Anda di halaman 1dari 21

2

DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1
Latar Belakang........................................................................1
1.2
Tujuan.....................................................................................1
1.3
Permasalahan..........................................................................2
1.4
Batasan Masalah.....................................................................2
BAB II DASAR TEORI...........................................................................3
2.1 Fiber Optik.....................................................................................3
2.2 Jenis Fiber Optik............................................................................4
2.3 Sudut Kritis dan Pemantulan Dalam Total.....................................5
2.4 Pandu Gelombang..........................................................................7
BAB III METODOLOGI.........................................................................8
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................8
3.2 Skema Alat.....................................................................................8
3.3 Langkah Kerja................................................................................8
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...............................12
4.1 Analisa Data.................................................................................12
4.2 Grafik...........................................................................................12
4.3 Pembahasan..................................................................................13
BAB V KESIMPULAN.........................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................17

3
DAFTAR GAMBA

Gambar 1. Stuktur Fiber Optik.................................................................3


Gambar 2. Step Indeks Singlemode.........................................................4
Gambar 3. Step Indeks Multimode...........................................................5
Gambar 4. Grade Indeks Multimode........................................................5
Gambar 5. Pembiasan Sinar....................Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Skema alat dalam percobaan.Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Flow chart percobaan............................................................11
Gambar 8. Grafik hubungan konsentrasi dengan tegangan output.........12

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pengaruh molaritas larutan KIO 3
sebagai pengganti cladding serat optic terhadap nilai tegangan
keluaran denagn tujuan untuk mengetahui hubungan antara rugi
daya yang diterima terhadap perbedaan konsentrasi. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan LED sebagai sumber cahaya
yang kemudian dihubungkan dengan larutan KIO 3 dengan
konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M serta aquades sebagai
pengganti cladding serat optik dan diberi sumber tegangan
sebesar 2 Volt. Cahaya dari LED akan ditransmisikan ke dalam
fiber optic dengan menerapkan prinsip pandu gelombang dan
hukum Snellius. Dimana pemantulan total yang terjadi akan
menghasilkan tegangan output yang ditangkap oleh photodiode
dan terukur pada multimeter. Dari data yang diperoleh terlihat
bahwa tegangan yang masuk tidak sama dengan tegangan keluar.
Peristiwa ini terjadi karena serat fiber yang dibengkokan atau
microbending menjadikan perubahan pada kinerja sistem
komunikasi serat optik. Berdasarkan percobaan dan data yang
didapat dibuatlah grafik hubungan konsentrasi larutan terhadap
tegangan output dimana didapatkan regresi linier y=0.002x+0.0092. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan maka tegangan output semakin kecil dan rugi
daya semakin besar.
Kata Kunci Fiber optic, Hukum Snellius, Molaritas, Rugi
Daya.

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media komunikasi sangat bermacam-macam, diantaranya
adalah media nirkabel dan media kabel. komunikasi dengan
menggunakan media nirkabel dapat dijumpai pada WIFI,
bluetooth, Zigbee, inframerah, GSM, CDMA, Wimax, dan lainlain. Sedangkan komunikasi menggunakan media kabel dapat
dijumpai diantaranya adalah kabel UTP pada LAN, kabel telepon
dan lain-lain. Penggunaan media kabel dan nirkabel masingmasing memiliki kekurangan dan kelebihan, baik dari sisi faktor
loss ataupun jarak yang bisa di tempuh oleh masing-masing
media. Seiring perkembangan zaman khususnya di bidang
teknologi maka terciptalah media baru yang disebut dengan fiber
optik. Fiber optik ini merupakan sejenis kaca murni yang panjang
dan tipis dengan berdiameter sebesar rambut manusia. Dalam
aplikasi penggunaanya beberapa fiber optik dijadikan satu dalam
sebuah tempat yang dinamakan kabel optic (fiber optik). Media
ini semakin meluas dan meningkat penggunanya dikarenakan
media ini mampu mengirim paket data sampai ratusan kilometer
melalui media cahaya, dibanding dengan kabel lain fiber optik
mampu mengirim paket data lebih dari 100 kilometer dengan
cepat. Oleh karena itu, untuk mengetahui hubungan antara rugi
daya yang diterima terhadap perbedaan konsentrasi maka
dilakukan percobaan fiber optik ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara rugi daya yang diterima terhadap perbedaan konsentrasi.

2
1.3 Permasalahan
Permasalahan dari percobaan ini yaitu bagaimana cara
mengetahui hubungan antara rugi daya yang diterima terhadap
konsentrasi.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam percobaan ini antara lain
a. Fiber optik yang digunakan dalam percobaan yaitu jenis Step
Index Multi-Mode.
b. Larutan yang digunakan yaitu larutan KIO3.

3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fiber Optik
Fiber optic atau serat optik adalah saluran transmisi yang
terbuat dari kaca atau plastic yang digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari satu tempat ketempat yang
lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau
LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer.
Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena indeks
bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena
laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus
digunakan sebagai saluran komunikasi. Cahaya yang ada dalam
serat optic sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar
dari pada indeks bias di udara. Sumber cahaya yang digunakan
adalah laser. Karena laser mempunyai spectrum yang sangat
sempit. Kecepatan transmisi serat optic sangat tinggi sehingga
sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi
(Agrawal.1992).

Gambar 2.1 Stuktur Fiber Optik

Struktur fiber optic terdiri dari beberapa susunan yaitu


Cladding, Core dan Coating. Core atau inti merupakan serat kaca

4
yang tipis menjadi media cahaya berjalan, sehingga pengiriman
cahaya dapat dilakukan. Cladding merupakan lapisan luar yang
melindungi inti dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar
keluar kembali ke dalam inti. Sedangkan coating adalah selubung
plastik yang bertujuan melindungi serat dari kerusakan yang
diakibatkan dari lengkungan kabel dan gangguan luar (Utami,
1998).
2.2 Jenis Fiber Optik
Jenis fiber optic ada tiga macam, yaitu: step indeks
singlemode, step indeks multimode dan grade indeks multimode.
Step indeks singlemode merupakan fiber optic dengan core yang
sangat kecil, diameternya mendekati panjang gelombang sehingga
cahaya yang masuk ke dalamnya tidak dipantul-pantulkan ke
dinding cladding. Step indeks singlemode ini memiliki diameter
corenya sangat kecil, digunakan untuk transmisi jarak jauh (>120
km), bandwidth besar, kecepatan tinggi, penyusutan transmisi
kecil, hanya terdapat 1 berkas cahaya yang dapat melewatinya,
tidak ada disperse, tidak ada pengaruh indeks bias dan
keuntungan dari step indeks single mode ini adalah bandwidth
besar, jarak tempuh lebih panjang(Sukiswo, 2002).

Gambar 2.2 Step Indeks Singlemode

Step indeks multimode merupakan fiber optic yang


berdiameter core agak besar yang membuat laser didalamnya
akan dipantul-pantulkan ke dinding cladding yang dapat
menyebabkan berkurangnya bandwidth. Fiber optic ukuran inti
sekitar 50 mm- 125 mm, diameter cladding 125 mm-500mm,
diameter core besar untuk menyambungan yang mudah baik
digunakan untuk transmisi kecepatan rendah dan jarak tempuh

5
yang pendek. Keuntungan menggunakan fiber optic jenis ini
adalah mudah dibuat, serat optic pertama dipasarkan, core tebal
dan mudah dalam penyambungan. Kerugian menngunakan fiber
ini adalah terjadi disperse, jarak tempuh yang pendek dan
transmisi yang berkecepatan rendah(Sukiswo, 2002).

Gambar 2.3 Step Indeks Multimode

Fiber optic grade indeks multimode merupakan fiber optic


Dengan diameter core yang besar dan mempunyai cladding yang
bertingkat indeks biasnya sehingga dapat menambah bandwidth
jika dibandingkan dengan step indeks multimode. Fiber optik
grade indeks multimode ini memiliki ciri ciri berdiamter core 3060mm, cladingnya 100-150mm, penggabungan kabel fiber
multimode dan singlemode dan transmisi jarak 10-20 km seperti
pada LAN. Kerugian mengggunakan fiber optic jenis ini adalah
sukar dalam pembuatannya dan harganya mahal (Sukiswo, 2002).

Gambar 2.4 Grade Indeks Multimode

2.3 Hukum Snellius


Jika seberkas cahaya memasuki suatu medium dengan indeks
bias yang berbeda, proses pembiasan atau pemantulan cahaya
yang terjadi dapat dijelaskan menggunakan hukum Snellius
sebagai berikut

n1 sin 1=n2 sin 2

(2.1)

6
Sesuai dengan hukum Snellius, apabila sinar datang dari
medium rapat ke medium renggang, maka sinar akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Semakin besar sudut datangnya, maka
sudut bias juga akan semakin besar. Dan apabila sinar datang dari
medium renggang ke medium rapat, maka sinar akan dibiaskan
mendekati garis normal(Giancoli, 2010).

Gambar 2.5 Pembiasan Sinar

2.4 Sudut Kritis dan Pemantulan Dalam Total


Sudut sinar diukur berdasarkan garis normal, yaitu garis
yang tegak lurus perbatasan antar medium. Sudut mula-mula
dan sudut akhir dari perlintasan sinar antar medium ini disebut
sudut datang dan sudut bias. emakin besar sudut datangnya, maka
sudut bias juga akan semakin besar, hingga sampai pada sudut
datang tertentu sinar yang dibiaskan akan membentuk sudut

2 = 90o terhadap normal. Sudut datang pada keadaan seperti


ini disebut dengan sudut krits (

c )(Giancoli, 2001).

Sudut kritis hanya terjadi jika sinar datang dan medium rapat ke
medium yang lebih renggang. Besarnya sudut kritis (
dinyatakan sebagai berikut:

c )

sin c =

n2
n1

(2.2)

Apabila sinar datang dari medium rapat ke medium renggang


diperbesar melebihi sudut kritis, maka sinar akan dipantulkan
seluruhnya ke medium yang sama (medium rapat). Peristiwa
seperti ini dikenal sebagai pemantulan internal total(Giancoli,
2001).

Gambar 2.6 Sudut kritis dan pemantulan dalam total

2.5 Pandu Gelombang


Pandu gelombang adalah sebuah medium yang digunakan
untuk memandu gelombang, seperti gelombang elektromagnetik
atau gelombang suara. Pandu gelombang yang digunakan
berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gelombang yang akan
dipandu. Pandu gelombang memiliki bentuk geometri yang
berbeda-beda yang dapat menahan energi dalam satu dimensi
seperti pandu gelombang yang berbentuk lempeng (slab
waveguide) atau dalam dua dimensi seperti dalam fiber atau
channel waveguide. Selain itu, pandu gelombang yang berbeda
digunakan untuk memandu gelombang dengan frekuensi yang
berbeda-beda. Contohnya fiber optik digunakan untuk memandu
cahaya (frekuensi tinggi) dan tidak memandu gelombang micro
yang memiliki frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
cahaya tampak. Sebuah aturan yang harus diingat adalah lebar
dari pandu gelombang harus memiliki orde yang sama dengan

8
besar dari panjang gelombang yang akan dipandu. Gelombanggelombang dalam pandu gelombang tertahan karena total refleksi
dari dinding gelombang, sehingga propagasi dalam pandu
gelombang kira-kira dapat digambarkan seperti zigzag diantara
dinding-dinding pandu gelombang. Syarat terjadinya pandu
gelombang yaitu sudut dari cahaya datang harus lebih besar
dibandingkan sudut kritisnya dan indeks bias inti (core) harus
lebih besar daripada indeks bias cladding. (Giancoli, 2001).
2.6 Rugi Daya
Salah satu redaman yang tidak dapat dicegah dalam sistem
komunikasi serat optik adalah bending atau bengkokan.
Macrobending terjadi ketika serat optik dibengkokkan dengan
jari-jari lebih lebar dibandingkan jari-jari serat optik. Jari-jari
bengkokan ketika mulai terjadi perubahan signifikan pada besar
rugi-rugimacrobending disebut dengan critical radius. Nilai
critical radius dipengaruhi oleh besar jari-jari inti, indeks bias
inti, dan indeks bias selubung. Bengkokan pada serat optik akan
menyebabkan bagian dalam serat optik termampatkan dan bagian
luar menjadi tertarik lebih panjang sehingga kepadatan material
berubah. Fenomena ini menyebabkan perubahan indeks bias.
Perubahan indeks bias serat optik akan mengakibatkan perubahan
lintasan penjalaran suatu sinyal. Perubahan proses penjalaran
cahaya pada serat optik karena rugi-rugi macrobending akan
mengakibatkan perubahan pada kinerja sistem komunikasi serat
optik(Agrawal, 1992).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan fiber optik
adalah power supply, LED, statip, Photodioda, larutan KIO3, SSO
U, multimeter, dispalcement, dan aquades. Power supply
berfungsi sebagai sumber tegangan, LED berfungsi sebagai
sumber cahaya, Photodioda berfungsi untuk mengubah sinyal
cahaya menjadi sinyal listrik, larutan KIO 3 berfungsi sebagai
larutan yang diamati konsentrasinya terhadap tegangan,
Multimeter digunakan sebagai untuk mengetahui nilai tegangan.
3.2 Skema Alat
Adapun skema alat dalam percobaan ini seperti berikut.

(a)

10

(b)
Gambar 3.1 Rangkaian alat percobaan
(a) Dengan aquades
(b) Dengan larutan KIO3

3.3 Langkah Kerja


Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan yaitu alat
dan bahan disiapkan kemudian dirangkai seperti pada gambar
skema rangkaian percobaan di atas. Selanjutnya ditentukan massa
KIO3 dengan variasi konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M.
Penentuan massa KIO3 dihitung dengan menggunakan persamaan

M=

massa
1000

Mr
volume(ml )

Dimana dari perhitugan tersebut didapatkan massa KIO 3 sebesar


128,34 gram. Setelah didapatkan massa dari KIO 3, kemudian
dilakukan proses pengenceran untuk menetukan volume untuk
membuat larutan KIO3 dengan konsentrasi 1 M, 2 M dan 3 M

11
dimana untuk KIO3 4 M volumenya 150 mL dengan
menggunakan persamaan

M 1 V 1=M 2 V 2
Selanjutnya fiber optik dimasukkan ke dalam aquades 150 mL
dan LED dinyalakan. Tegangan keluaran yang diterima
photodioda dicatat dengan menggunakan multimeter dengan
tegangan masukan 2 Volt. Kemudian fiber optik dimasukkan ke
dalam larutan KIO3 4 M dan diukur tegangan keluaran yang
diterima photodioda dengan multimeter. Hal yang sama juga
dilakukan untuk larutan KIO3 3 M, 2 M dan 1 M. Pengukuran
tegangan keluaran ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali
untuk masing-masing konsentrasi. Secara sistematis langkah
percobaan di atas disajikan dalam diagram alur percobaan berikut

12

Gambar 3.2 Flowchart percobaan

13
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pengamatan nilai tegangan keluaran pada multimeter
dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap variasi konsentrasi larutan
KIO3 yaitu 1 Molar, 2 Molar, 3 Molar dan 4 Molar serta aquades.
Setelah dilakukan pengamatan bentuk sinyal didapatkan data
seperti pada tabel 4.1.
4.1 Analisa Data
Tabel 4.1 Data hasil Voutput untuk setiap variasi konsentrasi larutan
Larutan

Vouput (Volt)

Rata-rata

Aquades

0.0094

0.0095

0.0096

0.0091

0.0093

0.00938

1 Molar

0.0072

0.007

0.007

0.0069

0.0073

0.00708

2 Molar

0.0055

0.005

0.0057

0.0055

0.006

0.00554

3 Molar

0.0024

0.0024

0.0022

0.0025

0.0023

0.00236

4 Molar

0.0016

0.0017

0.0017

0.0018

0.0015

0.00166

4.2 Grafik

Gambar 4.1 Grafik hubungan konsentrasi dengan tegangan output

14
4.3 Pembahasan
Pada percobaan fiber optic ini dilakukan percobaan pengaruh
molaritas larutan KIO3 terhadap nilai tegangan keluaran dengan
tujuan untuk mengetahui hubungan antara rugi daya yang
diterima terhadap perbedaan konsentrasi. Pada percobaan ini
digunakan tegangan input sebesar 2 Volt serta digunakan LED
sebagai sumber cahaya ynag dirangkai dengan fiber optic,
photodioda dan multimeter. Percobaan ini digunakan larutan KIO 3
dengan variasi konsentasi yaitu 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M. Selain
itu juga digunakan aquades sebagai larutannya. Berdasarkan
variasi-variasi tersebut dilakukan pengamatan terhadap perbedaan
konsentrasi larutan dengan tegangan outputnya.
Pada percobaan ini digunakan fiber optik FD-620-10 serat
plastik multimode step index. Alasan digunakan fiber optik jenis
ini karena fiber optik jenis ini berharga lebih murah dibandingkan
dengan fiber optik jenis single mode serta jumlah informasi sinyal
yang lebih banyak dibandingkan dengan fiber optik jenis single
mode. Proses penjalaran gelombang cahaya dalam fiber optik
didasarkan pada Hukum Snellius. Dimana penjalaran atau
perambatan cahaya dimulai dari LED menuju ke photodiode yang
akan mengubah sensor cahaya kebesaran listrik dan cahaya ini
merambat melalui bagian core dari fiber optik. Perambatan
cahaya dapat terjadi karena adanya perbedaaan indeks bias
medium. Pada percobaan ini menggunakan prinsip pandu
gelombang, dimana pandu gelombang. Pada percobaan ini ketika
fiber optik dimasukkan ke dalam larutan, bagian cladding dari
fiber optic dilepas sehingga yang berfungsi sebagai cladding
adalah larutan.
Pada percobaan ini menggunakan prinsip pandu gelombang.
Dimana syarat terjadinya pandu gelombang yaitu indeks bias core
harus lebih besar dari indeks bias cladding serta besar sudut
datang harus lebih besar daripada sudut kritis. Sudut kritis

15
berperan sangat penting di dalam prinsip kerja serat optik. Sudut
kritis merupakan sudut datang yang menyebabkan sudut biasnya
90. Saat cahaya merambat menuju bidang perbatasan dengan
sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis, maka cahaya
tersebut akn dipantulkan kembali oleh bidang perbatasan ke
dalam bahan pertama (core). Pada peristiwa inilah terjadi
pemantulan dalam total. Dan sudut kritis hanya bisa terjadi saat
cahaya melewati medium rapat menuju ke medium renggang.
Tetapi apabila cahaya yang merambat memiliki sudut datang
kurang dari sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan keluar dari
bahan pertama (core).
Pada saat bagian cladding dari fiber optik dan dimasukkan ke
dalam larutan, maka larutanlah yang berfungsi sebagai cladding.
Dimana semakin besar konsentrasi dari larutan maka struktur
molekul-molekul di dalam larutan semakin rapat. Konsentrasi
larutan yang semakin besar juga membuat selisih indeks bias core
dan cladding (dalam hal ini larutan) semakin kecil. Selisih nilai
indeks bias core dan cladding yang kecil membuat sudut kritis
semakin besar, sedangkan sudut cahaya semakin kecil sehingga
kemungkinan cahaya yang datang untuk dipantulkan juga
semakin kecil.
Saat fiber optik dilengkungkan, sebagian cahaya dibiaskan
keluar dari core melewati cladding dikarenakan sudut datangnya
kurang dari sudut kritis. Sehingga cahaya dari LED merambat
dalam fiber optik dan melewati larutan dengan konsentrasi yang
tinggi maka cahaya tidak sepenuhnya dipantulkan melainkan ada
sebagian cahaya yang dibiaskan. Sehingga pada keadaan ini tidak
terjadi pemamtulan dalam total dikarenakan adanya cahaya yang
dibiaskan ke dalam larutan. Dikarenakan tidak semua cahaya dari
LED dipantulkan dalam total (ada cahaya yang dibiaskan) maka

16
intensitas cahaya yang diterima oleh photodiode juga kecil.
Cahaya datang yang tidak dipantulkan secara sempurna membuat
terjadinya kehilangan daya, atau biasa disebut rugi daya.
Hal ini berpengaruh terhadap besar nilai tegangan keluaran
yang terukur pada multimeter. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan didapatkan tegangan output rata-rata untuk masingmasing variasi konsentrasi larutan yaitu, aquades 0.00938 mV,
KIO3 1 M 0.00708 mV, KIO3 2 M 0.00554 mV, KIO 3 3 M
0.00236 mV dan KIO3 4 M 0.00166 mV. Hal ini juga terlihat dari
grafik yang terbetuk dari hubungan konsentrasi larutan terhadap
tegangan outputnya. Sehingga terlihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin kecil tegangan keluaran yang
terbaca pada multimeter.
Pada saat fiber optik yang dimasukkan ke dalam larutan maka
ada bagian dari fiber optik yang mengalami pembengkokan. Hal
ini menyebabkan bagian dalam serat optik termampatkan dan
bagian luar menjadi tertarik lebih panjang sehingga kepadatan
material berubah. Fenomena ini menyebabkan perubahan indeks
bias yang dihasilkan oleh pantulan internal total didalam serat
optik. Perubahan indeks bias serat optik akan mengakibatkan
perubahan lintasan penjalaran suatu sinyal yang menjalar di
dalam serat optik. Perubahan proses penjalaran cahaya pada serat
optik karena rugi-rugi daya yang diterima atau macrobending
akan mengakibatkan perubahan pada kinerja serat optik selama
percobaan dilakukan.

17
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan analisa data yang telah dilakukan
diketahui bahwa hubungan antara rugi daya terhadap perbedaan
konsentrasi adalah saling berbanding terbalik. Dimana semakin
tinggi konsentrasi (molaritas) larutan maka rugi daya semakin
besar.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal. P Govind.1992.Fiber optic communication system fourth edition WILEY :


Newyork.
Utami P .Hestty.1998.Mengenal cahaya dan optikGanesa : Jakarta.
Sukiswo, ST. 2002. Buku Ajar Jaringan Telekomunikasi. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Giancoli, Douglas C. 2001.Physics Second Edition. California: Thomson Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai