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah , asfiksia. Dengan adanya adaptasi psikologis yang diperoleh ibu dari
orang sekitar (suami, keluarga dan tenaga kesehatan terutama bidan) diharapkan mampu
mengurangi resiko depresi selama hamil. Dukungan sosial dan pengelolaan psikososial
sangat membantu dalam mencegah terjadinya tingkat kecemasan ibu selama hamil.
41
DAFTAR PUSTAKA
1.
Keperawatan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. Jakarta: EGC.
11. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. 2010. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
12. World Health Organization. Paket Ibu dan Bayi. Penerapan Program Safe
Motherhood. Jakarta. 2004:15-18.
42
Anggota Kelompok
1. LYDIA FEBRI KURNIATIN (1420332010)
2. SUCI RAHMANI NURITA
(1420332029)
3. AINAL MARDIAH
(1420332017)
4. RESI CITRA
(1420332045)
43
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Selawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada nabi kita
Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini yang
merupakan tugas dari mata kuliah Psikososial Kebidanan dengan judul Pendekatan
Psikososial Persalinan dan Pengelolaan Perubahan Psikologi Persalinan
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing ibu Hj. ULVI
MARIATI, S.Kp. M.Kes dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak
langsung telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, semoga Allah
senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, terima
kasih.
Penulis
44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam
kehidupannya. Pengalaman ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara
bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya
semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat
menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal-hal yang
menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu
terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
psikologis (Kartono:1992) dalam (Dahro,2012)
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang
tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti
gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala
psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan
sebagainya) (Dahro,2012)
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya merupakan proses yang fisiologis
belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika
seandainya kelahiran itu cuma fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga
normal, maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada
setiap wanita, serta tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada
kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat
mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar, baik itu normal maupun
abnormal dengan operasi SC dan lain-lain. Beberapa faktor penyebab dari mudah
sulitnya aktifitas melahirkan bayi, antara lain ialah :
a. Perbedaan iklim dan lingkungan sosial, yang mempengaruhi fungsi-fungsi
kelenjar endokrin. Dan kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada
saat melahirkan bayi.
45
b. Cara hidup yang baik atau cara hidup yang yang sangat ceroboh dari wanita
yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara hidup sexualnya
mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya.
c. Kondisi otot-otot panggul wanita.
d. Kondisi psikis/kejiwaan wanita yang bersangkutan.
Sekalipun kini terdapat banyak kemajuan di bidang kebidanan dan kedokteran
untuk meringankan proses partus, namun kehidupan psikis wanita yang tengah
melahirkan bayinya itu sejak zaman purba hingga masa modern sekarang masih
saja banyak diliputi oleh macam-macam ketakutan dan ketakhayulan. Oleh karena
itu, akan mempengaruhi emosi pada saat hamil dan proses melahirkan yang
menimbulkan kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran (diane, 2009).
Aspek psikososial dalam persalinan merupakan suatu tantangan yang unik bagi
Bidan untuk mengelola perubahan psikologi persalinan. Bidan harus secara
seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun
kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan stress dan dehumanis.
Untuk mencapai keseimbangan ini Bidan harus mempunyai pengetahuan tentang
bagaimana pendekatan psikososial persalinan dan pengelolaan perubahan psikologi
persalinan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk memahami dan
menganalisa mengenai pendekatan psikososial persalinan dan pengelolaan
perubahan psikologi persalinan
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji dan memahami konsep dasar persalinan
b. Mengkaji dan memahami perubahan psikologis masa persalinan
c. Mengkaji dan memahami kondisi emosi ibu menjelang kelahiran
d. Mengkaji dan memahami sikap ibu menanti kelahiran
e. Mengkaji dan memahami pendekatan psikososial persalinan
f. Mengkaji dan memahami metode-metode persalinan masa kini dengan
pendekatan psikososial persalinan
46
47
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
48
Ibu yang melahirkan pertama kali pada usia tua umumnya akan
mengalami persalinan yang lebih lama dan merasakan lebih nyeri
dibandingkan ibu yang masih muda. Sehingga dapat dikatakan pada primipara
dengan usia tua akan merasakan intensitas nyeri yang lebih tinggi dan
persalinan yang lebih lama dari primipara usia muda.
c. Ukuran janin
Dikatakan bahwa persalinan dengan ukuran janin yang besar akan
menimbulkan rasa nyeri yang lebih kuat dari persalinan dengan ukuran janin
normal. Karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran janin
semakin lebar diperlukan peregangan jalan lahir sehingga nyeri yang dirasakan
semakin kuat.
d. Endorphin
Efek opioid endogen atau endorphin adalah zat seperti opiate yang
berasal dari dalam tubuh yang disekresi oleh medulla adrenal. Endorphin
adalah neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsang nyeri
sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri. Tingkatan endorphin berbeda antara
satu orang dengan orang lainnya. Hal ini yang menyebabkan rasa nyeri
seseorang dengan yang lain berbeda.
e. Kontraksi
Gerakan otot ini menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim
memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan melunak, menipis,
dan mendatar, kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim
dan kemudian membukanya. Jadi, kontraksi merupakan upaya membuka jalan
lahir.
49
rata-rata 0.5-1 cm per jam. Makin lama, intensitas dan frekuensi nyeri makin
sering dan makin bertambah kuat mendekati persalinan.
Nyeri persalinan dapat merangsang pelepasan mediator kimiawi seperti
prostaglandin, leukotrien, tromboksan, histamin, bradikinin, substansi P, dan
serotonin, akan membangkitkan stres yang menimbulkan sekresi hormon seperti
katekolamin dan steroid dengan akibat vasokonstriksi pembuluh darah sehingga
kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan akan
menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin
(Farrer, 2001).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan
hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat
menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah.
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi
uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya
iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak (Farrer, 2001).
Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga
kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas
usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin
yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi
inersia uteri. Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya
partus lama (Llewllyn, 2003).
pernapasan
dapat
mengendalikan
nyeri
karena
dapat
50
pendamping
selama
proses
persalinan,
sentuhan,
penghiburan, dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena
dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses
persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling
51
penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama
proses persalinan.
f. Faktor Psikologis
1) Takut dan Cemas
Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri
ini. Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan dan
melahirkan. Hal ini karena ambang batas rangsang nyeri setiap orang berlainan
dan subjektif sekali. Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang terasa
kencang. Ada pula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam
respon tersebut merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang
dirasakan.
Cemas dapat mengakibatkan perubahan fisiologis seperti spasme otot,
vasokontriksi dan mengakibatkan pengeluaran substansi penyebab nyeri
(kotekolamin), sehingga cemas dapat meningkatkan intensitas nyeri yang
dirasakan. Sementara perasaan takut dalam menghadapi persalinan akan
menyebabkan timbulnya ketegangan dalam otot polos dan pembuluh darah seperti
kekakuan leher rahim dan hiposia rahim. Oleh Karen aitu dapat disimpulkan
bahwa perasaan cemas dan takut selama persalinan dapat memicu sistem syaraf
simpatis dan parasimpatis, sehingga dapat lebih meningkatkan intensitas nyeri
yang dirasakan.
2) Arti nyeri bagi individu
Arti nyeri bagi individu adalah penilaian seseorang terhadap nyeri yang
dirasakan.Hal ini sangat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, karena
nyeri merupakan pengalaman yang sangat individual dan bersifat subjektif.
3) Kemampuan kontrol diri
Kemampuan kontrol diartikan sebagai suatu kepercayaan bahwa seseorang
mempunyai sistem kontrol terhadap suatu permasalahan sehingga dapat
mengendalikan diri dan dapat mengambil tindakan guna menghadapi masalah
yang muncul. Hal ini sangat diperlukan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga tidak akan terjadi respon psikologis yang berlebihan seperti ketakutan
dan kecemasan yang dapat menganggu proses persalinan.
4) Fungsi kognitif
52
53
bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan
risiko keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang dikandungnya.
4. Support system
Peran serta orang orang terdekat dan dicintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin.Biasanya akan sangat membutuhkan dorongan
dan kasih sayang yang lebih dari seseorang yang dicintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
Fase aktif
Seiring persalinan melalui fase aktif, ketakutan ibu meningkat. Pada saat
kontraksi semakin kuat lebih lama, dan terjadi lebih sering, semakin jelas
54
baginya bahwa semua itu berada di luar kendalinya. Dengan kenyataan ini, ia
menjadi lebih serius,ibu ingin seseorang mendampinginya karena ia takut
ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang diatasi. Ia
mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang tak dapat dijelaskan.
Pada fase transisi biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang
mencolok, rasa tidak nyaman menyeluruh, bingung, frustasi, emosi meledakledak akibat keparahan kontraksi, kesadaran terhadap martabat diri menurun
drastis, mudah marah, menolak hal-hal yang ditawarkan kepadanya, rasa takut
cukup besar.
Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum, rasa
khawatir ibu meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya
lebih sering sehingga ia tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini, ibu
akan menjadi lebih serius, ia menginginkan seseorang untuk mendampinginya.
Karena merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Ketika
persalinan
semakin
kuat,
ibu
menjadi
kurang
tempatnya
melahirkan,
termasuk
dari
mereka
yang
2. Kala II
Fase ini merupakan saat dimana ibu harus mengeluarkan tenaga yang
banyak. Ibu kadang berteriak untuk melampiaskan rasa nyeri karena regangan
perineum yang mencapai puncaknya.Biasanya ibu ingin ditemani oleh suami
atau keluarganya. Dukungan dari keluarga sangat penting untuk kesiapan ibu
menjalani proses persalinan.
55
3. Kala III
Ibu biasanya sudah lebih tenang karena anaknya sudah lahir. Kesulitan
melahirkan plasenta akan membuat ibu cemas.
4. Kala IV
Pada fase ini biasanya ibu telah merasa lega karena telah selesai
melaksanakan tugasnya dalam proses persalinan. Ibu merasa lebih nyaman dan
tenang.Bila terdapat laserasi jalan lahir, ibu akan merasa nyeri pada perineum
karena bekas penjahitan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
56
9.
10. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi; sama
halnya dengan ibu yang tidak tertarik dengan bayinya meskipun beberapa
ibu yang ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit ke kulit dan
segera menyusui.
11. Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayinya
12. Kelelahan dan peningkatan emosi
13. Nyeri
Perasaan Takut
Kondisi-kondisi psikologis yang sering menyertai ibu menjelang
kelahiran bayi ialah adanya perasaan takut. Sekalipun peristiwa kelahiran
sebagai fenomenal fisiologis yang normal, kenyataanya proses persalinan
berdampak terhadap pendarahan dan kesakitan luar biasa serta bias
menimbulkan ketakutan kematian, baik ibu atau bayinya. Ketakutan
kematian yang mendalam menjelang kelahiran bayi disebut ketakutan
primer, yang menjadi intens ibu, suami dan semua orang yang bersimpati
padanya ikut panik atau gelisah. Sikap menghibur dan melindungi dari
suami atau keluarga sangat diperlukan, karena merupakan dukungan moril
mengatasi konflik batin, kegelisahan dan ketakutan-ketakutan lain.
Ketakutan primer biasanya datang bersamaan dengan ketakutan
sekunder, seperti kurangnya dukungan suami atau kondisi ekonomi sulit.
Ketakutan mati bias dikurangi dengan mekanisme pertahanan diri yang kuat,
57
Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran biasanya berkaitan erat dengan sikap ibu yang selalu
dirundung ketakutan untuk berpisah dengan anak dari rahimnya, sikap
protektif ibu yang berlebihan atau perasaan tidak mampu merawat bayinya.
Jadi, terdapat perasaan takut akan kehilangan bayi atau postmatur.
5.
Halusinasi Hipnagogik
Gambaran-gambaran tanpa disertai perangsang yang adekuat (coco,pas)
yang berlangsung saat setengah tidur dan setengah terjaga. Selama interval
58
59
Ciri-ciri wanita pasif menyerah ialah malas bekerja sama dengan bidan
menjelang
proses
persalinannya
sehingga
memperlambat
proses
60
gangguan syaraf, sakit kepala dan mengalami konflik antara konflik batin dan
tingginya kualitas konflik maskulin dengan sikap femininnya.
7. Reaksi Sikap Ibu yang Bersifat Kompleks Maskulin
Gambaran umum reaksi sikap ibu tipe ini menganggap bahwa proses
persalinan sebagai tugas penghinaan, dipaksakan alam, sebagai ketidakadilan
dengan suami, sikap pembalasan, sikap menolak penderitaan dan kesakitan
melahirkan bayi, menuntut kelahiran operasi, memaksa bidan atau dokter
untuk merawat sepenuhnya. Kondisi ini memungkinkan timbulnya reaksi
kurang sabar dan mudah emosional hingga menjelang persalinan.
6. Cemas
Salah satu masalah psikososial yang timbul sehubungan dengan faktor
psikologis pada ibu yang akan melahirkan adalah kecemasan. Kecemasan dapat
merupakan respons emosional bagi orang sakit, orang yang dirawat, dan mereka
yang mengalami perubahan dalam diri maupun lingkungannya, termasuk mereka
yang sedang dalam persalinan. Kecemasan dan ketakutan pada ibu melahirkan
bisa terjadi meskipun tetap dalam batas normal. Kecemasan menjelang
persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang
fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi
serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya
kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang
diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi.
Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain
:
1.
2.
3.
4.
5.
61
62
Katekolamin (hormon stres) yang disekresi ketika ibu cemas dan takut,
diketahui menghambat kontraksi uterus dan aliran darah placenta. Aktivasi
sistem stres memimpin perubahan perilaku dan periferal yang meningkatkan
kemampuan organism mengatur homeostasis dan meningkatkan kesempatan
bertahan (Chrousos & Gold, 1992). Produksi katekolamin pada wanita
melahirkan sebenarnya menguntungkan karena akan menyiapkan tubuh dalam
menyimpan dan mengeluarkan energi. Meskipun demikian, jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu persalinan dan janin, termasuk kurangnya efi
siensi kontraksi uterus, proses persalinan lama, dan hambatan pengeluaran darah
dari uterus dan placenta. Fetus juga menghasilkan peningkatan katekolamin
terutama nor epinefrin sebagai respon terhadap stres akibat persalinan normal
dan hipoksia temporer.
63
64
65
klien ketika ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan
mengatakan pada ibu untuk bernafas pajang dan rileks.
(6) Mengadakan kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memeluk
dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
(7) Memberikan pujian.
Pujian diberikan pada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
(8) Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan
menyatakan ikut berbahagia. Komunikasi terapeutik pada ibu dengan
gangguan psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan
sikap sebagai seorang tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus
memberikan perimbangan.
6. Konseling Persalinan
Konseling dan pemberian informasi tentang kesehatan klien merupakan
bagian penggabungan konsep asuhan pasien yang dirawat, bahkan merupakan
aspek terpenting dalalm asuhan keperawatan. Konseling dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat) atau tenaga sosial yang sudah dilatih (WHO,1993).
Tujuannya adalah:
1) memberi
informasi
tentang
segala
hal
yang
berkaitan
dengan
66
proses belajar dan memori. Menurut Rogers & Read (1997) manusia adalah
mahluk yang mampu tumbuh, tetapi mereka perlu mendapat peringatan tentang
cara menggunakan potensinya. Seseorang yang sedang mengalami penyakit atau
luka sering memiliki respon emosi kuat (Chitty, 1997). Dampak psikologis yang
dapat muncul pada klien merupakan salah satu respon individu terhadap situasi
yang mengancam atau mengganggu integritas diri (Kozier, 1991).
Dampak tersebut disebabkan karena ketidaktahuan prosedur maupun
peristiwa yang akan terjadi. Pendidikan sebelum bersalin penting untuk
meningkatkan pengalaman melahirkan ibu dan pengurangan nyeri persalinan
(Reuwer dkk., 2009).
Menurut
Sherwen
dkk.
(1991),
respon
ibu
yang
disiapkan
viseral
dan
otot
meningkat
sehingga
menjadi
tidak
mampu
menanggulangi diri.
Berdasarkan penelitiannya, intervensi konseling singkat (40-60 menit)
pada ibu yang mengalami distres melahirkan ternyata efektif dalam mengurangi
trauma, depresi, stres, dan perasaan menyalahkan diri (Gamble dkk., 2005).
Pemberian pengertian disertai intervensi konseling dapat digunakan untuk
membantu klien dengan proses berduka, membantu mereka menyesuaikan
peristiwa hidup yang dapat dan tidak dapat diantisipasi (Baird-Crooks dkk.,
2000). Menurut Reeder & Koniak (2002), penjelasan tentang segala sesuatu
yang akan terjadi dengan bahasa yang dapat dimengerti akan merupakan
dukungan emosional.
Peran konselor penting dalam hal membatasi klien dari kemungkinan
masuknya
sumber-sumber
kecemasan
pada
beberapa
populasi
pasien
67
68
Fase kerja, dalam hal ini klien menjadi lebih terlibat dalam eksplorasi
diri. Dalam hal ini bidan bekerja dengan riwayat dan proses perasaan
yang dikaitkan denganpenderitaan klien. Sukar bagi sebagian orang
untuk mengungkapkan dan memeriksa pikiran, perasaan dan perilaku
yang menyebabkan dia mengalami distress. Selama fase ini klien
dibantu untuk mengembangkan pemahamn diri
dan didorong
Fase terminasi, yakni fase dimana bidan dan klien menentukn bahwa
penutup dari suatu hubungan telah tepat. Biasanya kedua belah pihak
setuju bahwa maslaah yang mengawali dalam kegiatan terapeutik sudah
lebih dapat ditangani dari sudut pandan klien dan bahwa tujuan khusus
yang dibuatsudah tercapai. Dalam hal ini klien akan menilai apakah
hasil terapi ini memberikan perubahan kearah yang lebih baik atau
tidak. Kondisi ini akan menentukan apakah klien akan melaporkan
adanya peningkatan diri baik dalam fungsional dan fisiologisnya.
Yang terpenting dalam terapi individual dalam kebidanan ini adalah
2. Terapi Kognitif
Terapi kognitif menggunakan beberapa strategi untuk memodifikasi
keyakinan dan sikap klien yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien.
Ketika seorang ibu bersalin mempunyai pandangan negative terhadap
dirinya sendiri, dunia dan masa depannya atau janinnyaakan meneruskan
pada pola hubungan negative kepada orang lain (suami, atau keluarganya).
69
Ketika
pandangan
negatifnya
sudah
mengarah
kepada
masalah
Terapi Keluarga
Dalam
kegiatan
terapi
keluarga
berarti
seluruh
keluarga
Terapi Perilaku
70
b.
c.
Terapi pengendalian diri, dalam hal ini klien dilatih untuk belajar
bagaimana mengubah kata kata negative atau sikap negative dan
membimbingnya sampai klien mampu memperoleh pengendalian atas
tindakannya,
e.
Terapi aversi atau terapi reflek terkondisi, terapi ini didasarkan pada
prinsip penguatan negative. Perilaku perilaku aneh atau abnormal yang
dipilih disandingkan dengan pengalaman yang tidak nyaman. Dan klien
71
menerima
kehadiran
anak,
baik
secara
fisik,
72
3. Tindakan ibu
a) Tarik nafas panjang
b) Melakukan kontrol diri
c) Menerima keadaannya secara rasional
d) Minta dukungan suami atau anggota keluarga terdekat
e) Percaya bahwa bayi yang dilahirkan adalah bayi yang sehat
f)
73
74
c.
lama
persalinan
kala
satu
fase
aktif
jam
75
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2. Water Birth
Water birth merupakan salah satu metode persalinan pervaginam, dimana
ibu hamil tanpa komplikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat
(yang dilakukan pada bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri
kontraksi dan memberi sensasi rasa nyaman.
