Anda di halaman 1dari 23

Sumber:

https://andinurhasanah.wordpress.com/2012/11/01/kerangka-dasarpenyusunan-dan-penyajian-laporan-keuangan-syariah-psak/
PENDAHULUAN
Proses akuntansi, yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, ,membutuhkan sebuah kerangka dasar
penyusunandan penyajian laporan keuangan. Kerangka dasar atau kerangka
konseptual akuntansi adalah suatu system yang melekat dengan tujuan
tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan
terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Kerangka konseptual diperlukan agar dihasilkan standard an aturan yang
koheren yang disusun atas dasar yang sama sehingga menambah
pengertian dan kepercayaan para pengguna laporan keuangan, serta dapat
dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau periode yang
berbeda.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun non muslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka
dasar atas laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI ( Accounting And
Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai organisasi
yang mengembangkanakuntansi dan auditingbagi lembaga keuangan
syariah di tingkat dunia, telah mengeluarkan pernyataan akuntansi No. 1 dan
No. 2 tentang tujuan akuntansi keuangan untuk bank dan lembaga keuangan
syariah. Sementara itu, Dewan Standar Akuntansi Indonesia (DSAK)
menyusun psak syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan syariah.
Untuk itu, dalam makalah ini kami membagi menjadi 2 bagian, Bagian
pertama menjelaskan tentang kerangka dasar dan laporan keuangan sesuai
dengan PSAK kemudian dilanjutkan dengan bagian kedua, tentang kerangka

dasar dan laporan keuangan menurut AAOIFI dan para pemikir akuntansi
Islam.
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan sebelumnya, dalam makalah ini, kami membagi menjadi
dua bagian pembahasan mengenai kerangka dasar dan laporan keuangan.
Namun yang akan kami bahas lebih dahulu yaitu,

I.

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH (PSAK)


A.

Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku
untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah
maupun entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta.
Tujuan Kerangka Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1.

Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.

2.

Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi

syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.


3.

Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan

keuangan disusum sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku


umum
4.

Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar


akuntansi keuangan syariah
B.

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi :


1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau
penerimaan dividen.

2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di


bayar pada saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat
diambil tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk
informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga
syariah terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi
tenteng kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo
9. Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga lembaganya ; untuk memperoleh informasi
tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan nasional
lainnya.
11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan Negara.
C.

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta


diciptakan oleh tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material
dan spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas
usaha. Dengan cara ini akan terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good
governance).
D.

Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :

1.

Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah

menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga


seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
2.

Keadilan (adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya

pada yang berhak dan sesuai pada posisinya.


3.

Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat

yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual
dan kolektif.
4.

Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material

dan spiritual, antara aspek privat dan public, antara sector keuangan dan rill,
antara bisnis dan social, serta antara aspek pemanfaatan serta pelestarian.
E.

Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi


syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
1. Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling rida
2. Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan
sebagai komoditas
4. Tidak mengandung unsure riba, kezaliman, gharar, haram.
5. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan
benar serta keuntunga n untuk semua pihak
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran
8. Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap menyuap.
F.

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,


menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan
lainnya adalah :
1.

Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah

2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah


3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi
mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas syariah
termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
G.

Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :


1.

Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini

menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur


keuangan, likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dimasa yang akan dating.
2.

Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi.

Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya


ekonomi yang munkin dikendalikan di masa depan
3.

Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat

disusun berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan,


modal kerja, asset likuit atau kas
4.

Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi

social entitas syariah.


5.

Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi

tambahan yang relefan termasuk pengungkapan tentang resiko dan


ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.
H.
1.

Asumsi Dasar
Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa pengaruh


transaksi dan peristiwa yang alain diakui pada saat kejadian dan

diungkapkan dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan


keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi
kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas
dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan
diterima di masa depan
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil
usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah
keuntungan bruto
2.

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan

usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh
karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
I.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam


laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris
kualitatif pokok yaitu :
1.

Dapat dipahami

Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan adalah


kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2.

Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan


pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa
depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
3.

Keandalan

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan


material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus
dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
dapat disajiakan.
4.

Dapat dibandingkan

Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar


periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan kuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahn kebijakan
serta pengaruh perubahantersebut juga harus diungkapkan termasuk
ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
J.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai
berikut
1.

Tepat Waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka


informasi yang disajikan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal.
2.

Keseimbanga antar biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala


yang dapat terjadi dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi harusnya melebihi biaya perusahaan. Namun demikian, secara
substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses
pertimbangan.
K.

Unsur unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain meliputi :


1.

Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial

yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus
kas, serta laporan perubahan ekuitas.

Posisi Keuangan
Unsure yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
a.

Asset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b.

Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa

masa lalu.
c.

Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi

jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas
syariah mempunyai hak hak untuk mengelolahdan menginvestasikan dana
tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d.

Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah dikurangi

kewajiban dan dana syirkah temporer.


Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
adalah penghasilan dan beban. Unsure penghasilan dan beban didefinisikan
berikut ini.
a.

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu

periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau


penurunan.
b.

Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu

periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset
atau terjadinya kewajiban yang melibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanaman modal, termasuk di dalamnya
beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian yang
timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian bagi
hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama
entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.

2.

Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social,

meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan.
3.

Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan

tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.


L.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan


kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Biaya historis (historical cost)

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut
pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban atau dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal.
2.

Biaya kini (current cost)

Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila
asset yang sama atau setara diperoleh.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
3.

Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)

Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang
tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
M.

Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101)

Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas :


1.

Neraca;

2.

Laporan Laba Rugi;

3.

Laporan Arus Kas;

4.

Laporan Perubahan Ekuitas;

5.

Laporan Perubahan Dana Investasi Terkait;

6.

Lporan Rekonsiliasi Pendaptan Dan Bagi Hasil;

7.

Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Zakat;

8.

Lporan Sumber Dan Penggunaan Dan Kebajikan ; Dan

9.

Catatan Atas Lporn Keuangan.

II.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN

PEMIKIR ISLAM
A.

Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan keuangan

Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu
AAOIFI telah mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2 . tujuan akuntansi
keuanganuntuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai
berikut :
1.

Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk

menghasilkan standar yang konsisten.


2.

Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk

memilih berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar akuntansi


belum mengatur
3.

Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat

pertimbangan /judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan


4.

Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan

pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehi ngga


akhirnya akan meningkatkan keperecayaan atas lembaga keuangan syariah.
5.

Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi yang

konsisten.

B.

Pemakai dan Kebutuhan Infoermasi

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara kain sebagai erikut :


1.

Pemegang saham

2.

Pemegang investasi

3.

Pemilik dana

4.

Pemilik dana tabungan

5.

Pihak yang melakukan transaksi bisnis

6.

Pengelolah zakat

7.

Pihak yang mengatur

C.

Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah

Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt dipisahkan


dari ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan pelaksanaan syariah
Islam dalam lkonteksmuamalah. Hal ini menunjukkan bahwa transaksi
syariah seharusnya didasarkan atas prinsip dasar ekonomi Islam dalam
rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus Shariah). Prinsip dasar dalam
ekonomi Islam menurutIbnu Al-Arabi adalah sebagai berikut.
1.

Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal

2.

Tidak boleh dilakukan secara tidak adil

3.

Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti.

4.

Harus mempertimbangkan Al- Maqasid dan Al Masalih. Di mana Al

MAqasid adalah tujuan harus selalu sesuai dengan tuntunan Islam.


Sedangkan Al Masalih adalah kesejahteraan atau perbaikan di muka bumi.
D.

Bentuk Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang diminta oleh AAOIFI adalah :


1.

Laporan Perubahan Posisi Keuangan

2.

Laporan Laba Rugi

3.

Laporan Perubahan Ekuitas Atau Laporan Perubahan Saldo Laba

4.

Laporan Arus Kas

5.

Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan Ekuivalennya

6.

Laporan Sumber Danpenggunaan Dana Zakat Serta Dana Sumbangan

7.

Laporan Sumber Dan Penggunaandana Qard Hasan

E.

Syarat Kualitatif Laporan Keuangan menurut AAOIFI

1.

Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan

sebagai alasan utama disusunnya lporan keuangan.


2.

Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan keandaln informasi

yang dihasilkan
3.

Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara

lembag keuangan syariah lainnya dan dintara dua periode akuntansi yang
erbeda bagi lembaga keuangan yang sama.
4.

Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan

pengungkapan akuntansi yang sam untuk dua periode penyajian laporan


keuangan.
5.

Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan

mudah bagi rata-rata pengguna laporan keuangan.


F.

Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi

Pembahasan Kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep


masing masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi,
karakteristik kualitatif, dan sebagainya.
a.

Konsep unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi
yang terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan
perusahaan lain (Belkout, 2000). Terdapat beberapa teori tentang
kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.

Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap

perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga persamaannya AsetKewajiban=Ekuitas atau Aktiva- Kewajiban= Modal .

Entity Theory ( Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki

hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah


hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaanya
adalah Aset=Kewajiban+Ekuitas atau Aktiva=Ekuitas(modal) .
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik
akuntansi islam, masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang
mendukung diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman
(Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam
ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah daru unit akuntansi seperti
Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh
ulama fikih yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah dalam QS
4:29.. Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu.. dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW: orang
mukmin itu (dalam urusan mereka) menurut syarat yang telah mereka
sepakati, kecuali satu syarat, yaitu, menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya:
Gambling dan Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa
perusahaan adalah suatu bentuk entitas hukum yang tidk dapat dipisahkan
dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid
telah menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah
dalam masyarakat islam.
b.

Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa perusahaan


akan terus berkelanjut di masa yang akan dating.
Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung
orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah menyayangui
orang-orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara

sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia


membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para
pemikir islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua
makhluk hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus hidup
selamanya.
c.

Satuan mata Uang.

konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan


memperhitungkan segalla sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan
mata uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam
satuan mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata
uang tidak selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan
menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan
masalah pengukuran.
Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini,
antara lain adalah Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa
penggunaan uang sebagai alat perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi
sangat dipertanyakan . penyebabnya adalah islam memerintahkan untuk
berbuat adil seperti tercantum dalam QS 6:152, QS 7:85, serta QS 4:29.
Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya dari pinjaman dengan Qard Hasan
karena pemberi pinjaman akan menerima nilai yang lebih kecil.
Untuk meminimalisir dampak inflasi, dapat dilakukan dengan penyesuaian
atas indeks atau koreksi harga. Masalahnya adalah indeks tersebut tidak
diterima oleh (empat) Imam Mazhab fikih. Sementara itu, penerapan nilai
pengganti/replacement cost atau nilai wajar/fair value juga tidak sederhana,
sehingga masih dianggap bukanlah solusi yang memadai, walaupun saat ini
IFRS telah merekomendasikan penyajian aset tetap dengan menggunakan
nilai wajar (current/fair value). Berdasarkan hal tersebut, Attiah (1989)
mengusulkan penggunaan emas dan perak sebagai alat ukur karena kedua

komoditas tersebut memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab zakat
juga menggunakan komoditas tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic
Academy di Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa
utang seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai
uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima konsep ini, bersikap pragmatis
karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi masalah ini.
1.

Entitas unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi
yng ter[pisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan
perusahaan lain. Terdapat bebrapa teori tentang kepemilikan diantarnya dlh :
a.

Propriety Theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin

pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset kewajiban = Ekitas


b.

Entity theory, pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari

kepemilikan perusahaan, sehingga persamaannya, Aset = Kewajiban +


Ekuitas.
Para ulama fikih , masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka yang
mendukung ialah Adnan dan Gafiffki (1997). Konsep tersebut beralasan
bahwa dalm islam ada juga konsp akuntansi yang harus terpisah seperti :
wakaf bitul mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang digunakan oleh para
ulama yang setuju adalh firman Allah dalam QS. 4;29 kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Sedangakan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini diantarnya :
Gambling dan Karim (1991) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu
bentuk entitas hokum yang tidak dapat dipisahkan dengan pemiliknya
terutama terutama yang berkaitan dengan utang.
2.

Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa perusahaan


akan terus berkelanjut di masa yang akan dating.

Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung


orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah menyayangui
orang-orang yang mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara
sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia
membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR. Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para
pemikir islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua
makhluk hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus hidup
selamanya.
3.

Periodisasi

Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan pada


laporan keuangan harus dijelaskan secar periodic (belkoui,2000). Konsep ini
berhubungan dengan konsep ini berhiubungan dengan usaha yang
berkelanjutan.
4.

Satuan mata uang

5.

Koservatif

6.

Harga perolehan

7.

Penandingan antar pendapatan dan beban

8.

Dasar akrual

9.

Pengungkapan penuh

10.

Substansi mengungguli bentuk

G.

Beberapa Pemikiran ke Depan

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep konsep di atas , ada sebagian


pemikir akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang agak
berbeda.
a.

Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet),

untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan
pola perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan

nilai sekarang. Alasan lain, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan
karena nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.
IFRS (International Financial Reporting Standard) juga telah
merekomendasikan nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan
dalam laporan keuangan, dan negara-negara didunia sedang dalam proses
untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.
Walaupun penggunaan current value lebih relevan, tetapi pihak yang kurang
setuju atas penerapan tersebut menganggaap penggunaan current value
lebih besar nuansa judgement khususnya untuk aset yang tidak memiliki
pasar sekaligus akan ada tambahan biaya bagi perusahaan dalam rangka
melakukan appraisal atas aset yang mereka miliki agar dapat disjikan
dengan current value.
b.

Laporan Nilai Tambah (value added statement) sebagai pengganti

laporan laba atau sebagai laporan tambbah atas neraca dan laporan laba
rugi. Usulan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur terpenting
didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja operasional (laba bersih), tetapi
kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial yang dapat
didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan dengan
perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.
c.

Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi

sosial dan lingkungan (Mook, 2003), dan dianggap sebagai jawaban atas
kelemahan akuntansi keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai
laporan tambahan.
d.

Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk

laporan nilai tambah syariah setelah melakukan rekonstruksi melalui telaah


filosofis-teoritis akuntansi syariah. Format Value Statedment yang diusulkan
oleh Baydoun dan Willet (1994, 2000) adalah:

Value Added Statement


For the period ended ..
Source:
Revenues

xxx

Bough in items
Revaluation

xxx
xxx

Sub Total Sources:

xxx

Distributions:
Beneficiaries

xxx

Govemment

xxx

Employess

xxx

Owners
Charities

xxx

Reinvested Fund
Profit Retained
Revaluation
Sub total Distributions

xxx
xxx
xxx
xxx

Dalam perkembangan selanjutya, syariah value added statement dianggap


lebih sesuai dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta
sejalan dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya
pendapatan dan beben yang harus ditanggung oleh pulik. Pemikir akuntansi
islam juga melakukan perubahan atas format value added statement dengan
cara megeluarkann zakat yang awalnya dianggap bagian dari charity dan
menyajikan secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini sesuai dengan
makna zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki
nilai pembersihan serta merupakan hal yang wajib bagi muslim. Seperti yang
diusulkan oleh Mulawarman et al (2006) adalah sebagai berikut
Value Added Statement

For the period ended ..


Source:

xxx

Revenues xxx
Bought in items

xxx

Revaluation

xxx

Gross Value Added Zakat:


Tazkiah to 8 asnaf

xxx

Net Value Added

xxx

Distributions:
Govemment

xxx

Employess
Owners

xxx
xxx

Infaq Shadaqah

xxx

Reinvested Fund

xxx

Profit Retained
Revaluation

xxx
xxx

Sub Total Distributions

Transaksi yang Dilarang


Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mutafifin [83]:1-3, yang artinya celakalah
bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang), (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang
lain), mereka mengurangi. Allah dan Rasul-Nya sudah menentukan aturan
yang
tegas

untuk

menjaga

kemubahan

atau

kehalalan

transaksi

terdapat

kemungkinan adanya unsur-unsur yang menjadikan suatu transaksi menjadi


haram (Antonio, 2011:142).
Antonio dalam Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW The
Super Leader Super Manager Bisnis dan Kewirausahaan (2011:142-157)
mengatakan bentuk-bentuk transaksi bisnis dan muamalah yang dilarang
oleh Nabi, sebagai berikut:
1. Riba
Secara bahasa riba bermakna tambahan. Dalam pengertian lain, riba juga

berarti tumbuh dan membesar. Menurut istilah riba berarti pengambilan


tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Dapat disimpulkan
bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam meminjam, secara batil atau bertentangan dengan prinsip
muamalah dalam Islam. Dalam Al-Quran ditegaskan, riba hukumnya
haram
Riba dengan segala macam bentuknya sangat dilarang oleh Nabi. Beliau
dengan terang-terangan menyalahkan semua pihak yang terlibat dalam
transaksi yang mengandung unsur riba6.
2. Gharar
Ibnu Taimiyyah menyatakan, gharar adalah sesuatu yang tidak jelas
hasilnya (majhul al-aqibah). Sedangkan menurut Syekh As-Sadi, gharar
ialah mukhatarah (pertarungan) dan jahalah (ketidakjelasan). Berdasarkan
penjelasan ini, ghrarar dapat dipahami sebagai suatu transaski yang tidak
jelas, baik dalam akad maupun yang diperjualbelikan. Gharar dapat pula
dikatakan sebagai transaksi muamalah yang mengandung ketidakjelasan
tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat,
dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi.
Misalnya,

transaksi

dalam

bentuk

gharar

adalah

jual-beli/

gadai/

sewamenyewa
hewan yang kabur: jual-beli buah yang belum nampak buahnya,
dan jual-beli al-hashah (jual beli dengan cara lempar batu) untuk penentuan
barang dan jumlah yang akan dibeli. Semua itu termasuk transaksi gharar
yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam transaksi gharar, terdapat
kemungkinan memakan harta orang lain dengan cara batil7.
3. Maisir
Maisir, secara bahasa berasal dari yasara atau yusr yang maknanya
mudah; atau yusar yang bermakna kekayaan. Secara terminologis,
maisir merupakan suatu bentuk permainan yang mengandung unsur
taruhan. Pihak yang memenangkan permainan berhak mendapatkan
taruhan itu dengan mudah sementara yang lain merugi dan menyesal.

6 Rasulullah telah mengutuk orang yang memakan riba, membayar, dan


mencatatnya,
serta dua orang saksi atasnya, seraya mengatakan, Mereka semua sama
saja. (H.R.
Muslim, no 4177)
7 Lihat Q.S. Al-Baqarah [2] : 188.
12
Dalam perkembangannya, berbagai bentuk transaksi yang mengandung
unsur taruhan ini berkembang sedemikian luas. Dengan modus opera sandi
yang berbeda-beda, orang menyediakan fasilitas untuk mendapatkan
keuntungan besar dengan cara yang tidak wajar dan patut dicurigai ada
unsur taruhan di dalamnya. Begitupula dalam transaksi unsur perjudian8.
Setiap peserta tertipu oleh harapan palsu untuk menang. Tidak seorangpun
akan setuju untuk berjudi kalau dirinya tahu akan kalah. Ini berlaku pula
untuk setiap kasus transaksi yang melibatkan unsur-unsur penipuan. Pihak
yang tertipu setuju karena ketidaktahuannya bahwa di sana terjadi
penipuan. Seandainya mengetahui bahwa ia akan tertipu niscaya dirinya
akan menolaknya.
4. Tadlis
Transaksi bisnis yang mengandung unsur tadlis (penipuan) adalah
terlarang. Dalam transaksi ini, salah satu pihak tidak mengetahui informasi
yang diketahui pihak lain.
Allah dan Rasul-Nya melarang keras semua transaksi bisnis yang
mengandung unsur penipuan dengan segala bentuknya9. Berdasarkan
kemungkinan terjadinya unsur-unsur yang menjadikan transaksi ini menjadi
terlarang tediri dari empat jenis, yaitu:
a. Tadlis dalam kuantitas. Jika jumlah atau takaran suatu barang dijual
atau disewakan, berkurang dari jumlah atau takaran yang telah
disepakati antara pihak pembeli dan penyewa.
b. Tadlis dalam kualitas. Yaitu tidak transparannya seseorang dalam
menjelaskan kondisi atau mutu barang yang dijual atau disewakan atau

8 Lihat Q.S. Al-Maidah [5] : 90-91.


9 Lihat Q.S. Al-Mutaffifin [83] : 1-6.
13
digadaikan, atau dengan sengaja menyembunyikan cacat dan
rendahnya kualitas barang tersebut.
c. Tadlis dalam harga. Yaitu menjual barang dengan harga yang lebih
tinggi atau lebih rendah daripada harga pasar secara umum, karena
pembeli atau penjual tidak mengetahuinya.
d. Tadlis waktu penyerahan. Penjual/penggadai/orang yang menyewakan
mengetahui persis bahwa dirinya tidak mungkin bisa menyerahkan
barang/sesuatu yang dijual/digadai/disewakan pada hari esok. Namun
demikian tetap menjanjikan akan menyerahkannya pada hari esok.
Oleh karena itu, dalam transaksi seperti riba, ghrarar, maisir, dan tadlis
tidak

dibenarkan

dalam

Islam

karena

transaksi

ini

tidak

sewenangwenang
sehingga mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak dan
menguntungkan pihak lain (Antonio, 2011:150).

adil

dan

Anda mungkin juga menyukai