Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL TUGAS DAN KEWENANGAN SYAHBANDAR PELABUHAN

PERIKANAN DAN PROSES KEPENGURUSAN SURAT PERSETUJUAN


BERLAYAR (SPB)

A.Pengertian dan Gambaran Umum Mengenai Syahbandar


Kata syahbandar terdiri dari dua kata yakni syah yang bermakna raja atau ketua
dan bandar yang berarti pelabuhan, secara ringkas syahbandar dapat kita artikan sebagai
ketua pelabuhan atau pengurus yang berwenang di pelabuhan (pak tommi parmono, kepala
syahbandar dipelabuhan perikanan lampulo).
Secara umum, syahbandar merupakan pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat
oleh menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan
pengawasan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan
dan keamanan pelayaran. Sesuai dengan fungsinya tugas Syahbandar mengawasi kelaiklautan
kapal yang meliputi keselamatan, keamanan, dan ketertitiiban di pelabuhan.
Syahbandar juga merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan penting didalam
pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan. Melihat fungsinya sebagai pengawas dalam
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran, Syahbandar mempunyai tanggung jawab
yang cukup besar yaitu akan dimintai pertanggungjawaban apabila terjadi kecelakaan kapal
di laut. Selain itu seorang Syahbandar haruslah mampu bersikap tegas, berani mengambil
keputusan, memiliki pengetahuan yang luas serta memahami setiap peraturan pelayaran
sehingga dalam setiap langkah yang diambil berdasarkan peraturan yang ada. Sebagai Negara
maritime yang memiliki luas wilayah lautan lebih luas daripada daratannya, syahbandar
sangat penting keberadaannya dalam pelabuhan. Tugas-tugas profesi Syahbandar pun telah
termaktub dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, serta PP No. 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan.

B. Pembagian Syahbandar
Secara umum syahbandar terbagi menjadi dua, yakni syahbandar di pelabuhan umum
dan syahbandar di pelabuhan perikanan. Perbedaan dari kedua jenis syahbandar tersebut
adalah bahwa syahbandar di pelabuhan perikanan umum lebih terfokus kepada keseluran
kewajiban dan tanggung jawab syahbandar, baik pada kapal niaga, penumpang dan lain-lain.
Sedangkan syahbandar di pelabuhan perikanan menurut pak tommy, lebih menekankan
kepada fungsinya bagi pelayaran, keluar dan masuk pelabuhan perikanan dan fungsinya
sebagai lex spesialis dorogty legy generly atau spesialis dalam mengurusi Surat perizinan
berlayar (SPB).

Telah dijelaskan juga bahwa pengangkatan personal syahbandar di pelabuhan


perikanan berada dalam kewenangan Kementrian Perhubungan. Sehingga Kementerian
Perhubungan (Kemenhub) tetap memberi supervisi mengenai aspek pemahaman keselamatan
navigasi. Namun secara teknis administrasi dan operasional sudah berada dibawah
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Oleh karena itu petugas atau yang menjadi
kepala syahbandar di pelabuhan perikanan harus memiliki sertifikat keahlian sebagai Ahli
Teknik Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) dan Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan
(ANKAPIN), selain itu pelatihan dan pendidikan langsung diberikan oleh Kementrian
Perhubungan dan Kementrian Kelautan dan Perikanan.

C. Fungsi tugas dan kewenangan syahbandar


Berdasarkan undang-undang no 17 tahun 2008 tentang pelayaran pada pasal 207
menegaskan bahwa Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran
yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di bidang angkutan di
perairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan. Selain
melaksanakan fungsi tersebut Syahbandar juga berfungsi membantu pelaksanaan pencarian
dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran.
Berdaraskan pasal 208 UU No 17 tahun 2008, Menegaskan tugas syahbandar adalah sebagai
berikut:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.

mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan


mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur pelayaran
mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan
mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air
mengawasi kegiatan penundaan kapal
mengawasi pemanduan
mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan
beracun
mengawasi pengisian bahan bakar
mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang
mengawasi pengerukan dan reklamasi
mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan
melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan
memimpin penanggulangan pencemaran
pemadaman kebakaran di pelabuhan
mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.

Sedangkan kewenangan Syahbandar dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya adalah


sebagai berikut:

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan


memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal;
menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan
melakukan pemeriksaan kapal
menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar
melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal
menahan kapal atas perintah pengadilan
melaksanakan sijil Awak Kapal.

Adapun Fungsi tugas dan kewenangan syahbandar di pelabuhan perikanan dapat di lihat
pada UU No 45 tahun 2009 yang merupakan perubahan atas UU No 31 tahun 2004 tentang
perikanan, yang menegaskan pada pasal 42 bahwa tugas dan wewenang syahbandar di
pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.

Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar


Mengatur Kedatangan dan keberangkatan Kapal Perikanan
Memeriksa ulang klengkapan dokumen kapal perikanan
Memriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat penangkapan ikan,
dan alat batu penangkapan ikan.
Memerikasa dan mengesahkan perjanjian kerja laut.
Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan.
Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan.
Mengawasi pemanduan.
Mengawasi pengisian bahan bakar.
Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas.
Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan.
Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan
perianan.
Mengawasi pelaksanaa perlindungan lingkungan maritime.
Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawasan kapal perikanan.
Menerbitkan Surat Tanda Bukt Lapor Kedatangan dan Keberangkatan Kapal
Perikanan.
Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan.

Sebagai upaya dalam mewujudkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun
2015, pada tahun 2011 KKP dan Kementerian Perhubungan (Kemhub) menandatangani
Kesepakatan Bersama mengenai Pengembangan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Kesepakatan Bersama yang ditandatangani Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel
Muhammad dan Menteri Perhubungan, Freddy Numberi ini bertujuan untuk mengoptimalkan
3

serta meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan serta


pertukaran data dan informasi khususnya dibidang kesyahbandaran Pelabuhan Perikanan
yang akan ditugaskan di berbagai pelabuhan perikanan se-Indonesia. Berdasarkan pemaparan
pak tommy, beliau menyebutkan bahwa saat ini terdapat sekitar 816 syahbandar yang terletak
diseluruh PPI/PPS di Indonesia, namun hanya 109 syahbandar yang aktif, dan hanya sekitar
149 syahbandar yang sudah dilatih. Ini lah yang akan menjadi tugas dan PR dari Kementrian
Kelautan dan Perikanan.
Dengan adanya syahbandar di pelabuhan perikanan maka pemilik kapal, khususnya kapal
ikan tidak perlu repot lagi untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan administrasinya
sebelum berlayar mencari ikan. Tetapi tetap harus memiliki SLO dan SPB apabila akan
berlayar. Bedanya, kalau dahulu pemilik kapal harus ke Perikanan dan Adpel atau syahbandar
untuk mendapatkan ke dua surat itu, sekarang cukup hanya ke pelabuhan perikanan, karena
pelabuhan perikanan sudah diberikan wewenang bisa menerbitkan SPB, sebab saat ini
pelabuhan perikanan sudah memiliki syahbandar sendiri.
keberadaan syahbandar di pelabuhan perikanan merupakan hal yang sangat penting
mengingat tugas dan fungsi yang dimilikinya. Pada beberapa kasus yang terjadi di daerah,
ketidakadaan syahbandar di pelabuhan perikanan seringkali menyebabkan terhambatnya
kegiatan operasional kapal perikanan. Nelayan maupun pelaku usaha juga seringkali tidak
dapat mengurus Surat Izin Berlayar/Surat Persetujuan Berlayar (SIB/SPB) padahal surat
tersebut merupakan salah satu kewajiban yang harus dimiliki kapal perikanan sebelum
melakukan kegiatan penangkapan ataupun pengangkutan ikan. Penunjukan seorang
syahbandar perikanan juga merupakan upaya dalam memudahkan nelayan dan pengusaha
perikanan untuk menjual hasil tangkapannya ke luar negeri. Hal tersebut dikarenakan salah
satu tugas dan wewenang syahbandar sebagaimana diatur dalam UU No. 45 Tahun 2009.
Tentang Perikanan adalah Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan.
Keberadaan syahbandar di pelabuhan perikanan selain bertanggung jawab dalam
mengeluarkan administrasi persuratan bagi kapal penangkap dan pengangkut ikan, juga
berperan dalam menjaga keselamatan pelayaran serta melaksanakan ketentuan yang terkait
dengan pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab. Dengan demikian Syahbandar
Pelabuhan Perikanan secara tidak langsung juga mempunyai peran penting dalam mencegah
dan memerangi/menanggulangi Penangkapan ilegal ikan.

D. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)


Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) merupakan suatu proses pengawasan
yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan
untuk memastikan bahwa Kapal, awak kapal, dan muatannya secara teknis-administratif telah

memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan


maritim.
Definisi dari Surat Persetujuan Berlayar itu sendiri adalah Dokumen Negara yang
dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan
pelabuhan setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, keselamatan kapal dan
kewajiban lainnya. Kelaiklautan Kapal adalah Keadaan Kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal,pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
pemuatan, kesejahteraan awak kapal, dan kesehatan penumpang, status hukum kapal,
manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan
kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Sedangkan keselamatan Kapal itu sendiri adalah
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan
perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik
kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Massa berlakunya Surat Persetujuan Berlayar (SPB) adalah 1 x 24 jam dari waktu
keberangkatan dan atau selama kapal berangkat dari pelabuhan hingga kembali ke pelabuhan.
Apabila secara mendadak dan teknis kapal tidak memungkinkan untuk berlayar dikarenakan
oleh kerusakan mesin atau hal-hal teknis lainnya atau kapal tidak berangkat sesuai batasan
wakt yang ditetakan, maka SPB akan dicabut dan apabila hendak berlayar lagi maka SPB
harus dibuat kembali. Apabila ada nelayan yang berlayar didapati tidak memiliki SPB maka
hukuman yang diberikan maksimal 2 tahun penjara dan atau denda sebesar 200 juta.
Kepengurusan SPB dapat dilakukan kapan saja, mengingat syahbandar bertugas 24
jam dalam sepekan. Dan kepengurusan SPB juga tidak dipungut biaya sedikitpun oleh pihak
syahbandar. Untuk kearifan lokan di Aceh dengan dilarangnya nelayan untuk melaut pada
hari jumat, syahbandar tidak terkait dengan artian apabila ada nelayan yang tetap ingin
melaut dan mengurus SPB maka syahbandar akan tetap menggeluarkan SPB tersebut.
Kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan penagkapan ikan maka harus memiliki
Surat Persetujuan Berlayar, yang mana dalam proses pengeluarannya suatu armada harus
melengkapi kelengkapan secara teknis dan kelengkapan secara administrasi. Beberapa
persayaratan dan kelengkapan bak secara teknis maupun administrasi yang harus dimiliki
kapal untuk mendapat Surat Persetujuan Berlayar adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan teknis yang harus dimiliki:
A. Keselamatan : (life jacket, life bouy, dan racun/pemadam api)
B. Fisik kapal : (alat tangkap yang digunakan, palkah ikan, dan ABPI dll.)
2. Kelengkapan Administrasi :
A.
B.
C.
D.

Harus memiliki SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan)


Harus memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan)
Harus memiliki surat ukur kapal
Harus memiliki sertifikat kelaik kelautan
5

E.
F.

Harus memiliki gros akte kapal


Harus memilki Surat Laik Operasi (SLO)

Hal utama di dalam kelengkapan teknis yang harus dipenuhi adalah alat keselamatan,
ini dikarenakan fungsi dan kewajiban dari Syahbandaar itu sendiri adalah pengawasan dalam
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Alat dasar keselamatan yang harus dimiliki
setiap armada penangkapan adalah life jacket, life buoy (pelampung) dan racum atau alat
pemadam kebakaran. Sedangkan kelengkapan teknis dari fisik kapal yang harus diperhatikan
adalah alat tangkap yang digunakan oleh suatu armada penangkapan, ukuran palka, alat bantu
penangkapan ikan, serta yang berkenaan dengan kapal lainnya.
Setiap Perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki Surat Izin
Usaha Perikanan (SIUP), yang lamanya masa berlakunya sepanjang 30 tahun atau sampai
masa produktif kapal habis. Yang mana persyaratan yang dibutuhkan untuk proses
pengeluaran SIUP adalah:
1. rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional
2. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik kapal atau perusahaan, dengan
menunjukkan aslinya
3. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan, dengan menunjukkan aslinya
4. surat keterangan domisili usaha
5. fotokopi akta pendirian perusahaan dengan menunjukkan aslinya
6. fotokopi pengesahan badan hukum bagi perusahaan perikanan yang menggunakan
kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dengan jumlah kumulatif 300
(tiga ratus) GT keatas
7. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan.
Selanjunya suatu armada juga harus memiliki Surat Izin Penangkapan ikan (SIPI) yang
berlaku sau tahun sekali dan harus diperbaharui, yang mana persyaratan yang dibutuhkan
untuk proses pengeluaran SIPI adalah:
1. Fotokopi SIUP
2. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal
Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta
hipotik dengan menunjukkan aslinya
3. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang digunakan
4. Fotokopi gambar rencana umum kapal (General Arragment)
5. Data kapal dengan format sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
6. Rencana target spesies penangkapan ikan

7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan yang menyertakan :
a. Kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas dan menjaga
keselamatan petugas pemantau (Observer) untuk kapal penangkap ikan
berukuran 30 GT keatas
b. Kesanggupan untuk menjaga kelestarian SDI dan lingkungannya
c. Kesanggupan mengisi log book sesuai ketentuan peraturan perundangundangan
d. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan Indonesia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Kesanggupan memasang dan mengaktifkan transmitter Sistem Pemantauan
kapal Perikanan (SPKP) sebelum kapal melakukan operasi penangkapan ikan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
f. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan
dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi
usaha perikanan tangkap terpadu
g. Kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan
penangkapan ikan secara tidak sah, tidak melaporkan, dan tidak diatur (illegal,
unreported, and unregulated fishing)
h. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan
Sedangkan untuk penerbitan izin perpanjang harus melengkapi:
1. Fotokopi SIUP
2. Fotokopi SIPI yang diperpanjang
3. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal
Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta
hipotik dengan menunjukkan aslinya
4. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter SPKP yang masih berlaku
5. Surat Keterangan dari kepala Pelabuhan tempat kapal tersebut berpangkalan, yang
menyatakan bahwa kapal tersebut berpangkalan dan mendaratkan ikan hasil
tangkapannya di pelabuhan sesuai dengan yang tercantum dalam SIPI
6. Bukti penyampaian Laporan Kegiatan Usaha (LKU) dan Laporan Kegiatan
Penangkapan (LKP)

7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan yang menyatakan :
A. Kapal penangkap ikan tidak terdapat perubahan fungsi, spesifikasi teknis
dan/atau alat penangkapan ikan
B. Kesanggupan menerima, mambantu kelancaran tugas, dan menjaga keselamatan
petugas pemantau (observer) untuk kapal penangkap ikan berukuran 30 GT
keatas
Telah merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan dengan
UPI yang telah memiliki SKP bagi usaha perikanan tangkap terpadu
C. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan Indonesia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
D. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan
dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi
usaha perikanan tangkap terpadu
E. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan

Untuk selanjutnya kapal juga harus memiliki surat ukur kapal (berlaku permanen
selama seumur hidup kapal), sertifikat kelaik kelautan (berlaku setahun sekali), gros akte
(berlaku permanen selama seumur hidup kapal), serta harus memiliki Surat Laik Operasi
(SLO) yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(SATKER PSDKP), Surat laik operasi kapal perikanan (SLO), adalah surat keterangan yang
menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan
teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan SLO adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan administrasi untuk kapal perikanan yang akan melakukan penangkapan
ikan berupa kelengkapan dan keabsahan dokumen yang meliputi:
a. SIPI asli
b. tanda pelunasan pungutan hasil perikanan asli
c. stiker barcode untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT
d. SKAT untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 60 GT
e. SLO asal untuk kapal perikanan yang telah melakukan kegiatan perikanan.
2. Persyaratan kelayakan teknis untuk kapal perikanan yang akan melakukan
penangkapan ikan, meliputi:
a. kesesuaian fisik kapal perikanan dengan yang tertera dalam SIPI, terdiri dari
bahan kapal, merek dan nomor mesin utama, tanda selar, dan nama
panggilan/call sign
b. kesesuaian jenis dan ukuran alat penangkapan ikan dengan yang tertera pada
SIPI dan
c. keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal perikanan yang dipersyaratkan.

Berikut ini merupakan baagan keperluan yang dibutuhkan dalam mengurus penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar:

Alur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan diatas adalah sebagai
berikut:

1.

2.
3.

4.
5.

Syahbandar merupakan pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh menteri


dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pelayaran.
Salah satu tugas utama syahbandar adalah penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
(SPB). Yang merupakan kelengkapan dan syarat utama yang harus dimiliki apabila
kapal hendak berlayar untuk operasi penangkapan ikan.
Kelengkapan teknis yang harus dimiliki untuk dapat mengurus penerbitan SPB
diataranya, kelengkapan keselamatan (life jacket, life bouy, dan racun/pemadam api)
dan kelengkapan fisik kapal (alat tangkap yang digunakan, palkah ikan, dan ABPI
dll.)
Kelengkapan administrasi yang harus dimiliki kapal dalam mengurus penerbitan SBP
diantaranya, Harus memiliki SIUP, SIPI, surat ukur kapal, sertifikat kelaik kelautan,
gros akte kapal, dan SLO.
Massa berlakunya Surat Persetujuan Berlayar (SPB) adalah 1 x 24 jam dari waktu
keberangkatan dan atau selama kapal berangkat dari pelabuhan hingga kembali ke
pelabuhan. Apabila terlambat dari waktu yang ditetapkan maka SPB harus dibuat
kembali.

10

LAMPIRAN

1. Metode pengambilan informasi


Informasi yang kami dapat dan kembangkan di dalam paper ini diperoleh dari
wawancara dengan kepala Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo, UU No 17 tahun 2008
tentang Pelayaran, dan UU No 45 tahun 2009 , serta informasi di internet. Wawancara kami
lakukan dengan teknisi sebagai berikut:
Hari, tanggal
Tempat
Sumber

: Rabu, 3 Juni 2015


: Kantor Syahbandar Pelabuhan Perikanan Lampulo.
: Bapak Tommy Parmono, Kepala Syahbandar Pelabuhan Perikanan
Lampulo. Bapak Sudirman, sebagai crew Syahbandar Pelabuhan
Perikanan Lampulo.

2. Dokumentasi :

11

12

Anda mungkin juga menyukai