Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Definisi Tanah
Pengertian teknik mekanika tanah secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat ( butiran ) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi ( terikat secara kimia ) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk ( yang berpartikel padat ) disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di
samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan masa tanah tersebut bila
menerima bermacam-macam gaya. Sedangkan

Rekayasa Tanah (Soil

Engineering) merupakan aplikasi prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problemaproblema praktisnya.


1.2 Sejarah Perkembangan Mekanika Tanah
Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah sebagai
bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada mulanya, seni rekayasa tanah hanya
dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu saja. Tetapi dengan
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan pelaksanaan
struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan. Hal ini
menyebabkan terjadinya studi yang lebih terinci terhadap sifat dan kondisi dasar
dari tanah dalam hubungannya dengan ilmu teknik pada awal abad ke-duapuluh.
Dengan diterbitkannya buku Erdbaumechanic oleh Karl Terzaghi pada tahun
1952, lahirlah ilmu mekanika tanah modern. Buku tersebut membahas prinsipprinsip dasar dari ilmu mekanika tanah yang selanjutnya buku itu juga menjadi
dasar bagi banyak studi lanjutan lainnya.
Pada tahun 1948 Karl Von Terzaghi seorang sarjana teknik sipil
Jerman/Austria berpendapat bahwa : Mekanika tanah adalah pengetahuan yang
menerapkan kaidah mekanika dan hidrolika untuk memecahkan persoalan1

persoalan teknik sipil yang berhubungan dengan endapan dan kumpulan butirbutir padat yang terurai/tidak terpadu (unconsolidated) yang dihasilkan oleh
proses penghancuran (disintegration) secara alami dan kimiawi batu-batuan. Oleh
karena itu, Terzaghi disebut sebagai Bapak mekanika tanah, karena jasanya
memelopori pengembangan ilmu mekanika tanah
1.3 Proses Pembentukan Tanah , Siklus Batuan Dan Asal- Usul Tanah
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut
sangat

bervariasi

dan

sifat-sifat

fisik

dari

tanah

banyak

tergantung

dari faktor-faktor ukuran, bentuk dan komposisi kimia dari butiran. Untuk lebih
jelasnya tentang faktor-faktor tersebut, harus dikenal dahulu tipe-tipe dasar dari
batuan yang membentuk kerak bumi, mineral-mineral yang membentuk batuan,
dan proses pelapukan.

Berdasarkan asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga tipe dasar yaitu :
batuan beku ( igneous rock ), batuan sedimen ( sedimentary rock ), dan batuan
metamorf ( metamorphic rock ). Pada gambar 1.1a ditunjukkan diagram dari
siklus kejadian beberapa tipe batuan tersebut berikut proses kejadiannya. Diagram

tersebut disebut siklus batuan. Juga diberikan beberapa keterangan singkat untuk
tiap-tiap elemen dari siklus batuan tersebut.
1.3.1. Batuan Beku (Igneous rocks)
Batuan beku terbentuk dari membekunya magma cair yang terdesak ke
permukaan (dari bagian yang dalam sekali pada mantel bumi). Sesudah tersembul
ke permukaan melewati rekahan-rekahan pada kulit bumi (fissure eruption) atau
melalui gunung berapi (volcanic eruption), sebagian dari magma cair tersebut
mendingin di permukaan bumi dan membatu.
Kadang-kadang magma tersebut berhenti bergerak sebelum sampai ke
permukaan bumi dan mendingin di dalam kulit bumi dan membentuk batuan beku
dalam plutonic rocks (disebut juga intrusive rocks). Batuan beku dalam yang telah
terbentuk tersebut pada suatu saat dapat timbul ke permukaan bumi karena adanya
proses erosi yang terus menerus terhadap lapisan batuan dan tanah yang terletak di
atas batuan beku dalam tersebut.
Proses pelapukan batuan menjadi tanah dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
proses penghancuran fisik (disintegration) dan proses pelapukan kimiawi
(decomposition). Proses penghancuran fisik adalah proses pelapukan tanah akibat
dari factor-faktor fisika, misalnya : perubahan temperature secara berkala,
pembekuan dan pencairan (air dalam batuan), proses perusakan oleh tanaman,
binatang dan/atau es di dalam celah batuan. Proses pelapukan kimiawi terjadi
akibat reaksi kimiawi, misalnya : oksidasi, hidrasi, karbonasi, dan efek kimia dari
tanaman. Proses pelapukan kimiawi ini dapat dipercepat bila dipengaruhi oleh
temperature yang tinggi dan keberadaan zat-zat asam organic. Beberapa faktor
yang sangat berpengaruh dalam proses pelapukan tanah ini diantaranya adalah :
cuaca, topografi, waktu, sejarah geologi dan tipe batuan.
Jenis batuan beku yang terbentuk karena mendinginnya magma tergantung
pada beberapa faktor seperti komposisi dari magma dan kecepatan mendinginnya
magma tersebuta. Pada cairan magma yang mendingin tersebut, ukuran kristal
mineral berangsur-angsur membesar dan sebagian mengendap (pada suhu tinggi).
Kristal batuan yang tetap tinggal dalam larutan magma cair kemudian bereaksi
dengan kristal-kristal terlarut yang lain dan membentuk mineral baru pada

