B. Pembagian Syahbandar
Secara umum syahbandar terbagi menjadi dua, yakni syahbandar di pelabuhan umum
dan syahbandar di pelabuhan perikanan. Perbedaan dari kedua jenis syahbandar tersebut
adalah bahwa syahbandar di pelabuhan perikanan umum lebih terfokus kepada keseluran
kewajiban dan tanggung jawab syahbandar, baik pada kapal niaga, penumpang dan lain-lain.
Sedangkan syahbandar di pelabuhan perikanan menurut pak tommy, lebih menekankan
kepada fungsinya bagi pelayaran, keluar dan masuk pelabuhan perikanan dan fungsinya
sebagai lex spesialis dorogty legy generly atau spesialis dalam mengurusi Surat perizinan
berlayar (SPB).
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Adapun Fungsi tugas dan kewenangan syahbandar di pelabuhan perikanan dapat di lihat
pada UU No 45 tahun 2009 yang merupakan perubahan atas UU No 31 tahun 2004 tentang
perikanan, yang menegaskan pada pasal 42 bahwa tugas dan wewenang syahbandar di
pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Sebagai upaya dalam mewujudkan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun
2015, pada tahun 2011 KKP dan Kementerian Perhubungan (Kemhub) menandatangani
Kesepakatan Bersama mengenai Pengembangan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Kesepakatan Bersama yang ditandatangani Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel
Muhammad dan Menteri Perhubungan, Freddy Numberi ini bertujuan untuk mengoptimalkan
3
E.
F.
Hal utama di dalam kelengkapan teknis yang harus dipenuhi adalah alat keselamatan,
ini dikarenakan fungsi dan kewajiban dari Syahbandaar itu sendiri adalah pengawasan dalam
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Alat dasar keselamatan yang harus dimiliki
setiap armada penangkapan adalah life jacket, life buoy (pelampung) dan racum atau alat
pemadam kebakaran. Sedangkan kelengkapan teknis dari fisik kapal yang harus diperhatikan
adalah alat tangkap yang digunakan oleh suatu armada penangkapan, ukuran palka, alat bantu
penangkapan ikan, serta yang berkenaan dengan kapal lainnya.
Setiap Perusahaan perikanan yang melakukan usaha perikanan wajib memiliki Surat Izin
Usaha Perikanan (SIUP), yang lamanya masa berlakunya sepanjang 30 tahun atau sampai
masa produktif kapal habis. Yang mana persyaratan yang dibutuhkan untuk proses
pengeluaran SIUP adalah:
1. rencana usaha meliputi rencana investasi, rencana kapal, dan rencana operasional
2. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemilik kapal atau perusahaan, dengan
menunjukkan aslinya
3. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan, dengan menunjukkan aslinya
4. surat keterangan domisili usaha
5. fotokopi akta pendirian perusahaan dengan menunjukkan aslinya
6. fotokopi pengesahan badan hukum bagi perusahaan perikanan yang menggunakan
kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan dengan jumlah kumulatif 300
(tiga ratus) GT keatas
7. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan.
