Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sinta Devi Kusdina

NIM

: 140151600228

Off

: A4/PGSD

PERMASALAHAN HAM DI INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN DI


BANDINGKAN LUAR NEGERI
1. Kasus Kekerasan Seksual di JIS
HAM merupakan hak dasar yang menjadi hal penting dalam setiap idividu.
Pelanggarannya pun menjadi perhatian yang besar dari berbagai pihak. Seperti di
Indonesia, pelanggaran HAM tidak hanya menimpa satu aspek, tapi terjadi di
berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Berbagai berita yang menimpa
anak-anak di negeri kita, Indonesia.
Terungkapnya kasus asusila anak di sebuah TK internasional di Jakarta telah
menyita perhatian publik. Bahkan tidak kurang dari 3 negara Australia, Amerika
dan Inggris membentuk tim khusus untuk mengungkap kasus ini. Sampai Aris
Meredeka Sirait selaku ketua KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
dengan miris menyataan bahwa tahun 2013-2014 sebagai tahun kritis buat anak.
Tidak jauh dari TK Internasional di Jakarta, ada berita mencengangkan lainnya.
Seorang anak kelas 5 SD meninggal setelah dianiaya oleh kakak kelasnya yang
baru duduk di kelas 6 SD. Penyebabnya pun hal yang sepele, yakni karena si
korban menyenggol pelaku sehingga jajanan pelaku jatuh. Walau si korban sudah
meminta maaf, pelaku dengan tega memukul korban di beberapa bagian tubuh
hingga menyebabkan korban luka dalam dan menghembuskan nafas terakhirnya
beberapa hari kemudian.
Dua kasus diatas mewarnai jagad berita negeri kita, terutama di bidang
pendidikan melihat tempat terjadinya adalah di sekolah. Sekolah yang diharapkan
menjadi tempat yang aman bagi anak berubah menjadi tempat yang berbahaya dan
tidak aman lagi. Kedua kasus ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara
pendidikan baik swasta maupun pemerintah.
ANALISIS :
Kemajuan teknologi di era globalisasi sekarang ini membuat mudahnya
setiap orang dalam mengakses informasi. Mudahnya akses informasi tersebut
sering membuat tidak terkendalinya
akses dan ketidakmampuan
memilih/membedakan yang baik dengan yang buruk.

Seperti kasus asusila yang menimpa TK internasional, dikarenakan sang


pelaku sering menonton video porno, merupakan salah satu alasan kasus
pelecehan seksual terhadap anak usia sekolah yang bahkan juga terjadi di sekolah.
Dengan mudah serta seringnya mengakses gambar bahkan film tidak senonoh,
baik itu via laptop, warnet atau handphone, yang menyebabkan pelaku mudah
mendapatkan rangsangan yang berujung kehilangan akal sehat dan tega berbuat
hal yang tidak senonoh bahkan terhitung tidak wajar. Kehilangan akal sehat,
karena kejadian semisal di atas tidak memandang tempat bahkan di sekolah. dan
dianggap tidak wajar, karena menempatkan anak-anak sebagai objek.
Untuk kasus kekerasan sesama anak sekolah bahkan anak kecil, kemudahan
akses informasi dalam hal ini tontonan kembali menjadi sebab utama dimana
tayangan kekerasan serta berita kekerasan dengan mudahnya diterima dan
dicontoh oleh anak- anak. Dan dengan tingkat nalar yang sesuai levelnya, anakanak menerima tontonan dan berita begitu saja tanpa filter baik buruk atau bahaya
tidak bahaya. Hasilnya mereka dengan sengaja mempraktekkan hal tersebut tanpa
memikirkan akibatnya. Kini media informasi bagai pisau bermata dua, yang salah
satu mata tajam pisau itu mengarah kepengguna dan bisa melukai pengguna.
Selain media informasi , lingkungan dan pergaulan juga menjadi pemicu
terjadinya kasus-kasus yang menyasar anak-anak bahkan di sekolah. Lingkungan
merupakan salah satu pembentuk karakter seorang individu. Lingkungan yang
baik, tentunya akan membentuk individu yang baik, juga sebaliknya.
Sementara itu kasus pelanggaran HAM di dunia pendidikan juga masih
sering terjadi di luar negeri. Hal itu juga disebabkan karena pelaku kecanduan film
porno sehingga pelaku yang tidak lain adalah orang-orang yang seharusnya
menjadi pelindung anak-anak di lingkuangan sekolah menjadi menjadi monster
ataupun musuh paling berbahaya bagi siswa khususnya anak-anak. Seringkali
pelanggaran HAM dilakukan guru terhadap muridnya. Kasusnya pun hampir sama
seperti yang terjadi di Indonesia, awalnya sedikit dari korban yang berani
melaporkan peristiwa buruk yang dialaminya, namun setelah ada yang berani
mengungkapkan barulah muncul korban-korban lain yang juga mengalami
kekerasan atau pelanggaran HAM di sekolah.
Pihak yang berwajib juga bertindak cepat menangkap pelaku pelanggaran
HAM dan juga mengusut kasusnya sehinggapelaku mendapatkan ganjaran yang
setimpal.
2. Kasus Guru main pukul, siswa SDN 23 Koja Takut Sekolah
Sekolah Dasar adalah tingkatan pertama bagi seseorang memperoleh
pendidikan formal yang nantinya akan menentukan masa depannya. Namun apa
jadinya, jika tempat mengenyam ilmu itu bak ring tinju.

Itulah yang dialami belasan siswa di SDN 23 Tugu Utara, Koja, Jakarta
Utara. Bocah-bocah kecil itu memilih bolos sekolah karena takut jadi korban
pemukulan Ibu R yang menjadi guru kelas di kelas 3.
Kepada wartawan yang berkunjung ke sekolah yang terletak di Jalan
Kramat Jaya, Tugu Utara, Koja, Selasa (4/9), beberapa siswa kompak berteriak
kalau gurunya kerap memukuli mereka saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
"Saya pernah dipukul di bagian pipi dan kepala," cerita Ajeng yang duduk di
kelas 3.
Selain kekerasan secara fisik, Ajeng mengaku juga mendapatkan kekerasan
secara mental. Gurunya pernah merobek buku catatan pelajaran miliknya.
"Gara-garanya, aku pernah salah salah menulis catatan pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di buku catatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA)," tambahnya.
Jika Ajeng salah mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan guru
kelasnya itu, maka dia akan dipukul sebagai hukuman.
"Pernah dipukul karena salah mengerjakan satu soal dari 15 soal pelajaran
matematika," keluhnya.
Tidak hanya Ajeng, Fadli (8) yang juga siswa kelas 3 membenarkan
kejadian itu. Karena trauma dengan ulah guru kelasnya itu, Fadli tidak dapat
mengingat hafalan perkalian yang diinstruksikan gurunya.
"Saya lupa hafalan karena takut," katanya.
Mereka berdua mengaku sebenarnya ingin kembali bersekolah, asalkan ibu
guru R itu tidak lagi berbuat semena-mena dengan mereka.
"Kita inginnya bu R tidak mengajar kelas 3 lagi," ucap kedua bocah SD itu
dengan kompak.
Sampai berita ini diturunkan, pihak kepala sekolah maupun Ibu R belum
bisa ditemui dan memberikan penjelasan.
"Pihak kepala sekolah belum bisa menanggapi masalah itu karena belum
jelas," kata salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya saat wartawan
mendatangi sekolah itu.
Analisis Kasus
Hak asasi merupakan hak mendasar yang dimiliki setiap manusia semenjak
dia lahir. Hak pertama yang kita miliki adalah hak untuk hidup seperti di dalam
Undang Undang No. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat (1) tentang hak asasi manusia,
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf hidupnya, ayat (2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai,

bahagia, sejahtera, lahir dan bathin, dan ayat (3) Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Di Indonesia hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang
Undang No. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan
tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahtera-an, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.
Meskipun di Indonesia telah di atur Undang Undang tentang HAM, masih
banyak pula pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Pelanggaran HAM yang baru-baru ini sedang marak adalah pelanggaran hak asasi
perlindungan anak. Padahal di dalamnya sudah terdapat Undang Undang yang
mengatur di dalamnya, antara lain Undang Undang No. 4 tahun 1979 diatur
tentang kesejahteraan anak, Undang Undang No. 23 tahun 2002 diatur tentang
perlindungan anak, Undang Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak,
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 diatur tentang ratifikasi konversi hak anak.
Apabila kita melihat kasus yang terjadi diatas dimana seorang anak yang
seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak bukan malah di pukul yang
mengakibatkan anak jadi takut untuk pergi kesekolah untuk menimba ilmu, hal ini
tentu saja melangar peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana
yang terdapat dalam Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang
tercantum di dalam Pasal 28 B ayat (2), yang berbunyi Setiap orang berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminas, Pasal 28 C ayat (1) Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. Ayat (2) Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya. Dan sebagaimana yang diatur didalam
Undang-undang Khusus Tentang Hak Asasi Manusia, yaitu Undang-undang No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 11 yang berbunyi Setiap orang
berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara
layak.
Pasal 12 yang berbunyi Setiap orang berhak atas perlindungan bagi
pengembangan pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya,
dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai
dengan hak asasi manusi,
Pasal 58 (1)Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum
dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak
lain maupun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.

Pasal 60 (1)Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan


pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat,
dan tingkat kecerdasannya.
(2)Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi
sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya
sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 61 Setiap anak berhak untuk beristirahat, bergaul dengan anak yang
sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi pengembangan dirinya.
Pasal 64 Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan
eksploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga
dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan
mental spiritualnya.
Pasal 66 ayat (1) Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Menurut saya, melihat dari penjelasan diatas hendaknya Aparat penegak
hukum lebih jeli dan teliti lagi dalam perlindungan hak Asasi Manisia khususnya
pelanggaran hak asasi terhadap anak, yang mana seorang anak seharusnya
mendapatkan pendidikan yang layak untuk perkembangan hidupnya, dan juga
kepada guru seharusnya membimbing murid untuk membentuk mereka menjadi
manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dan juga guru hendaknya menerapkan
etika sebagai seorang guru. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya,
terhadap pekerjaan dan terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh
seorang guru untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang baik.
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan
seorang guru adalah perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan
menanamkan sikap kepercayaan kepada murid. Guru yang berpenampilan baik
dan sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga sebaliknya. Selain itu
di dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan
bagaimana bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat
orang lain.
Guru harus bisa mempengaruhi dan mengendalikan muridnya. Perilaku dan
pribadi guru akan menjadi bagian yang ampuh untuk mengubah perilaku murid.
Guru hendaknya menghargai potensi yang ada di dalam keberagaman murid.
Seorang guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan ilmu
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, namun juga harus
memperhatikan perkembangan pribadi anak didiknya baik perkembangan jasmani
atau rohani.
Etika guru yang berikutnya adalah profesional terhadap pekerjaan. Sebagai
seorang guru adalah pekerjaan yang mulia. Guru harus melayani masyarakat di
bidang pendidikan secara profesional. Supaya bisa memberikan layanan yang
memuaskan pada masyarakat maka guru harus bisa menyesuaikan kemampuan
serta pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat.

Yang berikutnya adalah profesional terhadap tempat kerja. Suasana yang


baik ditempat kerja bisa meningkatkan produktivitas. Kinerja guru yang tidak
optimal bisa disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak memberi jaminan
pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Pendekatan pembelajaran kontekstual bisa menjadi pemikiran bagi guru
supaya lebih kreatif. Strategi belajar yang membantu guru untuk mengaitkan
materi pelajaran dengan situasi akan mendorong murid mengaitkan pengetahuan
yang sudah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
profesional guru pada tempat kerja adalah dengan cara menciptakan hubungan
yang harmonis di lingkungan tempat kerja dan lingkungan. Etika guru sangat
dibutuhkan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan
mencerdaskan kehidupan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai