Anda di halaman 1dari 121

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak 2001 mengandung
konsekuensi yang cukup menantang bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi
membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi
yang lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah
yang sangat mendasar adalah perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik
menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan,
sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan, dan
masih banyak yang lain. Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis
kekuatan sosial ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Perencanaan pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa
sebagai objek pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan
peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan
masyarakat. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan keseluruhan belanja
daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

2
Lahirnya otonomi daerah serta dalam era globalisasi, maka pemerintah
daerah dituntut memberikan pelayanan yang lebih prima serta memberdayakan
masyarakat sehingga masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan untuk kemajuan
daerahnya, karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan serta
pembangunan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya
masyarakat akan mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab. Proses
pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip pembangunan
yang berakar dari bawah (grasroots), memelihara keberagaman budaya, serta
menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi manusia. Pembangunan yang
dilakukan harus memuat proses pemberdayaan masyarakat yang mengandung makna
dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai tujuan.
Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah
konsep kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara
sistematis agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan.
Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah disebabkan
antara lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program
pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih
mengedepankan paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada
arus utama kehidupan bermasyarakat.
Otonomi asli merupakan bentuk kewenangan yang hanya dimiliki
Desa berdasarkan

oleh

adat-istiadat yang hidup dan dihormati di suatu Desa yang

bersangkutan. Ini tampak kurang mendapat perhatian kita, sehingga dapat


menyebabkan kegiatan administrasi dalam organisasi pemerintahan tidak berjalan

3
seperti yang diharapkan. Hal semacam ini kemungkinan dapat membawa dampak
negatif bagi

suatu

pemerintahan, maksudnya penyelenggaraan ataupun

pengembangan organisasi pemerintahan Desa tidak berjalan secara efektif dan


efisien. Untuk itu Pemerintah Desa mempunyai hak, wewenang dan kewajiban
memimpin pemerintahan desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan
merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan,
pembangunan

dan

kemasyarakatan

dalam

rangka

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan Desa.
Implementasi Otonomi Daerah salah satu aspeknya adalah pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu program daerah
bidang keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu serta mengemban misi
mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana penyelenggaraan urusan pemerintah
desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri
Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa
(ADD) dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa. Melalui Alokasi Dana
Desa, desa berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial
kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan
kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.
Konsep alokasi dana desa sebenarnya bermula dari sebuah kritik dan refleksi
terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan

4
dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969. Dalam mendesain transfer
keuangan pusat dengan daerah, Orde Baru ternyata masih melanjutkan pola yang
dipakai Orde Lama. Beragam jenis transfer keuangan kepada desa tersebut
diantaranya adalah Bantuan Desa (Bandes), dana pembangunan desa (Bangdes), serta
Inpres Desa Tertinggal/IDT (Sidik, 2002).
Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa
untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
desa yang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, pemberdayaan
masyarakat. Peran pemerintah desa ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan
wilayah-wilayah strategis, sehingga dapat

mengembangkan wilayah-wilayah

tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Niat dan keinginan pemerintah
(negara/daerah) untuk membangun dan mengembangkan sebuah wilayah sangatlah
mendapat dukungan dari masyarakat, realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah
berbentuk kesejahteraan dan kebanggan sebagai anggota masyarakat (negara/daerah)
(Miraza, 2005).
Tujuan

pelaksanaan

alokasi

dana

desa

adalah:

1)

meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan,


pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya; 2) meningkatkan
kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa;
3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat desa; serta 4) mendorong peningkatan swadaya gotong

5
royong masyarakat. Adapun program alokasi dana desa (ADD) yang dilaksanakan di
Kecamatan Khusus di Desa Sederhana adalah: 1) Biaya operasional penyelenggaraan
pemerintah desa; 2) Biaya operasional BPD; 3) Tambahan penghasilan kepala desa
dan perangkat desa; 4) Bantuan biaya operasional LKMD; 6) Bantuan operasional
PKK; 7) Bantuan operasional Posyandu; 8) Bantuan pengembangan sosial budaya,
keagamaan, dan pembinaan generasi muda.
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ini dilaksanakan dengan pembangunan fisik
dan non fisik yang berhubungan dengan Indikator Perkembangan Desa. Indikator
Perkembangan Desa meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat
kesehatan. Walaupun masih ada desa-desa yang belum berhasil dalam pembangunan
fisik, namun pemberian Alokasi Dana Desa dengan pembangunan fisik dianggap
relatif cukup memenuhi prasarana dan sarana desa.
Usaha penerapan program ADD yang dicanangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Umum ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Kecamatan
Khusus dalam memaksimalkan pemanfaatan alokasi dana desa. Penggunaan ADD di
Kecamatan Khusus telah berjalan sesuai dengan program yang dilaksanakan.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat cukup berkembang dalam penggunaan ADD
sehingga ekonomi masyarakat menunjukkan adanya peningkatan dengan terlibatnya
masyarakat dalam usaha ternak dan anyaman. Hal ini menjadi perhatian pemerintah
kecamatan dan pemerintah desa sebagai pengambil kebijakan adalah bagaimana
menerapkan agar program alokasi dana desa ini sebagai langkah strategis dalam
usaha pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi Kecamatan Khusus
Desa Sederhana Kabupaten Umum.

6
Pada saat pola pemerintahan sentralistik, daerah menerima saja programprogram yang telah dirancang dari pusat. Akan tetapi, sekarang ini daerah harus
melakukan sendiri aktivitas perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Dengan
beban pekerjaan yang semakin banyak tersebut, maka sumber daya manusia harus
siap, baik jumlah maupun kualitasnya. Sedangkan dalam hal sumber pembiayaan
pembangunan, daerah dituntut untuk mampu membiayai sebagian besar kegiatan
pembangunannya, sehingga sekali lagi diperlukan sumber daya manusia yang kreatif
yang dapat menghasilkan pemikiran, konsep, dan kebijakan bagi pemenuhan sumber
pembiayaan pembangunan.
Melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pemerintah desa bertanggung jawab
kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan menyampaikan
laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Bupati. Pemerintah desa dalam hal
ini Kepala Desa dilarang melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan yang merugikan
kepentingan negara, pemerintah, pemerintah Daerah dan masyarakat Desa.
Maksudnya

untuk

menghindarkan

penyimpangan-penyimpangan

yang

akan

merugikan kepentingan umum khususnya kepentingan Desa itu sendiri. Pemerintah


desa harus mengadakan kerjasama untuk kepentingan Desa yang diatur dengan
keputusan bersama dan diberitahukan kepada Camat. Dalam hal ini tugas Pemerintah
desa khususnya Kepala Desa harus mengarahkan aparat-aparat pemerintah Desa,
memberikan dorongan dan motivasi dalam melaksanakan masing-masing tugasnya,
agar organisasi pemerintahan di Desa berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pada dasarnya suatu organisasi akan mati apabila kegiatan administrasi tidak jelas,
karena kita tahu bahwa fungsi Pemerintah Desa dalam mengembangkan organisasi

7
pemerintahan sangat penting. Untuk itu ada 3 fungsi yang harus dimiliki oleh seorang
Pemimpin baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah Daerah termasuk
Pemerintah Desa memiliki 3 peranan yang sangat strategis dalam membangun
desanya yaitu stabilitas, alokasi dan distribusi. Adapun batasan pengertian ke 3 fungsi
tersebut adalah :
a. Stabilitas adalah kemantapan, kestabilan, keseimbangan
b. Alokasi adalah Penentuan penggunaan sumber daya secara sistematis (misalnya
tenaga kerja, mesin dan perlengkapan demi pencapaian hasil yang optimal).
c. Distribusi adalah penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau
ke beberapa tempat.
Di dalam meningkatkan atau mengembangkan organisasi pemerintah dalam
suatu Desa maka yang harus dilakukan oleh seorang Kepala Desa selaku Pemimpin
adalah mengarahkan atau memberikan motivasi terhadap aparat pemerintah agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, karena keberhasilan suatu organisasi baik
itu organisasi besar atau kecil tergantung dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu peran serta masyarakat terhadap pengembangan organisasi
pemerintah sangat diharapkan terutama para pemuda sebagai penggerak atas
berhasilnya segala pembangunan di desa tersebut Dalam hal ini tidak lepas tanggung
jawab seorang Kepala Desa selaku pembina masyarakat demi terselenggaranya
otonomi.
Sehubungan dengan hal tersebut, kewajiban pemerintah dalam menyediakan
berbagai infrastruktur sosial yang memadai khususnya

dalam wilayah desanya

sendiri seperti penyediaan lingkungan yang layak, peningkatan keterampilan, fasilitas

8
umum, sarana transportasi dan sebagainya. Penyediaan infrastruktur tersebut mutlak
dilakukan agar desa dapat tumbuh dan berkembang dan mampu menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri demi tercapainya kehidupan masyarakat yang aman,
sejahtera dan damai.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka strategi dan program kebijakan
pemerintahan selaku Pemimpin harus memiliki relevansi yang dapat memudahkan
masyarakat ikut berpartisipasi sekaligus turut pula menikmati hasil-hasil kerja mereka
dengan baik. Ini berarti pula bahwa setiap peraturan yang ada dalam organisasi
tersebut sangat perlu dituangkan dalam aturan dan kebijakan yang lebih sederhana,
mudah dan biaya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di desa.
Berkaitan dengan hal tersebut, implementasi pengembangan terhadap
organisasi pemerintahan desa dalam struktur penataan harus berpijak pada asas
efektivitas dan efisiensi dengan tetap menjunjung tinggi hak-hak individu dalam
masyarakat untuk berkembang semaksimal mungkin. Mekanisme pelayanan
organisasi pemerintah pada hakikatnya perlu diarahkan pada fungsi pelayanan sosial
yang benar-benar mengedepankan kepentingan masyarakat sehingga
pemerintah

selaku Pemimpin benar-benar terwujud. Namun tidak dapat dipungkiri

bahwa prosedur
oleh

peran

apapun bentuk dan

jenisnya

telah sering disalahgunakan

oknum aparat dan seringkali dianggap sebagai alat untuk melegitimasi

kekuasaan birokrasi.
Salah satu aspek yang kadangkala dimanfaatkan oleh oknum aparat dalam
mencari

keuntungan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan adalah

lemahnya aturan yang ada dan tidak jelasnya mekanisme dan prosedur dalam

9
memperoleh kebijaksanaan. Untuk itu sebagai aparat pemerintah desa harus adil
dalam mengambil keputusan dan harus benar-benar berada dalam panutan di
masyarakat

agar

dalam

pengembangan

organisasi

pemerintah tersebut

berkembang sesuai dengan aturan yang ada.


Pembangunan infrastruktur desa harus lebih didasarkan atau ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya keswadayaan/partisipasi
masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Di sisi lain, infrastruktur yang dibangun
juga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggungjawab masyarakat dalam
mengelola dan memelihara setelah proyek tersebut berakhir, dan di dalam
pembangunan infrastruktur desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga
sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien (Suriadi,
2005: 61). Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, antara lain menegaskan bahwa Pemberian Otonomi Luas kepada Daerah
diarahkan untuk memepercepat terwujudnya kesejahtaraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan, penyertaan peran serta, prakarsa dan Pemberdayaan Masyarakat yang
bertujuan pada Peningkatan Kesejahtraan Rakyat. Oleh karena itu kebijakan
pemberdayaan masyarakat merupakaan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan
Otonomi Daerah yang luas,nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan di Daerah
Kabupaten dan Kota. Dalam rangka untuk mencapai tujuan pembangunan
infrastruktur desa secara lebih efektif, maka pemerintah desa dan masyarakatnya
perlu menciptakan suatu strategi pencapaian tujuan tersebut. Dalam merancang

10
strategi yang dimaksud, pemerintah desa perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Keterpaduan pembangunan desa, dimana kegiatan yang dilaksanakan memiliki
sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.
2. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan dari proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan.
3. Keberpihakan, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan
hasil kepada seluruh masyarakat desa.
4. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan
kesempatan luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun pemanfaatan hasilnya.
Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik
dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benarbenar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi,
khususnya pembangunan perdesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat
desa mulai dari keikutsertaan perencanaan sampai pada hasil akhir dari pembangunan
tersebut.
Lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah
dan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan kesempatan
kepada masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
dengan persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah. Masyarakat memiliki peran

11
cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan
aspirasinya. Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan
orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki. Nilai-nilai kedaulatan
selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari
kepentingan individu dan atau golongan.
Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa yang
merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak, yaitu
pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa
pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan
desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa
menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan
kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana
untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa
dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa khususnya
pimpinan dan kepemimpinan pemerintah desa atau Kepala Desa. Sebab pada tingkat
pemerintahan yang paling bawah, kepala desa sebagai pimpinan pemerintah desa atau
aktor dalam menjalankan kepemimpinan pemerintah desa menjadi ujung tombak
pelaksanaan dan terlaksananya pembangunan desa maupun dalam menumbuhkan
kesadaran warga desa untuk berperan serta dalam pembangunan desa.
Salah satu sasaran pokok pembangunan Desa ialah memberantas atau
setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, meningkatkan taraf hidup yang lebih layak.

12
Pembangunan desa harus melibatkan sebagian besar penduduk, yang hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat. Kiranya cukup disadari bahwa tidak jarang
terjadi, hasil pembangunan desa hanya dinikmati oleh sekelompok elite desa atau
bahkan oleh orang-orang di luar lingkungan desa (Suwondo, 1982: 73).
Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pada era globalisasi
khususnya pada zaman otonomi daerah semakin banyak dibicarakan dalam forumforum diskusi yang dilakukan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional
dan internasional, dan melalui artikel-artikel dalam media massa. Kesimpulannya
mempersoalkan sikap apatis masyarakat terhadap proyek pembangunan, partisipasi
masyarakat yang rendah dalam pembangunan, penolakan masyarakat terhadap
beberapa proyek pembangunan, ketidakberdayaan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan serta pemecahan masalahnya, tingkat adopsi masyarakat yang rendah
terhadap inovasi, dan masyarakat cenderung menggantungkan hidup terhadap
bantuan pemerintah, serta kritik-kritik lainnya yang umumnya meragukan bahwa
masyarakat memiliki potensi untuk dilibatkan sebagai pelaksana pembangunan.
Meskipun kritik-kritik diatas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan
masyarakat tanpa mencari faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak
dapat dipecahkan (Suriadi, 2005: 56).
Pendekatan top-down tidak mengembangkan masyarakat untuk mempunyai
tanggung jawab dalam mengembangkan ide-ide baru yang lebih sesuai dengan
kondisi setempat dan mengakibatkan ketergantungan. Namun masyarakat harus
diberi kepercayaan dalam pembangunan, dimana hasil yang lebih berkelanjutan akan
dicapai jika masyarakat diberikan kepercayaan agar dapat menentukan proses

13
pembangunan yang dibutuhkan mereka sendiri, sementara pemerintah dan lembaga
lain mempunyai peran sebatas mendukung dan memfasilitasi. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat ini akan mengantar masyarakat dalam berproses untuk
mampu menganalisa masalah dan peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai
sumber daya yang merekamiliki. Mereka sendiri yang membuat keputusan-keputusan
dan rencana-rencana, mengimplementasikan serta mengevaluasi keefektifan kegiatan
yang dilakukan.
Kegagalan pembangunan atau pembangunan tidak memenuhi sasaran karena
kurangnya pemberdayaan masyarakat, bahkan banyak kasus menunjukkan rakyat
menentang upaya pembangunan. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1)Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil orang dan tidak
menguntungkan rakyat banyak bahkan pada sisi estrem dirasakan merugikan.
2)Pembangunan meskipun dimaksudkan menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat
kurang

memahami

maksud

tersebut.

3)Pembangunan

dimaksudkan

untuk

menguntungkan rakyat dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak


sesuai dengan pemahaman tersebut. 4)Pembangunan dipahami akan menguntungkan
rakyat tetapi rakyat tidak diikutsertakan.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, maka pembangunan yang dilaksanakan dengan
menggunakan paradigma pemberdayaan sangat diperlukan untuk mewujudkan
partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan di desa, kelurahan, dan kecamatan. Untuk mewujudkan pemberdayaan,

14
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan
pembangunan yang partisipatif. Pada tatanan pemerintahan diperlukan perilaku
pemerintahan yang jujur, terbuka, bertanggung jawab dan demokrasi, sedangkan pada
tatanan masyarakat perlu dikembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran
serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama.
Pembangunan wilayah pedesaan tidak terlepas dari peran serta dari seluruh
masyarakat pedesaan, sehingga kinerja seorang kepala desa sebagai kepala
pemerintahan desa harus dapat menjalankan tugas pokok memimpin dan
mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah
tangga desa, melakukan pembinaan dan pembangunan masyarakat, dan membina
perekonomian desa. Namun dalam kenyataannya menunjukkan bahwa penilaian
kinerja kepala desa oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan serba lamban,
lambat, dan berbelit-belit serta formalitas.
Masyarakat yang dinamis telah berkembang dalam berbagai kegiatan yang
semakin membutuhkan aparatur pemerintah yang profesional. Seiring dengan
dinamika masyarakat dan perkembangannya, kebutuhan akan pelayanan yang
semakin kompleks serta pelayanan yang semakin baik, cepat, dan tepat. Aparatur
pemerintah yang berada ditengah-tengah masyarakat dinamis tersebut tidak dapat
tinggal diam, tetapi harus mampu memberikan berbagai pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Terjadinya pemekaran wilayah di Indonesia,
khususnya di beberapa kabupaten, menyebabkan terjadinya perubahan sistem dan
struktur kepemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Untuk menghadapi
perubahan

tersebut

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Umum

berkewajiban

15
meningkatkan kemampuan aparatur pemerintahannya di berbagai bidang, antara lain
peningkatan kemampuan SDM seperti keahlian, pengetahuan dan ketrampilan dengan
melalui pendidikan, pelatihan, kursus, magang, seminar/diskusi dan lain-lain.
Pemerintahan Kabupaten Umum dalam rangka peningkatan mutu dan
kualitas SDM, sudah melaksanakan pelatihan penjenjangan dan pelatihan teknis
Pemerintahan Desa sebagai aplikasi dari Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2001
tentang peningkatan aparatur pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun
2005 tentang pemerintahan desa, yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan
aparatur pemerintahan desa. Pelatihan tersebut dilakukan secara bertahap baik di
tingkat kabupaten maupun di tingkat kecamatan. Harapan dari terlaksananya program
pendidikan dan pelatihan tersebut adalah dapat meningkatkan kinerja kepala desa
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparatur pemerintah di
desa.
Pada dasarnya kinerja pemerintah desa tidak cukup hanya dengan
peningkatan pendidikan dan pelatihan saja, tetapi bisa juga dilakukan melalui
peningkatan motivasi kepada mereka. Timbulnya motivasi pada diri seseorang tentu
oleh adanya suatu kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan
sekundernya. Jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, maka seseorang akan giat
bekerja sehingga kinerja dapat meningkat. Kinerja pemerintah desa sebagai aparatur
pemerintahan desa khususnya yang ada di Kabupaten Umum tentu dipengaruhi oleh
kebutuhan seperti yang dimaksud di atas, dan mereka akan bekerja keras jika
pekerjaannya itu dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Disamping faktor motivasi
juga faktor pengalaman akan ikut mempengaruhi prestasi kerja (kinerja) dalam

16
pelaksanaan tugas kepemerintahan desanya. Seorang kepala desa yang sudah lama
bekerja sebagai kepala desa akan lebih berpengalaman dibandingkan dengan yang
baru bekerja sebagai kepala desa, dan dengan pengalaman tersebut ia akan mudah
melaksanakan tugas kesehariannya sebagai aparatur pemerintahan desa.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik
untuk melaksanakan penelitian dengan judul: Peranan Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Di Era Otonomi Daerah pada Desa Sederhana
Kecamatan Khusus Kabupaten Umum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka dalam penelitian ini
penulis mengangkat beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana peranan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa
Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum ?
2. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat Pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten
Umum ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten
Umum.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pemerintah
desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus
Kabupaten Umum.

17
D. Manfaat Penelitian
1. Dari segi teoritis atau aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan khususnya dalam
bidang kajian yang berhubungan dengan pengembangan organisasi pemerintah
Desa khususnya Kecamatan Khusus Kabupaten Umum.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi dan bahan masukan bagi peranan Kepala Desa sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku dalam meningkatkan pembangunan di
daerahnya.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, perlu mengemukakan teori-teori
sebagai kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana penelitian menyoroti
masalah yang dipilih. Sugiono (2005: 55) menyatakan bahwa landasan teori perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah
sebagai berikut:
A. Peranan
Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang
atas sesuatu pekerjaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Peranan adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan merupakan
suatu aspek yang dinamis dari suatu kedudukan (status). Peranan merupakan sebuah
landasan persepsi yang digunakan setiap orang yang berinteraksi dalam suatu
kelompok atau organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan
kewajibannya. Dalam kenyataannya, mungkin jelas dan mungkin juga tidak begitu
jelas. Tingkat kejelasan ini akan menentukan pula tingkat kejelasan peranan
seseorang (Sedarmayanti, 2004: 33).
Menurut Soekanto (2003: 243) peranan adalah aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macammacam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti
bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
18

19
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan
suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat dalam organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial
masyarakat
B. Pemerintah Desa.
Secara umum di Indonesia, desa (atau yang disebut dengan nama lain sesuai
bahasa daerah setempat) dapat dikatakan sebagai suatu wilayah terkecil yang dikelola
secara formal dan mandiri oleh kelompok masyarakat yang berdiam di dalamnya
dengan aturanaturan yang disepakati bersama, dengan tujuan menciptakan
keteraturan, kebahagiaan dan kesejahteraan bersama yang dianggap menjadi hak dan
tanggungjawab bersama kelompok masyarakat tersebut. Wilayah yang ada
pemerintahannya Desa/Kelurahan langsung berada di bawah Camat. Dalam sistem
administrasi negara yang berlaku sekarang di Indonesia, wilayah desa merupakan
bagian dari wilayah kecamatan, sehingga kecamatan menjadi instrumen koordinator
dari penguasa supra desa (Negara melalui Pemerintah dan pemerintah daerah).
Pada awalnya, sebelum terbentukya sistem pemerintahan yang menguasai
seluruh bumi nusantara sebagai suatu kesatuan negara,1 urusan-urusan yang dikelola
oleh desa adalah urusan-urusan yang memang telah dijalankan secara turun temurun

20
sebagai norma-norma atau bahkan sebagian dari norma-norma itu telah melembaga
menjadi suatu bentuk hukum yang mengikat dan harus dipatuhi bersama oleh
masyarakat desa, yang dikenal sebagai hukum adat. Urusan yang dijalankan secara
turun temurun ini meliputi baik urusan yang hanya murni tentang adat istiadat,
maupun urusan pelayanan masyarakat dan pembangunan (dalam administrasi
pemerintahan dikenal sebagai urusan pemerintahan), bahkan sampai pada masalah
penerapan sanksi, baik secara perdata maupun pidana.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian desa dari sudut pandang sosial
budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar
mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen
dan banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa
diasosiasikan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris,
mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat
pendidikan yang rendah (Juliantara, 2005: 18).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, Desa atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat

21
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan berada di kabupaten/kota, dalam pasal 2 ayat (1) dikatakan bahwa desa
dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Pada ayat (2) tertulis bahwa pembentukan desa
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk.
b. Luas Wilayah.
c. Bagian Wilayah Kerja.
d. Perangkat, dan.
e. Sarana dan Prasarana Pemerintahan.
Pembangunan nasional, desa memegang peranan yang sangat penting, sebab
desa merupakan struktur pemerintahan terendah dari sistem pemerintahan Indonesia.
Setiap jenis kebijakan pembangunan nasional pasti bermuara pada pembangunan desa
sebab pembangunan Indonesia tidak akan ada artinya tanpa membangun desa, dan
bisa dikatakan bahwa hari depan Indonesia terletak dan tergantung dari berhasilnya
kita membangun desa. Sehingga dengan semangat desentralisasi dalam otonomi
daerah ini masyarakat haruslah dilibatkan atau diberdayakan dalam pembangunan
desanya. Sebab disadari atau tidak bahwa pembangunan desa telah banyak dilakukan
sejak dari dahulu hingga sekarang, tetapi secara umum hasilnya belum memuaskan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah Republik
Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan rumah tangganya
menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah tangganya sendiri, asal tidak

22
bertentangan

dengan

peraturan

pemerintah

di

desanya

dan

berkewajiban

melaksanakan peraturan pemerintah Desa. Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak


otonomi dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan
sendiri. Hanya menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di
atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004.
Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat. Ada masalah
kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan,

pertanian, lingkungan

hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah
itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk
meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan yang
cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan pengetahuan,
keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat dan Iain-lain.
Di Desa sebenarnya terdapat potensi sumber daya. Ada potensi sumber daya
alam atau sumber daya lingkungan dan sumber daya manusia. Agar terpenuhi
kebutuhannya maka mau tidak mau sumber daya itu harus dimanfaatkan dengan baik.
Untuk itulah perlu adanya pembangunan sebab pembangunan Desa mencakup
berbagai bidang kehidupan masyarakat baik itu lahir maupun batin. Pembangunan
mencakup pribadi warganya dan lingkungannya, pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan warganya. Semua elemen penting yang terdapat pada institusi desa
diharapkan selalu mengetahui apa masalah warganya dan apa kebutuhannya.
Bukankah pembangunan itu untuk penduduknya sendiri dan bukankah pemerintahan
Desa diadakan untuk membangun Desa dan masyarakat. Dalam hal ini seorang

23
Kepala Desa harus menempatkan dirinya sebagai Pemimpin yang baik yang bisa
mengayomi masyarakatnya, yang siap mendengar keluh kesah warganya dalam hal
apapun, agar masyarakatnya benar-benar percaya

bahwa pemimpinnya selalu

bersikap adil dan tidak berpihak pada yang satu atau yang lainnya.
Wujud demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dibentuk badan
permusyawaratan desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di
desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan
peraturan desa, anggaran dan pendapatan dan belanja desa, dan keputusan kepala
desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra
kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Pemerintah desa
terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris
Desa, pelaksana teknis lapangan, unsur kewilayahan dan perangkat desa lainnya yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dan
sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi syarat.
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 1 (7) Pemerintah desa adalah
penyelenggara

urusan

pemerintahan

oleh

pemerintah

desa

dan

badan

permusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat


setempat berdasarkan asal-usul, adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah desa
atau yang disebut juga dengan nama lain adalah kepala desa dan perangkat desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

24
Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa berwarga negara Republik
Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh peraturan
daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Calon kepala desa yang
memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala
desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,
hukum adat setempat yang ditetapkan dalam peraturan daerah dengan berpedoman
pada peraturan pemerintah.
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa Kepala Desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan
masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa,
pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan badan usaha milik desa, dan
kerjasama antar desa. Urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan
masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan
desa, jembatan desa, pasar desa. Urusan kemasyarakatan ialah pembedayaan
masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang
kesehatan, pendidikan, dan adat-istiadat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
diatas, Kepala Desa mempunyai wewenang:
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD.
b) Mengajukan rancangan peraturan desa.
c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

25
d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
e) Membina kehidupan masyarakat desa.
f) Membina perekonomian desa.
g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan,dan;
i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepala desa mempunyai kewajiban:
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN);
f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;

26
l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan
o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.
Selain kewajiban sebagaimana dimaksud diatas, Kepala Desa mempunyai
kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD,
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa ini disampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. Laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD sebagaimana diatas disampaikan 1 (satu) kali
dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat dapat berupa
selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara
lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau media
lainnya. Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 72
Tahun 2005 yaitu Sekretaris Desa yang bertugas membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris
Desa bertanggungjawab kepada Kepala Desa. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai
Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama
Bupati/Walikota. Yang memenuhi persyaratan, yaitu:
a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat;
b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;

27
c. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran;
d. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang
perencanaan
e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan
f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.
Pengangkatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa, dan usia perangkat desa tersebut paling rendah 25 (dua
puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun. Mengenai Perangkat Desa
Lainnya ini diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Di desa dapat dibentuk
lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan ini bertugas
membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat
desa.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengelolaan keuangan desa. Sumber
pendapatan desa adalah:
a. Pendapatan asli desa (hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan
partisipasi, hasil gotong-royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah).
b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus)
dan dari retribusi Kabupaten/Kota.

28
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang
pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana
desa;
d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Desa memiliki hak otonomi tetapi tetap dalam ikatan pemerintah Republik
Indonesia. Hak otonomi maksudnya berhak menyelenggarakan rumah tangganya
menurut keputusan sendiri, berhak mengatur rumah tangganya sendiri, asal tidak
bertentangan

dengan

peraturan

pemerintah

di

desanya

dan

berkewajiban

melaksanakan peraturan pemerintah Desa. Sedangkan Kelurahan tidak memiliki hak


otonomi dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya menurut keputusan
sendiri. Hanya menyelenggarakan pemerintahan menurut peraturan pemerintah di
atasnya. Inilah bedanya dengan Desa seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004.
Di Desa terdapat masalah yang dihadapi masyarakat yang meliputi: masalah
kesehatan, masalah pekerjaan dan pendapatan, pendidikan, pertanian, lingkungan
hidup dan lain sebagainya. Masyarakat berharap dapat lepas dari masalah-masalah
itu karena itu masalah-masalah warga masyarakat dalam kebutuhannya untuk
meningkatkan taraf hidupnya antara lain kebutuhan pokok seperti makanan
yang cukup dan sehat, rumah yang sehat, pakaian yang memadai, kebutuhan

29
pengetahuan, keterampilan, penghasilan yang cukup, lingkungan yang apik dan sehat
dan Iain-lain.
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengembangan organisasi
pemerintah yang telah diprogramkan perlu didukung oleh aparatur pelaksana yang
mampu, dan untuk itu perlu dijalin hubungan serasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah di bawahnya
sampai pada unit pemerintahan yang terendah yaitu pemerintah Desa.
Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dalam
Undang-undang nomor 05 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
yang telah dirubah menjadi Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang otonomi
daerah yang kemudian telah disempurnakan menjadi Undang-undang 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.
Tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan
organisasi pemerintahan di Indonesia, tetapi juga yang penting adalah mensukseskan
pembangunan di segala bidang di Seluruh Indonesia guna mencapai cita-cita
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yaitu
masyarakat adil dan makmur baik materil maupun spritual bagi Seluruh rakyat
Indonesia. Maka perlu memperkuat kedudukan pemerintahan desa agar mampu
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan organisasi
dan makin mampu menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang makin
meluas dan efektif.

30
Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan DPR menetapkan Undangundang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa sebagai pengganti dari
Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 disempurnakan dengan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004. Prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa
berdasarkan Undang-undang nomor 32Tahun 2004 adalah :
a. Untuk menjamin Terselenggaranya tertib pemerintahan dan sesuai pula dengan
sifat

Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia,

maka

pengaturan

terhadap

penyelenggaraan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan. Hal ini


dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas
Desa di Seluruh Indonesia yang beraneka ragam baik dalam susunan masyarakat,
tata hukum adatnya maupun latar belakang kehidupannya sebagai satuan
masyarakat terkecil. Keseragaman tersebut meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan
pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa yang diarahkan kepada
perwujudan daya guna dan hasil guna yang rasional.
b. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa hanya
mengatur Desa dan Kelurahan dari segi pemerintahannya. Dengan demikian
Undang-undang tersebut tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat hukum adat
dan kebiasaan-kebiasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan
pemerintahan. Pembangunan dan ketahanan nasional dalam Undang-undang
nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa tidak mengarah kepada
pembentukan Daerah Otonomi tingkat tiga. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Undang-undang tersebut yang menegaskan bahwa walaupun Desa mempunyai hak
untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, tetapi hak tersebut bukanlah

31
hak otonomi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 32 Tahun 2004
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Telah ditetapkannya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Desa dan berbagai peraturan sebagai kebijaksanaan pelaksanaannya,
diharapkan akan dapat makin mantap penyelenggaraan pemerintahan Desa secara
terpadu dan menyeluruh sehingga terwujud hubungan yang jelas antara sistem
penyelenggaraan pemerintah Desa berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun
2004.
Program tahunan dalam rencana kerja yang disusun oleh pemerintah Desa
terhadap kegiatan-kegiatan yang kebijaksanaan dan sistem penyelenggaraan
pemerintah Desa yang selama ini diatur dengan berbagai kebijaksanaan Daerah
menjadi sistem penyelenggaraan pemerintahan Desa secara Nasional dengan pola
yang seragam ini berarti bahwa penyelenggaraan pemerintahan Desa berdasarkan
Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 adalah merupakan pembaharuan dalam
sistem

penyelenggaraan pemerintahan Desa. Oleh karena itu dalam melakukan

pengkajian terhadap materi Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan berbagai


peraturan pelaksanaannya diperlukan adanya ketelitian dan kehati-hatian agar tidak
menimbulkan suatu penafsiran yang keliru. Hal ini sejalan dengan peranan dan fungsi
Desa dalam kehidupannya sebagai berikut:
a. Sumber segala data, informasi, daya gerak, pembinaan dan pengawasan.
b. Benteng yang harus diandalkan dalam pengamalan Pancasila.
c. Pusat penumbuhan dan peningkatan jiwa gotong royong di segala bidang
kehidupan dan penghidupan.

32
d. Pusat pembinaan partisipasi masyarakat di segala bidang baik di bidang
pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan.
e. Pusat pembinaan ketertiban dan kesatuan bangsa yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air.
Memperhatikan pentingnya peranan dan fungsi aparatur pemerintah desa yang
merupakan

barisan

terdepan

dalam

mensukseskan

program

pemerintah,

pembangunan dan pembinaan masyarakat maka lembaga musyawarah Desa sebagai


lembaga pemerintahan Desa yang merupakan perwujudan demokrasi Pancasila di
tingkat Desa mempunyai peranan yang menentukan di dalam keberhasilan seorang
Kepala Desa untuk melaksanakan tugas-tugasnya di bidang pemerintahan,
pembangunan dan pembinaan masyarakat.
C.Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau
menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingankepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama
(Suriadi, 2005: 41). Menurut kodratnya, manusia tidak dapat hidup menyendiri, tetapi
harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain yang dalam
hubungannya saling membantu untuk dapat mencapai tujuan hidup menurut
kemampuan dan kebutuhannya masing-masing atau dengan istilah lain adalah saling
berinteraksi.
PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa Pemberdayaan Masyarakat memiliki
makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di desa
ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui

33
penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi dan prioritas
kebutuhan masyarakat.
Menurut Ketaren (2008: 178-183) pemberdayaan adalah sebuah proses
menjadi, bukan sebuah proses instan. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai
tiga tahapan yaitu: Tahap pertama Penyadaran, pada tahap penyadaran ini, target
yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran
bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai sesuatu, prinsip dasarnya adalah
membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun demand) diberdayakan,
dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka (bukan dari orang luar).
Setelah menyadari, tahap kedua adalah Pengkapasitasan, atau memampukan
(enabling) untuk diberi daya atau kuasa, artinya memberikan kapasitas kepada
individu atau kelompok manusia supaya mereka nantinya mampu menerima daya
atau kekuasaan yang akan diberikan. Tahap ketiga adalah Pemberian Daya itu
sendiri, pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau
peluang, namun pemberian ini harus sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah
dimiliki mereka.
Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak dapat dilepas-pisahkan dengan
konsep sentral, yaitu konsep Power (daya). Menurut Suriadi (2005: 54-55) Pengertian
pemberdayaan yang terkait dengan konsep power dapat ditelusuri dari empat sudut
pandang/perspektif, yaitu perspektif pluralis, elitis, strukturalis, dan post-strukturalis.
1) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis, adalah suatu proses
untuk menolong kelompok-kelompok masyarakat dan individu yang kurang
beruntung untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan-kepentingan

34
lain dengan jalan menolong mereka untuk belajar, dan menggunakan keahlian
dalam melobi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik,
memahami bagaimana bekerjanya sistem (aturan main), dan sebagainya. Oleh
karenanya, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
bersaing sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Dengan kata lain,
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau
individu bagaimana bersaing di dalam peraturan.
2) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif elitis adalah suatu upaya untuk
bergabung dan mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis,
melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis. Masyarakat menjadi tak
berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar sekali dari para elitis
terhadap media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi, parlemen,
dan sebagainya.
3) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif strukturalis adalah suatu
agenda yang lebih menantang dan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk
ketimpangan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya suatu bentuk struktur
dominan yang menindas masyarakat, seperti: masalah kelas, gender, ras atau etnik.
Dengan kata lain pemberdayaan masyarakt adalah suatu proses pembebasan,
perubahan struktural secara fundamental, menentang penindasan struktural.
4) Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif post-strukturalis adalah suatu
proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankan
pertama-tama pada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas aksi; atau

35
pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian terhadap
pengembangan pemikiran baru, analitis, dan pendidikan dari pada suatu aksi.
Dalam konteks relasi negara dan masyarakat, maka ketidakberdayaan warga
negara tidak bisa dilihat sebagai suatu kodrat melainkan harus dilihat sebagai hasil
dari relasi kuasa. Permasalahannya adalah apakah relasi kuasa yang berkembang
memang memungkinkan suatu proses yang membuat masyarakat yang punya
kekuatan menjadi tidak punya kekuatan (dalam konteks negara demokrasi), atau
apakah proses yang ada cenderung tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki
masyarakat atau sebaliknya ? Selanjutnya, Himawan Pambudi (2003: 54) berpendapat
bahwa pemberdayaan memiliki makna:
Pertama,

pemberdayaan

bermakna

kedalam,

berarti

suatu

usaha

untuk

mentransformasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan masyarakat dengan


akses untuk perbaikan kehidupan mereka. Suatu transformasi kesadaran bermakna
tindakan untuk mengembangkan pendidikan politik, guna mengembangkan wacana
alternatif, sehingga dominasi atau hegemoni negara bisa diatasi. Langkah-langkah ini
dilakukan dengan maksud utama untuk:
a. Memungkinkan masyarakat secara mandiri (otonom) mengorganisasikan diri dan
dengan demikian akan memudahkan rakyat menghadapi situasi-situasi sulit, serta
mampu menolak berbagai kecenderungan yang merugikan.
b. Memungkinkan ekspresi aspirasi dan jalan memperjuangkannya

dengan

memberikan semacam garansi bagi tidak diabaikannya kepentingan rakyat.


c. Memungkinkan diatasinya persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan
yang menjadi cermin adanya kepercayaan kepada rakyat bahwa rakyat tidak perlu

36
dimaknai sebagai sumber kebodohan, melainkan subjek pembangunan yang juga
memiliki kemampuan.
Kedua, pemberdayaan bermakna keluar sebagai suatu upaya untuk menggerakkan
perubahan-perubahan kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan masyarakat.
Pemberdayaan dalam arti ini bermakna sebagai policy reform yang berbasis pada
upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat. Suatu upaya policy reform sudah tentu
memiliki dua makna sekaligus. Makna kebelakang, berarti suatu bentuk koreksi
(mendasar) atas kebijakan lama. Sedangkan makna kedepan adalah mendorong suatu
proses dan skema baru agar pengambilan kebijakan tidak lagimenggunakan skema
lama, melainkan menggunakan skema baru yang lebih termungkinkan keterlibatan
masyarakat. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu
dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi jaringan kerja serta kekuatan yang
terletak pada setiap individu. Pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan,
orang-orang

yang

telah

mencapai

tujuan

kolektif

diberdayakan

melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan suatu keharusan untuk lebih diberdayakan


melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber
lainya dalan rangka mencapai tujuan.
Himawan S. Pambudi, dkk(2003: 55-56), memberi cakupan terhadap aspek
ketidakberdayaan rakyat, agar bisa memperlihatkan apa yang seharusnya menjadi
orientasi dari pemberdayaan mayarakat tersebut:
a. Masalah kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat begitu rendah. Fokus dari
permasalahan ini adalah terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan,
penghasilan, kesehatan, dan sebagainya.

37
b. Masalah akses terhadap sumberdaya, sebagian masyarakat elit dan kelas menengah
memiliki akses dan kemudahan yang tinggi dan sebagian yang lain tidak memiliki
akses dan termarginal.
c. Masalah kesadaran, massa rakyat umumnya percaya bahwa keadaan mereka
berkait dengan nasib. Sebagian dari golongan elit mensosialisasikan masalah ini
secara sistematik, apakah melalui lembaga pendidikan, media massa atau media
lain. Kemampuan massa rakyat untuk memahami persoalan-persoalan yang
mereka hadapi sangat terbatas. Sebagai akibatnya, banyak masalah tidak bisa
diselesaikan substansial dan cenderung diselesaikan dengan cara karikatif (bantuan
karena belas kasihan).
d. Masalah partisipasi, umumnya rakyat memiliki keterlibatan yang sangat kecil atau
tidak sama sekali dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri
mereka sendiri. Dapat dikatakan nasib rakyat ditentukan oleh golongan elit.
e. Masalah kapasitas untuk ikut memberikan kontrol dan mengendalikan proses
penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan dan berbagai relasi yang ada.
Sardlow (Adi, 2003:54) melihat berbagai pengetian yang ada mengenai
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Kata pemberdayaan
mengesahkan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses pemberdayaan
mengandung dua kecendrungan, yaitu: Pertama, kecenderungan primer. Proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu

38
menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun asset
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
Kedua, kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong
dan memotivasi agar idividu mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Kedua proses tersebut saling terkait, dan agar kecenderungan primer dapat
terwujud, sering harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Dengan
demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat
yang berdaya, yang memiliki kekuasaan dan pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyelesaikan aspirasi, mempunyai mata
pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering kali digunakan
sebagai sebuah proses.
Dalam PP No. 72/ 2005 Pembangunan berarti pemberdayaan masyarakat
dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum desa, seperti jalan desa,
jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Pendekatan pembangunan yang sangat
populer pada saat ini adalah pendekatan pembangunan yang mengutamakan
peningkatan keberdayaan manusia/masyarakat yang disebut pembangunan yang

39
berpusat pada masyarakat. Menurut Korten (2002: 110) Pembangunan adalah proses
dimana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan
institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk
menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas
hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri. Definisi ini menekankan pada proses
pembangunan dan fokus utamanya adalah pemberdayaan. Definisi ini mencakup asas
keadilan, berkelanjutan, dan pemerataan. Maka harus diakui bahwa masyarakat
sendiri lah yang menentukan apa yang sebenarnya yang mereka anggap perbaikan
dalam kualitas hidup mereka.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan
oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang
lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini tidak lain karena
masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa kurang ideal.
Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah sebuah proses evolusi,
sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai dengan sumber
daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi. Pembangunan desa
hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan otonomi daerah, bagi pemerintah desa; dimana
keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak
pembangunan. desa semakin dituntut kesiapannya baik dalam hal merumuskan
kebijakan desa (dalam bentuk Perdes), merencanakan pembangunan desa yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta dalam memberikan pelayanan rutin

40
kepada masyarakat. Demikian pula dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi
tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masyarakat dalam mengelola dan
menggali potensi yang ada sehingga dapat menghadirkan nilai tambah ekonomis bagi
masyarakatnya.
Cepat atau lambat desa-desa tersebut diharapkan dapat menjelma menjadi
desa-desa yang otonom, yakni masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan
dan kebutuhan yang dirasakannya. Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah terutama pada desa adalah pemerintah desa semakin mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakatnya dan mampu membawa kondisi
masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, hal itu akan menjadi pilar penting
bagi otonomi Daerah. Jadi keberhasilan otonomi daerah sangat ditentukan oleh
berhasil tidaknya pembangunan di desa.
Suatu pembangunan infrastruktur akan tepat mengenai sasaran, terlaksana
dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan infrastruktur tersebut
benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Agar hal itu terjadi, maka yang
diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat didalam pembangunan tersebut, mulai
dari penyusunan rencana sampai pada proyek pembangunan tersebut selesai. Jadi
pembangunan perlu menjadikan pemberdayaan menjadi nilai dan pilihan kebijakan,
sekaligus sebagai pembelajaran sosial, kita selalu belajar bagaimana melakukan
pemberdayaan yang semakin hari semakin baik. Soedjatmoko dalam (Ketaren, 2008:
187), bahwa pembangunan tidak lain adalah belajar untuk hidup lebih baik daripada
kemarin. Dan, pembelajaran adalah bagian inti dari pembangunan pada zaman kini,
dan mungkin sampai pada kurun waktu yang panjang di masa depan.

41
Melaksanakan pembangunan infrastruktur di desa tersebut maka diperlukan
adanya kemampuan dari perangkat pemerintahan desa. Kemampuan yang dimaksud
adalah kemampuan merencanakan, kemampuan melaksanakan dan kemampuan
memotivasi. Dari setiap kemampuan tersebut diharapkan bahwa perangkat
pemerintahan desa dapat mengatasi dan memecahkan segala persoalan yang berkaitan
erat dengan pembangunan desa.
Namun di sisi lain kemampuan perangkat pemerintahan desa harus didukung
dari peran serta masyarakat untuk melaksanakan pembangunan desa. Diharapkan
dengan adanya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang dibuat. Pada dasarnya pembangunan desa
merupakan pembangunan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Semakin
tinggi peran serta masyarakat tersebut, maka semakin cepat pula pembangunan
desanya dapat terealisasi.
Menurut Ndraha (1990: 16) Pembangunan ialah upaya untuk meningkatkan
kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi
utama defenisi tersebut yaitu:
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik manusia
maupun kelompok (capacity).
2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai
dan kesejahteraan (equity).
3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun
dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini

42
dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan
kekuasaan untuk memutuskan (empowerment).
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara
mandiri (sustainability).
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan negara
yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling
menghormati (interdependence).
Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 88 (1), disebutkan bahwa Pembangunan
kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga wajib
mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan dalam ayat
(2) disebutkan bahwa dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan
dan pendayagunaan kawasan perdesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai
upaya pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan
diatur dengan Perda, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kepentingan masyarakat desa.
b. Kewenangan desa.
c. Kelancaran pelaksanaan investasi.
d. Kelestarian lingkungan hidup.
e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.
Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman
pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib mengakui dan
menghormati hak, asal-usul, dan adat-istiadat desa.

43
Pembangunan sebagai peningkatan kemampuan untuk mengendalikan masa
depan, mengandung beberapa implikasi. Pertama, kemampuan (capacity), tanpa
kemampuan seseorang tidak akan dapat mempengaruhi masa depannya. Kemampuan
disini meliputi, fisik, mental, dan spritual. Segi-segi tersebut haruslah mengalami
perubahan. Kedua, kebersamaan (equity) atau keadilan sosial. Pembangunan berarti
juga pemerataan, bagaimanapun tingginya laju pertumbuhan suatu negara, jika
kemajuan tidak merata, hal itu sia-sia belaka. Ketiga, kekuasaan (empowerment), hal
ini berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk secara bebas memilih
berbagai alternatif sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan
mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk belajar, baik dari keberhasilan
maupun dari kegagalan mereka dalam memberi respon terhadap perubahan. Keempat,
ketahanan dan kemandirian (sustainability), implikasi ini mengandung arti yang luas
karena faktor-faktor pembangunan terbatas adanya, sementara tuntutan kebutuhan
semakin meningkat, maka sumber-sumber yang ada harus dapat dikelola sedemikian
rupa sehingga pada suatu saat masyarakat yang bersangkutan mampu berkembang
secara mandiri (Ndraha,1990: 35).
Pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudut arti luas dan dapat pula
dari sudut arti sempit. Dalam arti luas, pembangunan masyarakat berarti perubahan
sosial berencana. Dalam arti ini sasaran pembangunan masyarakat adalah perbaikan
dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi, bahkan politik dan sosial. Dalam arti
sempit, pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana di lokalitas
tertentu, seperti kampung, desa, kota kecil atau kota besar.

44
Pembangunan masyarakat dalam arti sempit ini dikaitkan dengan berbagai
proyek atau program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat dan sekitarnya, seperti
pembangunan infrastruktur jalan desa, jembatan desa, irigasi air di desa, dan lain
sebagainya.
Menurut Ndraha (1990: 96), ada 5 masalah-masalah yang dihadapi oleh
pembangunan masyarakat di dalam praktek antara lain :
1. Terdapat kecenderungan hanya kaum elit komunitas saja yang mampu dan
berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan.
2. Sampai sejauh ini, pembangunan masyarakat belum berhasil sepenuhnya dalam
usahanya mendorong perubahan sosial. Memang terdapat perubahan, tetapi jarang
sekali terjadi perubahan yang mendasar.
3. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbau politik, artinya pembangunan
masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.
4. Semakin besar komunitas, semakin bervariasi kepentingannya, sehingga terdapat
kepentingan yang saling bersaingan atau kompetitif.
5. Oleh karena itu, pembangunan masyarakat cenderung hanya kepentingan yang sangat
umum sifatnya yang diperhatikan sementara kepentingan lapisan dan kelompok
masyarakat di dalam komunitas terabaikan atau tersisihkan.
Melakukan pembangunan maka masyarakat haruslah dipandang sebagai subjek dan
objek dari pembangunan itu untuk mencapai hasil yang diharapkan, atau
pembangunan yang memanusiakan manusia, karena yang lebih penting bukan

45
bagaimana sehingga hasil tadi diperoleh, apakah sudah melibatkan masyarakat dalam
keseluruhan proses pembangunan atau tidak (Soetomo, 2006: 7). Agar pembangunan
di desa dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka diterapkan prinsip-prinsip
pembangunan, sasaran pembangunan dan ruang lingkup pengembangannya. Berikut
penjelasan mengenai ketiga unsur menurut Rahardjo Adisasmita (2006: 18-20):
a) Prinsip-prinsip pembangunan pedesaan, yaitu pembangunan pedesaan seharusnya
menerapkan prinsip-prinsip berikut ini:
1. Transparansi (Keterbukaan).
2. Partisipatif.
3. Dapat dinikmati masyarakat.
4. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dan.
5. Berkelanjutan (sustainable).
b) Sasaran pembangunan pedesaan, adalah untuk terciptanya:
1. Peningkatan produksi dan produktifitas.
2. Percepatan pertumbuhan desa.
3. Peningkatan keterampilan dalam berproduksi dan pengembangan lapangan kerja
dan lapangan usaha produktif.
4. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat, dan.
5. Perkuatan kelembagaan.
c) Ruang lingkup pengembangan
Pengembangan pedesaan mempunyai ruang lingkup, yakni:
1. Pembangunan sarana dan prasarana pedesaan (meliputi pengairan, jaringan jalan,
lingkungan pemukiman dan lainnya).

46
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan sumbe daya manusia (SDM).
4. Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan
(khususnya terhadap kawasan-kawasan miskin), dan.
5. Penataan keterkaitan antar kawasan pedesaan dengan kawasan perkotaan (inter
rural-urban relationship).
Karena

itu

strategi

pembangunan

yang

paling

akomodatif

adalah

pemberdayaan yaitu yang berpihak kepada rakyat, dan yang pada intinya
pembangunan yang berbasis rakyat. Istilah pemberdayaan ini sebenarnya akan tepat
diasal-katakan dengan energizing bukannya empowering, karena yang dikedepankan
adalah memberi daya dan bukan berbagi kekuasaan, sebab kekuasaan itu sendiri akan
melekat di setiap mereka yang memiliki daya atau energi (Nugroho, 2001: 52).
D. Otonomi Daerah
Dalam otonomi daerah, visi pemerintah daerah dalam era desentralisasi
pertama sekali bukanlah mengisi kas pemerintah daerah sebanyak-banyaknya, namun
berusaha menciptakan iklim yang memungkinkan bagi rakyat untuk berusaha dan
membangun dirinya secara otonom agar tercipta kesejahteraan masyarakat, sehingga
dengan sendirinya akan memperbaiki perekonomian daerah. Penyelenggaraan
pemerintahan selalu terkait dengan sejarah dan situasi sosial para penguasa dalam
menata masyarakat dan lingkungannya. Belum mantapnya sistem pemerintahan,
lemahnya dukungan aparat, ikut menggoyahkan sendi-sendi pelayanan kebutuhan
hidup masyarakat. Sistem pemerintahan dalam perspektif sejarah bangsa Indonesia,
telah mengalami perubahan yakni dari pemerintahan sentralistik ke desentralistik.

47
Perubahan ini dikaitkan dengan situasi dan kondisi sosial yang secara fenomenal
terjadi dalam penyelenggaraan berpemerintahan.
Bangsa

Indonesia

sejak

kemerdekaan

mengalami

berbagai

konflik

kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, kepentingan penguasa dengan


kepentingan rakyat. Konflik berlangsung dari masa ke masa antara pemerintah dan
penguasa yang melayani berbagai kepentingan, dengan masyarakat sebagai pengguna
jasa yang menuntut diberikan pelayanan. Pemerintahan desentralistik merupakan
suatu solusi untuk menjawab kebutuhan otonomi daerah secara lengkap mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong
pemikiran baru bagaimana menata kewenangan yang efisien dan efektif. Artinya,
pemerintahan dapat diselenggarakan secara demokratis.
Konsep otonomi berasal dari dua kata, yaitu auto (sendiri) dan nomous
(menyelenggarakan). Artinya, menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Konsep
otonomi ini merupakan gejala sosial karena keberadaannya dalam masyarakat. Dalam
sistem individu, seseorang memiliki suatu hak yang disebut privacy, dan pada
suatu kelompok masyarakat, mempunyai hak yang dsisebut autonomy, serta pada
suatu bangsa ada hak yang dikenal sovereignty. Setiap orang memiliki hak pribadi
dalam menentukan aspirasinya, seperti pribadi, daerah juga memiliki hak otonomi.
Daerah sebagai satu kesatuan dari masyarakat hukum mempunyai hak untuk
mengurus rumah tangganya sendiri. Ini disebut sebagai otonomi daerah (Napitupulu,
2007: 29). Reformasi dan otonomi daerah telah menjadi harapan baru bagi
pemerintah dan masyarakat desa untuk membangun desanya sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Bagi sebagian besar aparat pemerintah desa,

48
otonomi adalah satu peluang baru yang dapat membuka ruang kreativitas bagi
aparatur desa dalam mengelola desa. Hal itu jelas membuat pemerintah desa menjadi
semakin leluasa dalam menentukan program pembangunan yang akan dilaksanakan,
dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa tanpa harus didikte oleh
kepentingan pemerintah daerah dan pusat. Sayangnya kondisi ini ternyata belum
berjalan cukup mulus. Sebagai contoh, aspirasi desa yang disampaikan dalam
proses musrenbang senantiasa kalah dengan kepentingan pemerintah daerah
(eksekutif dan legislatif) dengan alasan bukan prioritas, pemerataan dan keterbatasan
anggaran.
Dari sisi masyarakat, poin penting yang dirasakan di dalam era otonomi
adalah semakin transparannya pengelolaan pemerintahan desa dan semakin
pendeknya rantai birokrasi yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
positif terhadap jalannya pembangunan desa. Dalam proses pembangunan,
keberadaan delegasi masyarakat desa dalam kegiatan pembangunan adalah membuka
kran partisipasi masyarakat desa untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan
kebijakan pembangunan daerahnya. Otonomi daerah tidak lain adalah perwujudan
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dan mempunyai hubungan yang erat
dengan desentralisasi.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari
kebijakan, perencanaan sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka
demokrasi. Sedangkan otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk
mengurus rumahtangganya sendiri dalam rangka desentraslisasi. Adapun esensi dari

49
otonomi daerah itu adalah komitmen untuk memberikan keadilan, kepastian, dan
kewenangan yang optimal dalam pengelolaan sumber daya pada daerah.
E. Pengertian Pengembangan Organisasi
Organisasi berasal dari kata to organization dalam bahasa Inggris yang berarti
mengatur atau menyusun bagian-bagian yang terpisah-pisah sehingga menjadi satu
kesatuan yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan. Dalam kegiatan seharihari organisasi dapat diartikan sebagai wadah atau tempat dimana kegiatan
administrasi dilakukan.
Arti organisasi yang diungkapkan oleh SP. Siagian menyatakan bahwa
organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerjasama secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut
atasan dan sekelompok orang yang disebut bawahan.
Pengertian tujuan organisasi adalah harus disebarluaskan supaya diketahui
oleh semua pihak baik pihak dalam maupun pihak luar organisasi, gunanya sebagai
pedoman segala tindakan dalam organisasi. Sangat disadari bahwa persoalanpersoalan organisasi semakin kompleks, demikian juga persoalan manusia yang
berada di dalam organisasi semakin rumit pula, sehingga merupakan tantangan yang
harus dihadapi oleh setiap Pemimpin dewasa ini.
Manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun bentuknya. Oleh
karena persoalan manusia senantiasa berkembang dan ruwet, maka persoalan
organisasi (khususnya perilaku organisasi) semakin hari semakin berkembang.

50
Pada hakikatnya pusat perhatian perilaku organisasi adalah pada tingkah laku
manusia dalam suatu organisasi berdasarkan perilaku yang didukung paling sedikit
dua komponen yaitu individu yang berperilaku dalam organisasi formal sebagai
wadah dari perilaku tersebut. Manusia dan organisasi sudah menyatu, dan bila dua
komponen perilaku organisasi berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku
organisasi yang merupakan titik perhatian dari ilmu perilaku organisasi.
Melaksanakan suatu organisasi dengan baik maka seorang pemerintah selaku
Pemimpin harus memberikan semangat kepada aparat-aparatnya baik itu masalah
administrasi yang akan dikerjakan dalam organisasi tersebut. Keberhasilan suatu
organisasi terutama dalam pemerintahan Desa berada pada seorang Kepala Desanya
sendiri bagaimana mengayomi masyarakatnya dalam mengembangkan organisasi
pemerintahan.
Apabila kita menghendaki organisasi yang efektif ada tiga dimensi pokok
yang sangat menentukan yaitu :
1. Dimensi tehnis adalah menekankan kecakapan yang dibutuhkan untuk
menggerakkan organisasi dalam hal ini menyangkut keahlian dari birokrat atau
manajer tehnis untuk menggerakkan organisasi.
2. Dimensi konsep yang merupakan motor penggerak dari tehnis dan sangat erat
kaitannya dengan faktor manusia.
3. Dimensi manusia yaitu merupakan sumber utama organisasi, yang tidak bisa
digantikan oleh teknologi apapun. Bagaimana baiknya organisasi, lengkapnya
sarana, fasilitas kerja semuanya tidak akan mempunyai arti tanpa manusia yang
mengatur dan menggunakannya serta memeliharanya.

51
Menurut Prof. DR. Prayudi Atmosudirjo mengatakan bahwa organisasi adalah
struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok
orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama
mencapai tujuan.
Organisasi dapat pula didefinisikan sebagai suatu himpunan interaksi manusia
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang terikat dalam suatu ketentuan yang
telah disetujui. Apabila dilihat dari sudut

administrasi dan manajemen maka dari

setiap organisasi selalu ada seorang atau beberapa orang bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerjasama itu dengan segala aktivitas dan
fasilitasnya.
Banyak hal, orang yang mengkoordinasikan aneka ragam kegiatan/kumpulan
orang yang lazimnya mempunyai kepentingan yang berbeda, itu semua yang
menjadikan organisasi semakin rumit dan tingkat formalitasnya semakin besar.
Walaupun hubungan manusia telah terwujud sejak awal kehidupan, kiat dan ilmu
yang mencoba menanganinya dalam bentuk organisasi yang relatif masih baru. Pada
zaman dahulu orang-orang bekerja sendiri atau dalam kelompok yang sedemikian
kecilnya, sehingga hubungan kerja mereka dapat ditangani dengan mudah.
Apabila organisasi berhasil diterapkan dan dikembangkan dalam Desa
terutama di bidang pemerintahan, maka terjadi sistem imbalan rangkap tiga yang
akan menyatakan tujuan manusia, tujuan

organisasi

dan tujuan masyarakat.

Orang-orang akan merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerjasama dan
kerja tim. Yang lebih banyak mendapat imbalan dalam hal ini adalah masyarakat itu
sending karena mereka dapat memperoleh produk dan pelayanan yang lebih baik.

52
Meningkatkan dan mengembangkan organisasi pemerintahan Desa maka
seorang Kepala Desa harus bertindak yang positif dalam organisasinya agar
organisasi yang ada tidak vakum tapi sebaliknya berjalan sesuai apa yang kita
harapkan dan mencapai tujuan bersama. Kebijakan pemberlakuan otonomi membuat
setiap daerah memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan
yang dianggap sesuai. Terlebih dengan pemilihan kepala desa (pilkades) secara
langsung yang diselenggarakan sejak tahun 2005, membuat kepala desa yang terpilih
mendapat legitimasi lebih kuat dari rakyat untuk membangun wilayahnya.
Tentunya kepala desa hasil pilkades ini membuahkan harapan yang cukup
besar bagi masyarakat, yaitu peninjgkatan pembangunan dan kesejahteraan yang akan
makin meningkat. Tetapi harapan tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan.
Kekuatan visi & kompetensi kepala desa terpilih menjadi salah satu penentu, di
samping faktor-faktor lain. Tantangan terberat bagi kepala desa

terpilih adalah

melaksanakan visi, misi, dan janji-janji semasa kampanye, yang hampir semuanya
pasti baik.
Setidaknya ada empat hal yang harus dimiliki dan disiapkan oleh seseorang
yang ingin membangun dan mensejahterakan rakyatnya agar apa yang dijanjikan
dapat menjadi kenyataan. 4 hal itulah yang disebut dengan 4 Pilar Pembangunan.
Disebut empat pilar pembangunan karena dengan 4 hal ini diharapkan seorang
pemimpin dapat menjalankan perannya dalam membangun daerahnya bisa optimal.
Pilar Pertama: Sumber Daya Manusia (SDM). Mengapa SDM ? Karena pada
dasarnya manusialah yang menjadi pelaku dan penentu. SDM seperti apa yang
diperlukan? Yaitu SDM yang memiliki: moral yang baik (good morality),

53
kemampuan kepemimpinan (leadership), kemampuan manajerial (managerial skill),
dan kemampuan teknis (technical skill). Seorang kepala desa perlu didukung oleh
aparat yang mempunyai empat kualifikasi tersebut, diberbagai level jabatan &
fungsinya. Moral yang baik menjadi prasyarat utama. Karena tanpa moral yang baik,
semua kebijakan, sistem, program maupun kegiatan yang dirancang akan menjadi siasia. Tentunya kita menyaksikan terjadinya krisis moneter yang dimulai tahun 1997
lalu, kemudian krisis ekonomi, krisis kepemimpinan, dan masih terus berlanjut yang
hingga sekarang masih dirasakan dampaknya.
Sebab utama terjadinya krisis itu tidak lain adalah rendahnya moral sebagian
pengambil kebijakan negeri ini. Moral yang baik akan menghasilkan sebuah
pemerintahan yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme demi
kepentingan pribadi atau golongan tertentu saja. Saat ini tuntutan penerapan 3G
(Good Government Governance) terus-menerus digaungkan oleh berbagai pihak.
Penerapan prinsip-prinsip transparansi & akuntabilitas tanpa didukung oleh aparat
yang bermoral baik, pada akhirnya hanya akan berhenti di tingkat wacana saja.
Oleh karena itu, sejak awal dilantik, seorang kepala daerah harus segera
menyiapkan aparatnya dalam aspek moral ini. Termasuk menjadikan dirinya sebagai
teladan bagi semua bawahannya. Moral yang baik belumlah cukup, tapi juga harus
diimbangi dengan kompetensi. Yaitu kemampuan di bidang kepemimpinan,
manajerial, dan teknis. Untuk mencapai kompetensi yang diperlukan, tidak terlepas
dari sistem kebijakan yang diterapkan. Model manajemen SDM berbasis kompetensi
nampaknya menjadi keniscayaan. Termasuk sistem kompensasi yang memadai harus
menjadi perhatian. Selain itu perlu didukung dengan perubahan paradigma, yaitu dari

54
mental penguasa menjadi pelayan masyarakat. Termasuk budaya kerja yang proaktif
& cepat tanggap terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.
Pilar Kedua: Kebijakan. Maksudnya adalah berbagai konsep kebijakan yang
berpihak kepada berbagai stakeholder, terutama kepentingan masyarakat luas. Secara
formal dan non formal, kebijakan tersebut akan dituangkan dalam peraturan desa
maupun peraturan adat yang berlaku . Kepala desa antara lain harus memiliki konsep
pembangunan berkelanjutan & berkeadilan, konsep manajemen kepemimpinan
pemerintahan yang efektif & efisien, konsep investasi yang mengakomodir
kepentingan pihak terkait, serta berbagai konsep kebijakan lainnya. Hal ini sesuai
dengan UU No. 25 Tahun 2004 dan UU No. 32 Tahun 2004, yang mengamanatkan
kepala desa untuk menyusun RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah), yang menjabarkan visi & misinya selama lima tahun masa pemerintahannya.
Sehingga dengan demikian arah pembangunan sejak dilantik hingga lima tahun ke
depan sudah jelas.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah antara lain jika
kepala desa dapat memenuhi 5 kebutuhan dasar masyarakatnya, yaitu: keamanan,
ketenteraman, kemudahan, penyediaan sarana pendidikan, dan penyediaan fasilitas
kesehatan. Selain itu kepala desa harus mampu melihat suatu permasalahan secara
komprehensif dan integratif, jangan sampai terjebak hanya melihat secara sektoral
dan parsial, ataupun keuntungan jangka pendek. Jangan sampai seorang kepala desa
tidak tahu harus berbuat apa manakala terdapat berbagai aspirasi masyarakat yang
tidak dapat diwujudkan. Jika demikian, pemerintahan akan berjalan tak tentu arah.
Sehingga pada akhirnya, rakyatlah yang harus menanggung akibatnya.

55
Pilar Ketiga: Sistem. Artinya pemerintahan desa harus berjalan berdasarkan sistem,
bukan tergantung pada figur. Sangat penting bagi kepala desa untuk membangun
sistem pemerintahan yang kuat. Beberapa sistem yang harus dibangun agar
pemerintahan dapat berjalan secara baik antara lain: sistem perencanaan , sistem
pengelolaan keuangan desa, sistem pelayanan, sistem pemanfaatan potensi desa, aset
desa, sistem pengambilan keputusan, sistem penyeleksian. Sistem yang dimaksud
disini dapat bersifat manual maupun yang berbasis teknologi informasi. Dukungan
teknologi informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan jika pemerintahan
ingin berjalan lebih efisien dan efektif. Penerapan sistem-sistem tersebut akan
mendorong terjadinya pemerintahan desa yang legititimed dan dapat diandalkan oleh
masyarakat untuk menghasilkan suatu pemerintahan desa yang keberadaaanya sangat
membantu pemerintah daerah untuk menjadi pendamping atau mitra dalam
mewujudkan

apa byang dicita-citakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan

pemerintahan yang transparan dan akuntabel.


Pilar Keempat: Investasi. dalam rangka mengoptimalkan potensi sumber daya alam
yang dimiliki, juga memerlukan dana yang tidak sedikit, yang tentunya tidak
mungkin jika hanya mengandalkan dana ADD saja. Tidaklah mungkin suatu
pemerintahan daerah hanya mengandalkan dana dari ADD untuk membangun
daerahnya. Mengapa ? Karena bisa dikatakan, sebagian besar daerah menggunakan
rata-rata 2/3 dana APBD tersebut untuk membiayai penyelenggaraan aparaturnya.
Hanya sekitar 1/3 yang dapat dialokasikan untuk pembangunan. Dibutuhkan dana
yang cukup banyak untuk mengakomodir berbagai kepentingan masyarakat sekitar.
Seorang kepala desa harus mampu melihat berbagai potensi desa yang dapat

56
dijadikan sebagai sumber penghasilan atau investasi yang pada muaranya akan
berdampak luas pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Potensi desa yang sangat
potensial untuk pembangunan dapat dijadikan alasan bagi kepala desa untuk
memanfaatkan para investor untuk menanamkan investasi dengan tetap berpegang
kepada aturan-aturan yang ada.
Dengan keterbatasan dana yang dimiliki tersebut, mau tidak mau pemerintah
desa harus melibatkan pihak investor (dalam maupun luar negeri) dalam membangun
daerahnya. Kepala desa harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar para
investor tertarik untuk menanamkan investasi di daerahnya. Setidaknya ada empat
stakeholder yang harus diperhatikan kepentingannya saat kita bicara tentang
investasi, yaitu pihak investor, pemerintah daerah, masyarakat, dan lingkungan.
Investor tentunya berkepentingan agar dana yang dinvestasikannya menghasilkan
profit yang memadai, ingin mendapatkan berbagai kemudahan dan adanya jaminan
keamanan dalam berinvestasi. Pihak pemerintah daerah ingin agar pendapatan asli
daerahnya (PAD) meningkat.
Masyarakat berharap kesejahteraannya makin meningkat dan lapangan kerja
makin terbuka. Lingkungan perlu diperhatikan agar tetap terjaga kelestariannya.
Jangan sampai karena terlalu bersemangat, akhirnya secara jangka panjang terjadi
pengrusakan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan model investasi
yang dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut. Demikianlah empat pilar
pembangunan yang dapat dijadikan bekal bagi kepala desa dalam membangun
wilayanhnya.

57
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka fikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pembinaan terhadap
masyarakat

Peranan
Pemerintah
Desa

Pelayanan terhadap
masyarakat

Pemerintah
Desa yang baik

Pengembangan
terhadap masyarakat
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka fikir yang digambarkan diatas dapat dijelaskan bahwa
peranan pemerintah desa yang dalam hal ini pembinaan terhadap masyarakat,
pelayanan terhadap masyarakat,serta pengembangan terhadap masyarakat akan dapat
terlaksana dengan baik manakala pemerintah desa memberdayakan semua potensi
yang ada dalam masyarakat untuk menciptakan pemerintahan desa yang kredibel
dan bermartabat. Secara garis besar ketiga variabel diatas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(1) Pembinaan

terhadap

masyarakat

adalah

upaya

yang

dilakukan

untuk

memperbaiki segala sesuatu yang berkaitan dengan kinerja masyarakat yang


dianggap belum maksimal.
(2) Pelayanan terhadap masyarakat adalah upaya yang dilakukan secara terus
menerus untuk memberikan bantuan sebagai usaha melayani kebutuhan orang
lain.

58
(3) Pengembangan terhadap masyarakat adalah upaya memaksimalkan seluruh
potensi desa agar dapat berdaya guna secara efektif dan efisien
(4) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang dilakukan kepada sekelompok
orang dengan memberikan peluang, daya, kekuasaan,otoritas atau peluang sesuai
kualitas kecakapan yang mereka miliki.

59
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, penelitian berawal dari
minat yang ada dalam diri seseorang dalam memahami fenomena tertentu yang
kemudian berkembang menjadi ide, teori, dan konsep. Untuk mewujudkan penelitian
yang berawal dari minat tersebut dilakukanlah cara untuk mewujudkannya adalah
dengan memilih metode yang cocok dengan tujuan dari suatu penelitian. Metode
penelitian dalam hal ini berfungsi untuk menjawab permasalahan yang diangkat
dalam penelitian. Guna menjawab dan mencari pemecahan permasalahan maka
penelitian ini akan menggunakan metode-penelitian kualitatif.
Menurut pendapat Kirk dan Miller (Moleong, 1998:3) dinyatakan bahwa
penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dari ilmu sosial yang secara
fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam wilayahnya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan istilah yang digunakan.
Dan metode-penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian

yang

menghasilakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang orang
dan perilaku yang diamati.
Pendekatan kualitatif menekankan unsur manusia sebagai instrumen
penelitian, dengan menekankan unsur manusia sebagai instrumen penelitian maka
akan mempermudah penyesuaian dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Kirk dan
Miller dalam Moleong (2000:3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pengamatan
59

60
pada manusia di kawasannya sendiri serta berhubungan dengan orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahannya. Sedangkan menurut Alston (1998), Qualitative
researchers are more interested in understanding how others experience life, in
interpreting meaning and sosial phenomena, and in exploring new concepts and
developing new theories. (Peneliti kualitatif lebih tertarik untuk memahami tentang
pengalaman hidup dari orang-orang, dalam meginterpretasikan arti dan fenomena
sosial, serta dalam mendalami konsep-konsep baru dan membuat teori baru).
Pendekatan kualitatif ini, peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk
meneliti obyek kajiannya dan mengadakan interaksi langsung dengan masyarakat
yang bertujuan mendapatkan informasi yang mendalam mengenai peranan
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat Desa Sederhana termasuk faktor
penghambat dan pendorong dalam memberdayakan masyarakat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan
Taylor dalam Moleong, 2000:3). Sedangkan menurut Nawawi dan Martini
(1992:211) mengemukakan bahwa ciri dari salah satu penelitian kualitatif adalah data
yang dikumpulkan bersifat deskriptif, dimana data yang ditampilkan umumnya
berbentuk uraian dan kalimat-kalimat yang merupakan gambaran faktual dan akurat,
serta hubungan antar masalah yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah mendeskripsikian dan menganalisis peranan
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat di era otonomi daerah ditinjau
dari pembinaan terhadap masyarakat, pelayanan pada masyarakat dan pengembangan

61
pada

masyarakat serta faktor

pendukung dan penghambat

yang muncul

dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten


Umum.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten
Umum yang kira-kira berjarak kuang lebih 27 km dari ibu kota Kabupaten
D. Fenomena Pengamatan
Dalam penelitian ini, fenomena utama yang diamati adalah aspek-aspek yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama yang berkaitan dengan aspek
Pembinaan, pelayanan dan pengembangan masyarakat di desa tersebut termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
E. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari data-data yang dikumpulkan penulis dari sumber data di
lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diolah dari hasil dokumentasi yang
dilakukan penulis dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan pengamatan
lapangan.
G. Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Cara
yang digunakan untuk menentukan informan kunci tersebut maka penulis
menggunakan purposive sampling atau sampling bertujuan, yaitu teknik sampling
yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan

62
tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2000:128). Menurut penulis,
informan dalam penelitian ini adalah :
a. Kepala Desa
b. Tokoh-tokoh masyarakat
c. Kepala Dusun
d. Ketua Karang Taruna
e. Ketua tim Penggerak PKK
f. Kepala Urusan Pemerintahan
Selanjutnya untuk memperoleh informasi secara mendalam serta lebih
lengkap dari masyarakat dan

lembaga

yang terkait dengan pemberdayaan

masyarakat maka dipergunakan teknik snowball sampling. Penentuan jumlah maupun


informan penelitian berkembang dan bergulir mengikuti informasi atau data yang
diperlukan dari informan yang diwawancarai sebelumnya. Maka dari itu, spesifikasi
informan penelitian tidak digambarkan secara rinci namun akan berkembang sesuai
dengan kajian penelitian yang dilakukan.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong
(2003:19) bahwa dalam instrumen penelitian kualitatif pengumpulan data lebih
banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat bantu
yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif seperti penelitian ini antara lain, alat
kamera, taperecorder, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah
penelitian, dan alat bantu lainnya.

63
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan yaitu :
1. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam (in-dephtinterview)
dengan narasumber (key informan) dengan berpedoman pada interview-guidances
yang telah disusun sebelumnya. Pemberian pertanyaan kepada informan dilakukan
secara terbuka dan fleksibel sesuai dengan perkembangan yang terjadi selama
proses wawancara dalam rangka menyerap informasi mengenai persepsi, pola
maupun pendapat-pendapat dari informan tersebut. Apabila informasi dianggap
sudah memenuhi tujuan penelitian maka pengajuan pertanyaan atau penjaringan
informasi akan di akhiri.
2. Studi Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan
cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, surat kabar dan lain
sebagainya.
3. Observasi (pengamatan lapangan)
Yaitu dilakukan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti di
lokasi penelitian untuk melihat kenyataan dan fakta sosial di sehingga dapat
dicocokkan antara hasil wawancara atau informasi dari informan dengan fakta
yang ada lapangan.
Proses pengolahan data bergerak diantara perolehan data, reduksi data, penyajian
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Artinya data-data yang terdiri dari deskripsi

64
dan uraiannya adalah data yang dikumpulkan, kemudian disusun pengertian
dengan pemahaman arti yang disebut reduksi data, kemudian diikuti penyusunan
sajian datam yang berupa cerita sistematis, selanjutnya dilakukan usaha untuk
menarik kesimpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat
dalam reduksi data dan sajian data. Apabila kesimpulan dirasakan masih
kurang mantap, maka dilakukan penggalian data kembali. Hal tersebut
dilakukan secara berlanjut, sampai penarikan kesimpulan dirasa sudah cukup
untuk menggambarkan dan menjawab fokus penelitian. Secara sistematis
dijelaskan oleh Milles dan Huberman (1992 : 20) dengan model interaktif sebagai
berikut :
Pengumpulan Data

Reduksi Data

Sajian Data

Verifikasi
Gambar 3.1. Model interaktif Miles dan Huberman
Dijelaskan bahwa :
1. Reduksi

data,

sebagai

proses

pemilihan

pemusatan

perhatian

pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari


catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

65
2. Penyajian data, sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan
3. Menarik kesimpulan/verifikasi, penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari
suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
melintas dalam pikiran, suatu tinjauan ulang pada catatan lapangan atau juga
upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses dimana data itu disederhanakan
kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diiterpretasikan (Singarimbun dan
Effendi,1989). Sedangkan menurut Moleong (2000:103), analisis data adalah Proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
disarankan oleh data.
Dengan demikian, data yang telah terkumpul dari hasil wawancara dan studi
kepustakaan atau dokumentasi akan dianalisis dan ditafsirkan untuk mengetahui
maksud serta maknanya, kemudian dihubungkan dengan masalah penelitian. Data
yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi dan kutipan langsung hasil wawancara.
Tahap-tahap analisa data dalam penelitian ini, menurut Sarantakos dalam
Alston dan Bowles (1998:195) tahap-tahap tersebut terdiri dari tiga tahap umum,
yaitu : data reduction, data organization, dan interpretation, yang secara spesifik
dapat dijelaskan sebagai berikut:

66
a. Data reduction (reduksi data), pada tahap ini data diberi kode, disimpulkan dan
dikategorikan menurut aspek-aspek penting dari setiap isu yang telah diteliti.
Dengan tahap ini akan membantu juga dalam menentukan data apa yang
diperlukan dan bagaimana serta siapa yang akan memberikan informasi
selanjutnya, metode apa yang digunakan untuk menganalisis yang akhirnya akan
membawa pada kesimpulan.
b. Data organization (pengorganisasian data), pada tahap ini adalah tahap proses
pengumpulan (assembling) informasi yang betul-betul penting dan dianggap
merupakan tema atau pusat penelitian. Pada tahap ini data-data yang hampir sama
atau mirip digabungkan dalam kategori tertentu untuk dijadikan dalam bentuk satu
permasalahan saja.
c. Interpretation (interprestasi atau penafsiran), tahap ini meliputi proses
mengidentifikasi pola-pola (patterns), kecenderungan (trends), dan penjelasan
(explanations) yang akan membawa kepada simpulan yang telah teruji melalui
data yang benar-benar lengkap dan tidak ada informasi atau pengertian baru yang
terlewatkan. Dalam hal ini analisa data berperan mengatur, mengurutkan,
mengelompokan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
Dalam penelitian ini, data-data yang sudah penulis dapatkan kemudian
dilakukan analisis dengan teknik analisis taksonomis (taxonomis analysis), yaitu
membentuk analisis yang lebih rinci dan mendalam dalam membahas suatu tema atau
pokok permasalahan. Pada analisis ini fokus penelitian maupun pembahasan kendati
diarahkan pada bidang atau aspek tertentu, namun pendeskripsian fenomena yang
menjadi tema sentral dari permasalahan penelitian diungkap secara lebih rinci.

67
Dengan demikian domain atau bidang yang akan ditonjolkan perlu dilacak secara
lebih mendalam dan terinci struktur internalnya (Faisal, 1990:98 ). Ada tiga strategi
yang digunakan dalam mengembangkan teori , yaitu : (1) menulis catatan atau note
writing, (2) mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or identification of
consepts, dan (3) mengembangkan batasan konsep dan teori atau development of
consept definition and the elaborate of theory (ibid ,109). Menulis catatan
mempunyai dua tahap, yaitu menulis di tingkat pertama yang biasanya memuat
pokok-pokoknya saja dan dilakukan sesegera mungkin saat data dikumpulkan (hasil
dari observasi, wawancara atau yang lainya). Menulis pada tingkat yang kedua, yang
memuat deskripsi yang lebih lengkap dan terurai rinci, yang memenuhi kriteria :
1. Memuat penjelasan yang lengkap, termasuk memuat konteks suatu kejadian dan
mengidentifikasikan semua informasi penting mengenai subyek lokasi/ benda/
kejadian-kejadian. Catatan ini kaya akan rincian dan dinyatakan dalam paparan
dalam menjelaskan topik yang dideskripsikan
2. Merupakan kronologi kejadian dalam konteks yang jelas
3. Seoptimal mungkin menunjukkan data faktual/deskripsi.
Selanjutnya, data/catatan yang telah ditulis tersebut merupakan sumber bagi
peneliti untuk melangkah menuju pengembangan konsep. Bergerak dari data ke
konsep merupakan suatu gerak melintas ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi
tingkatannya dari data itu sendiri (suatu penamaan yang mewadahi sejumlah data
yang mempunyai kesamaan tertentu).
Konsep yang bermanfaat akan tetap digunakan, sedangkan yang kurang
bermanfaat akan tersisih, dalam kaitan ini, termasuk proses pengembangan konsep

68
yang berlangsung timbal balik. Selanjutnya dilakukan pembatasan konsep. Pilihan
konsep yang dikembangkan itu, diperkirakan mempunyai arti sentral terhadap topik
yang dikembangkan atau yang diteliti, sehingga pada akhirnya bisa dikembangkan
tema-tema yang potensial untuk diformulasikan sebagai teori.
Apabila tema inheren telah tampak nyata, dibuat memorandum teoritisnya,
yang ditulis atau dinyatakan dengan arus bebas, yang segenap ide atau gagasan yang
tercakup dalam temanya dikemukakan, termasuk juga hal-hal yang relevan yang
terlintas dibenak peneliti. Berikutnya, memorandum teori tersebut dicek kembali
sehingga setiap atau keseluruhan konten yang dinyatakannya dapat diangkat sebagai
teori substantif (dengan atau tanpa direvisi) (ibid).
Berdasarkan konsep teknik analisis taksonomi, maka pada penelitian ini hanya
sampai pada penemuan/identifikasi konsep, belum sampai pada tataran pembentukan
teori, karena berbagai keterbatasan dari penulis, menyangkut biaya untuk kegiatan
penelitian dan waktu penelitian yang relatif singkat untuk mengungkap sebuah
fenomena dalam kajian kualitatif. Teknik analisis data penelitian ini, penulis
menggunakan pandangan fenomenologis, yaitu berusaha memahami arti suatu
peristiwa dalam kaitanya dengan pengalaman subyektif dari seseorang dalam
memaknai suatu persoalan. Analisis terhadap data penelitian ini mengacu pada
metode Van Eckartsberg (dalam Moustakas, 1994:15) yang menggambarkan
langkah-langkah dalam kajian fenomenologis sebagai berikut :
1. The problem and question formulation the phenomenon
Dalam tahapan ini, penulis berusaha menggambarkan fokus penelitiannya dengan
memformulasikan atau merumuskan pertanyaan dalam suatu cara tertentu yang

69
dapat dimengerti oleh orang lain. Secara operasional, pertanyaan dalam penelitian
ini adalah bagaimana subyek memberikan penjelasan pengalamannya tentang
profesionalitas aparatur pemerintah.
2. The data generating situation the protocol life text
Tahapan kedua yang harus dilakukan oleh penulis adalah membuat narasi yang
bersifat deskriptif berdasarkan hasil dialognya dengan subyek yang dalam
penelitian fenomenologis lazim dikenal dengan co researcher. Dalam konteks
ini narasi yang dibuat bersumber dari hasil wawancara dengan subyek yang
menceritakan tentang fenomena profesinalitas di lokasi penelitian.
3. The data analysis explication and interpretation
Tahapan selanjutnya, setelah data terkumpul (berdasarkan dialog dengan subyek),
maka yang dilakukan oleh penulis adalah membaca dan meneliti dengan cermat
data tersebut guna mengungkapkan konfigurasi atau susunan makna yang
mencakup baik struktur maupun bagaimana makna yang diciptakan. Mengarah
pada konteks penelitian ini, adalah mengungkap profesinalitas aparatur pemerintah
di lokasi penelitian.

70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Sederhana di Kec. Ponre Kab. Umum
1. Monografi
Pemerintahan Desa yang keberadaannya adalah berhadapan langsung
dengan masyarakat maka sejalan dengan Otonomi Daerah yang dimaksud untuk
memberdayakan pemerintahan Desa harus dilaksanakan dan tidak dapat ditundatunda lagi.

Adapun hakekat Otonomi Daerah adalah efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan yang pada akhirnya bernuansa pada pemberian


pelayanan kepada masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan
secara luas dalam konteks demokrasi. Untuk mengantisipasi aspirasi masyarakat
yang terus berkembang serta menghadapi perkembangan yang terjadi baik dalam
lingkungan nasional maupun internasional yang secara langsung akan berpengaruh
terhadap roda atau pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negara kita.
Maka untuk menjawab dan menghadapi tantangan sekaligus peluang diperlukan
adanya pemerintahan Daerah yang tangguh didukung oleh sistem dan mekanisme
kerja yang profesional.
Salah satu ciri yang baik adalah dapat memberikan kepuasan bagi yang
memerlukan karena cepat, mudah dan tepat bilamana ada biaya maka harus ada
kepastian yang dapat terjangkau. Disamping itu pelayanan harus relatif dekat
dengan yang memerlukannya, posisi pemerintah yang paling dekat dengan
masyarakat adalah pemerintahan Desa dan dari segi pengembangan peran serta
masyarakat maka pemerintah Desa selaku pembina, pengayom dan pelayan kepada
70

71
masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan
untuk berpartisipasi. Desa yang merupakan organisasi terkecil dalam pemerintahan
adalah kesatuan masyarakat umum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah
Kabupaten.
Desa Sederhana Kecamatan

Ponre yang

menjadi lokasi penelitian,

terletak di sebelah Selatan kota Watampone dan jaraknya + 27 Km dari pusat kota
dengan batas sebelah Utara Desa Matampae, sebelah Timur Desa Ajang Pulu dan
Kecamatan Cins, sebelah Selatan Desa Bolli, sebelah Barat Desa Poleonro Adapun
luas Wilayah/ Daerah 26,80, Km2 dengan jumlah penduduk 2.342 jiwa yakni :
a. Jumlah Penduduk Laki-laki
b. Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Total

1.121 jiwa
1.221 jiwa
2.342 jiwa

Mayoritas penduduknya beragama Islam dengan sumber penghasilan


bertani, dan sebagian kecil bergerak di bidang perdagangan. Dalam hal
pemerintahan di Desa Sederhana terdiri dari 9 Dusun dan 17 RT, pembagian tugas
maupun kewajiban dari berbagai unsur pemerintahan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing dan tidak ada sistem merangkap.
2. Keadaan Demografis
Keadaan penduduk dan distribusinya yang memiliki potensi dalam
menggalakkan pembangunan khususnya pembangunan pedesaan. Karena itu salah
satu modal besar dalam pembangunan di segala aspek adalah penduduk, sebab

72
penduduk menempati kedudukan sentral baik obyek pembangunan maupun
sebagai subyek pembangunan. Dari segi penduduk Desa Sederhana yang luasnya
26.80 Km2 didiami penduduk sejumlah 2.342 jiwa. Keseluruhan penduduk
tersebar ke dalam 9 Dusun dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 518 KK.
Dengan menggalakkan pembangunan khususnya pembangunan ekonomi pedesaan
yang berakar pada asas kerakyatan, masalah penduduk merupakan suatu masalah
yang cukup ditanggulangi secara bersama.
B. Struktur Organisasi
Suatu pemerintahan pada umumnya organisasi dan manajemen yang baik
merupakan aspek yang penting dan untuk mendapatkan serta menempatkan orangorang yang tepat pada tempatnya merupakan kewenangan dan obyektivitas dalam
suatu dasar. Susunan organisasi pemerintahan Desa Sederhana merupakan petunjuk
yang akan diperhatikan dalam menjalankan organisasi, hal ini dimaksudkan supaya
organisasi pemerintahan ini menjadi lebih efektif dan mencapai tujuan secara
optimal.
Pelaksanaan pekerjaan sudah barang tentu yang paling utama dalam fungsi
manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai ke bawah berusaha
mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula dengan cara
terbaik dan benar. Adapun struktur organisasi Desa Sederhana Kecamatan Khusus
Kabupaten Umum adalah sebagai berikut: (1) Kepala Desa, (2) Sekretaris Desa,
(3) BPD, (4) Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan dan Kaur Umum (5) Kepala
Dusun

73
Selanjutnya susunan organisasi Tim Penggerak PKK Desa Sederhana adalah
sebagai berikut: (1) Ketua, (2) Wakil Ketua, (3) Sekretaris, (4) Bendahara
(5) Kelompok Kerja I, II, III dan IV

BPD

KEPALA DESA
SEKRETARIS

Kaur
Kaur
Pemerintahan Pembangunan

Dusun I

Dusun II

Dusun III

Dusun IV

Dusun V

Dusun VI

Kaur
Umum

Dusun VII

Dusun VIII

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi

KETUA

DEWAN
PENYANTUN

PENASEHAT

PARA WAKIL KETUA

BENDAHARA

SEKRETARIS

PARA WAKIL BENDAHARA

PARA WAKIL BENDAHARA

POKJA I

POKJA I

POKJA I

POKJA I

Gambar 4.2: Struktur Personalia Tim Penggerak PKK

Dusun IX

74
Deskriptif jabatan dan pekerjaan sangat diperlukan agar dapat mengidentifikasi
pekerjaan-pekerjaan,

karena

terkadang

suatu

pekerjaan

masyarakat

kondisi

pengalaman ataupun kemampuan tertentu bagi pelaksanaannya. Berikut ini akan


diuraikan bentuk dan susunan pemerintahan Desa berdasarkan struktur organisasi
sebagai berikut:
a. Kepala Desa
Kepala Desa dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia oleh penduduk
Desa warga negara Indonesia yang telah

berumur

sekurang-kurangnya 25 tahun,

syarat lain mengenai pemilihan serta tata cara pencalonan dan pemilihan Kepala Desa
diatur dalam Peraturan Daerah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
Dalam Negeri. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa wajib
bersikap dan bertindak adil, tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun yang lebih penting bahwa sebagai
seorang pemimpin mendorong aparatur di bawahnya dalam bekerja untuk
memperoleh hasil yang maksimal, merupakan penopang kekuatan mental yang amat
penting bagi bawahannya.
Seorang pemimpin hendaknya membina hubungan kerjasama yang harmonis,
karena akan menimbulkan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi para bawahan
pada tingkat manapun dan pada bagian manapun mereka berada. Dalam lingkungan
angkatan bersenjata Republik Indonesia ditemukan 11 azas kepemimpinan yang
digali dari peninggalan nilai-nilai kepemimpinan dibumi Indonesia yaitu :
1. Ing ngarso suntulodo artinya kalau pemimpin itu berada di depan ia memberikan
tauladan.

75
2. Ing madya mangun karso artinya bilamana pemimpin berada di tengah ia
membangkitkan tekad dan semangat.
3. Tut wuri handayani artinya bilamana pemimpin itu berada di belakang ia
berperan sebagai kekuatan, pendorong dan penggerak.
4. Takwa, seorang pemimpin harus merupakan seseorang yang percaya dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Waspodo purbo wiseso artinya seorang pemimpin harus senantiasa waspada,
sanggup mengawasi dan berani memberi koreksi kepada yang melakukan
kesalahan.
6. Ambek parama arta, seorang pemimpin harus mampu menentukan segala sesuatu
dengan tepat dan memiliki amanat yang harus diselesaikan.
7. Prasojo, seorang pemimpin senantiasa menunjukkan tingkah laku yang
bersahaja, sederhana dan tidak berlebihan.
8. Setio, seorang pemimpin selalu mempunyai sikap kesetiaan dan ketaatan yang
timbal balik terhadap semua pihak dalam organisasi
9. Heminastiti, berarti hemat dan cermat, seorang pemimpin harus mempunyai
kesadaran dan kemampuan yang tinggi untuk membatasi penggunaan segala
sesuatu yang benar-benar diperlukan.
10. Beloko berarti jujur yakni kesediaan, kerelaan dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan segala tindakan-tindakannya.
11. Legowo, seorang pemimpin harus ikhlas yakni kesediaan, kerelaan dan
keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya
kepada generasi berikutnya.

76
Kepala Desa sebagai seorang pemimpin dalam satuan pemerintahan akan
berhasil memimpin suatu organisasi yang memiliki syarat-syarat yakni mempunyai
kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan merencanakan cara-cara
pemecahan setiap persoalan dengan cara yang tepat, serta mengandung kelengkapan
dan syarat-syarat yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Mempunyai emosi stabil,
tidak mungkin terombang ambingkan oleh suasana yang senantiasa berganti-ganti
yang dapat memisahkan antara soal pribadi, soal rumah tangga dan soal organisasi.
Mempunyai kepandaian dalam menghadapi manusia membuat bawahan menjadi
betah, senang dan puas dalam pekerjaan. Mempunyai keahlian untuk mengorganisir
dan menggerakkan serta mengetahui dengan tepat kapan dan kepada siapa tanggung
jawab dan wewenang akan didelegasikan.
b. Sekretaris Desa dan Kepala Urusan
Adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan
hak, wewenang dan kewajiban pimpinan pemerintahan Desa. Sekretariat yang terdiri
dari Sekretaris dan Kepala Urusan atau Kaur diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati setelah mendengar

pertimbangan Camat atas usul Kepala Desa sesudah

mendengar pertimbangan BPD.


