Faktor Resiko
Faktor resiko terpenting alergi obat adalah riwayat alergi
sebelumnya dengan obat yang sama.
Pemberian parenteral lebih sering menyebabkan
sensitisasi daripada pemberian oral.
Dosis tunggal yang besar lebih jarang menimbulkan
sensitisasi daripada pemberian yang sering dan lama.
Usia dewasa muda lebih mudah bereaksi daripada bayi
atau usia tua.
Etiologi
Kejadian obat berhubungan erat dengan kekerapan
pemakaian obat tersebut.
Obat tersering yang menyebabkan alergi adalah golongan
penisilin, beta lactam, sulfa dan pirazolon.
Obat lain yang sering adalah analgetik lain ( asam
mefenamat), sedative (luminal), tranzquilizer (fenotiazin,
fenergen, meprobat), antikonvulsan (karbamazepin).
Alergi dengan gejala klinis yang berat sering dihubungkan
dengan obat golongan penisilin dan sulfa.
Patogenesis
Tidak dihubungkan dengan efek farmakologis, tidak tergantung dari
dosis yang diberikan, dan tidak terjadi pada pajanan awal.
Sesitisasi imunologi memerlukan pajanan awal dan tenggang waktu
beberapa lama (masa laten) sebelum timbul reaksi hipersensitivitas.
Alergi obat dapat terjadi melalui mekanisme ke 4 tipe reaksi
hipersensitivit.
Alergi obat biasanya melalui reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.
Alergi obat yang melalui tipe II dan III umumnya merupakan bagian
dari kelainan hematologis atau penyakit autoimun.
Manifestasi Klinis
Gejala yang mendukung diagnosis terjadi alergi obat :
1. Tidak ada hubungan antara gejala yang terjadi dengan
efek farmakologis obat
2. Terdapat tenggang waktu antara pajanan obat sampai
muncul gejala
3. Gejala yang muncul tidak berkaitan dengan dosis obat.
Gejala dapat timbul dengan pemakaian dosis yang
kecil.
Erupsi Kulit
Kelainan hematologis
Kelainan pulmonal
Kelainan hepatic
Kelainan renal
Penyakit serum
Demam Obat
Vaskulitis sistemik
Lemfadenopati
Diagnosis
Anamnesis merupakan tahap awal terpenting untuk
membuat diagnose alergi obat.
Pemeriksaan Penunjang
Tes kulit dapat memberikan bukti adanya sensitisasi obat,
terutama yang didasari oleh reaksi tipe I (IgE).
Tes kulit dapat berupa skin prick test (SPT) atau tes
intradermal. Tes intradermal lebih sensitif tapi kurang
spesifik dibandingkan SPT.
Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain: IgE spesifik,
serum triptase, dan cellular allergen stimulation test
(CAST).
Tatalaksana
Segera menghentikan obat yang dicurigai
Mengobati reaksi yang terjadi sesuai manifestasi klinis
Mengidentifikasi dan menghindari potential cross reacting drugs
Mencatat secara tepat reaksi yang terjadi dan pengobatannya
Jika memungkinkan, identifikasi pilihan pengobatan lain yag lebih
aman.
Jika obat tersebut sangat dibutuhkan dan tidak ada obat pengganti,
dapat dilakukan sensitisasi secara oral maupun parenteral.
Desensitisasi dilakukan dengan memberikan alergen obat secara
bertahap untuk membuat sel efektor menjadi kurang reaktif.
Kesimpulan
Diagnosis alergi obat pada anak sulit dilakukan, ini
menyebabkan sering overdiagnosis alergi obat.
Dari seluruh anak yang dicurigai alergi obat, saat dievaluasi
engan akurat, ternyata sekitar 12,5% yang memang betulbetul mengalami alergi terhadap obat.
Erupsi kulit adalah gejala yang sering dilaporkan sebagai
manifestasi reaksi alergi obat pada anak.
Waktu yang ideal untuk evaluasi adalah pada waktu anak
sehat dan tidak dalam pengobatan.
TERIMAKASIH