Laporan Pendahuluan CAP Ok
Laporan Pendahuluan CAP Ok
Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru oleh
mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian bawah.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang terjadi
secara primer atau sekunder setelah infeksi virus. (Elizabeth J. Corwin,
2009)
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh
proses infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering,
sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi.
(Aru W. Sudaya, dkk, 2009).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Sedangkan menurut Betz dan Sowden (2002) pneumonia adalah
inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh satu
atau lebih agens berikut virus, bakteri, mikoplasma dan aspirasi
substansi asing. Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi
paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia
juga
dikenali
sebagai
pneumonitis,
bronchopneumonia
dan
'community-acquired pneumonia
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit).
Pneumonia
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
oleh
berbagai
macam
gram-negatif
seperti
Steptococcus
pneumonia
menunjukkan
bahwa
bakteri
yang
ditemukan
dari
antara
daya
tahan
tubuh,
sehingga
imun
dan
mekanisme
pertahanan
terganggu
kemudian
yang
dapat
meningkatkan
risiko
infeksi
dengan
elektrolit
c) Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik,
mukolitik.
2) Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam.
3) Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran Radiologis
Foto thorax (PA/Lateral) yang merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk menegakkan diagnosis
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang sampai 30.000/ul,
dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
terjadi peningkatan LED. Untuk pemeriksaan diagnosis etiologi
dibutuhkan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25 persen penderita yang tidak diobati.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003).
8. Pathway
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat
diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
4) Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),
imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
6) Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),
dispnea.
Tanda :
7) Keamanan
berhubungan
dengan
kesulitan
bernapas
sputum,
nyeri
fleuritik.
Penurunan
energi,
kelemahan.
Tujuan : Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas,
menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada
dispnoe.
Tindakan / intervensi :
o Mandiri
1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran
udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal
pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan /
atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan,
secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi.
2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan
batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
3) Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan
karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali
kontraindikasi ). Tawarkan air hangat dari pada dingin.
Rasional : Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
o Kolaborasi
1) Bantu mengawasi efek pengobatan
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan
sekret.
2) Berikan
obat
sesuai
indikasi,
mukoliti,
ekspentoran,
Napas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
proses
Inflamasi.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress
pernafasan.
Tindakan / intervensi :
o Mandiri :
1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada
indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan
umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat
adanya sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau
espon tubuh terhadap demam / menggigil.
3) Kaji status mental
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan
somnolen dapat menunjukkan hipoksemia / penurunan
oksigenasi serebral.
4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik
dan
kebutuhan
oksigen
dan
mengganggu
oksigenasi selular.
o Kolaborasi
1) Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan
PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan
berhubungan dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama
mengidentifikasi
intervensi
untuk
Efektif
berarti
menurunkan
penyebaran
tambahan infeksi
4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru
yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
5) Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi
lain.
6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari
proses infeksi lain.
7) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas
sedang. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional
Memudahkan
proses
penyembuhan
dan
o Kolaborasi :
1) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur
sputum / darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin,
amikain, sepalosporin & amantadin.
Rasional
untuk
membunuh
kebanyakan
microbial.
dan
harapan
kesembuhan
identifikasi
menetap
Intervensi:
1) Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat
pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami
nyeri, khusus bila alasan lain tanda perubahan tanda vital telah
terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi,
musik tenang / berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut
dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan
dan
alat
untuk
mengontrol
ketidaknyamanan
dada
Daftar Pustaka
Asih, Retno. (2006). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI
Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak Kuliah Pneumonia.
Corwin, J. (2008). Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Djojodibroto, D. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn, E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PPDI.
(2003). Pneumonia
Penatalaksanaan.
Komuniti
Pedoman
Diagnosis
dan