Anda di halaman 1dari 22

Masalah alergi Obat pada anak

Diagnosis alergi obat pada anak sulit dilakukan


Erupsi kulit adalah gejala yang sering dilaporkan sebagai
manifestasi reaksi alergi obat pada anak.
Alergi obat merupakan salah satu reaksi simpang obat
yang diperantarai oleh mekanisme imunologis

Mekanisme yang mendasari alergi obat dapat berupa


reaksi hipersensitivitas tipe 1,2,3, dan 4.
Alergi obat memerlukan pajanan sebelumnya dengan
obat yang sama atau terjadi reaksi silang.

Faktor Resiko
Faktor resiko terpenting alergi obat adalah riwayat alergi
sebelumnya dengan obat yang sama.
Pemberian parenteral lebih sering menyebabkan
sensitisasi daripada pemberian oral.
Dosis tunggal yang besar lebih jarang menimbulkan
sensitisasi daripada pemberian yang sering dan lama.
Usia dewasa muda lebih mudah bereaksi daripada bayi
atau usia tua.

Predisposisi atopi tidak meningkatkan kemungkinan


terjadinya alergi obat, tetapi dapat menyebabkan
manifestasi reaksi alergi obat yang lebih berat.
Infeksi virus seperti HIV, Herpes, EBV dan CMV, yang
menekan system imun, meningkatkan kemungkinan
terjadinya reaksi alaergi obat .

Etiologi
Kejadian obat berhubungan erat dengan kekerapan
pemakaian obat tersebut.
Obat tersering yang menyebabkan alergi adalah golongan
penisilin, beta lactam, sulfa dan pirazolon.
Obat lain yang sering adalah analgetik lain ( asam
mefenamat), sedative (luminal), tranzquilizer (fenotiazin,
fenergen, meprobat), antikonvulsan (karbamazepin).
Alergi dengan gejala klinis yang berat sering dihubungkan
dengan obat golongan penisilin dan sulfa.

Patogenesis
Tidak dihubungkan dengan efek farmakologis, tidak tergantung dari
dosis yang diberikan, dan tidak terjadi pada pajanan awal.
Sesitisasi imunologi memerlukan pajanan awal dan tenggang waktu
beberapa lama (masa laten) sebelum timbul reaksi hipersensitivitas.
Alergi obat dapat terjadi melalui mekanisme ke 4 tipe reaksi
hipersensitivit.
Alergi obat biasanya melalui reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.
Alergi obat yang melalui tipe II dan III umumnya merupakan bagian
dari kelainan hematologis atau penyakit autoimun.

Alergi obat dapat saja terjadi melalui ke 4 mekanismu tersebut


terhadap satu macam obat secara bersamaan.
Pada reaksi tipe III terdapat peruode laten beberapa hari sebelum
gejala timbul, yaitu periode yang dibutuhkan untuk kompleks imun
yang dapat mengaktifasi komplemen dan menarik sel sel inflamasi.
Reaksi kadang baru timbul setelah obat dihentikan.
Reaski dapat pula berupa reaksi setenpat yang dikenal sebagai
reaksi Arthus.
Terdapat pembengkakan dan kemerahan setempat pada tempat
antigen berada (Imunisasi).

Manifestasi Klinis
Gejala yang mendukung diagnosis terjadi alergi obat :
1. Tidak ada hubungan antara gejala yang terjadi dengan
efek farmakologis obat
2. Terdapat tenggang waktu antara pajanan obat sampai
muncul gejala
3. Gejala yang muncul tidak berkaitan dengan dosis obat.
Gejala dapat timbul dengan pemakaian dosis yang
kecil.

4. Gejala yang timbul berkaitan dengan reaksi imunologis


seperti rash, serum sickness, anafilaksis, asma,
urtikaria, angioedema
5. Erupsi Kulit merupakan gejala klinis yang paling sering,
dapat berupa gatal, urtikaria, purpura, dermatitis kontak,
eritema multiforme, eritem nodusum, erupsi obat
fikstum, reaksi fotosensifitas, dermatitis eksofoliatif,
erupsi vesikobulosa, SJS, dan TEN.

Klasifikasi alergi Obat menurut Gejala Klinis


Anafilaksis

Edem laring, hipotensi, syok, bronkospasme

Erupsi Kulit

Urtikaria/angioedema, pruritus, ruam


makulopapular morbiliform, erupsi obat fikstum,
dermatitis kontak, vasculitis, eritem nodusum,
eritema multiform, SJS, TEN, dermatitits
eksfoliatif, reaksi foto sensitivitas

Kelainan hematologis

Anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia

Kelainan pulmonal

pneumonitis, interstisial/alveolar, edema paru,


fibrosis paru,

Kelainan hepatic

Reaksi kolestasis, destruksi hepatoselular

Kelainan renal

Nefritis interstisialis. Glomerulonefritis,


sindroma nefritik

Penyakit serum
Demam Obat
Vaskulitis sistemik
Lemfadenopati

Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang paling sering dilaporkan


sebagai manifestasi alergi obat, tetapi penegakkan diagnosis
alergi obat dengan manifestasi erupsi kulit harus hati hati
Erupsi kulit yang terjadi harus dibedakan dengan eksantema
virus yang sering terjadi pada anak, yang timbul bersamaan
dengan pemberian obat.
Gejala klinis yang memerlukan pertolongan tepat dan segera
adalah reaksi anafilaskis, sebab adanya hipotensi sampai syok,
spasme bronkus, sembab laring, angioedema atau urtikaria
genearalisata.