Selanjunya suatu armada juga harus memiliki Surat Izin Penangkapan ikan (SIPI) yang
berlaku sau tahun sekali dan harus diperbaharui, yang mana persyaratan yang dibutuhkan
untuk proses pengeluaran SIPI adalah:
1. Fotokopi SIUP
2. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal
Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta
hipotik dengan menunjukkan aslinya
3. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang digunakan
4. Fotokopi gambar rencana umum kapal (General Arragment)
5. Data kapal dengan format sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
6. Rencana target spesies penangkapan ikan
7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan yang menyertakan :
a. Kesanggupan menerima, membantu kelancaran tugas dan menjaga
keselamatan petugas pemantau (Observer) untuk kapal penangkap ikan
berukuran 30 GT keatas
b. Kesanggupan untuk menjaga kelestarian SDI dan lingkungannya
c. Kesanggupan mengisi log book sesuai ketentuan peraturan perundangundangan
d. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan Indonesia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Kesanggupan memasang dan mengaktifkan transmitter Sistem Pemantauan
kapal Perikanan (SPKP) sebelum kapal melakukan operasi penangkapan ikan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
f. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan
dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi
usaha perikanan tangkap terpadu
g. Kapal yang digunakan tidak tercantum dalam daftar kapal yang melakukan
penangkapan ikan secara tidak sah, tidak melaporkan, dan tidak diatur (illegal,
unreported, and unregulated fishing)
h. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan
Sedangkan untuk penerbitan izin perpanjang harus melengkapi:
1. Fotokopi SIUP
2. Fotokopi SIPI yang diperpanjang
3. Fotokopi Grosse Akta dengan menunjukkan aslinya dan fotokopi Buku Kapal
Perikanan, apabila grosse Akta dalam jaminan bank, harus melampirkan fotokopi akta
hipotik dengan menunjukkan aslinya
4. Surat Keterangan Aktivasi Transmitter SPKP yang masih berlaku
5. Surat Keterangan dari kepala Pelabuhan tempat kapal tersebut berpangkalan, yang
menyatakan bahwa kapal tersebut berpangkalan dan mendaratkan ikan hasil
tangkapannya di pelabuhan sesuai dengan yang tercantum dalam SIPI
6. Bukti penyampaian Laporan Kegiatan Usaha (LKU) dan Laporan Kegiatan
Penangkapan (LKP)
7. Surat Pernyataan bermaterai cukup dari pemilik kapal atau penanggung jawab
perusahaan yang menyatakan :
A. Kapal penangkap ikan tidak terdapat perubahan fungsi, spesifikasi teknis
dan/atau alat penangkapan ikan
B. Kesanggupan menerima, mambantu kelancaran tugas, dan menjaga keselamatan
petugas pemantau (observer) untuk kapal penangkap ikan berukuran 30 GT
keatas
Telah merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan dengan
UPI yang telah memiliki SKP bagi usaha perikanan tangkap terpadu
C. Kesanggupan menggunakan nakhoda dan ABK berkewarganegaraan Indonesia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
D. Kesanggupan merealisasikan pembangunan, kepemilikan UPI, atau kemitraan
dengan UPI yang telah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) bagi
usaha perikanan tangkap terpadu
E. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan
Untuk selanjutnya kapal juga harus memiliki surat ukur kapal (berlaku permanen
selama seumur hidup kapal), sertifikat kelaik kelautan (berlaku setahun sekali), gros akte
(berlaku permanen selama seumur hidup kapal), serta harus memiliki Surat Laik Operasi
(SLO) yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(SATKER PSDKP), Surat laik operasi kapal perikanan (SLO), adalah surat keterangan yang
menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan
teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan SLO adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan administrasi untuk kapal perikanan yang akan melakukan penangkapan
ikan berupa kelengkapan dan keabsahan dokumen yang meliputi:
a. SIPI asli
b. tanda pelunasan pungutan hasil perikanan asli
c. stiker barcode untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT
d. SKAT untuk kapal perikanan dengan ukuran di atas 60 GT
e. SLO asal untuk kapal perikanan yang telah melakukan kegiatan perikanan.
2. Persyaratan kelayakan teknis untuk kapal perikanan yang akan melakukan
penangkapan ikan, meliputi:
a. kesesuaian fisik kapal perikanan dengan yang tertera dalam SIPI, terdiri dari
bahan kapal, merek dan nomor mesin utama, tanda selar, dan nama
panggilan/call sign
b. kesesuaian jenis dan ukuran alat penangkapan ikan dengan yang tertera pada
SIPI dan
c. keberadaan dan keaktifan alat pemantauan kapal perikanan yang dipersyaratkan.
Berikut ini merupakan baagan keperluan yang dibutuhkan dalam mengurus penerbitan
Surat Persetujuan Berlayar:
KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan diatas adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
10
LAMPIRAN
2. Dokumentasi :
11
12