Anda di halaman 1dari 5

DESAIN PALANG KERETA API

OTOMATIS DILENGKAPI SISTEM


PEWAKTUAN DALAM
PENDETEKSIANNYA
1)

Fernando Dwi Agustia (1), Agus Harjoko (2)


Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika, Fakultas MIPA UGM
2)
Dosen Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika, Fakultas MIPA UGM
Email : (*1) Fernando.dwi.a@mail.ugm.ac.id / (2)Aharjoko@ugm.ac.id

Abstract This designed of doorstop is purposed to provide a


prototype automation systems for train doorstop.This system
can be one of alternative solution based on technology to
reduced the high accident rate due failure of operator (human
error ) to instruct open latch and close system in railways
doorstop crossing.
The method used combination of infra red and photodiode as
detection sensors. This system also comes with timing system
in sensors with considering the characteristic of train. So, it
gets an accurate detection and it can be used to distinguish
between train with the other objects.
The results of testing system indicated the prototype can work
well. The Latch can be close automatically when a train will
pass. Otherwise, if a train is passed in other side then
doorstop will open automatically. In Application, system can
detected a train and distinguish with the other objects.
Moreover, Based on the results of calculations in this paper is
obtained safe distance for sensors installation.
Keywordsdoorstop, railways,timing system, photodiode,
automation systems

1. PENDAHULUAN
Permasalahan yang kerap kali muncul pada
perkeretaapian saat ini adalah tingginya tingkat
kecelakaan. Cukup tingginya korban jiwa dan kerugian
sosial ekonomi akibat kecelakaan kereta api telah
menyebabkan
citra
pelayanan
dan
majemen
perkeretaapian menurun. Kinerja keselamatan semakin
menjadi tuntutan dan perhatian sehingga perlu segera
ditingkatkan. Penyebab tingginya kecelakaan kereta api
merupakan akumulasi dari berbagai faktor, diantaranya
masalah regulasi, manajemen, kondisi prasarana &
sarana, SDM dan lain-lain. Selama ini, palang pintu
yang dijaga oleh operator juga tidak terlepas dari
timbulnya kecelakaan, apalagi jalur kereta api yang tidak
mengunakan palang pintu.

Selain penggunaan dari kereta api sebagai alat


transportasi, kereta api juga memiliki catatan hitam
sebagai penyebab tingginya angka meninggal dunia yang
disebabkan kecelakaaan pada kereta api. Berdasarkan
data dari perkeretaapian Indonesia pada tahun 20042006, jumlah korban akibat tabrakan Kereta Api (KA) vs
kendaraan umum sebanyak 91 orang (66%); korban
tabrakan KA vs KA adalah 24 orang (17%); korban
akibat KA anjlog adalah 2 orang (1%) dan korban
kecelakaan akibat peristiwa lain-lain adalah 22 orang
(16%) [1]. Sebagian besar dari berbagai penyebab
kecelakaan dikarenakan tidak adanya pintu perlintasan,
kegagalan menutup palang pintu pada saat yang
dibutuhkan
serta
kegagalan
operator
dalam
memerintahkan penutupan palang pintu ( human error ).
Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu teknologi
yang dapat mengurangi angka kecelakaan yang
disebabkan human error. Yaitu dengan adanya sistem
peringatan dini dan sistem palang pintu otomatis.
Diharapkan permasalahan-permasalahan dalam sistem
perkeretaapian, terutama dalam segi kecelakaan dapat
diminimalisir.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menelaah
kemungkinan suatu rancangan teknologi yang tepat guna
bagi masyarakat sebagai solusi pemecahan masalah
akibat kekurangan fasilitas pada suatu daerah dalam
memberikan sinyal peringatan dan atau diakibatkan
kegagalan operator dalam memerintahkan penutupan
pintu perlintasan (human error). Selain itu, pemanfaatan
sinar infra-red yang dipadukan dengan sensor
photodiode dapat menjadi solusi cerdas bagi optimalisasi
kerja palang pintu pada sistem perkeretaapian Indonesia.
Selain itu, diharapkan sistem ini dapat memberi
informasi dan pengetahuan bagi masyarakat terkait
peningkatan kewaspadaan dengan adanya peringatan

dini dari sistem peralatan yang telah dirancang


sebelumnya.selain itu, gagasan ini diharapkan dapat
direalisasikan oleh Pemerintah dan PT. KAI sehingga
penggunaannya dapat mengurangi angka kecelakaan lalu
lintas kereta api yang disebabkan kesalahan operator (
human error ).
Sebelumnya, penerapan tekhnologi palang pintu di
perlintasan kereta api di Indonesia masih dilakukan
secara manual, saat ini PT KAI masih menerapkan
sistem komunikasi yang masih menggunakan radio HT
dan sistem genta. Pada kereta api pun juga hanya
terdapat sistem komunikasi radio HT dimana pihak
masinis masih menginformasikan posisi kereta api
kepada pihak stasiun, sehingga posisi kereta api tidak
dapat diketahui secara real-time, selanjutnya penjaga
pintu akan melakukan operasi untuk menutup dan
membuka palang pintu pada perlintasan kereta api [2].
Penelitian mengenaitekhnologi palang pintu pernah
dilakukan sebelumnya. Purwarupadengan menggunakan
modul sensor infra red( IR ) dan modul frekuensi radio
( FR ) sebagai pendeteksian kereta api [3]. Pada modul
FR terdiri atas bagian pemancar ( encoder IC, HT12E,
TLP-434A ) dan bagian penerima ( decoder IC HT12D,
RLP-434A )[4]. Sensor IR mendeteksi adanya
pergerakan kereta api, data yang dideteksi oleh sensor
diteruskan ke modul FR bagian pemancar. Modul FR
bagian pemancar kemudian mengirimkan data ke modul
FR penerima untuk diteruskan kepada mikrokontroler.
Data yang diterima diolah sedemikian rupa untuk
memerintahkan motor stepper untuk membuka atau
menutup palang pintu.
Metode selanjutnya yaitu dengan kombinasi
sensorinfrared dan reed switch pada simulasi otomatisasi
palang pintu kereta api menggunakan mikrokontroller
atmega16. Modul infra red terdiri dari bagian pemancar,
yang terdiri dari LED dan resistor 470 Ohm [5]. Metode
pendeteksian kereta api dilakukan dengan menggunakan
medan magnet sebagai pemicunya, dimana sensor infra
red dipasang pada kedua sisi rel kereta api dan reed
switch dipasang pada kereta api pusat, sehingga
Penerapan sensor ini adalah untuk mendeteksi
keberadaan magnet yang terpasang pada kereta.
Sehingga sensor memberikan input masukan, yang
nantinya akan memicu motor penggerak servo, untuk
diturunkan sebagai pertanda kereta api akan melewati
perlintasan [6].
Tekhnologi Global Positioning System (GPS) juga
diimplementasikan dalam tekhnologi palang pintu
otomatis ini, metode pengujian sistem dilakukan dengan
membandingkan jarak kereta api yang diperoleh dari
lattitude dan longitude dari kereta api dan palang pintu
perlintasan. Sistem ini dilengkapi dengan teknologi GPS
untuk mengetahui latitude (lintang) dan longitude
(bujur) letak kereta api [7]. GPS digunakan sebagai

pesawat penerima yang bekerja berdasarkan navigasi


gelombang radio dan output datanya berupa NMEA[8].
Data NMEA diparsing dengan mikrokontroler AVR
ATMega 162 yang menjadi informasi untuk
menunjukkan posisi kereta api dan nantinya akan
dijadikan patokan untuk buka tutup palang pintu kereta
api secara otomatis.
2. METODE PENELITIAN
Sistem yang akan dibuat dalam penulisan ini adalah
suatu sistem yang menggunakan kombinasi modul
sensor IR dan photodiode. Penggunaan modul
photodiode digunakan sebagai pembacaan sensor
halangan. Pada keadaan normal sensor ini akan
berlogika 1 (high) dan jika ada benda yang menghalangi
sinar infra red ke photodiode, maka sensor akan
berlogika 0 (low) [9]. Kemudian, untuk pendeteksian
yang membedakan antara kereta api dengan benda lain
digunakan sistem pewaktuan. Sehingga data informasi
dari sensor lebih akurat yang kemudian dikirimkan ke
mikrokontroler untuk memerintahkan motor stepper
membuka atau menutup palang pintu secara otomatis.
Skema penempatan alat pada lintas kereta api disajikan
pada Gambar 1.

Gambar 1 . Skema penempatan alat palang pintu


otomatis
Sistem ini memiliki beberapa kriteria penting, antara
lain :
a. Penentuan batasan kecepatan kereta api
b. Pendeteksian kereta api dengan sistem
pewaktuan sehingga dapat membedakannya
dengan benda lain, binatang, ataupun manusia
yang melintasi rel
c. Pemasangan sensor dan rangkaian kontrol dalam
melakukan operasi buka dan tutup palang pintu
secara otomatis.
d. Penentuan jarak aman pemasangan sensor infra
red dan photodiode
2.1 Penentuan batasan kecepatan kereta api
Berdasarkan data teoritis kecepatan kereta api di
Indonesia berkisar antara 60 km/jam 80 km/ jam,
dengan panjang kereta api penumpang berkisar antara 60
meter 100 meter.

2.2 Pendeteksian dilengkapi dengan sistem


pewaktuan
Untuk menyempurnakan sistem pendeteksian yang
membedakan antara kereta api dengan benda lain, maka
sistem ini dilengkapi dengan pembacaaan sensor yang
mendeteksi benda setelah detik tertentu. Untuk
menentukan waktu yang menjadi karakteristik utama
sebuah kereta api dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus pada persamaan (1):

(1)

Keterangan :
t = Waktu dalam detik
S = Panjang kereta api
V = Kecepatan kereta api
Sehingga dengan penerapan dari rumus tersebut
didapatkan variasi data seperti yang disajikan pada tabel
1.
Tabel 1. Variasi data waktu yang dibutuhkan dalam
melewati suatu titik ( point ).
Panjang kereta api
Kecepatan kereta api Waktu
( Meter )
( meter / sekon )
(Sekon)
2.7
60
22.22 ~ 80 km/jam
3.61
60
16.6 ~ 60km/jam
80
3.6
22.22
100
22.22
4.5
100
6.02
16.6
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan waktu
tercepat ketika melewati sebuah titik ( point ) adalah 2.7
detik dan waktu terlamanya adalah 6.02 detik. Sehingga
pada pendeteksiannya dilengkapi dengan sistem delay
pada pemrograman, yaitu sistem akan mendeteksi bahwa
kereta api setelah melewati sensor lebih dari 2.7 detik
namun kurang dari 6.02 detik.
2.3 Pemasangan sensor dan rangkaian kontrol
Modul sensor infra red berfungsi untuk mendeteksi
kereta yang akan melewati lintasan di dekat palang
tersebut. Dalam hal ini sensor dipasang sedemikian rupa,
dimana pemancar akan menembakkan sinar infra red ke
sisi berlawanan, dan sinar tersebut akan dibaca oleh
modul penerima di sisi seberang pemancar yang telah
dilengkapi oleh sensor photodiode.
Alat ini dipasang di sisi kiri dan kanan palang pintu
dengan ketentuan jarak antara alat dengan palang
pintu.Berdasarkan beberapa perhitungan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa minimal suatu kereta api
menghalangi sinyal infra red adalah 2.7 detik. Jadi,
untuk pemrograman mikrokontroler cukup diberikan
delay waktu minimal sebesar 2.5 detik, dan kurang dari
6.5 detik, artinya ketika benda tersebut menghalangi
sinar infra red selama lebih dari 2,5 s dan kurang dari
6.5 s, maka penerima sensor photodiode
akan

mengindentifikasikan bahwa benda tersebut adalah


kereta api. Jika suatu data mengandung informasi bahwa
ada kereta api yang terdeteksi dari sebelah kiri palang
pintu, maka mikrokontroler akan menggerakkan palang
pintu ke posisi menutup.
Setelah palang pintu tertutup mikrokontroler akan
menunggu sampai ada data dari sensor kanan, jika data
dari sensor di sebelah kanan menunjukkan bahwa sudah
tidak ada lagi kereta api yang lewat, maka
mikrokontroler akan memerintahkan motor stepper
untuk membuka palang pintu.

Hal ini berlaku jika kereta api datang dari


sebelah kanan palang pintu. Untuk penyempurnaan
dari metode sebelumnya adalah dengan adanya
sistem pewaktuan untuk membedakan antara kereta
api dengan benda lain.
2.4 Penentuan jarak aman pemasangan sensor
infra red dan photodiode
Untuk menentukan jarak aman pemasangan sensor
infra reddan photodiode maka perlu dihitung waktu
yang dibutuhkan suatu kereta api dalam melintasi satu
titik dengan variasi panjang dan kecepatan yang dimiliki
kereta api.
Diasumsikan dengan mengambil panjang kereta api
terpanjang, yakni 100 meter dan kecepatan maksimum
yang digunakan sebesar 80 km/jam. kemudian, waktu
yang diperlukan untuk alat mendeteksi kereta api adalah
6.5 detik (berdasarkan perhitungan di bagian gagasan
yang diajukan). Waktu yang dibutuhkan agar palang
pintu menutup dengan asumsi gerakan moter stepper
adalah 15 detik. Kemudian, waktu yang dibutuhkan
pada saat palang pintu tertutup sesaat setelah kepala
kereta api menghalangi sinar infra red yang
ditembakkan ke modul penerima dan kereta api baru
melintas di depan rel adalah 20 detik. Selanjutnya
dilakukan perhitungan terkait jarak aman yang harus di
lakukan untuk meletakkan sensor tersebut, seperti yang
terlihat di persamaan (2) dan (3) berikut ini

: = 80 = 22.22 (2)
= { 6.5 22.22
15

22.22

= 922

20 +

(3)

Kemudian, untuk menghindari hal-hal yang


tidak diinginkan, maka akan lebih aman jika sensor
tersebutdiletakkan pada jarak 1000 meter dari
palang pintu perlintasan rel kereta api.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian kinerja prototipe
Pengujian kinerja sistem dilakukan beberapa modul
dan sistem secara keseluruhan.

Pengujian sensor photodiode dilakukan dengan


menyambungkannya dengan sebuah LED secara seri,
kemudian diberikan catudaya sebesar 5V.Saat
photodiode terkena cahaya, LED menyala dan saat
photodiode tidak terkena cahaya, LED padam.
Berdasarkan pengujian diatas disimpulkan Photodioda
bekerja dengan baik.
Pengujian modul photodiode dilakukan untuk
mengetahui apakah modul tersebut dapat mengirimkan
data yang diterima atau tidak. Pengujian dilakukan
dengan mengukur tegangan output bagian penerima saat
ada cahaya ( tidak terhalang ) dan pada saat tidak ada
cahayainfra red ( terhalang ).
Hasil percobaan status sensor infra red dan
photodiode ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil percobaan status sensor dan palang
Percobaan ke :
Status Sensor
Status Palang
1
Tidak terhalang
Membuka
2
Terhalang
Menutup
3
Tidak terhalang
Membuka
4
Terhalang
Menutup
5
Tidak terhalang
Membuka
Kinerja sistem secara keseluruhan diuji dengan
melewatkan kereta api mainan pada sistem yang
dibangun. Pengujian dilakukan dari satu arah, pengujian
dilakukan sebanyak 5 kali, dan digerakkan secara
manual, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.
Dari tabel 3 ditunjukkan bahwa saat sensor
photodiode mendeteksi adanya benda yang menghalangi
sinar infra red lebih dari 2.5 detik namun kurang dari 6.5
detik maka sensor mengirimkan perintah untuk menutup
palang pintu. Pada saat sensor mendeteksi pergerakan
namun kurang dari 2.5 detik, sistem tidak akan berjalan
sehingga palang pintu tetap dalam keadaan terbuka, hal
serupa juga didapatkan ketika sensor mendeteksi
pergerakan benda yang menghalangi sinar lebih dari 6.5
detik.
Tabel 4. Hasil pengujian posisi kereta api terhadap status
pintu.
Percobaan ke :
Pembacaan sensor Status pintu
1
Kurang dari 2.5
Membuka
detik
2
Lebih dari 2.5
Membuka
detik
3
Lebih dari 2.5
Menutup
detik dan kurang
dari 6.5 detik
4
Lebih dari 6.5
Membuka
detik
5
Terhalang lebih
membuka
dari 20 detik