Para ginekolog sepakat, studi mengenai keamanan water birth, baik terhadap
keselamatan ibu maupun bayi perlu dilakukan. Ini merupakan jaminan bagi ibu
yang memilih metode ini merasa aman atas pilihannya. Sejauh ini, berdasarkan
riset belum ada kasus buruk yang menimpa ibu yang melahirkan di dalam air.
Seringkali, cerita yang beredar hanya anekdot berdasarkan pengalaman ibu atau
petugas medis yang pernah mengalaminya. Justru, sejumlah penelitian
menginformasikan persalinan di dalam air layak dilakukan diantaranya adalah:
76
1.
2.
3.
4.
5.
77
13,43), dengan perawatan yang diterima (RR 1,11; 95% CI: 1,01-1,22) dengan
bantuan medis (RR 1,14 95% CI: 1,01 -1,28). Saat melahirkan, pasien merasa
puas dengan adanya pendamping (RR 5.57, 95% CI: 3.70 - 8.38), dengan
perawatan yang diterima (RR 1,11 95% CI: 1,01-1,22) dan dengan kelahiran
melalui vagina (RR 1,33 95% CI: 1,02-1,74). Satu-satunya faktor yang secara
signifikan lebih rendah pada kelompok dukungan adalah terjadinya cairan
ketuban mekonium (RR 0,51; 95% CI: 0,28-0,94).Secara statistik, Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sehubungan dengan variabel
lainnya.
Kesimpulan: Kehadiran pendamping pilihan wanita memiliki pengaruh
positif terhadap kepuasan dirinya atas proses kelahiran dan tidak mengganggu
dengan kegiatan dan intervensi lainnya terutama hasil neonatal atau menyusui
2.
Jurnal kedua
Pembahasan Jurnal (The Effect Of Psychosocial Support During Childbirth)
Pengujian pengaruh dukungan psikososial saat melahirkan di Ibadan, baratdaya Nigeria: Sebuah uji coba terkontrol secara acak
Tujuan: Untuk menilai efek dari dukungan psikososial pada hasil kerja.
Metodologi: Sebuah uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan di
University College Hospital Ibadan, Nigeria, dari November 2006 hingga 30
Maret 2007. Wanita dengan persalinan pervaginam diantisipasi direkrut dan
acak di klinik antenatal. Kelompok eksperimen memiliki pendampingan selain
perawatan rutin selama persalinan sampai dua jam setelah melahirkan,
sedangkan kontrol hanya perawatan rutin. Parameter utama adalah tingkat
operasi caesar. Lainnya termasuk durasi fase aktif, skor nyeri, waktu menyusui
inisiasi dan deskripsi pengalaman kerja. Analisis multivariat digunakan untuk
menyesuaikan pembaur potensial. Tingkat signifikansi statistik yang ditetapkan
sebesar 5%.
Hasil: Dari 632 direkrut, 585 akhirnya dipelajari: 293 dan 292 berada di
kelompok eksperimen dan kontrol, masing-masing. Suami merupakan sekitar
dua pertiga dari para sahabat. Perempuan dalam kelompok kontrol kira-kira
lima kali lebih mungkin untuk memberikan melalui operasi caesar (interval
kepercayaan 95% (CI) 1,98-12,05), memiliki jangka waktu yang jauh lebih
79
lama dari fase aktif (P <0,001), skor nyeri yang lebih tinggi (P = 0.011) dan
waktu yang lebih lama antara pengiriman dan inisiasi menyusui (P <0,001).
Namun, mereka dalam kelompok eksperimen memiliki pengalaman kerja yang
lebih memuaskan (odds ratio 3,3 95% CI 2,15-5,04).
Kesimpulan: Wanita dengan pendampingan memiliki hasil kerja yang
lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini diinginkan untuk
mengadopsi praktek ini di fasilitas pelayanan kesehatan kita sebagai strategi
alternatif untuk menyediakan layanan berkualitas sebanding dengan calon ibu
dalam persalinan
3. Jurnal Ketiga
Kuesioner Pengalaman Melahirkan (CEQ): pengembangan dan evaluasi dari
instrumen multidimensi
Anna Dencker1,2 *, Charles Taft1, Liselotte Bergqvist2, Hkan Lilja2, Marie
Berg1
Latar Belakang: pengalaman negatif dari persalinan pertama
meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum pada ibu dan mungkin
berpengaruh negatif pada sikap ibu terhadap kehamilan berikutnya dan pilihan
metode bersalin. Kuesioner postpartum menilai pengalaman persalinan ibu
'yang diperlukan untuk membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan ibu
terhadap dukungan dan konseling dan dalam mengisolasi daerah persalinan dan
manajemen
kelahiran
dan
pengembangan
perawatan
potensial
yang
80
pengawasan internal,
pengawasan eksternal, dan dukungan, yang dirasakan oleh wanita yang telah
selesai bersalin.
81
82
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks.
Salah satu masalah psikososial yang timbul sehubungan dengan faktor
psikologis pada ibu yang akan melahirkan adalah kecemasan. Kecemasan dapat
merupakan respons emosional bagi orang sakit, orang yang dirawat, dan mereka
yang mengalami perubahan dalam diri maupun lingkungannya, termasuk mereka
yang sedang dalam persalinan. Kecemasan dan ketakutan pada ibu melahirkan
bisa terjadi meskipun tetap dalam batas normal. Kecemasan menjelang
persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang
fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi
serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya
kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang
diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
Anggota Kelompok
1. LITA NAFRATILOFA (1420332012)
2. FEBBY HERAYONO (1420332027)
3. RINI AMELIA (1420332044)
4. NURUL AMALINA (1420332016)
85
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik, hingga masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologis yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi
selama masa nifas, sementara itu ia harus menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam
masa nifas ini atau tidak.
Postpartum merupakan periode setelah persalinan/kelahiran bayi. Pada masa ini
seorang ibu
sehubungan
pencapaian
peran
sebagai
ibu
dari
anak
yang
baru
dan
dibutuhkan peranan bidan dalam memberikan dukungan atau pendekatan kepada ibu
agar ibu dapat menjalani masa postpartum dengan adaptasi yang baik dan terhindar dari
masalah psikososial.
B. TUJUAN
1.2.1. Mengetahui definisi, Masa nifas, Adaptasi, Psikososial dan adaptasi psikososial
1.2.2. Mengetahui dan memahami tentang masa nifas
1.2.3. Memahami perubahan biologis dan anatomi fisiologi system reproduksi pada
masa nifas
1.2.4. Memahami adaptasi psikologis ibu masa nifas
1.2.5. Mengetahui dan memahami teori praktek kebidanan yang berhubungan dengan
pencapaian peran ibu
1.2.6. Mengetahui dan memahami abnormalitas atau masalah pada masa nifas
86
1.2.7. Mengetahui serta memahami cara yang digunakan untuk menilai adaptasi ibu
pada masa nifas.
87
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
1. Masa Nifas
Masa Nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar beranggapan
antara 4-6 minggu. (Obstetri Williams, 2013 : Hal.674)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
organ-organ
reproduksi
kembali
seperti
keadaan
sebelum
hamil
(Ambarwati,2009)
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan. (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, Berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.(Pelayanan maternal dan neonatal.2000 : Hal.122)
Jadi yang dimaksud dengan masa nifas adalah masa kembalinya organ
reproduksi seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu setelah
melahirkan.
2. Psikososial
Menekankan pada hubungan yang dekat dan dinamis, dekat antara aspek
psikologis dari pengalaman sesorang (pemikiran, perasaan, tingkah laku) dan
pengalaman sosial yang ada disekelilingnya (hubungan dengan orang lain,
tradisi, budaya), yang secara terus menerus saling mempengaruhi satu sama
lain. (Yayasan Pulih, 2011)
Psikososial adalah segala sesuatu menyangkut aktivitas atau masalah sosial
yang timbul sehubungan dengan faktor psikologis atau proses mental (Franz,
1997; Helson, 1997 dalam Papilia, et al, 2008).
88
B. MASA NIFAS
1. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah
1. Untuk mempercepat involusi uterus ( rahim )
2. Untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
3. Melaksanakan skrining yang komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayisehari-hari
5. Memberikan pelayanan KB.
6. Mendapatkan kesehatan emosi.
89
Fase Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara
ibu,ayah, dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon
yang
memerlukan
hal-hal
romantis,
masing-masing
saling
Bounding Attachment
Bounding
merupakan
Merupakan
satu
langkah
awal
untuk
90
Bounding Attachment Adalah : Kontak awal antara ibu dan bayi setelah
kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus-menerus. Dengan kasih sayang
yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara
orang tua dan bayinya.
Bonding attachment adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan
antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan
antara orang tua dan anak.
yang
telah
mereka
lakukan
selama
91
membatasi
pelepasan
dopamine
dan
selanjutnya
menginduksi
92
93
produksi
kortisol
menengahi
reaksi
alarm
stres,
memfasilitasi fase adaptif dari sindrom adaptasi umum di mana reaksi alarm
ditekan, memungkinkan tubuh untuk mencoba penanggulangan.
Glukokortikoid memiliki fungsi penting, termasuk modulasi reaksi stres,
tetapi bila berlebihan dapat merusak. Kekurangan dari hippocampus dapat
mengurangi sumber daya memori yang tersedia untuk membantu tubuh
merumuskan reaksi yang tepat terhadap stres.
Sumbu HPA terlibat dalam neurobiologi gangguan mood dan penyakit
fungsional, termasuk gangguan kecemasan, gangguan bipolar, pascatraumatic stress disorder, depresi klinis, kelelahan, sindrom kelelahan kronis
dan sindrom iritasi usus besar.
Penelitian eksperimental telah menyelidiki berbagai jenis stres, dan efek
mereka pada aksis HPA dalam situasi yang berbeda.
Perbedaan sering
dibuat antara stres sosial dan stres fisik, namun kedua jenis tetap
mengaktifkan aksis HPA, meskipun melalui jalur yang berbeda. Beberapa
neurotransmiter penting dalam mengatur sumbu HPA, terutama dopamin,
serotonin dan norepinefrin (noradrenalin).
2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode
yang meliputi immediate puerperineum yaitu 24 jam pertama setelah
melahirkan, early puerperineum yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu,
dan late puerperineum yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu
postpartum.
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun
perubahan fisik yang terjadi adalah :
a. Sistem kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit,
keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan
94
tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari
berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi.
b. Perubahan sistem urinarius
Selama masa persalinan trauma pada kandung kemih dapat
mengakibatkan edema dan mengurangi sensitifitas kandung kemih.
Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat peregangan yang berlebihan
dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Bila klien lebih
dari dua hari tidak dapat buang air kecil, maka keadaan ini merupakan
hal yang tidak normal. Protein urin pada hari kedua adalah normal,
karena kebutuhan protein yang dikatalisis involusi uteri meningkat.
Bila ini berlangsung sampai dengan hari ketujuh, menandakan adanya
gejala preeklamsi.
c. Perubahan sistem gastro intestinal
Keadaan gastro intestinal kembali berfungsi ke keadaan semula
setelah satu minggu post partum. Konstipasi terjadi akibat penurunan
motilitas usus, kehilangan cairan tubuh dan rasa tidak nyaman di
daerah perineum, penggunaan enema pada kala I dan penurunan tonus
otot abdominal.
d. Keadaan muskuloskletal
Pada masa kehamilan otot abdomen meregang sedemikian rupa
dikarenakan pembesaran uterus yang mengakibatkan otot abdomen
melemas dan kendor sehingga teraba bagian otot-otot yang terpisah
disebut diastasis recti abdominis.
95
sekresi
os
eksternum
tidak
dapat
sepenuhnya
kembali
ke
96
permanen dan menjadi ciri khas serviks para. Harus diingat juga
bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah
yang cukup banyak sebagai akibat kelahiran bayi. Segmen bawah
uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi
dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu
beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan dari
sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung
hampir seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak
terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan os eksternum
serviks dibawahnya.
c.
Involusi Uterus.
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang
berkontraksi terletak kirakira sedikit di bawah umbilicus. Korpus
uteri kini sebagian besar terdiri atas miometrium yang dibungkus
lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding anterior dan
posteriornya saling menempel erat, masingmasing tebalnya 4 sampai
5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang
berkontraksi, uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila
dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemesis dan berwarna
ungu kemerah merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai
menyusut, sehingga dalam 2 minggu organ ini telah turun ke rongga
panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti semula sebelum
hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah
melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu
kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi
100 gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak :
namun, selselnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. Involusi
rangka jaringan ikat terjadi sama cepatnya.
Karena pelepasan plasenta dan membranmembran terutama
terjadi di stratum spongiosum, desidua basalis tetap berada di uterus.
97
d. Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut
lokhia. Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan
desidua, selsel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada
lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga
ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus. Selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam
lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah lokhia rubra. Setelah 3
atau 4 hari, lokhia menjadi sangat memucat lokhia serosa. Setelah
sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit dan berkurangnya
kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau putih
kekuning-kuningan lokhia alba.
e. Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi
nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang
bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari
proliferasi sisasisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat
98
f. Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau
terjadinya retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan
uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai
pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat.
Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak
dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi
yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi
panggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh
penyebab local, keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis
dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau
metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24
sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun
efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik
terhadap terapi antibiotic oral.
g.
99
2.
3.
4.
Lingkungan Pergaulan
Manusia sebagai makhluk sosial pada umumnya banyak menghabiskan
waktunya untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain yang bertujuan
100
Pasangan Hidup
Pasangan hidup mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
Konsep dasar
a. Periode pascapartum menyebabkan stres emosional terhadap ibu dan
lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa
menjadi orang tua pada masa pascapartum adalah :
o
101
Periode ini diuraikan oleh rubin dalam 3 tahap, yaitu Taking on, talking
hold, dan letting go
Periode Talking on
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
Kemungkinan akan mengulangi pengalamanya waktu bersalin
dan melahirkan
Tidur tanpa ada gangguan sangat penting bagi ibu
Peningkatan nutrisi sangat dibutuhkan karena selera makan
ibu biasanya bertambah, kurang nafsu makan menandakan
proses pengembalian konsidi ibu tidak berlangsung normal.
Periode Letting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan
sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan keluarganya.
102
Bila Rubin mengatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak
hamil dsampai enam bulan setelah melahirkan, Mercer melihat bahwa
peran aktif aktif seorang wanita dalam pencapaian peran ini umumnya
dimulai setelah bayi lahir, yaitu pada tiga bulan sampai tujuh bulan
pascapartum.
Mercer menemukan 11 variabel yang mempengaruhi wanita dalam
pencapaian peran ibu :
1. Usia ibu waktu melahirkan
2. Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
3. Memisahkan ibu dan anaknya secepatnya.
4. Stres sosial
5. Dukungan sosial
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap dalam membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu
10. Faktor bayi (Temperamen dan kesehatan bayi)
11. Faktor lain (Latar belakang suku/etnik, status perkawinan, status sosial
ekonomi)
103
Sementara itu Mercer juga menguraikan empat faktor dalam masa adaptasi ibu :
1. Fase pemulihan fisik (lahir sampai 1 bukan)
2. Fase achievement / pencapaian peran (2-4/5 Bulan)
3. Fase Disruption/ Gangguan (6-8 bulan)
4. Fase reorganisasi/Penyesuaian (8-12 bulan)
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
4. Masa Adaptasi Ibu Postpartum
Ada 3 (tiga) fase dalam masa adaptasi peran pada masa Postpartum, antara lain
adalah
a.
Fase Dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu
sangat menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya
dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode beberapa
hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam
penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3
hari.Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan.Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu
dapat menjalan masa Postpartum selanjutnya dengan baik.
Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu
menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu
proses masa Postpartum. Pada fase ini ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,
kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
104
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:
- Kekecewaan pada bayinya
- Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
- Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
- Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b.
Fase Independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada harihari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat
mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas
sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi
disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh
semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin
(1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai
tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan
merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima
nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan
penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan
perannya, sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat
ditemukan pada :
Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum
pernah mempunyai pengalaman mengasuh anak
Wanita karir
105
106
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari
sebuah keluarga.
5. Perubahan Peran Yang Mempengaruhi Keadaan Psikososial Ibu
Postpartum
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.
Sebenarnya pasangan suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka
sejak masa kehamilan, namun perubahan peran ini semakin meningkat setelah
kelahiran anak.
Pada periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab
baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini
akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan waktu.Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan
sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan
sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan
kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai
satu kesatuan/unit keluarga. Masa ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri,
ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
a. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah,
orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu
perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama
membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi
(suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi
107
dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.
b. Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.Walaupun
kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan
orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan
kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka,
yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda
komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta
bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya,
antara lain :
1) Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak
idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis
kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
2) Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang
pribadi yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki
banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
3) Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk
aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang
dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member
respon yang cepat
108
4) Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat
dipakai untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan
pada bayi.
5) Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir,
semua anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam
menerima kedatangan bayi.
akan
tumbuh
bersama
dengan
meningkatnya
kemampuan
109
110
- Maternal
identity
menunjukkan
internalisasi
diri
dari
ibu.
111
112
Manusia
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep manusia namun
mengarah pada diri dan inti diri. Mercer memandang diri sebagai bagian dari
peran yang dimainkan. Wanita sebagai individu dapat berperan menjadi orang
tua jika telah melalui mother-infant dyad. Inti dari manusia tersusun dari konteks
budaya dan dapat mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan
diri dan harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan
ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling mempengaruhi.
Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai persepsi
kesehatan yang mereka lalu, kesehatan saat ini, harapan tentang kesehatan,
resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan perhatian tentang kesehatan,
orientasi pada penyakit dan penyembuhannya, status kesehatan bayi baru lahir
dengan tingkat kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada
kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan yang
ditunjukkan untuk bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress suatu proses yang
memerlukan perhatian penting selama perawat persalinan dan proses kelahiran.
Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari definisi
Bronfenbrenners tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan teori awalnya.
Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat menjadi bagian dari
lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara perkembangan individu dan
perubahan sifat dengan segera. Stress dan dukungan sosial dalam lingkungan
dipengaruhi untuk mencapai peran maternal dan paternal serta perkembangan
anak.
Pencapaian Peran Ibu : Mercers Original Model
113
Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan
peran, yaitu :
Antisipatori
Tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data sosial, psikologi,
penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran, belajar untuk berperan,
hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai memainkan peran.
Formal
Tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses pembelajaran dan
pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi petunjuk formal, harapan
konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu.
Informal
Tahap ini merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan ataucara
khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem sosial.
Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang berdasarkan
pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
114
Personal
Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita terhadap
perannya. Perngalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri, kemampuan
dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.
Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir.
Respon perkembangan bayi sebagai respon terahadap perkembagan peran ibu adalah
o
Becoming A Mother
Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment menjadi a
becoming mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah
sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan.
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi
dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor.
Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah, rumah
sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar
dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak,
termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan
program perawatan kesehatan nasional.
2. Teori Jean Ball
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitas
agar
ibu
mampu
melaksanakan
tugasnya
sebagai
ibu
baik
fisik
maupunpsikologis.Ada dua teori Jean ball yaitu: Teori stress Teori dasar Hipotesa
Ball, respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaandengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukunganyang
berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah
dilakukan bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emosional
wanitaterhadap perubahan akibatproses kelahiran tersebut.
115
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang
wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan
demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di
alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan
antara lain:kesejahteraan ibu dan bayi, penerimaan dari masyarakat, penentuan
identitas diri serta mengetahui tentang arti memberi dan menerima.
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai perannya:
o
Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan
anak yang lain.
Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini
ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap
ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan
sendiri.
Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir. Aspek-aspek yang
diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri
116
dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang
dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran
tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama
kehamilan.
bidan
pada
masa
pascapartumakan
mempengaruhi
respon
117
Peran bidan dalam meyakinkan wanita dalam perannya sebagai seorang ibu.
Menurut
Ball,
emosional
terhadap
perubahan
setelah
melahirkan
akan
Pelayanan maternitas
Sisi
penyangga
support
terhadap
kepribadian
keluarga.Sehingga
DITEMUKAN
PADA
WANITA
DALAM
MASA
Persentase
32
2. Masalah menyusui
24
21
10
118
Faktor Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi terhadap aktivitas enzim
monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktivasi, baik
noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dankejadian
depresi.
Faktor Demografi
Yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia
memikirkan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya.
Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada ibu primipara, mengingat dia
baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup
kemungkinan juga terjadi pada ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu
mempunyai riwayat postpartum blues sebelumnya.
119
intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang
melahirkan dengan cara operasi cesar (Sectio Caesarea) akan dapat
menimbulkan perasaan takut terhadap peralatan operasi dan jarum. Ada dugaan
bahwa semakin besar trauma fisik yang terjadi selama proses persalinan, akan
semakin besar pula trauma psikis yang muncul.
memberi
dukungan
moril
(misalnya
dengan
membantu
dan
Fisik
Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa
yang akan datang
Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti :
o Sikap verbal dan nonverbal
o Ucapan kekecewaan/merendahkan
o Perilaku negatif orang tua
o Interaksi yang tidak mendukung (tidak menyentuh bayi)
Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan
komentar positif tentang bayinya
120
3. Depresi Pospartum
a. Pengertian
Depresi postpartum hampir sama dengan baby blues syndrome, perbedaan
keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejalagejala yang timbul. Pada postpartum depression, ibu akan merasakan berbagai
gejala yang ada pada baby blues syndrome, tetapi dengan intensitas yang lebih
sering, lebih hebat, serta lebih lama.
121
122
merasakan hal seperti ini pada suatu periode singkat di dalam suatu waktu.
Biasanya gejala akan tampak pada bulan pertama setelah melahirkan, bisa
hingga bayi berumur satu tahun.
a. Penyebab depresi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Banyak alasan yang dapat
dikemukakan sebagai penyebab perempuan menderita depresi. Perubahan
hormon atau kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan stress seperti
saat kematian keluarga, menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak
yang mengarah menuju depresi. Setelah melahirkan perubahan hormonal
yang terjadi dalam tubuh perempuan dapat memicu terjadinya depresi.
Selama kehamilan terjadi lonjakan jumlah estrogen dan progesteron.
Dalam jangka waktu 24 jam setelah melahirkan, jumlah estrogen dan
progesterone kembali normal seperti saat sebelum kehamilan.
b. Faktor lain yang dapat menyebabkan depresi
- Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan kurang
istirahat, seringkali menyebabkan ibu yang baru melahirkan belum
kembali ke kondisi normal meskipun setelah berminggu-minggu dari
saat melahirkan.
- Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan
tidak percaya diri dengan kemampuan diri untuk dapat merawat bayi
yang baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan semua
pekerjaan yang ada.
- Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam
rumah tangga. Sementara banyak perempuan yang merasa berkewajiban
untuk menjadi super women yang tidak realistis dan sulit dicapai,
malahan akan menambah stress yang ada
- Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri akan
figuretubuh sebelum kehamilan, akan perasaan dapat mengontrol diri
sebelum kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik
- Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu
sebagaimana yang dapat dilakukan sebelum dan selama kehamilan, harus
tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama, juga kekurangan
123
waktu probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru
lahir
d. Penatalaksanaan Depresi Postpartum
Screening Test
Dukungan psikologis dari suami untuk mencegah dan mengurangi perubahan
perasaan
Istirahat yang cukup
Dukungan dari tenaga kesehatan
Diperlukan dukungan psikolog atau konselor jika keadaan ibu tampak sangat
mengganggu.
4.
tidak
dapat
dipahami
atau
mengalami
gangguan
komunikasi.
c. Penyebab Postpartum Psikosis
Perubahan hormonal
Kurangan dukungan sosial dan emosional
Rasa rendah diri karena perempuan postpartum memiliki rasa kurang
memadai sebagai seorang ibu
124
125
126
pasca persalinan sangat lemah, namun suatu review penelitian faktor demografi sebagai
risiko terjadinya depresi pasca persalinan di asia menunjukkan hubungan yang kuat.
Faktor ekonomi, tradisi lokal, jenis kelamin bayi menjadi faktor risiko utama. (Bloch
dkk, 2005; Cohen dan Nonacs, 2005; Elvira 2006; Klainin dan Arthur, 2009; Muhdi,
2009; O'Hara dkk, 1991)
Kegagalan dalam pernikahan, dukungan keluarga yang kurang menjadi faktor
yang konstan. Hubungan dengan yang buruk dengan suami dan mertua, kekerasan
dalam rumah. Di beberapa Negara di Asia dimana laki-laki lebih dominan dalam
keluarga, mertua yang mengatur rumah tangga, pembatasan aktifitas pasca persalinan,
pertolongan persalinan menggunakan tenaga tradisional, meningkatkan kejadian.depresi
pasca persalinan. (Cohen dan Nonacs, 2005; Dennis, 2005; Klainin dan Arthur, 2009;
Stone dan Menken, 2008;Yamashita dkk, 2000).
Ada hubungan yang sangat kuat antara riwayat gangguan afektif dengan
kejadian depresi pasca persalinan. Beberapa penelitian menunjukan menstruasi bahwa
riwayat depresi pasca persalinan pada kehamilan sebelumnya,gangguan mood saat
menstruasi, gangguan
127
Depresi pasca persalinan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang
bagi anak. Jika tidak mendapatkan penanganan serius, komplikasi yang ditimbulkan
bisa terjadi dari usia dini hingga dewasa. Beberapa penyakit seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner, hiperkolesterolemia, gangguan keseimbangan glukosa, dan non insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM) merupakan penyakit yang diduga timbul akibat
gangguan saat masa fetal. Salah satu penyebab timbulnya penyakit dewasa yang berasal
dari fetal (fetal origin of adult disorder; teori Barker) ialah keturunan dari ibu yang
mengalami depresi baik antenatal maupun pasca persalinan. Keturunan dari ibu
yangmengalami depresi pasca persalinan juga
berpotensi untuk mengalami kelainan psikiatri jangka panjang.
Efek untuk ibu yang mengalami depresi pasca persalinan bervariasi. Dalam
perjalanannya depresi pasca persalinan dapat membaik, namun dapat mengalami
perburukan menjadi kelainan depresi mayor. Walaupun jarang terjadi depresi pasca
persalinan dapat berkembang menjadi psikosis pasca persalinan yang terburuk dari
komplikasi ini ialah bunuh diri dan pembunuhan atas anak sendiri. (Pearlstein, 2009
danWisner dkk, 2002). Semua pasien depresi harus mendapatkan terapi berupa
psikoterapi, farmakoterapi dan beberapa memerlukan terapi fisik. jenis terapi
bergantung dari diagnosis, berat penyakit, dan respon terhadap terapi sebelumnya.
(Beck, 1999 dan Stone SD, MenkenAE, 2008).
F. TINJAUAN JURNAL TENTANG PENGKAJIAN ASPEK PSIKOSOSIAL
(cara yang digunakan untuk menilai adaptasi psikososial ibu postpartum)
1. POSTPARTUM BONDING ATTACHMENT QUESTIONAIRE (PBQ)
Post Partum Bonding Attachment merupakan salah satu cara untuk mendeteksi
gangguan hubungan ibu dengan bayinya.. Analisis komponen kuesioner ini
dikembangkan oleh tim Birmingham dan Dr Oates (dariUniversitas Terbuka).
Pada awalnya kuesioner ini terdiri dari 84 pertnyataan yang pada akhirnya
setelah dilakukan pembahasan menjadi 25, pernyataan.
Pada kuesioner PBQ ini terdapat 4 faktor yaitu :
1. Faktor 1. Faktor umum
2. Faktor 2 : penolakan dan kemarahan patologis
3. Faktor 3 : kecemasan tentang bayi
4. Faktor 4 : penyalahgunaan
128
Ketika
pernyataanmencerminkan emosi
Scoring
Statement
Alwa
Very
Quit
Som
Rarel
Neve
ys
Ofte
e-
Ofte
time
I feel close to my
baby
129
come back
2
I love to cuddle
my baby
I regret having
this baby
My baby winds
me up
I love my baby to
bits
My baby irritates
me
I enjoy playing
with my baby
My baby cries
too much
I feel trapped as a
mother
I resent my baby
My baby is the
most
beautiful
I wish my baby
130
would somehow
go away
4
have
done
harmful things to
my baby
3
My baby makes
me feel anxious
I am afraid of my
baby
My baby annoys
me
I feel confident
when caring for
my baby
is
for
someone else to
look
after
my
baby
4
My baby is easily
comforted
Faktor
Skor
Pernyataan
Selal
u
Saya merasa
dekat dengan
bayi saya
131
Sanga
Cuku
sering sering
Kadan
gkadan
g
Ja-
Tidak
ran
Perna
Saya berharap
kembali ke masa
lalu ketika saya
tidak punya bayi
akan kembali
Saya suka
berpelukan
dengan bayi saya
Saya menyesal
memiliki bayi ini
Bayi ini
tampaknya tidak
bayiku
Bayiku
penghiburku
Saya sedikit
mencintai bayi
saya
Saya merasa
senang ketika
bayi saya
tersenyum atau
tertawa
Bayi saya
mengganggu saya
Saya menikmati
bermain dengan
bayi saya
132
Saya merasa
terjebak sebagai
ibu
Saya merasa
marah dengan
bayi saya
Aku membenci
bayi ku
Saya berharap
bayi saya suatu
saat akan pergi
Saya telah
melakukan halhal yang
berbahaya bagi
bayi saya
Bayi saya
membuat saya
merasa cemas
Saya takut
dengan bayi saya
Bayi saya
mengganggu saya
Saya merasa
percaya diri
133
ketika merawat
bayi saya
2
Saya merasa
seperti menyakiti
bayi saya
134
Fillmore CM, 2005; Bloch dkk, 2005; Cohen dan Nonacs, 2005; Elvira 2006;
Klainin dan Arthur, 2009; Muhdi,2009; O'Hara dkk, 1991).
CARA MENGHITUNG EPDS
1. Pertanyaan 1, 2, dan 4
Mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak 13 paling atas mendapatkan nilai
0 dan kotakpaling bawah mendapatkan nilai 3
2. Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10, merupakan penilaian terbalik, dengan
kotakpaling atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai
0
3. Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri.
4. Nilai maksimal : 30
5. Kemungkinan depresi: nilai 10 atau lebih
CARA PENGISIAN EPDS
1. Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat
dengan
pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir.
2. Semua pertanyaan kuisioner harus dijawab
3. Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu
mendiskusikan pertanyaan dengan oranglain.
4. Ibu harus menyelesaikan kuisioner ini sendiri, kecuali ia mengalami kesulitan
dalam memahami bahasa atau tidak bisa membaca.
KEUNTUNGAN EPDS
1. Mudah dihitung (oleh perawat, bidan,petugas kesehatan lain)
2. Sederhana
3. Cepat dikerjakan ( membutuhkan waktu 5-10 menit bagi ibu untuk
menyelesaikan EPDS)
4. Mendeteksi dini terhadap adanya depresi pasca persalinan
5. Lebih diterima oleh pasien
6. Tidak memerlukan biaya
KERUGIAN/KEKURANGAN EPDS
1. Tidak bisa mendiagnosis depresi pasca persalinan
135
Para ibu yang memiliki skor diatas 10 sepertinya menderita suatu depresi dengan
tingkat keparahan yang bervariasi. Skala ini menunjukan perasaan sang ibu dalam 1
minggu terakhir Khusus untuk nomor 10, jawaban: ya, cukup sering, merupakan suatu
tanda dimana dibutuhkan keterlibatan segera dari perawatan psikiatri. Wanita yang
mengalami gangguan fungsi (dibuktikan dengan penghindaran dari keluarga dan teman,
ketidakmampuan menjalankan kebersihan diri, ketidakmampuan merawat bayi) juga
merupakan keadaan yang membutuhkan penanganan psikiatri segera.
Wanita yang memiliki skor antara 5 dan 9 tanpa adanya pikiran untuk bunuh diri
sebaiknyadilakukan evaluasi ulang setelah 2 minggu untuk menentukan apakah episode
depresi mengalami perburukan atau membaik.
EPDS yang dilakukan pada minggu pertama pada wanita yang tidak menunjukkan
gejala depresi dapat memprediksi kemungkinan terjadinya depresi pasca persalinan
pada minggu ke 4 dan 8. EPDS tidak dapat mendeteksi kelainan neurosis, phobia,
kecemasan, atau kepribadian, namun dapat dilakukan sebagai alat untuk mendeteksi
adanya kemungkinan depresi antepartum. Sensitifitas dan spesifisitas EPDS sangat baik.
Dengan menggunakan cut of point
136
137
138
BAB III
PENUTUP
Seorang wanita tidak selalu menjalani periode pascapartum dalam keadaan yang
normal. Sebanyak 80% wanita akan mengalami berbagai masalah psikologis. Periode
pascapartum dapat menimbulkan stres emosional pada para ibu baru, terlebih jika
diperparah oleh berbagai perubahan fisik yang signifikan.
Depresi Postpartum mempengaruhi sekitar 13 % dari semua ibu baru . Banyak
wanita ingin mencoba pilihan pengobatan lain selain obat-obatan . Hasil dari sembilan
percobaan yang melibatkan 956 wanita menemukan bahwa kedua psikososial (
misalnya , dukungan sebaya, konseling non-direktif ) dan psikologis intervensi (
misalnya , terapi perilaku kognitif dan interpersonal psikoterapi) tampaknya efektif
dalam mengurangi gejala depresi postpartum . Manfaat jangka panjang tidak diketahui .
Percobaan yang lebih besar mengevaluasi psikososial dan psikologis
Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model
konseptualnya. Konsep-konsep tersebut seperti Pencapaian peran ibu (maternal role
attainment) adalah suatu proses pengembangan dan interaksional dimana setiap saat
ketika ibu menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan merawat
termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan kesenangan menikmati
perannya tersebut.
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitus agar
ibumampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.Ada dua
teori Jean ball yaitu: Teori stress Teori dasar Hipotesa Ball, respon emotional wanita
terhadap perubahan yang terjadi bersamaandengan kelahiran anak yang mempengaruhi
personality seseorang dan dengan dukunganyang berarti mereka mendapatkan sistem
keluarga dan sosial. Persipan yang telah dilakukan bidan pada masa postnatal akan
mempengaruhi respon emotional wanitaterhadap perubahan akibatproses kelahiran
tersebut.
Kesejahteraan wanita setelah melahirkan tergantung pada kepribadian, sistem
dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.Ball menemukan teori kursi
goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu : 1. Pelayanan maternitas 2. Pandangan
139
140
DAFTAR PUSTAKA
blues.Bagian
obstetri
&
ginekologi
Fakultas
kedokteran
141
Anggota Kelompok
1.
2.
3.
4.
NURSYAHID SIREGAR
MELDA AMALIA
RIKA ARMALINI
AFRAH DIBA FAISAL
: 1420332013
: 1420332026
: 1420332040
: 1420332042
142
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
Pengelolaan Perubahan Psikologi Bayi.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada penulis dalam
rangka meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Psikososial Kebidanan.
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menjadi energi teleologis
dalam penunjang pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang Psikososial
Kebidanan.
Akhirnya, penulis menyadari
jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik
dan saran yang menbangun agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Wassalamualikum Wr. Wb.
Penulis
143
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa bayi merupakan periode vital, di mana pada masa ini kondisi fisik
dan mental bayi menjadi fondasi kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan
bayi selanjutnya. Perkembangan dan pertumbuhan masa bayi akan melewati
beberapa tahapan-tahapan yang antara lain adalah ketika bayi baru lahir bayi
akan
melakukan
penyesuaian
diri
terhadap
lingkungannya,
kemudian
motorik,
perkembangan
sensor,
perkembangan
otak,
nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu
membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan
apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam
per hari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari
sekitarnya.
Fungsi memahami bayi bagi praktik kebidanan adalah mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikologis. Mengetahui siapa bayi
yang sesungguhnya dengan berbagai fenomenanya akan membantu bidan dalam
melkaukan asuhan kebidanan, seperti memahami cara-cara merawat, mendidik,
melayani dan membimbing bayi untuk berinteraksi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan pda masa bayi
2. Untuk mengetahui Fenomena adaptasi masa prenatal
3. Untuk mengetahui Fenomena adaptasi masa neonatal
4. Untuk mengetahui Fenomena adaptasi masa babyhood
145
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Karakteristik Pekembangan pada masa bayi
Bayi baru lahir waspada dan sadar terhadap lingkungannya saat ia terbagun.
Jauh dari pasif, bayi bereaksi terhadap rangsangan dan mulai pada usia yang
sangat dini untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungannya.
1. Perkembangan Fisik
Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembanagn fisik bayi
berlangsung sangat ekstensif. Pada saat lair, bayi memiliki kepala yang sangat
besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Tubuhnyabergerak terusmenerus kekiri dan kekanan sering tidak dapat dikendalikan. Bayi juga memiliki
reflex yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalm
waktu 12 bulan, bayi sudah dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat, dan
bahkan berjalan. Kemudian selama tahun kedua, pertumbuhan fisiknya
melambat, tetapi aktifitas seperti berlari dan memanjat pertumbuhannya justru
berlangsung cepat.
Bayi setelah lahir akan menyesuaikan diri dengan kegiatan makan
melalui cara menghisap, menelan, dan mencerna sehingga fisiknya bertumbuh
dengan cepat. Pertumuhan otak bayi akan terliht dengan bertambahnya ukuran
tengkorak kepala. Diperkirakan dari berat otak dewasa dicapai pada usia 9
bulan dan pada akhir tahun kedua.
Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan telah
berfungsi dengan maksimal sejak berbulan-bulan pertama dari kehidupan.
Dengan berkembangnya koordinasi otot-otot mata pada bulan ketiga maka bayi
telah sanggup melihat dengan jelas. Alat indra lainnya yang juga berkembang
ialah pendengaran dan penciuman. Meskipun belum sempurna, struktur untuk
penglihatan telah berfungsi pada saat lahir. Bayi akan bereksi terhadap sinar
terang yang menyebabkan mereka mengerutkan dahi atau berkedip. Hal tersebut
memberikan bayi kemampuan untuk melakukan kontak mata dengan ibu mereka
selama disusui sehingga meningkatkan proses ikatan. Perkembangan Refleks
146
147
d. Kemampuan merangkak
Kemampuan ini diartikan sebagai keterampilan bergerak maju dengan
tangan dan kaki, sambil mengangkat badan dan dasar tempat menelungkup.
Kemampuan merangkak sibayi mulai bereksplorsi menjelajahi tempat
bermain dan rumahnya sambil memperkukuh otot-ototnya.
e. Kemampuan duduk
Kemampuan ini bertujuan untuk mendapatkan kebebasan bergerak bagi
kepala, tubuh dan kedua belah tangan. Kemampuan ini membuat bayi bias
memperhatikan
gerakangerakan
tangan
dan
jari-jari
sambil
memanipulasikan kepalanya.
f. Kemampuan berdiri dan berjalan
Tegak berdiri dan berjalan pada dua kaki itu merupakan keterampilan khas
manusiawi
2. Pola Tidur dan Bangun
Bayi yang baru lahir menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur.
Rata-rata bayi baru lahir tidur selama 16-17 jam sehari, walaupun ada beberapa
bayi yang rata-rata tidurnya lebih sedikit, yaitu sekitar 10 hingga 11 jam perhari,
dan ada pula yang lebih lama, yaitu sampai 21 jam perhari. Biasanya tidur akan
berkurang secara teratur setiap bulan.
Dikenali dua tahap tidur yaitu : pada tidur dlam dan pola tidur dangkal.
Rentang terjaga yang lebih lama diamati, mulai mengantuk hingga menangis
yakni pada tahap mengantuk, pada tahap terjaga tenang, tahap terjaga aktif dan
tahap menangis aktif.
3. Pola Makan dan Minum
Perkembangan fisik bayi tergantung pada makanan yang baik selama 2
tahun pertama . bayi membutuhkan makanan yang mengandung sejumlh protein,
kalori, vitamin, dan mineral. Bagi bayi usia 6 bulan pertama, ASI merupakan
sumber makanan dna energy yang utama karena ASI adalah susu yang bersih
dan dapat dicerna serta mengandung zat antibody bagi bayi. Setelah usia 6
148
149
150
berkembangnya
kemampuan
bayi
untuk
mengomunikasikan
151
pertama (0-4
minggu)
152
(4-8 bulan)
Bulan ke tiga
(8-12 bukan)
halus,
seperti
gerakan
salto,
keempat (12-
16 minggu)
dikepala bertambah tebal, lebat, dan mulai tumbuh bulubulu halus di mata. Berat janin diperkirakan 100 gr. Usia
14 minggu, hampir seluruh otot besar janin mulai
merespon stimulus yang diperintahkan otak, seperti
menekuk lengan. Pergelangan tangan dan jari-jari telah
bisa menekuk dan mengepal. Janin sudah mampu
mendengarkan detak jantung ibu yang diikuti dengan
expresi wajah, gerakan posisi kepala dan membuka
mulut. Diperkirakan janin sekitar 16-18 cm
Bulan ke
lima (16-20
minggu)
153
enam ( 20-24
minggu)
diperkuat
dengan
perkembangannya
fungsi
ketujuh (24-
28 minggu)
154
kedelapan
(28-32
minggu)
Bulan
kesembilan
(32-36
minggu)
siap
dilahirkan
karena
janin sudah
turun
stimulus
gangguan
besar, kemungkinan
pendengaran
sehingga
janin
akan
tersebut
mengalami
156
Faktor genetik
Gen yang diwariskan orangtua kepada bayi memiliki pengaruh
kuat terhadap pertumbuhan dan perkmbangan bayi, apakah dia akan
menjadi tinggi atau pendek, langsing atau montok atau level tengah
diantara kondisi itu. Genetik akan menjadi dasar pertumbuhan yang
ersifat permanen dan perkembangannya dapat dirubah sebagai akibat
dari pengaruh lingkungan luar, seperti nutrisi, tempat tinggal,
kesehatan dan kesejahteraan umum. Sebagai contoh, perbedaan genetik
pada bentuk tubuh (tinggi dan berat tubuh) antara ras Asia dan Eropa
dengan ras Mongoloid yang di Asia, khususnya asia tenggara.
b)
Jenis penyakit
Jenis penyakit yangs ering tampak pada trimester kedua ialah
pengaruh regulasi metabolisme tubuh ibu, terutama pengidap diabetes.
Dampak buruk yang ditimbulkan ialah rendahnya kualitas kemampuan
kognitif bayi. Resiko kehamilan diabetes bisa ditekan tajam jika
melakukan pengujian diabetes yang diikuti diet yang dimonitor terus
menerus dan terkontrol. Sementara itu, penyakit yang terjadi pada
masa kehamilan ialah:
157
Rubella yang berdampak pada ketulian dan cacat jantung pada bayi
Pengaruh
virus,
seperti
HIV
berdampak
pada
kekuatan
c)
d)
Aktivitas fisik
Ibu hamil yang melakukan latihan fisik ringan biasanya tidak
akan membahayakan janin dalam kandungan ibu. Bahkan adanya
latihan fisik ringan secara rutin dapat mencegah terjadi sembelit,
meningkatkan pernafasan, peredaran darah, melenturkan otot dan
membuat kulit lebih elastis. Semua ini memberi kontribusi pada
kehamilan yang lebih nyaman dan proses persalinan lancar. ACOG
(American collage on obstetric) merekomendasikan agar ibu hamil
senantiasa melakukan latihan fisik secara rutin, tidak mendadak, tidak
memaksa diri dan tidak meningkatkan detak jantung diatas 150.
e)
158
159
Gangguan psikomotorik.
g)
tembakau
keguguran,
selama
kematian
masa
janin,
kehamilan
perkembangan
bisa
dan
160
h)
i)
161
162
Kematian
janin,
ketidakteraturan
perkembangan
lahir
prematur,
perkembangan
tubuh
janin,
komplikasi
embrio,
cacat
mental,
melahirkan,
keterlambatan
epilepsi
dan
cerebralpalsy;
k)
163
itu, masa neonatal merupakan periode yang singkat dari semua priode
perkembangan manusia
Pada masa bayi neonatal terjadi proses penyesuaian diri yang bersifat
radikal, yakni perlahian dari lingkungan dalam ke lingkungan luar. Pada masa
bayi neonatl terjadi penghemntian perkembangan untuk sementara waktu
sehingga periode ini dianggap sebagai periode yang paling berbahaya, terutama
meninggal akibat ketidakmampuan bayi menyesuaikan diri dalam lingkungan
baru. Proses adaptasi yang dilakukan bayi neonat ialan
Adaptasi pada perubahan suhu, dari suhu rahim berkisar 100 F atau 37 C ke
suhu diluar berkisar 16-21 C.
Adaptasi pada pernafasan, yaitu ketika tali pusar diputus maka bayi harus
bernafas sendiri
Adaptasi pada pola menghisap dan menelan, yaitu bayi sudah tidak lagi
mendaptkan makanan melalui tali pusar tetapi menggunakan cara
menghisap dan menelan dan
164
(Papalia,
2008),
kemampuan
bayi
menerima
stimulus,
165
166
menyebabkan komplikasi
167
168
169
1 bulan
Bayi sudah mampu melakukan gerakan reflex, seperti membuka
mulut, mencari putting susu ibu, mengisap, menelan. Bila
memegang sesuatu bayi selalu memegangnya denga cara
menggenggam.
b)
2 bulan
Bayi sudah mampu melakuakn gerakan motoric kekeanan dan
kekiri mengikuti gerakan benda yang terletak dekat mata. Bayi
sudah mampu memegang benda yang diberikan untuk beberapa
saat, lalu melepaskannya. Bayi sudah mampu meminta perhatian
dengan gerakn-gerakan lengan dan kaki. Bayi senang mengisap
setiap benda yang dipegang.
c)
3 bulan
Bayi sudah mampu mengangkat kepala dan tubuhnya jika
diletakkan pada possi tengkurap. Bayi senang memegang mainan
170
4 bulan
Bayi sudah mampu memegang erat benda-benda yang diberikan
kepadanya. Memasukan benda-benda kedalam mulut merupakan
ciri khas rasa ingin tahu bayi terhadap stimulus-stimulus luar. Jika
bayi diangkat dalam posisi berdiri, kaki bayi akan menjejak-jejak.
e)
5 bulan
Bayi sudah mampu memberiakan respon terhadap kondisi
lingkungan sekitarnya. Bayi akan berhenti menangis mendengar
suara ibunya.
f)
6 bulan
Bayi sudah bias memberikan respon berbalik posisi, seperti dari
posisis terlentang menjadi posisi tengkurap ataupun sebaliknya.
Bayi
telah
mampu
didudukkan
dengan
ditopang.
Pada
7 bulan
Bayi sudah mampu mengangkat badan dengan tangan dan lututnya.
Mampu untuk menggeserkan badan kebelakang (mundur) atau
kedepan (maju), senang mengambil dan memegang benda-benda
kecil.
h)
8 bulan
Bayi sudah mampu merangkak, duduk tanpa bantuan orang lain,
mengangkat badan menggunakan bantuan books atau kursi hingga
berada pada posisi berdiri. Bayi senang bermain dnegan botol
minumannya. Respon tidak suka dari tondakananya mendorong
atau membuang benda yang tidak disukainya.
i)
9 bulan
171
10 bulan
Bayi sudah mampu duduk snediri tanpa bantuan orang lain.
Merangkak dengan baik dengan senangan naik kursi atau tangga
dirumah. Bayi belajar jalan dibantu orang dewasa.
k)
11 bulan
Bayi sudah mampu berdiri tanpa bantuan oranglain. Bayi mulai
belajar berjalan denga dipegangi. Bayi telah mampu mengubah
posisi dudukdan berdiri tanpa bantuan. Bayi mampu memegang
benda-benda kecil dengan ibu jari.
l)
12 bulan
Bayi sudah mulai banyak berjalan meskipun langkah-langkahbelum
stabil. Namun, terkadang pada sebagian bayi yang masih lebih
senang merangkak. Bayi sudah mulai belajar membuka pakaiannya
dan mulai belajar memegang pensil dan kapur untuk membuat
coretan.
172
173
i) 9 bulan
Berdiri sambil berpegngan, menarik badan keatas, meniru nada dan
suara yang didengar
j) 10 bulan
Berjalan sambil berpegangan, bis menjepit dengan ibu jari dan bisa
mengucapkan suku kata ganda
k) 12 bulan
Menarik badan keatas hingga berdiri dan menhan badan lagi,
bertepuk tangan dapat menunjukkan keinginan dengan menangis.
Bisa mengucapakan mama dengan jelas.
9) Adaptasi Terhadap gerakan Refleks
Bayi yang dilahirkan telah memiliki gerakan-gerakan reflex sebagai
dasar tindakannya. Sifat gerakan reflex bayi terbagi dalam gerak
permanen (reflex urat Achilles) dan tidak permanenyang akan hilang
seiring bertambah usia. Gerakan ini disebut gerakan menusu. Bentuk
gerakan reflex menusu ialah reflex moro (reflex mengembangkan), reflex
mencium dan menghisap ( rooting reflex), reflek genggam (refleks
174
usia
tahun,
meliputi
kemajuan
dan
kemampuan
175
tujuan
dengan
mencoba-coba
(Eksperimen)
bila
176
f)
representative
sehingga
bayi
mulai
dapat
Menangis
Menangis adalah salah satu cara berkomunikasi dengan dunia pada
bayi. Berbagai nada, pola dan intensitas memberikan reaksi rasa
lapar, mengatur dan marah (lester dan boukydis, 1985). Meskipun
demikian, orang lain tidak selalu tepat menafsirkan yang akan
disampaikan bayi. Tangisan menandakan usaha komunikasi dengan
177
Mengoceh (babbling)
Seiring berkembangnya mekanisme suara banyi, biasanya hal ini
akan berakhir dan berganti ocehan dan belajar menggabungkan
huruf-huruf hidup tertentu dengan bunyi huruf mati seperti kata
ma-ma, pa-pa.
Isyarat
Bayi menggunakan gerakan-gerakan isyarat sebagai pengganti
bicaranya. Namun, hal ini bukan pelengkap bicara seperti yang
dilakukan anak, remaja atau orang dewasa. Sekalipun bayi sudah
mengucapkan beberapa kata, bayi terus menggunakan isyarat yang
dikombinasikan
dengan
rata-rata
untuk
membuat
kalimat.
Perkembangan
Dapat mengenali percakapan, menangis, membuat semacam
respon terhadap suara.
1-3 bulan
4-6 bulan
6-10 bulan
10-12 bulan
178
15-24 bulan
25-35 bulan
Pada usia 30 bulan, bayi banyak belajar kata baru setiap hari,
berbicara dengan kombinasi dua atau tiga kata, mengerti
dengan baik dan membuat kesalahan gramatikal.
36 bulan
179
Reaksi Menangis
Awalnya tangisan menunjukkan ketidaknyaman fisik, kemudian
berubah sebagai reaksi tekanan psikologi (Sroufe, 1997). Menangis
merupakan cara yang ampuh dan terkadang menjadi satu-satunya
cara bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhannya. Wolff (dalam
papalia, 2008) mengelompokkan 4 pola tangisan bayi, yakni
tangisan lapar, ialah tangisan ritmis yang selalu diasosiasikan
dengan rasa lapar, tangisan marah, ialah variasi dari tangisan ritmis
dengan mengeluarkan udara melalui pita suara; tangisan sakit, ialah
tangisan keras yang terjadi tiba-tiba tanpa ada sinyal isakan
sebelumnnya dan diikuti dengan penahanan nafas; tangisan frustasi,
ialah bentuk tangisan akibat adanya perasaan yang kurang
180
Rasa Bahagia
Secara normal, tahun pertama merupakan salah satu masa paling
bahagia dalam sebuah rentang kehidupan. Ketergatungan bayi
menarik anak lain atau orang dewasa sehingga banyak orang yang
ingin bermain dengannya. Adapun, orang dewasa tidak hanya ingin
bermain dengannya. Adapun, orang dewasa tidak hanya ingin
bermain, tetap juga menggendong dan menyayangi. Sebaliknya,
pada tahun kedua, hampir setiap bayi merasa kurang bahagia
dibandingkan dengan tuhan sebelumnya. Hal ini disebabkan
kondisi kesehatan yang buruk, adanya penyakit kronis atau
181
biasanya
bayi
akan
Rasa Kecewa
Rasa kecewa dengan peran orang tua
182
Usia
Sejak lahir
4-6 minggu
Senyum Sosial.
3-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
12-18
bulan
18-36
bulan
183
Karakteristik
0-3 bulan
3-6 bulan
dan
tersenyum.
Periode
ini
merupakan
awal
9-12
Bayi mulai merasa takut dengan orang asing dan lemah bertindak
184
bulan
12-18
bulan
18-36
bulan
Fase Oral
Sumber kenikmatan seks oral ialah menerima rangsangan melalui
mulut, seperti ketenangan dalam menikmati putting susu ibu. Bayi
yang tidak pernah menikmati putting susu ibu kemungkinan akan
mengalami hambatan pada perkembangan oral sehingga saat dewasa
dia terlihat lebih cerewet daripada anak yang memiliki kepuasan seks
oral. Peran mulut adalah sebagai media pengenalan objek.
Fase anal
185
membimbing,
penuh
kasih
saying
dan
memberikan
tidak
percaya.
Pada
perkembangan
tahun
kedua,
bayi
merupakan
salah
satu
bagian
kepribadian.
186
Karakteristik
kepribadian
Temperamen
sedang
a) Memiliki
perasaan
dengan
intensitas
lembut,moderat,positif.
b) Merespon sesuatu yang baru dengan baik.
c) Mengembangkan jadwal tidur dan makan yang regular.
d) Mudah menerima makanan baru.
e) Tersenyum pada orang asing.
f) Mudah beradaptasi dengan situasi baru. Menerima
perasaan frustasi dengan sedikit kemarahan.
g) Mudah
beradaptasi
pada
rutinitas
dan
peraturan
permainan baru.
Temperamen
tinggi
Temperamen
rendah
187
melakukan sesuatu yang salah dan kemampuan menahan diri untuk tidak
melakukan hal tersebut ( papalia, 2008). Pada awalnya, bayi tidak
memiliki hirarki nilai suara hati dan tergolong individu nonmoral. Tidak
bermoral maupun tidak amoral. Prilaku bayi tidak dibimbing norma
moral. Namun, lambat laun bayi akan mempelajari moral dari orang tua,
guru atau teman bermain. Belajar berprilaku moral agar diterima oleh
sekitarnya merupakan proses yang memakan waktu lama.
Dikarenakan bayi memiliki keterbatasan dalam kecerdasan, bayi
menilai benar salahnya suatu tindakan menurut kesenangan atau
kesakitan yang ditimbulkan, bukan menurut baik atau buruknya efek
suatu tindakan terhadap orang-orang lain. Bayi menganggap suatu
tindakan salah hanya bila dia sendiri mengalami akibat buruknya. Ia tidak
memiliki rasa bersalah karena kurang memiliki norma yang pasti tentang
benar salah. Bayi tidak merasa bersalah kalau mengambil benda-benda
milik orang lain karena tidak memiliki konsep tentang hak milik pribadi.
Tabel Tahap-Tahap Perkembangan Moraitas Bayi
Usia
Prenatal
Deskripsi perkembangannya
Perkembangan moral anak dipengaruhi oleh lingkungan
anak apakah lingkungan
188
membutuhkan
suatu
lingkungan
yang
dapat
189
disebabkan
kurang makan atau diet yang tidak seimbang turut merusak pertumbuhan
fisik dan mental.
b)
Bahaya psikologis
Bahaya psikologis yang terjadi pada periode bayi adalah kegagalan
menguasai dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Semakin
cepat bayi mengendalikan tubuh, semakin cepat pula dia tidak
bergantung
pada
bantuan
orang
lain.
Penguasaan
tugas-tugas
bicara
disebabkan
tingkat
inteligensi
yang
190
Perkembangan motorik
Kalau perkembangan motorik terlambat maka bayi akan semakin
lama untuk memperoleh keterampilan yang di miliki anak-anak pada
umumnya Yang juga sangat mengganggu dalam penyesuaian diri anak
ialah tekanan dari orangtua untuk mencapai pengendalian motorik dan
belajar ketrampilan motorik sebelum cukup matang untuk melakukannya.
e)
Bahaya sosial
Bahaya sosial utama ialah kurangnya kesempatan dan motivasi
untuk belajar
Bahaya emosi
Bayi yang tidak di beri kesempatan untuk mengalami emosi yang
normal, terutama masalah kasih sayang, keingintahuan dan rasa gembira,
secera fisik mereka mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
Kalau kekuranggan kasih sayang berlangsung lama, pada tingkat tinggi
akan menyebabkan
191
Bentuk kekuranggan kasih sayang pada bayi terlihat dalam sikap bayi
menjadi lesu, murung, acuh tak acuh,dan sering menggembangkan
gerakan-gerakan gelisah mengisap ibu jari.Sebaliknya pula, anak yang
mendapakkan kasih sayang berlebihan dari orangtuanya menyebabkan
anak menjadi terikat pada diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri.
Dengan demikian, bayi mengharapkan agar orang lain memberikan kasih
sayang, tetapi dia sendiri sulit atau tidak sanggup memberikan kasih
sayang kepada orang lain.
g)
Bahaya moralitas
Bahaya psikologis yang serius untuk perkembanggan moral di
masa depan ialah bila bayi menyadari bahwa dirinya lebih banyak
memperoleh perhatian saat melakukan sesuatu yang mengganggu atau
melawan orang lain daripada saat melakukkan tindakan yang lebih di
terima.
dan
perkembangan yang normal sebagai interelasi dalam diri dengan luar diri
sehingga pertumbuhan dan perkembangganya berkaitan dengan erat:
a)
Genetik
Gen dibawa anak sejak dalam konsepi dan akan menjadi ciri khas
dan menjadi potensi dirinya.Adanya kelainan genetik akan memengaruhi
tumbuh kembang anak,misalnya ada anak yang bertumbu besar, sedang
dan kerdil. Demikian juga halnya dengan faktor genetik dari orangtua
sehingga bisa kita temukan ada sebagian keluarga yang memiliki postur
tubuh besar,tinggi dan sebagian lagi berpostur tubuh kecil,pendek
sebagianya.
b)
dan
struktur
192
bangun
tubuh
dan
fisiologis
bayi.misalnya,perbedaan
daya
imunologi
bayi
terhadap
berbagi
193
194
195
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
Secara umum masa bayi baru lahir (neonatal) dikolompokkan pada dua
periode:
o
6.
Pada masa bayi neonatal terjadi proses penyesuaian diri yang bersifat
radikal, yakni perlahian dari lingkungan dalam ke lingkungan luar. Pada
masa bayi neonatl terjadi penghemntian perkembangan untuk sementara
waktu sehingga periode ini dianggap sebagai periode yang paling
196
berbahaya,
terutama
meninggal
akibat
ketidakmampuan
bayi
197
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika
Marmi dan Margiayati. 2013. Pengantar Psikologi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Singla R. 2015. Effects of a parenting intervention to address maternal psychological
wellbeing and child development and growth in rural Uganda. www.elsevier.com
di unduh pada tanggal 10 September 2015
198