Kepala Urusan berkedudukan sebagai unsur

pembantu Sekretaris

Desa dalam bidangnya. Adapun fungsi dan peranan Kepala Urusan sebagai
berikut:
1. Melaksanakan kegiatan urusan pembangunan, pemerintahan, kesejahteraan,
keuangan dan urusan umum sesuai bidang tugasnya masing-masing
2. Melaksanakan pelayanan administrasi Kepala Desa

77
c. Kepala Dusun
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan Desa, dalam Desa dibentuk
Dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun. Pembentukan Dusun ditetapkan dengan
memperhatikan faktor manusia, jumlah penduduk, faktor alam, faktor letak dan faktor
sosial budaya termasuk adat istiadat. Ada faktor-faktor obyektif lainnya
penguasaan

wilayah,

keseimbangan

seperti

antara organisasi dan luas wilayah serta

pelayanannya. Kepala Dusun adalah unsur pelaksana dalam pemerintahan Desa


dengan wilayah kerja tertentu. Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat
atas nama Bupati atas usul Kepala Desa.
d. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD sebagai Badan Permusyawaratan merupakan paham untuk melaksanakan
demokrasi berdasarkan Pancasila, mempunyai kedudukan sejajar dan menjadi mitra
kerja Kepala Desa baik dalam menyelenggarakan roda pemerintahan maupun
pembangunan Desa. Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh
kalangan Adat, Agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur
pemuka masyarakat yang mempunyai persyaratan.
BPD mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di
Desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.
2. Legislasi yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan Desa bersama-sama
pemerintahan Desa.
3. Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Desa,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta keputusan Kepala Desa.

78
4. Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani aspirasi dan

menyalurkan

aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang
berwenang.
Adapun jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk Desa
yang bersangkutan dengan ketentuan :
1. Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa, 5 orang
2. 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, 7 orang
3. 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, 9 orang
4. 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, 11 orang
5. Lebih dari 3.000 jiwa, 13 orang
e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Adalah lembaga masyarakat di Desa yang tumbuh untuk masyarakat
dan merupakan

wahana

partisipasi

mendukung pelaksanaan berbagai kegiatan

masyarakat dalam pembangunan yang


pemerintah

serta

swadaya

gotong

royong dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka mewujudkan
ketahanan nasional yang meliputi aspek-aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, agama dan pertahanan keamanan.
LPMD bertujuan membantu pemerintah Desa atau Kelurahan dalam
meningkatkan pelayanan pemerintah dan pemerataan hasil

pembangunan dengan

menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat


dalam pembangunan, sehingga masyarakat memiliki keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan, mengembangkan ketahanan didalam menghadapi dan
mengatasi tantangan dan hambatan dalam rangka pembinaan wilayah serta

79
merupakan lembaga masyarakat yang bersifat lokal dan suara organisasi berdiri
sendiri serta merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Tugas pokok LPMD dalam membantu Kepala Desa adalah merencanakan
pembangunan yang didasarkan atas musyawarah menggerakkan dan meningkatkan
prakarsa dan partisipasi masyarakat secara aktif

dan pasif untuk melaksanakan

pembangunan secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan pemerintah
maupun swadaya gotong royong. Menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk
mengembangkan ketahanan di Desa.
f. Rukun Tetangga dan Rukun Warga
Adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah
untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
berdasarkan

kekeluargaan

serta

untuk

membantu

masyarakat Indonesia

meningkatkan

kelancaran

pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa. Rukun


Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan maksud dan tujuan :
1. Memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan
kegotong royongan dan kekeluargaan.
2. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
3. Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
g. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Dalam rangka meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan terutama
kegiatan yang ditujukan bagi terciptanya keluarga sejahtera melalui jalur dan gerakan

80
Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Adapun 10 (sepuluh) Program PKK
meliputi penghayatan dan pengamalan Pancasila, gotong royong, sandang, pangan
dan perumahan, tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan, kesehatan,
mengembangkan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, perencanaan
sehat.
Kesepuluh Program PKK tersebut satu dengan yang lain tidak memiliki
bobot, prioritas yang lebih. Pemilihan akan program yang menjadi prioritas
dilaksanakan terlebih dahulu berdasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesanggupan. Tiap-tiap Desa yang bersangkutan walaupun Program pokok PKK ini
diharapkan dapat dilaksanakan secara keseluruhan. Oleh karena program ini
merupakan program inti untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Di tingkat Desa,
pembina PKK adalah Kepala Desa yang menentukan kebijaksanaan pelaksanaan
dalam bimbingan sesuai petunjuk dan ketentuan yang telah digariskan.
C. Peranan Pemerintah Desa Sederhana dalam memberdayakan masyarakat di era
otonomi daerah
Pelaksanaan mengenai tugas dan fungsi seorang Kepala Desa dalam
pemerintahan merupakan salah satu bentuk kegiatan aparat pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memberikan deskripsi mengenai pelaksanaan fungsi tersebut. Untuk itu
dalam melaksanakan tugasnya aparat Desa mempunyai fungsi :
1. Kegiatan dalam rumah tangganya sendiri
2. Menggerakkan partisipasi masyarakat
3. Melaksanakan tugas dari pemerintah di atasnya

81
4. Keamanan dan ketertiban masyarakat
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah di atasnya
Untuk menyelenggarakan fungsi tersebut di atas maka seorang Kepala Desa
harus mengusahakan :
a. Terpenuhinya kebutuhan esensial masyarakat
b. Tersusunnya rencana dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kemampuan
setempat
c. Terselenggaranya peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi secara lintas
sektoral.
d. Terselenggaranya program yang berkelanjutan
e. Adanya peningkatan perluasan kesempatan kerja
Selain fungsi Kepala Desa yang telah dijelaskan di atas, Kepala Desa masih
mempunyai peranan yang lebih penting terhadap kemajuan dan perkembangan
wilayahnya yaitu melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat Desa dalam
meningkatkan

peran

serta

mereka

terhadap

pengembangan

pembangunan.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dideskripsikan tentang peranan pemerintah


desa dalam memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana yang Secara garis besar
mencakup berbagai bidang yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pembinaan Terhadap Masyarakat
1.1. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi.
Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa
yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak,

82
yaitu pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa
pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan
desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa
menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan
kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana
untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa
dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin desa
khususnya pimpinan atau Kepala Desa. Berdasarkan wawancara yang penulis
lakukan dengan salah satu tokoh masyarakat di Desa Sederhana Abdul Hamid
beliau menyatakan:
Masyarakat di desa ini sangat antusias menyambut setiap ada kegiatan yang dapat
memberdayakan potensi yang ada di daerah kami. Persoalan hanya terletak kepada
bagaimana upaya yang dilakukan oleh kepala desa untuk merangkul tokoh-tokoh
masyarakat dalam menggerakkan mereka karena maju tidaknya pembangunan di
desa kami sangat bergantung kepada kepemimpinan pemerintah desa atau kepala
desa (19 Maret 2012)
Pemberdayaan

masyarakat

dalam

bidang

ekonomi

memiliki

makna

meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tercermin


peningkatan pendapatn dan kesejahteraan masyarakat termasuk masyarakat miskin.
Adapun bentuk program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa meliputi
pemberian raskin, pemberian beasiswa bagi siswa miskin. Selain itu bentuk lain pada
Pembinaan di bidang ini adalah pembinaan di bidang kewiraswastaan. Pembinaan
ini dimaksudkan untuk mengembangkan kewiraswastaan

pengusaha

muda,

terutama di kalangan pedagang kecil. Contoh para pengusaha untuk meningkatkan


usahanya diberi pinjaman modal dengan bunga rendah dan bergulir untuk

83
dipinjamkan selanjutnya ke kelompok lain. Kegiatan pembinaan ini disebut dengan
usaha peningkatan pendapatan masyarakat desa (UDSP). Sebagian besar kegiatan
ini telah memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Adanya kegiatan yang dilakukan oleh PNPM mandiri dengan membuat
program simpan pinjam perempuan maka tingkat kualitas hidup masyarakat menjadi
lebih baik. Selain itu pembinaan di bidang perkoperasian sudah mulai dilakukan
oleh aparat desa dengan mengajak masyarakat untuk menyimpan dan menyalurkan
dana bagi masyarakat lain yang membutuhkan.
1.2. Pembinaan masyarakat desa pada bidang hukum.
Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa dengan
bekerjasama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang dimaksudkan agar
pemuda dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak di
lembaga-lembaga pemasyarakatan anak negara. Contoh pemuda berkumpul untuk
mendiskusikan bahaya akibat narkotika, diberi penyuluhan akibat adanya
perkelahian pelajar.
1.3. Pembinaan masyarakat pada bidang agama
Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan
pemuda. Contohnya mengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti untuk
membangun tempat ibadah.
2. Pembinaan masyarakat pada bidang Kesehatan
Pembinaan ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang sehat, baik
fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan
masyarakat dan lingkungannya. Dalam rangka pembinaan, pemerintah memfasilitasi

84
penyelenggaraan pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah
upaya memberdayakan daerah otonomi melalui pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan dan supervisi.
Pemerintah Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum dalam
melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat dengan cara mengumpulkan
masyarakat untuk memberikan pengertian tentang apa-apa yang perlu dilaksanakan
suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan. Apabila masyarakat
telah memahami dan mengerti tentang hal tersebut maka pemerintah desa tinggal
mengarahkan dan memberikan bimbingan bagaimana system pengelolaan suatu
program baik program pemberdayaan masyarkat di bidang pendidikan, kesehatan,
sosial budaya dan ekonomi maupun program pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian dan perkebunan.
Pembinaan yang paling giat dilakukan oleh Pemerintah Desa Sederhana
adalah pembinaan dalam kegiatan keagamaan, sosial budaya dan pembinaan kepada
ibu-ibu pkk. Fasilitasi kegiatan ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan alat-alat
seni dan ceramah agama yang biasanya didatangkan dari luar desa, sebagaimana yang
disampaikan oleh H.Tansi, seorang tokoh agama di Desa Sederhana.
Kegiatan yang telah disusun oleh pemerintah desa untuk melakukan kegiatan
pembersihan secara bergotong-royong di tempat ibadah setiap dua minggu sekali
merupakan bentuk kepedulian yang ditanamkan untuk memupuk semangat tali
silaturrahim dengan sesama warga, dan pengajian yang rutin diadakan setiap minggu
yang disertai dengan ceramah agama biasanya banyak dihadiri oleh anak-anak muda.
Mungkin tujuan dari pemerintah desa adalah menanamkan pemahaman agama sejak
dini kepada generasi muda (27 Maret 2012).
Selain itu pula bentuk nyata peranan aparatur pemerintah desa Sederhana
adalah memberikan pembinaan dalam bidang kesehatan.

85
Begitupun perhatian pemerintah desa di bidang kesehatan terbukti di setiap
dusun yang ada di desa ini di adakan posyandu yang mana di tempat ini disetiap
bulan di adakan penimbangan balita dan penyuluhan kepada ibu baik ibu-ibu
menyusui, nifas, dan juga tempat pemberian makanan tambahan bagi anak-anak usia
dini dan pemberian vitamin, imunisasi baik imunisasi campak, bcg, dpt, oleh tenaga
kesehatan yang bekerjasama dengan kader posyandu yang dipandu oleh tim
penggerak PKK Desa (POKJA IV) dan juga di Desa Sederhana ini telah dibangun
PUSKESDES (Pusat Kesehatan Masyarakat Desa) tempat ini digunakan untuk
pelayanan kesehatan masyarakat desa secara gratis bagi yang memiliki kartu keluarga
dan KTP. Apabila tidak menunjukkan kedua identitas tersebut maka pasien akan
dikenakan biaya adminisrasi sebanyak Rp.5.000,- ini membuktikan bahwa kerjasama
antara pemerintah desa dengan pihak kesehatan sangat erat demi terlaksananya tertib
administrasi di bidang pemerintahan desa. Sejalan dengan kondisi tersebut,
berdasarkan hasil wawancara dengan Marlina Syam sebagai pengurus PKK, beliau
mengatakan:
Pemberian sanksi administrasi bagi warga yang tidak memiliki KTP dan KK ketika
ingin mendapatkan pengobatan gratis berupa biaya sebesar Rp.5.000 bukanlah
bermaksud untuk memberatkan warga desa melainkan mengajak masyarakat untuk
tertib administrasi. Itupun tidak semua warga dikenakan biaya jika tidak memiliki
KTP dan KK, karena warga yang mendapat kartu JAMKESMAS dan JAMKESDA
tetap mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal dan dibebaskan dari segala
biaya serta dana yang terkumpul dari denda administrasi diserahkan kembali ke
petugas kesehatan untuk di manfaatkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. (26
Maret 2012).
Begitupula di Desa Sederhana ini telah dibangun kerjasama antara bidan dan
dukun dimana setiap ibu hamil yang akan melahirkan telah diberi pengertian dan
pembinaan agar bila nanti melahirkan ibu hamil tersebut melaporkan kepada
dukunnya dan dukun tersebut menyampaikan kepada bidan desa karena yang akan

86
melayani persalinan adalah tenaga medis dan yang melaksanakan adat atau kebiasaan
masyarakat adalah dukun.
Jadi proses melahirkan ditangani oleh bidan dan prosesi jampi-jampi
dilakukan oleh dukun tersebut. Ini juga membuktikan bahwa pemerintah desa sangat
peduli bagaimana pentingnya kebersamaan dalam melaksanakan segala kegiatan
terutama dalam hal peningkatan kesehatan masyarakat dan di desa ini juga di adakan
penyuluhan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) yang dilaksanakan oleh tim
penggerak PPK Desa (POKJA IV) bekerjasama dengan bagian Sanitarian Dinas
Kesehatan Kabupaten Umum, dimana dalam pembinaan ini masyarakat diajak untuk
membuat jambang agar BAB pada tempatnya dan cuci tangan sebelum makan,
makanan harus ditutup, bak mandi harus dibersihkan dan masalah kesehatan yang
lain yang dapat merusak kesehatan masyarakat.
2. Pelayanan terhadap masyarakat
Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi
lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat itu sendiri, di mana paradigma
pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan yang
sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan
yang berorientasi kepuasan masyarakat sebagai berikut :
a. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui kebijakan yang
memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi pelayanan masyarakat.
b. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan aparat desa dan masyarakat sehingga
masyarakat juga mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas
pelayanan yang telah dibangun bersama.

87
c. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan tertentu sehingga
masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.
d. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada
hasil, sesuai dengan masukan atau aspirasi yang diharapkan masyarakat.
e. Lebih mengutamakan pelayanan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
f. Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari
masyarakat tentang pelayanan yang diterimanya.
Namun dilain pihak, pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintahan kepada
masyarakat diharapkan juga memiliki :
a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya.
b. Memiliki perencanaan dalam pengambilan keputusan.
c. Memiliki tujuan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Dituntut untuk akuntabel dan transparan kepada masyarakat.
e. Memiliki standarisasi pelayanan yang baik pada masyarakat.
Semenjak gerakan reformasi digulirkan dalam rangka merubah struktur
kekuasaan menuju demokrasi dan desentralisasi, maka kebutuhan masyarakat terhadap
suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah desa menjadi sangat
penting. Diawali dengan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan
revisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 , yang telah dijadikan landasan
yuridis untuk menggeser fokus politik ketatanegaraan, diawali desentralisasi kekuasaan
dari pemerintah pusat kepada daerah. Dan sekarang menjadi Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 73 tentang Pemerintahan Kelurahan dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 72 tentang Pemerintahan Desa.

88
Inti dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah
penyelenggaraan pemerintahan lokal yang menekankan pada prinsip demokrasi dan
peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh daerah. Perencanaan pembangunan didaerah
pedesaan tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan pemerintah kelurahan yang
merupakan unit terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjadi
tonggak strategis dalam pembangunan desa.
Secara umum kita telah mengetahui masalah yang dihadapi dikelurahan, baik
yang bersumber secara internal maupun yang eksternal, seperti semakin pesatnya
kegiatan pembangunan yang hasil-hasilnya telah kita rasakan saat ini. Namun demikian
masih dapat ditemukan pula dampak yang dapat menimbulkan masalah yang baru.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan kemampuan dibidang perencanaan
pembangunan dan pemberian pelayanan yang baik dan berkualitas oleh para aparatur
kelurahan kepada masyarakat sehingga permasalahan yang kompleks dan rumit dapat
diatasi. Selain itu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selama ini masih memiliki
beberapa kelemahan :
a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan,
mulai pada tingkatan petugas pelayanan sampai dengan tingkatan penanggungjawab
instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat
seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.
b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada
masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

89
c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan
masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.
d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya kurang
berkoordinasi. Akibatnya, terjadi tumpang tindih kebijakan antara satu instansi
pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.
e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan
dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan
penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.
f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat
pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/aspirasi dari
masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada
perbaikan dari waktu ke waktu.
g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan
perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan Sehubungan
dengan itu, maka desa dan perangkatnya serta pimpinan lembaga yang ada
dikelurahan harus mampu menyusun rancangan pembangunan daerahnya yang sesuai
dengan apa yang diharapkan dan yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
Adapun bentuk pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat di Desa
Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum yaitu apabila masyarakat yang
bersangkutan membutuhkan pelayanan misalnya perbaikan di bidang pertanian
maka aparat pemerintah Desa berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada warganya. Kondisi diatas sesuai dengan hasil wawancara
yang penulis lakukan dengan ketua kelompok tani Muhammad Arfah dimana penulis

90
menanyakan tentang betuk pelayanan pemerintah desa dalam bidang pertanian. Berikut
ini adalah pernyataan yang diberikan oleh Muhammad Arfah:
Hasil panen gagal tidak bisa sepenuhnya disebabkan karena kesalahan petani, tetapi
pemerintah desa harus juga bertanggung jawab terhadap kegagalan panenkarena
kurangnya perhatian untuk memberikan jalan keluar bagaimana mengatasi panen yang
gagal, karena itu dengan adanya upaya pemerintah desa untuk menghubungi dinas
pertanian agar rutin memberikan penyuluhan dan informasi tentang tata cara bertani
yang benar dan sebagainya dianggap sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup kami.
(20 Maret 2012).
Berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pelayanan terhadap masyarakat di
Desa dapat dilihat pada pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah Desa kepada
masyarakat yang berkepentingan. Sehubungan dengan pelayanan ini ada beberapa
indikator yang dijadikan sebagai ukuran untuk melihat efektivitasnya yaitu kesadaran
dan kebijaksanaan oleh Kepala Desa serta aparat pemerintah Desa yang lain terhadap
pelayanan masyarakat setempat. Sebagaimana halnya dengan pelayanan birokrasi
pemerintah pada umumnya, setiap pelayanan harus melalui prosedur dan mekanismenya.
Prosedur pelayanan masyarakat tersebut sangat terkait dengan fungsi Pemerintah
Desa dalam mengembangkan organisasi pemerintahannya baik itu terhadap kegiatan
administrasinya maupun dalam bidang pembangunan atau pelaksanaan pengawasan
serta pembinaan terhadap masyarakat Desa. Salah satu upaya maksimal yang telah
dilakukan oleh pemerintah desa Sederhana adalah membuat kotak saran dalam rangka
menampung berbagai aspirasi yang diletakkan di depan pintu kantor desa. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Kepala Desa Sederhana Herkiswanto menyatakan:
sebagai bentuk kepedulian kami akan berbagai permasalahan yang terjadi pada warga,
kami menyediakan kotak saran untuk menampung berbagai keluhan dan aspirasi
masyarakat yang mungkin malu atau enggan menyampaikan secara langsung berbagai
kendala yang dihadapi. Meskipun demikian dalam berbagai kesempatan ketika ada
rembug desa, saya selaku yang dipercayakan memimpin mereka menyampaikan bahwa
semua saran dan aspirasi jika bernilai positif akan ditampung dan ditindaklanjuti sesuai
dengan skala prioritas dan kemampuan anggaran yang tersedia. (20 Maret 2012).

91
Sekalipun demikian upaya pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa
berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat khususnya dari kelompok
karang taruna menyatakan bahwa kadang-kadang yang cukup menyulitkan dalam
pemberian pelayanan adalah prilaku aparat yang seringkali memilah milah bahkan tidak
memberikan toleransi terhadap persoalan masyarakat yang dihadapi. Bahkan terkadang
proyek yang seharusnya dikerjakan oleh LKD malah diserahkan kepada orang lain yang
memiliki kedekatan dengan kepala desa.
Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan karena dianggap bisa memberikan
kesenjangan antara warga yang satu dengan warga yang lain. Meskipun demikian
berdasarkan hasil wawancara dengan ketua karang taruna Desa Sederhana Kecamatan
Khusus, Asnawi bahwa mereka bisa memahami bentuk perlakuan dalam
pemberian pelayanan karena tidak semuanya langsung bisa dipenuhi, dalam arti mereka
tetap bisa mentolerir dan memahami kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah desa. Berikut ini adalah petikan hasil wawancara dengan Asnawi sebagai
berikut:
Sebagai ketua karang taruna di Desa Sederhana, kami menganggap pelayanan
pemerintah desa belumlah maksimal meskipun sebahagian besar masyarakat
menganggap pemerintah desa telah berbuat yang terbaik untuk warganya. Pemerintah
Desa terkadang masih diatur oleh pemerintah diatasnya untuk melakukan berbagai
perbaikan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat, padahal kami menginginkan
perbaikan sarana dan prasarana khususnya untuk kepentingan para pemuda yang
didahulukan,tapi kami menyadari dan paham akan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah desa...(21 Maret 2012)
Sejalan dengan pandangan ketua karang taruna, Kaur Pemerintahan Desa
Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum, Sommeng yang diwawancarai
memberikan alasan bahwa semua permintaan dan masukan dari warga masyarakat

92
berusaha untuk dipenuhi namun semuanya harus berjalan sesuai proses yang telah
ditetapkan.
Sebenarnya tidak ada istilah memilah-milah bentuk pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat, apalagi tidak ditanggapi namun realisasi yang diharapkan dari pemerintah
diatas kami belum menyetujui, jadi semuanya harus menunggu sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Kalaupun ada perlakuan dari aparatur desa yang dianggap diskriminatif
atau membeda-bedakan pelayanan itu disebabkan karena terbatasnya staf Pemerintah
Desa, sehingga kadang kurang memperhatikan masyarakat yang datang yang meminta
pelayanan( 25 Maret 2012)
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa elemen
penting pada warga masyarakat Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum,
maka terdapat beberapa hal dapat dianalisis oleh penulis sebagai berikut:
3. Pengembangan terhadap masyarakat
Efektifnya masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan seperti
halnya kebijakan tentang pelaksanaan dalam upaya meningkatkan pembangunan
Desa tidak terlepas dari dukungan atau partisipasi masyarakat untuk mentaati atau
melaksanakan peraturan yang ada. Peraturan dalam hal ini pada dasarnya bertujuan
bagi 2 (dua) aspek yakni bagi pemerintah Desa dan bagi masyarakat itu sendiri. Bagi
pemerintah fungsi atau peranan dimaksud untuk melakukan penataan sehingga
tercipta tata ruang yang berdaya guna sehingga pemanfaatan ruang dapat
dioptimalkan sesuai dengan peruntukannya dan juga menciptakan efektif bangunan
sehingga tampak keindahan Desa yang aman dan tertib.Selain dari aspek tersebut
juga

dimaksudkan

sebagai

sumber

pendapatan

Desa

untuk

pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dalam hal ini pengembangan


organisasi yang lebih baik.

93
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga
sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa
sasaran yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa
adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada
intinya adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang
banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan. Program-program
pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa adalah:
(1) Program pengembangan Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan
berupa penyediaan kredit tanpa bunga.(2) Pengembangan Pembangunan pertanian
dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan
pendapatan petani, nelayan dan peternak. (3) Pengembangan dan pemberdayaan
koperasi serta pengusaha mikro kecildan menengah melalui pembinaan pengusaha
kecil,(4) pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana
ekonomi desa (5) Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna
dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan
2. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal.
Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses
pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka
semakin

mendorong

kemajuan

suatu

desa.

dikembangkan diantaranya:
a. Program pengembangan pendidikan
b. Program peningkatan pelayanan kesehatan

Program-program

yang

dapat

94
c. Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga
d. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja.
e. Pembinaan kehidupan beragama
f. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat.
3. Pengembangan sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup agar dapat
didaya gunakan secara berkelanjutan. Adapun bentuk program peningkatan peran
serta masyarakat dalam pengembangan pengelolaan SDA dan pelestarian lingkungan
malalui:
1) Pelaksanaan program peningkatan pendapatan masyarakat berpenghasilan rendah
didaerah kritis.
2) Fasilitasi pelaksaan program pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian
lingkungan.
3) Fasilitasi pelaksanaan program rehabilitasi pada lahan berbasis masyarakat
Dengan mengacu kepada uraian yang berkaitan dengan pengembangan
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah Desa Sederhana terutama yang
berkaitan dalam bidang pengembangan terhadap masyarakat maka sasaran utama
yang harus dikembangkan sesuai hasil rembug desa adalah pengembangan sumber
daya manusia (SDM). Karena itu salah satu bidang yang menjadi perhatian aparatur
pemerintah desa adalah peningkatan pendidikan baik itu pendidikan formal maupun
pendidikan non formal, pemerintah desa telah menyiapkan berbagai sarana dan
prasarana seperti pembangunan taman padi tungka sebanyak 2 unit dengan hasil
swadaya masyarakat yang mana padi tungka ini diperuntukkan bagi anak-anak usia
dini yaitu anak yang berumur 3 tahun dan berumur 5 tahun.

95
Padi tungka bukan saja digunakan untuk anak-anak usia dini tetapi tempat
ini digunakan sebagai tempat pembinaan orang tua balita yang disebut Bina Keluarga
Balita (BKB) maksudnya bukan Cuma balitanya yang dibina tetapi orangtuanya pun
diberi penyuluhan tentang bagaimana cara merawat anaknya dimulai dalam
kandungan sampai melahirkan dan seterusnya. Adapun tenaga pengajar di taman padi
tungka ini yaitu kader posyandu dan kader dasawisma yang telah dilatih baik
ditingkat kabupaten maupun di tingkat provinsi yang bekerjasama dengan dinas
pendidikan Kabupaten Umum dengan pihak UNICEF.
Di Desa Sederhana ini dalam hal peningkatan pendidikan non formal di
tahun 2012 terdapat 3 kelompok kejar paket A dan 1 kelompok paket B dan juga
di Desa Sederhana terdapat 3 buah sekolah dasar, 2 SMP, 1 Madrasah Aliyah, dan
pada tahun ini telah dibagun sekolah menengah atas yang membuktikan bahwa
betapa besar peranan pemerintah desa dalam peningkatan pendidikan sehingga
anak-anak yang tamat SMP tidak lagi menganggur atau drop out tetapi dapat
melanjutkan pendidikannya ke SMA yang ada di desa ini. Tidak seperti tahun-tahun
kemarin tamatan SMP yang ada di desa Sederhana berjumlah 42 orang yang
lanjut cuma 15 orang ini disebabkan karena sekolah menengah atas jauh dari
perkotaan.
Salah satu usaha pemerintah desa dalam hal peningkatan mutu pendidikan
pada setiap pertemuan selalu menghimbau kepada masyarakatnya agar mau
menyekolahkan anaknya baik di TK, SD, SMP dan SMA agar tingkat pendidikan
masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum ini dapat
meningkat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini sangat sesuai

96
dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada dua (2) tokoh masyarakat yaitu
Marlina Syam sebagai pengurus PKK dan Abdul Hamid sebagai tokoh masyarakat
sekaligus pemerhati pendidikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh

Marlina

Syam sebagai berikut:


Kepedulian pemerintah desa dalam mengembangkan sumber daya manusia terutama
dalam bidang pendidikan sangatlah besar terbukti dengan dibangunnya sarana belajar
taman padi tungka yang peruntukannya bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga
untuk orang dewasa yang ingin menambah wawasannya. Kerjasama dengan dinas
pendidikan dan bantuan Unicef sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
setempat( 23 Maret 2012).
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Marlina Syam, Abdul Hamid
sebagai tokoh pemerhati pendidikan sangat antusias dengan upaya aparatur
pemerintah desa yang melakukan pendekatan dengan pihak dinas pendidikan untuk
membangun sarana pendidikan bukan hanya sarana pendidikan formal tetapi juga non
formal, sehingga jumlah anak yang menganggur karena tidak sekolah menjadi sangat
kecil. Berikut ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh Abdul Hamid ketika
wawancara dilakukan yaitu:
Pemerintah Desa Sederhana, sungguhlah sangat besar peranannya dalam
mengembangkan berbagai kegiatan yang ada di desa kami, dan yang sangat kami
kagumi adalah pembangunan sarana pendidikan yang sudah lama kami impikan
khususnya pembangunan gedung sekolah setingkat SMA, sehingga mengurangi
beban biaya dan resiko anak-anak kami yang bersekolah. Kami berharap semua
bidang juga bisa dibangun terutama sarana dan prsarana olahraga(23 Maret 2012).
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa elemen
penting pada warga masyarakat Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten
Umum, maka terdapat beberapa hal dapat dianalisis oleh penulis sebagai berikut:
1) Aparat Pemerintah Desa telah berupaya maksimal untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada warga masyarakatnya di berbagai bidang sesuai kapasitas dan
kapabilitas yang telah ditetapkan.

97
2) Bentuk pelayanan yang diberikan oleh aparatur Pemerintah Desa meliputi
perbaikan hidup masyarakat dalam meningkatkan penghasilan, menghubungi dan
mendatangkan dinas pertanian dan dinas kesehatan sebagai bentuk kepedulian
terhadap berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakatnya.
3) Penyediaan kotak saran di samping pintu masuk kantor kepala desa adalah bentuk
lain pelayanan aparatur pemerintah desa untuk mengetahui berbagai aspirasi dan
saran dari warga masyarakat untuk memperbaiki kinerja mereka sekaligus
memahami keinginan-keinginan warga masyarakat yang menginginkan perubahan.
4) Kurangnya jumlah aparatur pemerintah desa terkadang menjadi kendala utama
dalam melaksanakan pekerjaan terutama yang sangat berkaitan dengan
kepentingan warga masyarakat, misalnya ketika melakukan pendataan kepada
masyarakat miskin atau ketika masyarakat berdesakan meminta jatah raskin.
5) Perbedaan pandangan yang muncul antara tokoh masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain adalah realitas nyata yang harus disikapi dengan bijak karena
bagaimanapun pelayanan yang memberikan kepuasan antara warga yang satu
dengan warga yang lain berbeda takarannya.
6) Pembinaan terhadap masyarakat telah berjalan secara optimal terutama dalam
bidang agama, sosial budaya, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
D. Faktor-faktor
Pemberdayaan

Penghambat

dan

Pendorong

terhadap

Pengembangan

Masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kab.

Umum.
Pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang tidak terlepas dari berbagai
hambatan yang menyertainya. Hambatan yang sering muncul adalah sulitnya untuk

98
mensinergiskan berbagai pemberdayaan itu dalam suatu program yang terpadu.
Dengan memusatkan pada satu dimensi, pengembangan akan mengabaikan kekayaan
dan kompleksitas kehidupan manusia dan pengalaman masyarakat. Tidak ada alasan
untuk mengatakan bahwa berbagai tindakan untuk memberdayakan masyarakat
tidak bisa disinergiskan. Pengertian terpadu tidak berarti semua jenis kegiatan
pemberdayaan dilakukan secara serentak. Pengembangan masyarakat secara terpadu
dapat digambarkan sebagai serangkaian kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
secara sistematis dan saling melengkapi. Pemberdayaan bukanlah program yang
dapat

dilaksanakan

Pemberdayaan

dalam

harus

jangka

waktu

singkat

atau

bersifat

dilaksanakan

secara

berkesinambungan

temporer.

dengan

terus

mengembangkan jenis-jenis kegiatan yang paling tepat untuk komunitas.


Meskipun

telaahan

mengenai

program

pemberdayaan

banyak

mengemukakan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan program dan


ketidakberhasilan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan namun harus diakui juga
bahwa ada banyak program pemberdayaan yang berhasil dan mencapai tujuan yang
ditetapkan.kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program pemberdayaan dapat
berasal dari kepribadian individu dalam komunitas dan bisa juga berasal dari sistem
sosial. Kendala-kendala tersebut adalah :
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Masyarakat yang kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar dapat
menyebabkab kurangnya memnadapat informasi tentang perkembangan dunia. Hal
ini mengakibatkan masyarakat tersebut terasing dan tetap terkurung dalam pola-pola

99
pemikiran

yang

sempit

dan

lama.

Selain

itu

mereka

cenderung

tetap

mempertahankan tradisi yang tidak mendorong kearah kemajuan.


2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Tekhnologi yang terlambat
Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masyarakat tersebut menjadi
lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi tentang
kemajuan masyarakat lain. Disamping itu penjajahan juga dapat menyebabkan
terlambatnya perkembangan IPTEK pada suatu masyarakat
3. Sikap masyarakat yang tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak dapat
diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial dalam
masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat tak bersedia menerima inovasi
dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
4. Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing
Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sikap ini bisa dijumpai dalam
masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa barat. Mereka tak bisa
melupakan pengalaman-pengalaman pahit selama masa penjajahan. Akibatnya,
semua unsur-unsur baru yang berasal dari bangsa barat selalu dicurigai dan sulit
mereka terima.
5. Adat atau kebiasaan

100
Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan dalam masyarakat.
Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat dapat merusak adat atau
kebiasaan yang telah mereka anut sejak lama. Mereka khawatir adat atau kebiasaan
yang dianut menjadi punah jika mereka menerima unsur-unsur baru bahkan dapat
merusak

tatanan

atau

kelembagaan

sosial

yang

meraka

bangun

dalam

masyarakatnya.
6. Ketergantungan (depedence).
Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap
pendamping sosial) menyebabkan proses pemandirian masyarakat membutuhkan
waktu yang cenderung lebih lama.
7. Superego
Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau
atau sulit menerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang
berlebihan dapat menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.
8. Rasa tidak percaya diri (self distrust)
Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya
sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal
ini membuat orang menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
9. Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)
Keberhasilan dan masa-masa kejayaan yang pernah dialami seseorang cenderung
menyebabkan ia larut dalam kenangan terhadap keberhasilan tersebut dan tidak
berani atau tidak mau melakukan perubahan. Contoh regresi ini adalah : seseorang

101
yang tidak mau mengubah pola pertaniannya karena ia pernah mengalami masamasa panen yang melimpah di waktu yang lalu. Rasa tidak aman berkaitan dengan
keengganan seseorang untuk melakukan tindakan perubahan atau pembaharuan
karena ia hidup dalam suatu kondisi yang dirasakan tidak membahayakan dan
berlangsung dalam waktu cukup. Contoh rasa tidak aman ini antara lain : seseorang
tidak berani mengemukakan pendapatnya karena takut salah, takut malu dan takut
dimarahi oleh pimpinan yang mungkin juga menimbulkan konsekuensi ia akan
diberhentikan dari pekerjaannya.
10. Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)
Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma merupakan
aturan-aturan yang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota komunitas. Di
satu sisi, norma dapat mendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain norma dapat
menjadi penghambat untuk melakukan pembaharuan.
11. Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural coherence)
Perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain
karena dalam suatu komunitas tidak berlaku hanya satu sistem tetapi berbagai
sistem yang saling terkait, menyatu dan terpadu sehingga memungkinkan
masyarakat itu hidup dalam keadaan mantap. Sebagai contoh, perubahan sistem
mata pencaharian dari ladang berpindah menjadi lahan pertanian tetap akan
menimbulkan perubahan pada kebiasaan yang lain seperti pola pengasuhan anak,
pola konsumsi dan sebagainya.
12. Kelompok kepentingann.

102
Kelompok kepentingan dapat menjadi salah satu penghambat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Misalnya, upaya pemberdayaan petani di suatu desa
tidak dapat dilaksanakan karena ada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud
membeli lahan pertanian untuk mendirikan perusahan tekstil. Kelompok kepentingan
ini akan berupaya lebih dulu agar lahan pertanian tersebut jatuh ke tangan mereka.
13. Hal yang bersifat sakral (the sacrosanct).
Beberapa kegiatan tertentu lebih mudah berubah dibandingkan beberapa kegiatan
lain, terutama bila kegiatan tersebut tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang
dianggap sakral oleh komunitas. Sebagai contoh : di banyak wilayah, dukungan
terhadap perempuan yang mencalonkan diri sebagai pemimpin dirasakan masih
sangat kurang karena masyarakat umumnya masih menganggap bahwa pemimpin
adalah laki-laki sebagaimana yang diajarkan oleh agama atau sesuai dengan sistem
patriaki.
14. Penolakan terhadap orang luar.
Anggota-anggota komunitas mempunyai sifat yang universal dimiliki oleh manusia.
Salah satunya adalah rasa curiga dan terganggu terhadap orang asing. Pekerja
sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi program pemberdayaan tentu
akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum ia
dapat diterima dalam suatu komunitas. Di samping itu, rasa curiga dan terganggu ini
menyebabkan komunitas enggan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang

diselenggarakan

oleh

orang

pemberdayaan di daerah mereka.


15. Kritik terhadap pemberian bantuan

asing

yang

memfasilitasi

program

103
Modal fisik terdiri dari dua kelompok, yaitu bangunan dan infrastruktur. Bangunan
dapat berupa rumah, gedung perkantoran, toko dan lain-lain. Sedangkan infrastruktur
dapat berupa jalan raya, jembatan, jaringan listrik dan telepon dan sebagainya.
Modal fisik selalu terkait erat dengan modal manusia. Modal fisik tidak dapat
digunakan apabila tidak ada modal manusia yang menggerakkan atau memanfaatkan
atau melaksanakan kegiatan di dalamnya. Oleh karena itu, modal fisik sering disebut
sebagai pintu masuk (entry point) untuk melakukan perubahan atau pemberdayaan
masyarakat.
Dari beberapa penjelasan mengenai kendala dalam program pemberdayaan,
perlu dicermati bahwa kendala-kendala tersebut mungkin saja terjadi sekaligus dalam
suatu program pemberdayaan tetapi bisa juga hanya satu atau dua kendala yang
timbul. Ada faktor-faktor kendala yang relatif mudah untuk diatasi namun ada
beberapa faktor yang cukup sulit untuk diubah, misalnya faktor kendala yang
berhubungan dengan sesuatu yang dianggap sakral oleh komunitas. Sebagai contoh,
upacara perkawinan atau kematian yang memerlukan biaya besar untuk
penyelenggaraannya tidak bisa dengan mudah dikurangi dari adat istiadat komunitas
karena upacara tersebut dianggap sebagai ritual yang sakral dan berpengaruh terhadap
kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk dapat mengatasi kendala-kendala
tersebut, cara yang paling tepat adalah dengan melakukan pengkajian awal atau studi
kelayakan terhadap komunitas.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dibahas di atas dapat
diketahui beberapa faktor yang dianggap dapat menghambat keberhasilan organisasi
pemerintah Desa Sederhana. Faktor-faktor penghambat tersebut yang dapat

104
diidentifikasi meliputi 2 (dua) aspek yakni faktor yang bersifat internal atau
bersumber dari dalam organisasi sendiri dan faktor eksternal atau bersumber dari luar
organisasi.
a. Faktor Internal
Identifikasi dari faktor internal yang merupakan faktor penghambat terhadap
pengembangan organisasi pemerintah khususnya di Desa Sederhana karena SDMnya
kurang terampil seperti halnya penjelasan mengenai aspek sumber daya manusia.
Sebagaimana terlihat sumber daya manusia atau aparat yang bertugas pada organisasi
kantor tersebut secara kuantitas jumlah pegawai yang ada pada kantor Desa
Sederhana masih sangat kurang jika dibandingkan dengan beban tugas yang ada.
Sebagaimana terlihat tugas ini tidak hanya menangani masalah pengawasan,
pembinaan atau kegiatan administrasi saja tetapi segala urusan yang berkaitan dengan
pengelolaan Desa, seperti tugas penataan pertamanan, kebersihan Desa, keindahan
Desa dan Iain-Iain. Selain aspek dalam organisasi tersebut yang menjadi penghambat
dalam organisasi pemerintah Desa Sederhana adalah kualitas sumber daya manusia
yang sangat menentukan. Kualitas aparat yang ditugaskan pada badan pengelolaan
organisasi tersebut dari segi kemampuan kerja masih terlihat kurang. Sebagaimana
yang disampaikan oleh Kaur Pemerintahan, Sommeng:
Rendahnya kualitas aparat pemerintahan desa dalam kehidupan berorganisasi
disebabkan oleh tingkat pendidikan yang masih rendah, karena rata-rata diantara
mereka hanyalah tamatan SMA, tetapi untungnya kepala desa memiliki andil yang
sangat besar dalam pengembangan potensi yang ada di desanya(26 Maret 2012).
Faktor prasarana kerja yang juga menjadi faktor penghambat efektifnya
pelaksanaan pengembangan organisasi misalnya masih terbatasnya kendaraan
operasional yang dapat digunakan oleh petugas khususnya yang membawahi bagian

105
administrasi misalnya saja dalam mengantar surat penting di kantor-kantor. Faktor
dana merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi, baik digunakan
untuk kepentingan operasional kegiatan secara administratif maupun untuk
operasional tugas organisasi itu sendiri. Penggunaan dana khususnya bagi aparat
meliputi tujuan antara lain untuk pemberian insentif, hal ini menjadi penting sebagai
alat motivasi supaya petugas dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Ketersediaan dana khususnya dana rutin (ADD) yang dialokasikan bagi Kantor Desa
masih minim jika dibandingkan beban tugas yang ada. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan dengan Kaur Pemerintahan Sommeng, salah satu faktor yang juga
menghambat pemberdayaan masyarakat di Desa Sederhana adalah sikap pemerintah
desa yang terkadang lebih memilih orang lain dalam setiap proyek seperti perbaikan
jalan.
Kami semua tahu kalau Kepala desa memiliki kemampuan yang sangat besar dalam
memberdayakan masyarakat, tetapi beliau juga memiliki titik lemah yaitu terkadang
memilih orang lain dalam pengerjaan sebuah proyek yang seharusnya dikerjakan oleh
LKD, mungkin yang dilakukannya didasari oleh pertimbangan lain(24 Maret 2012)
b. Faktor Eksternal
Aspek yang bersifat eksternal dalam hal ini adalah faktor-faktor yang
bersumber dari luar organisasi meliputi:
1. Partisipasi masyarakat mentaati aturan dalam organisasi
Efektifnya aturan dalam badan pengelolaan organisasi tersebut sangat
dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk memperoleh atau melaksanakan
pembangunan. Namun hal tersebut yang kurang terlihat adalah masyarakat di
kawasan, masih rendah partisipasinya dalam memperoleh tujuan organisasi.
Sehingga hal ini kadangkala terjadi setelah mendapat teguran dari aparat, hal itu

106
bukan karena masyarakat tidak mau mengurus organisasi atau sengaja melanggar
tetapi lebih banyak mereka tidak tahu mengenai pengelolaan organisasi. Hal itu
tidak lain karena sosialisasi aturan ini bagi masyarakat tersebut masih kurang.
a. Hubungan antar status
Secara umum dapat dikatakan bahwa status bergantung pada seberapa besar
seseorang memberikan sumbangannya bagi terciptanya tujuan seseorang yang
memberikan jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi.
Sebaliknya seseorang yang memberikan jasa yang tidak begitu besar biasanya
bersedia menerima status yang lebih rendah. Susunan status dalam satu kelompok
dalam organisasi selalu tampil dalam 2 wujud yaitu berupa status formal dan status
sosial. Status formal adalah berkaitan dengan jenjang atau hierarki yang ada dalam
kelompok atau organisasi yang berkaitan langsung dengan rantai komando. Status
sosial tidak selalu berkaitan dengan status formal seseorang, walaupun dapat saja
seseorang yang mempunyai status formal yang tinggi dapat pula mempunyai status
sosial yang tinggi.
Yang dapat menundukkan seseorang dalam status adalah :
1. Kemampuan fisik, mental dan sosial berbeda yang biasanya timbul karena
perbedaan pendidikan, latihan dan pengalaman.
2. Tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan pekerjaan
3. Tingkat pentingnya pekerjaan
Sedangkan yang menjadi faktor pendorong dalam pemberdayaan masyarakat di Desa
Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum adalah sebagai berikut:

107
1) Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi
adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain.
Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan
baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah
diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua
masyarakat,

hingga

seluruh

masyarakat

dapat

merasakan

manfaatnya.

Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena difusi


memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan
perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang lama dengan
yang baru.
2) Sistem pendidikan formal yang maju
Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu,
untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan
bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada
individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu
setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat
memenuh kebutuhan zaman atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat
akan dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya
hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah
dibuat.

108
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang
itu akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus
dilakukan oleh masyarakat.
5) Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat
menimbulkan terdapatnya gerak sosial vertical yang luas atau berarti member
kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal
seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang
yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari
seseorang, hingga orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan
orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya
agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status
yang tinggi tersebut
6) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu
yang panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.
7) Adanya orientasi ke masa depan
Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan
datang, dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system sosial
yang ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa
yang akan datang.

109
Dalam kehidupan organisasi imbalan selalu diberikan menurut persepsi
seseorang tentang keahlian yang diperlukan bagi suatu tugas pekerjaan. Ini berarti
suatu sistem status tetap berjalan searah dengan sistem pemberian imbalan. Makin
tinggi status seseorang dalam organisasi makin tinggi pula imbalan yang diterimanya
demikian pula sebaliknya.Untuk itu mencapai tujuan organisasi yang baik harus
dilaksanakan prilaku organisasi yang baik pula. Maka disini berperan Kepala Desa
yang bertugas mengintrospeksi diri bahwa seorang pemimpin harus benar-benar
memiliki sifat dan jiwa kepemimpinan dan tidak melanggar norma-norma
kepemimpinan,

harus bersikap adil seadil-adilnya, tegas dalam mengambil

keputusan dan tidak mementingkan kepentingan pribadi atau kekuasaan semata.

110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab dimuka,
maka pada bagian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat meliputi 3 hal yaitu
pembinaan masyarakat, pelayanan terhadap masyarakat dan pengembangan
terhadap masyarakat. Ketiga variabel tersebut telah berjalan secara maksimal.
Pembinaan terhadap masyarakat meliputi kegiatan keagamaan, kegiatan sosial
budaya dan pelayanan kesehatan, Pelayanan masyarakat meliputi pelayanan di
bidang pertanian, kesehatan dan perekonomian, sedangkan pengembangan
masyarakat lebih banyak difokuskan pada pengembangan SDM melalui
pembangunan infrastruktur baik formal maupun non formal, termasuk pula
diantaranya pengembangan ekonomi kerakyatan.
2.

Faktor-faktor penghambat pengembangan organisasi pemerintahan Desa


Sederhana yang dapat diidentifikasi meliputi 2 (dua) faktor yaitu faktor internal
terdiri dari aspek sumber daya manusia atau aparat pelaksana yang masih kurang
baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Ketersediaan sarana dan prasarana
kerja yang belum memadai, rendahnya kualitas SDM aparat pemerintah desa
yang rata-rata hanya tamat sampai tingkat SMA, faktor pendanaan yang tersedia
bagi organisasi bersangkutan yang masih minim untuk dapat digunakan dalam
pengelolaan

organisasi

serta

mementingkan orang lain

sikap

kepala

desa

yang terkesan

lebih

bila terdapat proyek untuk pembangunan desa,


110

111
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat adalah partisipasi
masyarakat dalam mentaati aturan Desa Hubungan antar status. Secara umum
dapat dikatakan bahwa status bergantung pada seberapa besar seseorang
memberikan sumbangannya bagi terciptanya tujuan seseorang yang memberikan
jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi. Sebaliknya
seseorang yang memberikan jasa yang tidak begitu besar biasanya bersedia
menerima status yang lebih rendah
B. Saran-saran
Upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kepala Desa terhadap
pengembangan organisasi pemerintahan Desa Sederhana dari hasil temuan penelitian
dapat direkomendasi saran untuk peningkatannya sebagai berikut:
1. Masih perlu dilakukan sosialisasi oleh aparat pemerintah Desa mengenai
pentingnya pengembangan organisasi terutama bagi masyarakat yang berdomisili
di Desa tersebut.
2. Peranan

Kepala Desa terhadap pemberdayaan masyarakat pemerintah Desa

Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum hendaknya dilakukan secara


konsisten dan berkesinambungan.
3. Perlu dilakukan pengawasan yang secara rutin terutama terhadap kegiatan
masyarakat yang menunjukkan adanya kegiatan pembangunan.

112
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mufiz, Drs,1995, Pengantar Administrasi Negara, Universitas Terbuka.
Andy Sutardy, MBA, Drs. Engkoem Damini, 1973, Pokok-pokok Ilmu Administrasi dan
Manajemen, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta
Atmosudirdjo, Prajudi, 1978, Dasar-dasar Administrasi, Balai Aksara, Jakarta
Bayu Suryaningrat, 1979, Desa dan Kelurahan, Rineka Cipta, Jakarta
Dedy

Supriady Bratakusuma, Ph.D. Dadang Solihin, MA. 2002, Otonomi


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Depdikbud RI, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Handayaningrat, Soewarno, 1982, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
Gunung Agung, Jakarta
Ibnu Syamsi, Drs. 1983, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Bina Aklsara,
Jakarta
Joko Prakoso, SH, 1987, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung
Koentjaraningrat, 1990, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Gramedia Pustaka,
Jakarta
Lembaga Administrasi Negara RI, 1997, Sistem Administrasi Negara RI, Gunung
Agung, Jakarta
Moenir A.A., 1987, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan
Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta
Nainggolan, 1984, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Depdikbud, Jakarta
Peraturan Daerah Kabupaten Umum, 2001, Lembaran Daerah Kabupaten Umum,
Tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa.
PTN dan PTS Se-Sulawesi Selatan, 1997, Pedoman Pembinaan Desa dam Pengelolaan
Sumber-sumber Pendapatan Desa, Biro-Bina Pemdes Makassar
S.P. Siagian, MPA, 1983, Filsafat Administrasi, Gunung Agung Jakarta
Saksono, S, 1988, Administrasi Kepegawaian, Karnisius, Yogyakarta
Soetjitro, Ir. 1988, Pembinaan Ketahanan Masyarakat Desa, Jakarta
Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

113
Sulastomo, 1999, Asuransi Kesehatan (Sebuah Kapitas Selekta), Jakarta
Surachmad, Winarno, 1972, Dasar-dasar Tehnik Research, Tarsito, Bandung
The Liang Ge, 1984, Administrasi Perkantoran Modern, Nur Cahaya, Yogyakarta
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Widjaja, HAW., Prof. Drs.,2003, Pemerintahan Desa / Marga, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

114
LAMPIRAN :
DAFTAR NAMA INFORMAN DI DESA SEDERHANA
KECAMATAN KHUSUS KABUPATEN UMUM
1. NAMA
UMUR

: HERIKISWANTO
: 27 TAHUN

PEKERJAAN : KEPALA DESA


2. NAMA
UMUR

: ABD. HAMID P
: 72 TAHUN

PEKERJAAN : TOKOH MASYARAKAT


3. NAMA
UMUR

: H. TANSI
: 65 TAHUN

PEKERJAAN : TOKOH AGAMA


4. NAMA
UMUR

: MUH. ARFAH
: 42 TAHUN

PEKERJAAN : KELOMPOK TANI


5. NAMA
UMUR

: MARLINA SYAM
: 35 TAHUN

PEKERJAAN : KETUA TIM PENGGERAK PKK SEDERHANA


6. NAMA
UMUR

: ASNAWI
: 30 TAHUN

PEKERJAAN : KETUA KARANG TARUNA DESA SEDERHANA


7. NAMA
UMUR

: SOMMENG
: 56 TAHUN

PEKERJAAN : KAUR PEMERINTAHAN

Catatan :
Ketujuh informan tersebut adalah informan kunci dalam memberikan data berdasarkan
wawancara yang dilakukan.

115

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM MEMBERDAYAKAN


MASYARAKAT DI ERA OTONOMI DAERAH PADA DESA
SEDERHANA KECAMATAN KHUSUS KABUPATEN UMUM

VILLAGE GOVERNMENT ROLE IN EMPOWERING COMMUNITIES


IN THE ERA OF REGIONAL AUTONOMY IN THE VILLAGE SEDERHANA
PONRE DISTRICK OF UMUM REGENCY

116
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

PRAKATA ......................................................................................................

iii

ABSTRAK .......................................................................................................

ABSTRACT ....................................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN ..........................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................

16

C. Tujuan Penelitian ......................................................................

16

D. Manfaat Penelitian ....................................................................

17

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

18

A. Pengertian Peranan ....................................................................

18

B. Pengertian Pemerintah Desa ......................................................

19

C. Pemberdayaan Masyarakat ........................................................

32

D. Otonomi daerah..........................................................................

46

E. Pengertian Pengembangan Organisasi ......................................

49

F. Kerangka Pemikiran....................................................................

57

BAB II

vii

117
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................

59

A. Perspektif Pendekatan Penelitian...............................................

59

B. Fokus Penelitian ........................................................................

60

C. Lokasi Penelitian ......................................................................

61

D. Fenomena Pengamatan ..............................................................

61

E. Jenis dan Sumber data ..............................................................

61

F. Pemilihan Informan...................................................................

61

G. Instrumen Penelitian..................................................................

62

H. Tehnik Pengumpulan Data.........................................................

63

I. Tekhnik Analisis Data................................................................

65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................

70

A. Gambaran Umum Desa Sederhana Kec. Ponre Kab. Umum ....

70

B. Struktur Organisasi ....................................................................

72

C. Peranan Pemerintah Desa Sederhana Dalam Memberdayakan


masyarakat di Era Otonomi Daerah ................................................
D. Faktor-Faktor

Penghambat

Dan

Pendorong

80

Terhadap

Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sederhana


Kecamatan Khusus Kabupaten Umum .......................................
BAB V

97

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

99

A. Kesimpulan ...............................................................................

110

B. Saran-saran ...............................................................................

111

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

112

LAMPIRAN ...................................................................................................

114

viii

118
DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 57


3.1 Model Interaktif menurut Miles dan Hubberman ............................................ 60
4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan ................................................................... 73
4.2 Struktur Personalia Tim Penggerak PKK......................................................... 73

ix

119
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Daftar Nama Informan di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kab. Umum .... 114

120
ABSTRAK
Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah dan
Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang desa memberikan kesempatan kepada
masyarakat desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dengan
persyaratan yang diamanatkan yakni diselenggarakan pemerintahan desa dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,
keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka-ragaman daerah. Masyarakat
memiliki peran cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasinya. Namun kenyataannya, Pemerintah Desa tersebut belum
terlalu berperan dalam memberdayakan potensi yang terdapat pada warganya. Oleh
karena itu di dalam penelitian ini akan dikaji bagaimana upaya pemerintah Desa
Sederhana dalam memberdayakan masyarakatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah desa dalam memberdayaan
masyarakat sekaligus mengkaji faktor pendorong dan penghambat dalam
memberdayakan masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktek baik bagi warga masyarakat di Desa Sederhana Kecamatan Khusus
Kabupaten Umum, khususnya maupun masyarakat Umum umumnya. Penelitian ini
digolongkan sebagai penelitian deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan ini peneliti
menggali informasi secara alamiah tentang peranan pemerintah desa di desa tersebut.
Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan para responden kunci yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini. Teknik dalam menggali data adalah melalui pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian dari tiga unsur pokok yang meliputi
pembinaan masyarakat, pelayanan masyarakat dan pengembangan pada masyarakat
menunjukkan bahwa pemerintah Desa Sederhana telah berhasil membangun komunikasi
masyarakat sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan di desanya,
meskipun disadari oleh pemerintah desa bahwa ada faktor yang menghambat dan
mendorong dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Kata kunci : Peranan,Pemerintah Desa, Pemberdayaan Masyarakat dan Otonomi Daerah.

121
ABSTRACT
With the birth of Law No. 32 of 2004 on regional autonomy and Government Regulation
No. 72 of 2005 on the village provides an opportunity to villagers to control and manage
his own household, with the requirements mandated by the village government held to
the principles of democracy, the role of and the community, equality, justice, and
considering the potential and diversity of the region. The community has a central
enough role to determine policy options that suit the needs and aspirations. But in
reality, the village government has not been very instrumental in empowering potential
contained in its citizens. Therefore in this study will be examined how the government's
efforts in empowering rural communities. The purpose of this study was to determine
and analyze the role of government in the village community as well as reviewing
empowering driving and inhibiting factors in empowering people in the Village
Sederhana, Ponre District of Regency Umum. Result this study is expected to benefit
both theoretically and in practice both for the residents in Village Sederhana, Ponre
District of Regency Umum in particular and society in general. Result This study is
classified as a descriptive qualitative research. With this approach the researcher to
explore the nature of information about government's role in the rural village. The main
data sources are the words and actions of key respondents sampled in this study.
Techniques in exploring the data is through observation, interviews, and research
dokumentation. Result of three main elements which include community development,
community service and community development in the Village Sederhana shows that the
government has managed to build communication so that people can actively participate
in the empowerment of the village, although recognized by the government of the
village that there are factors that inhibit and promote community empowerment efforts.
Key words: Role, Village Government, Community Empowerment and Local
Autonomy.

vi

Anda mungkin juga menyukai