temperatur yang lebih rendah, proses ini berlangsung terus sampai seluruh massa
batuan cair tersebut membeku menjadi padat.
1.3.2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Hasil lapukan yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung dapat menjadi
padat karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya proses sementasi
antar butiran oleh unsure-unsur sementasi seperti besi, kalsit, dolomite dan quartz.
Unsur-unsur sementasi tersebut biasanya terbawa dalam larutan air tanah. Unsurunsur tersebut mengisi ruang-ruang di antara butiran dan kemudian membentuk
batuan sediment. Batuan yang terbentuk dengan cara ini disebut batuan sediment
detrital. Contoh dari tipe/jenis batuan sedimen detrital adalah : conglomerate,
breccia mudstone, shale (claystone). Sedimentary rock ada juga yang dibentuk
oleh reaksi kimia, misalnya : limestone, chalk, dolomite, gypsum, dan sebagainya.
Batuan sedimen mungkin juga mengalami pelapukan dan membentuk tanahtanah sedimen (endapan), atau terkena proses peristiwa metamorf dan berubah
menjadi batuan metamorf.
1.3.3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)
Peristiwa metamorf adalah proses perubahan komposisi dan tekstur dari
batuan akibat panas dan tekanan tanpa pernah menjadi cair. Dalam peristiwa
metamorf, mineral-mineral baru terbentuk dan butir-butir mineralnya terkena
geseran yang kemudian membentuk tekstur batu metamorf yang berlapis-lapis.
Granit, diorite dan gabbro berubah menjadi slates dan phyllites pada peristiwa
metamorf tingkat rendah.
Schist adalah sejenis batuan metamorf yang mempunyai tekstur berlapis-lapis
dan dapat dilihat pula pada teksturnya ada bentuk-bentuk kepingan atau
lempengan-lempengan dari mineral mika.
Batu pualam (marmer) terbentuk dari batuan calcite dan dolomite yang
mengalami proses kristalisasi ulang. Butiran mineral pada marmer umumnya lebih
besar dari pada yang terdapat pada batuan induknya.
Quartzite adalah sejenis batuan metamorf yang terbentuk dari sandstone yang
kaya akan mineral quatz. Bahan silika kemudian memasuki pori-pori batuan dan

ruang-ruang diantara butiran pasir dan quartz, dan menjadi unsur-unsur sementasi
antar butiran. Quartzite adalah salah satu dari batuan yang sangat keras. Pada
tekanan dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair menjadi
magma dan siklus batuan berulang kembali.
1.4 Bentuk Fisik Dan Karakteristik Tanah
Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau
(silt), dan lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan
pada tanah tersebut. Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuranukuran partikelnya, bebarapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah (soil-separate-size limits).
Berdasarkan sifat-sifat lekat dari butiran, tanah digolongkan menjadi tanah
kohesif ( cohesive soil ) dan tanah tidak kohesif ( non cohesive soil ).
a. Tanah Kohesif
Sering disebut tanah berbutir halus dengan gaya lekat antar butiran (kohesi)
yang mengakibatkan sifat plastis berbeda yang bergantung pada kadar air dan
kandungan mineral dalam tanah. Pada proses pengendapan yang tidak begitu
dalam, variasi pembentukan susunan butir tanah kohesif dibedakan sebagai
berikut :
Struktur Rantai (honey combed)

Tidak terjadi Kohesi pada saat


partikel melayang kemudian mengendap

Biasa terjadi pada tanah


lempung atau lanau

Gambar1.2 Struktur Rantai

Struktur flokulent

Terbentuk bila partikel-partikelyang


melayang mengumpul, mengikat diri dan
kemudian mengendap.

Gambar 1.3 Struktur flokulent

Biasa terjadi pada tanah organic (tanah


humus).

b.

Tanah tidak kohesif


Sering disebut tanah berbutir kasar dengan sudut geser dalam sebagai
parameter kekuatan geser utama dan tidak mempunyai gaya lekat antar butiran,
seperti pasir dan kerikil.
Berdasarkan organ-organ yang terkandung didalamnya, tanah digolongkan
menjadi tanah anorganik dan tanah organik.
a.

Tanah anorganik
Tanah jenis ini yang terdiri dari mineral tanpa kandungan bahan organik.
Contoh : kerikil, pasir dan mineral lainnya.

b.

Tanah organik
Tanah yang banyak mengandung unsur organik dari tumbuhan maupun
hewan. Contoh : humus, gambut, batu bara, dll.
Berdasarkan ukuran butirannya, tanah digolongkan menjadi lima golongan
yaitu : batuan, kerikil, pasir, lanau dan lempung.
a.

Batuan (stone)

> 63 mm

b.

Kerikil (gravel)

> 2 63 mm

c.

Pasir (sand)

> 0,06 2 mm

d.

Lanau (silt)

> 0,002 0,06 mm

e.

Lempung (clay) > 0,002 mm

1.5 Pendapat Umum Mengenai Tanah (General Judges of Soil)


Klasifikasi tanah sebagai dasar bangunan dikelompokkan menjadi beberapa
bagian yaitu :
a. Tanah tak kohesif
Tanah ini sangan baik untuk landasan / dasar bangunan bila kepadatannya
cukup besar. Tanah ini tidak mempunyai kekuatan tarik, maka gesekan antar
butiran akan meningkat pada saat mengalami tekanan yang besar sehingga
kekuatan gesernya besar. Pada kondisi tanah leps atau terlalu banyak
mengandung pasir perlu dilakukan pemadatan untuk menghindari penurunan
atau keruntuhan tanah (failure).

b. Tanah kohesif
6

Kondisinya licin, halus, kaku, agak keras dank eras sekali sehingga kapasitas
daya dukung tergantung pada besarnya kadar air. Terhadap air tanah kohesif
harus betul-betul dilindungi, dengan membuat saluran pengeringan (drainase),
karena dengan ruang pori yang besar mengakibatkan tanah ini mudah
tenggelam dan rusak akibat beban diatasnya. Selain itu fraksi butir-butir halus
juga mempengaruhi kualitas tanah kohesif, sehingga tanah ini dibedakan antara
tanah kohesif kuat (sukar menyerap dan melepas air) dan tanah kohesif ringan
(mudah berubah bila terkena air).
c. Tanah organik
Tanah humus (peat) dan tanah lumpur berlanau, tidak baik dipakai sebagai
landasan dari suatu konstruksi bangunan, karena memiliki sifat kembang susut
yang sangat besar.
Sedangkan klasifikasi tanah sebagai bahan bangunan dikelompokkan menjadi :
a. Tanah tidak kohesif
Tanah ini sangat baik untuk material bangunan seperti untuk urugan jalan,
urugan bangunan, dasar pondasi, karena dapat dipadatkan dengan mudah dan
mempunyai kekuatan geser yang besar.
b. Tanah kohesif
Tanah ini mempunyai sifat compresibilitas yang tergantung pada kadar airnya,
baik untuk bahan bangunan pada daerah-daerah yang kering tetapi tidak baik
pada

daerah-daerah

yang

banyak

mengandung

air,

sehingga

perlu

distabilisasi/dipadatkan sebelum digunakan.


c. Tanah organik
Tanah ini tidak baik sebagai bahan bangunan/urugan karena mempunyai sifat
susut yang besar dan mudah retak-retak bila kering.
1.6 Stratifikasi Tanah (Stratification of The Ground)
Stratifikasi atau susunan tanah merupakan gambaran/bentuk lapisan tanah
sampai dengan kedalaman tertentu. Selain proses pembentukan tanah yang telah
disebutkan sebelumnya, berbagai bentuk lapisan tanah juga disebabkan oleh
gejala alam seperti aktivitas tektonik atau pergeseran benua, sehingga terjadilah
patahan, rekahan maupun lipatan-lipatan pada lapisan tanah.
a.

Rekahan (faults)
7

Gambar 1.4
b.

Patahan

Gambar 1.5
c.

Lipatan

Gambar 1.6

Latihan Soal :
1. Jelaskan pentingnya Mekanika Tanah di bidang teknik sipil .
2. Jelaskan Sejarah perkembangan Mekanika tanah secara singkat .
3. Jelaskan fungsi tanah sebagai bahan bangunan dan tanah sebagai dasar
bangunan .

Anda mungkin juga menyukai