Demam dapat menjadi gejala tunggal alergi obat atau


bersama gejala lain yang timbul beberapa jam setelah
pemberian obat tetapi biasanya terjadi pada hari ke 7-10 dan
menghilang dalam waktu 48 jam setelah penghentian obat
atau beberapa hari kemudian.
Demam disebabkan oleh penglepasan sitokin.
Beberapa obat seperti alupurinol, azatioprim, barbiturat,
produk darah, sefalosporin, hidroksiurea, yodida, metildopa,
penisilin, fenitoin, prokainamid, dan kuinidin sering
menimbulkan demam tanpa disertai gejala alergi yang lain.

Diagnosis
Anamnesis merupakan tahap awal terpenting untuk
membuat diagnose alergi obat.

Gambaran terperinci gejala reaksi alergi obat


Lama dan urutan gejala
Terapi yang telah diberikan
Outcome
Hubungan antara waktu pemberian obat dan gejala
Apakah penderita sudah pernah mendapatkan obat yang sama sebelum terapi
sekarang?
Berapa lama penderita telah mendapatkan obat sebelum munculnya reaksi?
Kapan obat dihentikan?
Apa efeknya?
Keterangan keluarga atau dokter yang merawat?
Apakah ada foto pasien saat mengalami reaksi?
Apakah ada penyakit lain yang menyertai?
Daftar obat yang diminum pada waktu yang sama?
Riwayat sebelumnya termasuk riwayat penyakit dan alergi lainnya
Reaksi Obat lainnya

Pemeriksaan Penunjang
Tes kulit dapat memberikan bukti adanya sensitisasi obat,
terutama yang didasari oleh reaksi tipe I (IgE).
Tes kulit dapat berupa skin prick test (SPT) atau tes
intradermal. Tes intradermal lebih sensitif tapi kurang
spesifik dibandingkan SPT.
Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain: IgE spesifik,
serum triptase, dan cellular allergen stimulation test
(CAST).

Penisilin merupakan obat yang sudah dapat ditentukan


metabolit imunogennya.
Tes kulit untuk preparat penisilin metabolit imunogennya,
major antigenic determinant yaitu penicylloil.
Tes kulit untuk diagnosis alergi obat terutama antibiotika
tidak dianjurkan karena nilai prediksi rendah.
Kalau hasil tes positif, masih mungkin alergi terhadap
obat tersebut, tapi jika negatif belum tentu tidak alergi.

Graded Challenge Test


Graded challange test adalah tes provokasi dengan dosis
yang ditingkatkan, dilakukan dengan hati-hati pada
pasien yang diragukan apakah alergi terhadap sesuatu
obat atau tidak.
Tes provokasi ini biasanya dilakukan secara oral
Jika anak jelas jelas menderita SJS, TEN dan anafilaksis
berat tidak dilakukan tes ini.
Tes ini cukup aman, tetapi tetap dengan persiapan utuk
mengatasi anafilaksis.

Biasanya dosis dimulai dengan 1/10 sampai 1/100 dari


dosis penuh dan dinaikan 2 sampai 5 setiap setengah
jam, sampai mencapai dosis penuh.
Jika pada peningkatan dosis terjadi reaksi alergi, maka
tes dihentikandan pasien ditata laksana seperti prosedur
pengatasan reaksi alergi obat

Tatalaksana
Segera menghentikan obat yang dicurigai
Mengobati reaksi yang terjadi sesuai manifestasi klinis
Mengidentifikasi dan menghindari potential cross reacting drugs
Mencatat secara tepat reaksi yang terjadi dan pengobatannya
Jika memungkinkan, identifikasi pilihan pengobatan lain yag lebih
aman.
Jika obat tersebut sangat dibutuhkan dan tidak ada obat pengganti,
dapat dilakukan sensitisasi secara oral maupun parenteral.
Desensitisasi dilakukan dengan memberikan alergen obat secara
bertahap untuk membuat sel efektor menjadi kurang reaktif.

Kesimpulan
Diagnosis alergi obat pada anak sulit dilakukan, ini
menyebabkan sering overdiagnosis alergi obat.
Dari seluruh anak yang dicurigai alergi obat, saat dievaluasi
engan akurat, ternyata sekitar 12,5% yang memang betulbetul mengalami alergi terhadap obat.
Erupsi kulit adalah gejala yang sering dilaporkan sebagai
manifestasi reaksi alergi obat pada anak.
Waktu yang ideal untuk evaluasi adalah pada waktu anak
sehat dan tidak dalam pengobatan.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai