Disusun Oleh :
ISA ASHARI Q
112.980021/TA
A.
Judul
ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA DI
PT. ADARO INDONESIA, KALIMANTAN SELATAN
B.
menarik, karena sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lerang
pada tanah. Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidangbidang lemah yang disebut dengan bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya
dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat
menyebabkan lereng tersebut longsor.
Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap
kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian
sehingga dapat memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas
menjadi
masalah
yang
Dasar Teori
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air
tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam
pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang
umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk
memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan
meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi,
kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng.
Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan,
sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng
tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan
adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng
dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng
longsor
Pada keadaan :
F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor,
antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya.
Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan
semakin berkurang.
b.
Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah
bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai
tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c.
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3) Kandungan air dalam batuan
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat
geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya
berkurang.
4) Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined
and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength)
dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan,
kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah
longsor).
5) Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan
semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.
d. Gaya dari luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan
suatu lereng adalah :
1) Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian
alat-alat mekanis yang berat didekat lereng.
2) Pemotongan dasar (toe) lereng.
3) Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.
2. Klasifikasi longsoran batuan
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu :
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
berupa sesar, rekahan (hoint) maupun bidang perlapisan batuan. Syaratsyarat terjadinya longsoran bidang adalah :
1) Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang
luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
2) Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20o).
3) Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
4) Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu
bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan
antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar, rekahan (joint)
maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang
lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
c. Longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur
disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau
material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel tanah tidak terikat satu
sama lain. Dengan demikian, longsoran busur juga dapat terjadi pada
batuan yang sangat lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun
tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan
diatas
sebuah
bidang
miring.
Berdasarkan
bentuk
dan
proses
D.
geometri lereng, struktur batuan serta sifat fisik dan mekanik batuan.
1. Data yang diperlukan
a. Geometri Lereng
Geometeri lereng yang perlu diketahui adalah :
1) orientasi (jurus dan kemiringan) lereng.
2) tinggi dan kemiringan lereng baik jenjang maupun total.
3) lebar jenjang (berm).
b. Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah adanya
bidang-bidang lemah, yaitu bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan.
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisa
kestabilan lereng adalah :
1) bobot isi batuan.
2) porositas batuan.
3) kandungan air dalam batuan.
4) kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
5) sudut geser dalam.
d. Kondisi geologi
Data geologi yang perlu diketahui :
1) orientasi struktur bidang lemah. Dari orientasi ini yang terpenting
diketahui adalah arah dan besar kemiringan spasi, isian dalam rekahan.
2) Tinggi permukaan air tanah.
3) Litologi dan penyebaran batuan.
4) Tingkat pelapukan.
5) Morfologi.
2. Cara pengumpulan data
Data yang diperlukan diperoleh dari peyelidikan dilapangan dan percobaan di
laboratorium.
analisa vektor dan metode grafis. Tetapi yang mungkin akan digunakan adalah
metode Hoek dan Bray.
Metode Hoek dan Bray dapat digunakan untuk menganalisa keempat
macam longsoran pada lereng batuan.
1. Longsoran bidang
Dalam menganalisa, maka suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan
anggapan sebagai berikut :
a. semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi.
b. terdapat regangan tarik tegak yang terisi air sampai kedalaman tertentu
(Zw), regangan tarik ini dapat terjadi pada muka lereng maupun di atas
lereng.
c. Tekanan air pori pada regangan tarik sepanjang bidang luncur tersebar
secara linier.
d. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan
yang akan longsor, sehingga tidak terjadi rotasi.
Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan persamaan :
Gaya gayaPenahan
F = Gaya gayaPenggerak
F=
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
C = kohesi pada bidang luncur
A = panjang bidang luncur (A)
p = sudut kemiringan bidang luncur (o)
= sudut geser dalam batuan (o)
W = berat massa batuan yang akan longsor (ton)
U = gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air disepanjang bidang
luncur (ton)
= () w. Zw. (H Z) cosec p
V = gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada regangan tarik
(ton)
= () w. Zw2
w = bobot isi air (ton/m3)
Zw = tinggi kolom iar yang mengisi regangan tarik (m)
Z = kedalaman regangan tarik (m)
H = tinggi lereng (m)
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktifitas manusia laninnya, maka persamaan diatas menjadi :
F=
Dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar
2. Longsoran baji
Dalam analisa menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dapat
dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah.
Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
3
X=
Sin 24
Sin 45.Cos 2na
Y=
Sin 13
Sin 35.Cos 1nb
A=
Cosa Cosb.Cosna.nb
Sin 5.Sin 2na.nb
B=
Cosb Cosa.Cosna.nb
Sin 5.Sin 2na.nb
Dimana A dan B adalah suatu faktor tanpa satuan yang besarnya tergantung
pada jurus (strike) dan kemiringan (dip) kedua bidang lemahnya. Bidang
lemah yang mempunyai kemiringan lebih kecil selalu dinamakan bidang
lemah I sedangkan bidang lemah yang satunya lagi dinamakan bidang lemah
II.
3. Longsoran guling
Dengan metode Hoek dan Bray terjadinya longsoran guling dapat dianalisa
dengan menggunakan model yang sederhana. Dengan menggunakan model
ini digunakan untuk menganalisa kasus-kasus yang sederhana. Sedangkan
untuk menganalisa lereng yang sebenarnya dilakukan analogi dengan
mempertimbangkan variabel-variabel yang ada dilapangan.
4. Longsoran busur
Khusus untuk longsoran ini tidak ditampilkan disini, karena batuan yang akan
dianalisa diharapkan dalam keadaan segar.
F.
Pembahasan Masalah
Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design
Rencana Kegiatan
Bulan
Minggu
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Draft
H.
KATA PENGANTAR
JULI
2002
II
III
IV
AGUSTUS
2002
I
II III
IV
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab.
I.
II.
III.
PENDAHULUAN
TINJAUAN UMUM
A.
B.
C.
Iklim.
D.
Penambangan Batubara.
Struktur Geologi.
2.
3.
4.
5.
6.
Geometri lereng.
B.
IV.
V.
Longsoran busur.
2.
Longsoran bidang.
3.
Longsoran baji.
4.
Longsoran guling.
B.
PEMBAHASAN
A. Kekuatan batuan.
B. Struktur Geologi.
C. Geometri Lereng.
D. Air tanah.
E. Pengaruh getaran.
F. Usaha untuk menstabilkan lereng.
VI.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. Daftar Pustaka
1. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, !981.
2. Made Astawa Rai, Dr. Ir .Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis
dan Metode Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang
Terbuka, 1993.
3. Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir Kemantapan Lereng
Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993.
4. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.