4. KESIMPULAN

Tekhnologi ini memiliki penyempurnaan dalam


pendeteksian dengan adanya sistem pewaktuan.
Pada pengujian prototipe, miniatur palang pintu
mampu menutup sebelum kereta api melewati
daerah perlintasan.
Didapatkan
nilai
penentuan
batasan
pendeteksian waktu pada sensor infra reddan
photodiode yaitu minimal selama 2.5 detik dan
maksimal 6.5 detik.
Didapatkan jarak pemasangan aman sensor infra
red dan photodiode dari palang pintu yaitu
sejauh 1000 meter.
5. SARAN

Dalam pemasangan sensor, yaitu infra red dan


photodiodeharus dilakukan sejajar mungkin.
Karena kombinasi sensor ini digunakan sebagai
sensor halangan, jika pemasangan tidak sejajar,
titik jatuh cahaya dari infra red ke photodiode
tidak tepat sehingga output dari sensor tidak
baik. Dengan kata lain, terjadi kesalahan (error )
dalam pembacaan logika sensor.
Sistem perlu diujicobakan secara keseluruhan
pada palang pintu perlintasan kereta api di
Indonesia.
Sistem ini masih bisa dikembangkan dengan
menambahkan fitur peringatan dini apabila
terjadi error oleh pembacaan sensor akibat hal
yang tidak terduga dan pemasangan kamera
serta fasilitas lainnya yang lebih lengkap.
Sistem ini belum dilengkapi dengan tindakan
otomatis apabila terjadi gangguan berupa
terhalangnya sensor akibat benda asing dalam
waktu lama.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat
bimbingan yang diberikan Bapak Agus Harjoko selaku
dosen pembimbing dan masukan yang diberikan teman
teman ELINS. Untuk itu saya ucapkan terimakasih atas
dukungannya.
DAFTAR PUSTAKA

[1]Iridiastadi, H. 2013. Kajian Kecelakaan Kereta Api


Dengan Memanfaatkan Human Factors Analysis
And Classification System, Tesis, Program Pasca
Sarjana Tekhnologi Industri, Institut Tekhnologi
Bandung, Bandung.
[2] Seno., Riyo Anjar. 2012. Strategi Adaptasi Penjaga
Perlintasan Kereta Api di Kota Surabaya. Jurnal
AntroUnairDotNet, Vol.1/No.1/Juli-Desember 2112
hal. 79

[3] Ignatius., dkk. 2008. Prototipe Pintu Lintasan Rel


Kereta Api Otomatis. Jurnal. Universitas Katholik
Widya Mandala. Surabaya.
[4] LAIPAC, TLP 434A and RLP434A Datasheet,
Http://www.laipac.com/, Canada 2004. Diakses pada
tanggal 1 juni 2014.
[5] EVERLIGHT, 5.0mm Infrared LED IR333/H0/L10,
Copyright 2010, Everlight All Rights Reserved.
Release Date : MAY.22.2013.
[6] Ibrahim, Irfan Al-ghazali. 2010. Pemanfaatan
Infrared Dan Reed Switch Pada Simulasi
Otomatisasi Palang Pintu Kereta Api Menggunakan
Mikrokontroler Atmega16. Skripsi. ST AMIKOM.
Yogyakarta
[7] Nasir, Ir. A., dkk. 2011. Rancang Bangun Sistem
Buka Tutup Palang Pintu Kereta Api Secara
Otomatis Berbasis Global Positioning System (GPS)
Dan Wireless Rf Module. Skripsi. Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya. Surabaya.
[8] Theiss,A. ,David C. Yen, Cheng-Yuan Ku. 2005.
Global
Positioning
Systems:
an
analysis
ofapplications,
current
development
and
futureimplementations. Proceeding of Computer
Standards & Interfaces 27 hal 89 100.
[9] Tabbert, B., Goushcha, A.O.2007. Optical and
electrical crosstalk in pin photodiode array for
medical imaging applications. Nuclear Science
Symposium Conference Record, NSS '07. IEEE
(Volume:6 )

Anda mungkin juga menyukai