| DWI
A.
Kewarganegaraan RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006Untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang
pelaksanaan, yakni undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang
undang-undang mengenai kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 3 tahun 1946 tentang Warganegara dan penduduk IndonesiaUndang-undang No. 3 tahun 1946 disetujui bersama oleh
pemerintahdengan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan diundangkan pada tanggal 10 April 1946. Namun pada tanggal 27
Februari 1947,Pemerintah RI dengan persetujuan KNIP mengeluarkan Undang-Undang No. 6tahun 1947 tentang Perubahan dalam Undang-Undang
No. 3 tahun 1946 tentangWarganegara dan Penduduk Indonesia. Undang-undang No. 3 tahun 1946 jo UUNo. 6 tahun 1947.Menurut pasal 1 UU No. 3
tahun 1946, penjelasan tentang siapakah WargaNegara Indonesia (Winarno,hal.108- 114).
2. Undang-Undang No. 2 tahun 1958 tentang Persetujuan antara RI-RRT mengenaiDwikewarganegaraanDiwajibkan kepada setiap orang yang
mempunyai dwi-kewarganegaraanuntuk menentukan pilihannya, apakah ia akan melepaskan kewarganegaraanRRC dan menjadi warganegara
Indonesia, atau tetap menjadi warganegara RRCdengan kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Kewajiban memilih itu hanya dibebankan kepada
orang dewasa (telah berumur 18 tahun atau pernah kawin).Pemilihan kewarganegaraan itu dilakukan dengan menyatakan kepada petugas-petugas
negara, kewarganegaraan mana yang hendak dipilihnya, secara tertulisatau secara lisan , dengan disertai surat-surat keteranagan diri
serta keluarganya.Anak-anakyang belum dewasa menyatakan pilihannya dalam waktu satu tahunsetelah merekadewasa.Bagi dwi-kewarganegaraan
yang dewasa tidak menyatakan pilihannya dalamwaktu 2 tahun berlaku ketentuan yang berikut:
Ia dianggap tekah memilih kewarganegaraan RRC, kalau ayahnya keturunan Cina,
Ia dianggap telah memilih kewarganegaraan Indonesia,kalau ayahnya keturunan Indonesia.
Sedangkan yang belum dewasa berlaku ketentuan, bahwa ia memilih kewarganegaraan yang diikutinya selama ia belum dewasa. Pada tahun 1969
UU No. 2tahun 1958 dicabut kembali oleh UU No. 4 tahun 1969. Ditetapkan dalam UUNo. 4 tahun 1969 ini, bahwa mereka yang telah mempunyai
kewarganegaraan RI berdasarkan UU No. 2 tahun 1958, tetap kewarganegaraan Indonesia, sedangorang-orang yang di bawah umur secara otomatis
mengikuti garis kewarganegaraan orang tuanya.
Hal ini berarti, bahwa semasa UU No. 2 tahun 1958 tentang dwi-kewarganegaraan Indonesia masih berlaku. Orang tua memilih warganegara
Indonesia, secara otomatis anaknya sesudah dewasa menjadi warganegara Indonesiadan sebaliknya bila orang tuanya memilih warganegara RRC,
maka anaknya sesudah dewasa akan menjadi warganegara RRC. Satu-satunya jalan yang dapatuntuk mengubah kewarganegaraannya menjadi
warganegara Indonesia denganjalan naturalisasi.
3. Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan IndonesiaUndang-Undang N0. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Indonesia(Lembaran Negara tahun 1958 Nomor 113) mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1 Agustus 1958. Beberapa bagian dari undangundang ini, yaitumengenai ketentuan-ketentuan siapa yang menjadi warganegara Indonesia,status anak dan cara-cara kehilnagan
kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut tanggal 27 Desember 1949. Dasar hukum dari undang-undang ini adalahUUD S tahun 1950, khususnya
5 pasal dan 144 UUDS 1950(Winarno, hal. 116-123).
4. Undang-Undang No. 3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Repulblik IndonesiaPasal 17 huruf
k UU No. 62 tahun 1958 memberikan kewajiban bagi warganegara RI yang bertempat tinggal di luar negeri lain daripada untuk menjalankan dinas
negara, guna menyatakan keingiunan untuk tetap menjadi warga negara RI dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yang pertama dan selanjutnyauntuk
siap 2 (dua ) tahun.Dalam masa itu tidak semua warganegara RI yang tinggal di luar negeri dapatmemenuhi kewajiban tersebut, bukan karena
kelalain melainkan akibat darikeadaan di luar kesalahannya, sehingga ia terpaksa tidak dapat menyatakankeinginannya tersebut tepat pada
waktunya. Karena Pasal 18 tidak menampung orang-orang tersebut, maka perlu diadakan perubahan bertahap Pasal 18UU No. 62 Tahun
1958.Adapun mengenai orang yang berhak menggunakan kesempatan Pasal 18 ayat(2) adalah orang-orang yang pada waktunya mulai berlakunya
UU No. 62Tahun 1958 adalah warganegara R I dan selama ini menunjukkan kesetiannya kepada Negara RI.
Dengan demikian mereka yang berkewarganegaraan asing, mereka yangtanpa kewarganegaraan karena kehilangan kewarganegaraan RI atau
merekayang telah memilih menjadi warganegara dari negara lain, tidak dapat menggunakan kesempatan ini.
Demikian pula orang-orang Cina Perantauan (Hoa Kiau) juga tidak dapatmenggunakan kesempatan yang diberikan oleh UU ini. Ketentuan
berlakunyaUU ini terbatas pula, yaitu: hanya berlaku 1 (satu) tahun, sehingga merupakanketentuan yang berlaku satu kali saja, Jangka waktu 2 (dua)
tahun diberikanbagi mereka yang di tempat tinggalnya tidak ada Perwakilan RI.Sedangkan isi Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958 dapat di lihat
Winarnod, hal.124-125.
B.
Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut Undang-Undang No. 12 Tahun2006 tentang Kewarganegaraan Republik IndonesiaUndang-Undang No.
12 Tahun 2006 berlaku sejak diundangkan tanggal1 Agustus 2006. UU ini untuk menggantikan undang-undang kewarganegaraanyang lama, yakni
UU No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan RI. Dasarpertimbangan (konsideran) UU ini adalah, sebagaimana telah diubah denganUU No. 3
Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958tentang Kewarganegaran R I sudah tidak sesuai lagi dengan
perkemabanganketatanegaraan RI, sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru.Undang-Undang No. 62 tahun 1958 secara filosofis, yuridis
dan sosiologis sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaran RI. Secara filosofis, undang-undang masih
mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karenamasih adanya sifat diskriminatif, kurang
menjamin pemenuhan hak asasimanusia dan persamaan antar warganegara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan
anak-anak. Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah UUDS tahun 1950 sudahtidak berlaku lagi sejak
diberlakukan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yangmenyatakan kembali ke UUD 1945. Dlam perkembangannya UUD 1945 telahmengalami
perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak-hakasasi manusia dan hak warganegara. Secara sosiologis, Undang-undang ini sudah
tak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesiasebagai bagian dari masyarakat internasional dalam pergaulan global,
yangmenghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan waranegara dihadapan hukum serta adanya kestaraan gender.
Istilah kewarganegaraan menurut ketentuan UU No. 12 Tahun 2006 adalahsegala ikhwal yang berhubungan dengan warga negara (pasal 1). Oleh
karenakewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan kewarganegaraan, maka kewarganegaraan mencakup hal-hal, antara lain
penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara,
cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan
tentang kehilnagan kewarganegaraan
(2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran
yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam
peraturan perundangan-undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan