Anda di halaman 1dari 10

Makalah Psikologi Arsitektur

Analisis Rumah

Anggota Kelompok STOLZ:


Cindy Alda Manda Ananti (1206271473)
Cindy Thearas (1306402311)
Dinda Ayu Prameswari (1306403674)
Eni Dwiarwati (1206253924)
Fadiah Tamimi (1206243690)
Gabriella D.A. (1306409255)
Idfa Novia P. ()
Kevin Romario ()
Shofagi R. ()

Universitas Indonesia
Depok, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang (Eni)

Nilai pada individu merupakan salah satu landasan yang mempengaruhi individu dalam
pengambilan keputusan. Tentunya, nilai yang dipegang oleh tiap individu pun berbeda-beda pula.
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, nilai akan berpengaruh pada bagaimana individu
tersebut akan bertingkah laku dan mempersepsi tingkah laku orang lain. Tingkah laku individu
tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. Bagaimana individu bertingkah laku atau merespon
lingkungannya saat sedang berada di rumah tentunya akan berbeda dengan ketika sedang berada
di kampus. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan nilai pada tiap individu dan perbedaan
dari keadaan lingkungan dimana individu berada.
Suatu bangunan tidak dibangun begitu saja tanpa adanya maksud atau tujuan dari
perancang. Tentunya ada tujuan dari bangunan tersebut yang berhubungan dengan
pemanfaatannya bagi manusia, salah satunya rumah. Dalam membangun rumah, akan
dibutuhkan suatu rancangan yang matang mengenai rumah tersebut. Berbagai aspek diperhatikan
mulai dari penghuninya hingga nilai-nilai yang dimiliki oleh penghuninya. Aspek nilai-nilai yang
dimiliki penghuni sangat diperhatikan karena kelak rumah tersebut lah yang akan menjadi tempat
tinggalnya, tempat dimana penghuninya beraktivitas atau bersantai bersama keluarga.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil wawancara dan
observasi yang telah penulis lakukan kepada arsitek dan klien guna menganalisis dan mengetahui
nilai-nilai yang diterapkan dalam perancangan rumah klien. Dalam makalah ini akan dijelaskan
pula mengenai teori Schwartz (1992, 1994) yang mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value
types) yang dianut oleh manusia. Penulis menjelaskan teori tersebut karena dalam makalah ini,
penulis melakukan analisis nilai-nilai yang diterapkan dalam perancangan rumah klien dengan
menggunakan teori Schwartz tersebut. Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memenuhi nilai tugas Psikologi Arsitektur penulis dengan baik.

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Teori Schwartz
Teori nilai yang dikemukakan oleh Schwartz merupakan salah satu teori yang dapat menjelaskan
peran nilai dalam kehidupan sosial. Hal ini di identifikasi ke dalam sepuluh tipe nilai (value
types) yang berbeda dan diterapkan oleh manusia yang menjadi bagian yang menentukan dalam
hubungan yang dinamis, yaitu
1. Power
Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal, yaitu
transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa
terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan
prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus
(spesific values) tipe nilai ini adalah : social power, authority, wealth, preserving my public
image dan social recognition.
2. Achievement
Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi sesuai
standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu untuk
mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang
terdapat pada tipe nilai ini adalah : succesful, capable, ambitious, influential.
3. Hedonism
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan dengan
pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan untuk diri
sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : pleasure, enjoying life.
4. Stimulation
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan untuk menjaga
agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis mempengaruhi variasi
dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan
individual tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan,
tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life,
exciting life.

5. Self-direction
Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independent),
seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber dari kebutuhan organismik
akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari tuntutan otonomi dan
ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : creativity, curious, freedom,
choosing own goals, independent.
6. Universalism
Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai ini
mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap
kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : broadminded, social justice, equality, wisdom, inner harmony.
7. Benevolence
Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial. Bila prososial lebih
pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih kepada orang
lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu
kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik
akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu
yang terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah:
helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship, mature love.
8. Tradition
Kelompok

dimana-mana

mengembangkan

simbol-simbol

dan

tingkah

laku

yang

merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian besar diambil dari
ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah
penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : humble, devout, accepting my portion in life,
moderate, respect for tradition.
9. Conformity
Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-dorongan individu
yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari kebutuhan
individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan

dengan baik. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring
parents and elders, self discipline.
10. Security
Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan stabilitas
masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari kebutuhan dasar individu
dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua minat, yaitu individual dan kolektif.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : national security, social order, clean, healthy,
reciprocation of favors, family security, sense of belonging.
Secara eksplisit Schwartz menjelaskan struktur hubungan yang dinamis di antara sepuluh tipe
nilai. Salah satu dasar struktur nilai adalah tindakan yang dilakukan yang didasari nilai apapun
memiliki konsekuensi yang bertentangan dengan beberapa nilai tetapi kongruen dengan orang
lain. Dalam menjalankan nilai yang di pegang, hal ini memiliki konsekuensi terhadap praktis,
psikologis dan sosial (Schwartz, 2012). Nilai sendiri di lihat sebagai dua dimensi bipolar yang
memungkinkan kita untuk melihat bagaimana nilai -nilai saling bersaing dan bertentangan.

BAB III
METODE YANG DIGUNAKAN (Gabriella)
III.1. Observasi (jelasin tujuan observasi dan apa yg diobservasi)
Metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini;
yang pertama adalah melalui pengamatan atau observasi. Observasi yang dilakukan bertujuan
untuk memperoleh pemahaman realistis terhadap hasil (proyek rumah) seorang arsitek yang telah
dibangun dan berfungsi atau digunakan oleh pemilik rumah (klien).
Hal-hal yang diobservasi seperti, aktivitas anggota keluarga dalam rumah tersebut, dimensi dan
penyusunan ruang yang dikhususkan untuk kegiatan tertentu, pemanfaatan setiap ruang yang
ada, dan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan aplikasi teori nilai menurut Schawrtz dalam
rumah dilihat dari kaca mata pengamat. Pengamatan secara langsung ini dimaksudkan agar dapat
memperoleh keseimbangan persepsi subjek-subjek yang bersangkutan, termasuk persepsi yang
timbul melalui metode wawancara oleh responden atau pemilik rumah. Selain itu, pengamatan
ini memungkinkan pengamat untuk melengkapi kekurangan informasi akibat proses selektif dari
responden pada prosedur wawancara. Hasil dari observasi dicatat dalam bentuk sistematis
sehingga dapat dipahami secara terstruktur.
III.2. Wawancara (jelasin tujuan wawancara dan masukin guideline wawancara yang
terstruktur)
Seperti yang telah disebutkan di atas, metode lainnya yang digunakan

adalah wawancara.

Metode wawancara dan observasi digunakan agar dapat saling melengkapi informasi yang
diperlukan sesuai dengan keunggulan masing-masing metode.
Wawancara yang dilakukan adalah rangkaian proses komunkasi antara pengamat dan responden
secara langsung (tatap muka) untuk menggali informasi dari responden yang terdiri dari arsitek
dan kliennya, terhadap proyek rumah yang telah digunakan secara fungsional. Informasi yang
dimaksud bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai apakah yang diterapkan oleh arsitek dalam
rancangan rumah untuk kliennya (spesifik).
Daftar pertanyaan untuk arsitek:
Bagaimana awalnya mendapatkan tawaran project ini?
Siapa kliennya?

Dimana alamat klien (lokasi site project) ?


Bagaimana tanggapan arsitek setelah diminta untuk mengerjakan project ini?
Project seperti apa yang diminta untuk dikerjakan?
Apa permintaan khusus yang di tekankan oleh klien pada saat proses perencanaan renovasi ?
Apa tahap awal sebelum melakukan proses design?
Apa klien banyak ikut serta dalam proses mengambil keputusan dalam perubahan ?
Apa terdapat konflik (perbedaan pendapat) dalam memutuskan perubahan yang akan di lakukan?
Bagaimana menyelsaikan konflik dengan klien ?
Apakah hasil renovasi sesuai dengan keinginan arsitek?
Suasana apa yang di inginkan arsitek dalam rumah keluarga bapak Taufak pasca renovasi?
Daftar pertanyaan untuk klien:

Darimana klien mengenal arsitek ?


Bagaimana sejarah membeli rumah tersebut?
Bagaimana awalnya terpikir untuk melakukan renovasi ?
Permintaan apa yang dilontarkan pada arsitek dan alasannya?
Kegiatan yang sering dilakukan di rumah bersama keluarga ?
Apakah menjadi pertimbangan dalam permintaan yang disampaikan?
Apa klien banyak terlibat dalam pengambilan keputusan dalam rencana renovasi?
Kepuasan klien terhadap hasil rancangan arsitek pasca renovasi ?
Apa ada perubahan di tengah renovasi?
Apa terjadi konflik dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana perubahan ?
Bagaimana proses dalam menyelsaikan konflik tersebut?
Apa sesuai dengan yang di bayangkan oleh klien ?
Ada pemikiran perubahan/ tambahan pasca renovasi ?

BAB IV
HASIL ANALISIS
IV.1. Hasil Observasi
Hasil observasi yang didapat dari pengamatan aktivitas anggota keluarga, yaitu dalam
sehari hari setiap anggota keluarga beraktivitas sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
sebagian besar aktivitas dilakukan secara bersama-sama di dalam satu ruangan yang besar.
Mengingat keluarga tersebut memiliki 3 orang anak yang masih di dalam usia sekolah dasar,
ketiga orang tersebut membutuhkan ruang gerak yang cukup luas dalam melakukan aktivitasnya
sehari hari. Sehingga penyusunan ruang yang digunakan secara bersama-sama tidak memiliki
banyak pembatas dan dapat memenuhi kebutuhan ruang dari ketiga anak tersebut. Keluarga ini
sangat mementingkan komunikasi antar anggota keluarga secara intens, sehingga salah satu
anggota keluarga mengetahui kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya.
sedangkan untuk kegiatan individu yang membutuhkan privasi tersendiri, mereka lakukan di
dalam kamarnya masing-masing yang terletak di lantai 2 rumah tersebut.
Selain itu dimensi ruang yang digunakan secara bersama-sama memiliki dimensi ruang
yang cukup luas, sehingga dapat ditempati oleh kelima anggota keluarga dalam waktu yang
bersamaan. Dalam rumah tinggal keluarga ini, tidak memiliki banyak ornamen-ornamen yang
menggambarkan agama ata tradisi, karena keluarga ini mementingkan fungsi daripada hiasan.
IV.2. Hasil Wawancara
IV.2.1. Hasil Wawancara Arsitek (Tami)
Untuk mendapatkan pemahaman value sebagai dasar dari pembahasan ini adalah
melakukan wawancara kepada arsitek agar didapat dari sudut pandang yang berbeda. Setelah
melakukan beberapa list pertanyaan yang akan diajukan untuk mewawancari arsitek barulah
kami melakukan wawancara. Arsitek kami merupakan seorang Sarjana Arsitektur UI lulusan
tahun 2012. Projek ini berawal pada saat sang arsitek masih mengenyam bangku pendidikan
perkuliahan. Pertemuan awal dengan klien, arsitek berbincang-bincang seperti apa project yang
diinginkan oleh klien. Setelah mengetahui untuk keperluan renovasi rumah, barulah arsitek
meninjau site (rumah) sang klien yang berada di Perumahan Mutiara Darussalam, Pancoran Mas
No.1 Depok, merupakan sebuah rumah hunian tipe 36 dan hanya memiliki 1 lantai. Rumah

tersebut terdiri dari 2 kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang tamu, dan carport. Saat itu, rencana
awal dari project ini adalah untuk mrenovasi lantai 1 rumah tersebut. Setelah melakukan
perbincangan, klien hanya meminta untuk menambahkan kamar tidur yang mana akan dijadikan
untuk kamar tidur kedua anaknya. karena sang klien berpikir untuk jangka panjang kedepannya
karena sang anak yang masih terus tumbuh dan berkembang. Lalu, dikarenakan pada saat itu usia
kedua anak klien yang maih balita, klien juga menambahkan ingin memiliki area yang dapat
menjadi ruang gerak untuk kedua anak-anaknya. Setelah meninjau lokasi, potensi yang terdapat
pada site adalah rumah sang klien yang berada hook sehingga masih memiliki space area yang
luas. Dari potensi tersebut, arsitek mengajukan desain dengan menambah luasan space ruang
tamu dengan memperluas area tersebut yang dapat dijadikan sebagai area untuk ruang gerak
kedua anak klien. Setelah didiskusikan dengan klien, dan mendapatkan kesepakatan bersama
maka selain untuk menambah kamar untuk kedua anaknya yaitu menambah luasan pada area
ruang tamu. Desain yang arsitek ajukan adalah dengan memberikan sedikit pembatas/sekat ruang
agar ruangan terlihat lebih luas. diantara arsitek dan klien terjalin kerjasama yang sangat baik
dikarenakan klien yang didapat juga tidak banyak mau dan sangat simple sehingga tidak
menyulitkan arsitek.
IV.2.2. Hasil wawancara Klien (Ipong)
IV.3. Hasil Analisis (kaitkan hasil observasi, wawancara, dan teori yang digunakan) (Cindy
Thearas dan Agi)
Menurut Hasil observasi dan analisis yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa rumah ini
dirancang dengan mempertahankan nilai( value) dari pemilik rumah yang menjadi client. Kepala
keluarga dari keluarga ini adalah sang Ayah, yang dalam wawancaranya, menceritakan beberapa
hal yang menjadi concern dia dalam permintaan yang disampaikan kepada perancang rumah
adalah apa yang menjadi kepentngan dari keluarganya, terutama anak-anaknya. Berdasarkan
hasil wawancara, client atau pemilik rumah ini terlihat memegang cukup kuat nilai selftransendence, dimana lebih mengutamakan peningkatan relasi yang tinggi antar anggota
keluarga, sehingga client lebih mementingkan kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya,
yaitu untuk bermain antar anak dan meningkatkan relasi sehingga dibutuhkan ruang gerak yang
lebih dibandingkan kegiatan lainnya. Keluarga ini memang sangat mementingkan komunikasi

antar anggota keluarga secara intens, sehingga salah satu anggota keluarga mengetahui kegiatan
apa yang sedang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Dalam hal ini terlihat dengan jelas
bahwa sang Ayah memegang kuat nilai Universalism serta Benevolence, dengan sifatnya yang
lebih cenderung memahami anggota keluarga lain, mementingkan kesejahteraan pihak lainnya,
unuk mengembangkan interaksi yang positif. Kedua value ini memang terikat dengan kuat
sehingga dapat dikonklusikan bahwa sang Client merupakan tipe orang yang memiliki motivasi
self transendence, dengan memegang nilai Benevolence serta Universalism, yang memang
saling terkait
BAB V
PENUTUP (Roma)
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
Daftar Pustaka

Schwartz, S. H. (2012). An Overview of the Schwartz Theory of Basic Values. Online Readings
in Psychology and Culture, 2(1).
http://dx.doi.org/10.9707/2307-0919.1116

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai