Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Patih Rajahasta
Eva Nursyifa
Shofi Hanifa Rahmani
ABSTRAK
Ikan adalah makanan yang memiliki nutrisi yang tinggi terutama protein.
Protein yang ada dalam ikan terutama jenis arginin, lisin dan histamin mudah
mengalami pemecahan protein, sehingga ikan dapat menyebabkan pembusukan
cepat dibandingkan bahan pangan lainnya. Karena ikan mudah mengalami
pembusukan yang cepat, maka seringkali masyarakat menggunakan formalin
sebagai pengawet makanan secara sintetik pada ikan. Sebenarnya, penggunaan
formalin dilarang keberadaannya pada bahan pangan. Karena, formalin sangat
berbahaya apabila sudah masuk ke dalam tubuh. Efek yang ditimbulkan apabila
mengonsumsi formalin adalah menyebabkan kelainan paru-paru, pencernaan dan
juga kerusakan hati. Oleh karena itu, dibutuhkan pengganti formalin sebagai
pengawet bahan pangan yang alami. Kayu manis (Cinnamomum bumannii) adalah
rempah rempah yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memasak, dan
digunakan juga sebagai obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit.
Berdasarkan uji penelitian yang dilakukan bahwa kulit kayu manis dapat
digunakan sebagai bahan pengawet alami pada konsentrasi 8% dari berat bahan
pangan. Setelah diaplikasikan serbuk kulit kayu manis 8% pada ikan dapat
diketahui bahwa daya simpan kulit kayu manis terhadap ikan adalah 9 jam.
ii
ABSTRACT
Fish is a food that has a high nutrient especially protein. Proteins present in fish,
especially the type of arginine, lysine and histamine prone to breakdown proteins,
so that the fish can cause rapid decay than other foodstuffs. Because the fish
susceptible to rapid decay, the public often use formaldehyde as a food
preservative synthetically in fish. Actually, the use of formaldehyde is prohibited
its presence in food. Because formaldehyde is very dangerous when it enters the
body. The effects when consumed formalin is cause lung disorders,
gastrointestinal and liver damage. Therefore, the necessary replacement of
formaldehyde as a preservative in food naturally. Cinnamon (Cinnamomum
bumannii) are spices - spices that are used by the people of Indonesia for cooking,
and is also used as a traditional remedy for various diseases. Based on tests
conducted studies that cinnamon bark can be used as a natural preservative at a
concentration of 8% of the weight of the food. Once applied cinnamon powder
8% in fish can be seen that the shelf life of the fish cinnamon bark is 9 hours.
iii
KATA PENGANTAR
2.
Ibu Eem Hayati, S.Pd., M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Analis Keseshatan,
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
3.
Ibu Iis Kurniati, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Analis
Keseshatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
4.
Ibu Wiwin Wiryanti Kurniati, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Prodi D-IV
Jurusan Analis Keseshatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Bandung.
5.
Ibu Yeni Wahyuni, S.Si, selaku Penanggung Jawab Karya Tulis Ilmiah, yang
telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, bimbingan, dan pengarahan.
iv
6.
selaku dosen
Ibu Dewi, S.Si., M.Si selaku dosen yang telah banyak memberikan ilmu,
dan pengarahan pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
8.
Bapak Sonny R Feisal , S.Pd., M.Kes selaku dosen yang telah membantu
merevisi Karya Tulis Ilmiah .
9.
Bapak
Yayan
Sofyan,
S.Pd.,
M.Kes,
selaku
Penanggung
Jawab
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
iii
vi
1.1
1.2
1.3
Tujuan ......................................................................................
1.4
Manfaat ..................................................................................
3
4
2.1.2 Simplisia..........................................................................
2.2
Kerangka Konsep.....................................................................
2.3
Definisi Operasional.................................................................
3.1
3.2
3.3
3.5
10
3.6
10
3.6.1
Alat ...............................................................................
10
3.6.2
Bahan............................................................................
11
3.6.3
11
11
vii
11
12
12
12
12
Kayu Manis...................................... 13
13
15
16
16
16
18
20
22
26
28
6.1 Simpulan.................................................................................... .
28
6.2 Saran............................................................................................
28
. ...................................
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................
30
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kulit Kayu Manis (Cinnamomum bumannii)....................... ........
18
23
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional..........................................................................
15
16
17
17
18
19
19
Tabel 5.5 Berat Kulit Batang Kayu Manis yang ditaburkan pada
Ikan Kembung..................................................................................
20
Tabel 5.6 Jumlah Bakteri pada Plate Count Agar (PCA) dengan Metoda
Pour Plate pada penambahan Kayu Manis 8%................................
21
Tabel 5.7 Jumlah Perhitungan Angka Lempeng Total pada Ikan Kembung..
21
22
23
24
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia juga digunakan
cemaran mikroba dalam ikan dan produk perikanan segar termasuk molusca,
krustase dan ekinodemata, jumlah cemaran mikroba khusus pada ikan segar yang
disimpan pada suhu 30oC (suhu ruang) selama 72 jam adalah 1x102 koloni/g,
sedangkan hasil penelitian Annisa pada tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah
cemaran mikroba pada produk hewani yang beredar dipasaran dengan umur
kurang dari 1 hari dapat mencapai 7,7x108 CFU/g. Hal ini jauh melebihi batas
cemaran mikroba minimal yang ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia. (2,3)
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bahan pengawet
alami pada makanan yang mudah didapat, bernilai ekonomis rendah dan aman
1.2
1.
Perumusan Masalah
Adakah pengaruh penambahan kayu manis
terhadap pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa?
2.
3.
Berapakah waktu simpan bunuh bakteri paling efektif ikan kembung yang
dilumuri kayu manis?
1.3
1.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penambahan kayu manis terhadap pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa
2.
3.
1.4
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai manfaat kayu manis yang
dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami pada ikan kembung dan
mengetahui waktu simpan yang paling efektif untuk mengawetkan ikan kembung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelusuran Pustaka
Ikan memiliki sifat sangat mudah rusak dan membusuk, sebagai akibat
sehingga
menyebabkan
terjadinya
denaturasi
protein.
Hal
ini
penggunaan
2.1.1
Kayu manis adalah jenis tanaman yang termasuk Kingdom Plantae, Divisi
Gymnospermae, Kelas Dicotyledonae, Subkelas Dialypetalae, Ordo Policarpicae,
Famili Lauraceae, Genus Cinnamomum, dan Spesies Cinnamomum burmannii.
Kayu manis yang terdapat di Indonesia adalah cassiavera, yang banyak diproduksi
di Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Utara sebagai pengekspor tanaman kayu
manis di dunia. (6,7)
2.1.1.1
Komponen utama kayu manis adalah minyak atsiri. Kulit kayu manis
memiliki kadar minyak atsiri yakni 0,9%. Komponen utama minyak atsirinya
adalah sinamaldehid (38,92%), aceteugenol (44,45%), kedua komponen utama
minyak atsiri tersebut digunakan sebagai penentu kualitas minyak atsiri dari
berbagai jenis kulit kayu manis lainnya. Selain itu, kulit kayu manis juga
mengandung zat kimia lainnya yakni methyl-n-amylketone yang berperan sangat
penting dalam menentukan flavour khusus dari minyak kulit kayu manis. (7,8)
Berdasarkan fungsinya, komponen kimia minyak atsiri mengandung
campuran senyawa kimia yang sangat kompleks, karena memiliki beberapa tipe
senyawa organik, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter.
Komponen kompleks kimia tersebut terbagi menjadi dua 2 jenis kategori, yakni,
komponen kimia yang kompleks tetapi tidak mempunyai kandungan zat kimia
melebihi 300 senyawa, yang digunakan sebagai pemberi bau ataupun aroma,
yang selanjutnya adalah komponen kompleks kimia yang memiliki kandungan
minyak atsiri melebihi 300 senyawa yang digunakan sebagai obat. Dosis 0,4 1 g
dapat digunakan sebagai penghangat lambung dan untuk obat sakit perut. (8)
Kadar komponen kimia kulit kayu manis sangat tergantung pada daerah
asalnya, dan tempat penanamannya. Indonesia sendiri memiliki jenis kulit kayu
manis yakni Cinnamomum bumarii yang memiliki kualitas kayu manis berbeda
dengan negara-negara lain di dunia.
2.1.2
Simplisia
Simplisia, adalah bahan tanaman yang masih sederhana, murni belum
tercampur atau belum diolah, kecuali dibersihkan agar tidak tercampur dengan
bagian- bagian tanaman lainnya. Bagian-bagian simplisia yang dapat digunakan
adalah daunnya saja, akar-akarnya saja, kulit dan batangnya saja, bunga saja dan
biji.
Simplisia yang telah diambil, umumnya harus dikeringkan sampai derajat
kering tertentu (90% 95 %), sehingga mudah untuk dihaluskan (kecuali bahanbahan yang akan disuling dan diambil minyaknya dengan teknik destilasi).
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air, mencegah reaksi enzimatik,
dan pertumbuhan bakteri.
Setelah proses pengeringan, dilakukan pemilihan (disortasi) yang bertujuan
untuk membebaskan bagian tanaman dari debu dan kerikil, serta memisahkan
bagian simplisia satu dengan bagian simplisia lainnya.
Proses terpenting lainnya, adalah penyimpananan, simplisia harus disimpan
pada tempat yang bersih, tidak panas, berudara kering, dan tidak terlalu terang,
perlakuan tersebut bertujuan untuk menjamin mutu dari simplisia dan mengurangi
kerusakan simplisia dari pengaruh luar. (7)
2.1.3
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif, batang kecil dengan
ukuran 0,5-1,0 x 3,0- 4,0 mm, berpili dan berflagel, polar pada satu ujung.
Psedomonas aeruginosa bersifat aerob, tidak meragikan karbohidrat (laktosa), dan
dapat membentuk lapisan polisakarida berlendir terutama pada kolonisasi paruparu. (9,10)
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
nosokomial, selain itu dapat menimbulkan infeksi pada saluran pernafasan,
saluran kemih, dan mata. Pseudomonas aeruginosa pertama menginvasi bagian
jaringan atau luka tubuh dengan cara melekatkan diri pada jaringan menggunakan
pili, tetapi tidak menekan fagositosis, kemudian terjadi lesi pada luka bakar di
kulit, terjadi pula pada mata yakni pada bagian kornea yang dapat menimbulkan
kebutaan, saluran kemih, infeksi paru paru yang dapat menimbulkan
pneumonia, dan infeksi septikemia yang seringkali menimbulkan penyakit
gastroentereritis. (9)
Pseudomonas aeruginosa tumbuh optimal pada suhu 35oC 42oC, yang
dapat menimbulkan beta hemolisis pada agar darah. Sifat khas dari Pseudomonas
aeruginosa, adalah menghasilkan pigmen yang mempermudah dalam diagnosis
klinik; pigmennya, yakni piosianin, pigmen ini dapat yang larut dalam kloroform,
selain itu dapat berflouresensasi yang menghasilkan pigmen warna merah, dan
dapat larut dalam air. (9)
Psedomonas aerugenosa merupakan penyebab berbagai jenis kerusakan
pada makanan, karena mempunyai kemampuan dalam memproduksi enzim yang
dapat memecah komponen lemak maupun protein dari bahan pangan. Banyak
organisme Pseudomonas dapat berkembang dengan cepat pada suhu kamar
ataupun suhu dingin, membentuk lendir dan pigmen pada permukaan makanan. (1)
2.2
Kerangka Konsep
Serbuk kulit kayu
manis (Cinnamomum
burmannii) dengan
konsentrasi
2%,4%,6%,8%,10%
Pertumbuhan
Pseudomonas
aeruginosa pada ikan
kembung
2.3
Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Konsentrasi
kulit batang
kayu manis
(Cinnamomum
burmannii)
Besarnya konsentrasi
simplisia kayu manis
yang dapat
menghambat
pertumbuhan
Pseudomonas
aeruginosa
Pengenceran
Labu
Ukur
Persen
(%)
Pertumbuhan
Pseudomonas
aeruginosa
Pertumbuhan
Pseudomonas
aeruginosa yang
dihambat oleh kayu
manis dengan
berbagai konsentrasi
Diameter
zona
hambat
Jangka
sorong
Mm
Pertumbuhan
Pseudomonas
aeruginosa
pada ikan
kembung
Banyaknya koloni
yang diperoleh dari
berbagai variasi
waktu penyimpanan
setelah pelumuran
kayu manis
Menghitung
koloni
berdasarkan
ALT
(Angka
Lempeng
Total)
Coloni
counter
Baik,
jika ALT
<1x103
CFU/g
Tidak
Baik jika
>1x103
CFU/g
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3.2
pasar Cimindi, sedangkan sampel adalah ikan kembung sebanyak 1 kg, kemudian
diambil bagian daging ikannya. Jumlah perlakuan yang digunakan pada penelitian
ini berdasarkan perbedaan waktu pelumuran, yaitu 0 jam, 6 jam dan 9 jam.
3.3
Jurusan
Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung pada 917 Oktober 2015.
3.4
(KBM)
dengan variasi waktu pelumuran 0 jam, 6 jam dan 9 jam pada suhu kamar,
kemudian ditentukan jumlah kuman (ALT) dari masing masing perlakuan.
3.5
Analisis Data
Pada penelitian ini hasil yang diperoleh adalah zona hambat pertumbuhan
3.6
3.6.1
buah, rak tabung reaksi 3 buah, inkubator 1 buah, erlenmeyer 500mL 2 buah,
penggaris 1 buah, pipet ukur 10mL 12 buah , mikro pipet 50 mikrometer 2 buah,
tip kuning 15 buah. ose bulat 2 buah, labu ukur 5mL 5 buah, tabung reaksi 50
buah, autoclave 1 buah, gelas ukur 100mL 2 buah ,spatula 15 buah, blender 1
buah, corong 8 buah, batang pengaduk 2 buah , neraca analitik 1 buah, neraca
teknis 1 buah, kertas timbang secukupnya, spirtus 1 buah, cawan petri 40 buah,
kertas pembungkus secukupnya, kertas saring secukupnya, jangka sorong 20cm 1
buah, pisau 2 buah , hot plate 1 buah, kertas label secukupnya, spektrofotometer 1
buah.
10
3.6.2
Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian, adalah sebagai berikut:
3.6.3
Cara Kerja
3.6.3.1
Sterilisasi
Alat-alat
gelas
dicuci
bersih,
dikeringkan,
dan
dibungkus
kertas
pembungkus. Alat gelas disterilisasi menggunakan oven pada suhu 180 oC selama
120 Menit. Bahan yang akan digunakan seperti NaCl 0,85%, Media agar
disterilisasi menggunakan autoclave 1210C selama 15 menit.
3.6.3.2
1.
2.
3.
4.
5.
11
3.6.3.3
Dipipet 5,0 mL NaCl 0,85% yang telah steril, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang steril. Ditambah koloni bakteri (diameter 1 mm) menggunakan ose
bulat. Dikocok hingga homogen, dan kekeruhan diukur menggunakan
spektrofotometri pada panjang gelombang 625 nm. Kekeruhan suspensi antara
1x106 sampai 5x106 CFU/mL.
3.6.3.4
3.6.3.5
3.6.3.6
Pengujian
Simplisia
Kulit
Batang
Kayu
Manis
Terhadap
Pseudomonas aeruginosa
Disediakan larutan simplisia kulit batang kayu manis 0%, 2%, 4%, 6%, 8%
dan 10%, bagian cawan petri dibagi menjadi tiga bagian menggunakan spidol dan
penggaris kemudian diberi label.Dituangkan Muller Hinton Agar Kedalam
masing-masing cawan petri dan dibiarkan hingga memadat, digoreskan suspensi
12
3.6.3.7
tabung reaksi 1 yang berisi suspensi sampel ke tabung kedua lalu dihomogenkan,
dilakukan pengenceran dengan cara yang sama hingga tabung kelima yaitu
pengenceran 10-5, dari masing-masing pengenceran dimulai dari 10 -3, 10-4 dan
105, dipipet 1 mL dan dimasukkan kedalam masing-masing cawan petri sesuai
kode pengenceran, kedalam masing-masing cawan petri steril yang berisi suspensi
sampel, ditambahkan 15 mL PCA suhu 450C, masing-masing cawan petri
dihomogenkan secara perlahan hingga tercampur merata, dan dibiarkan hingga
dingin dan membeku, cawan yang telah membeku diinkubasi selama 24 jam di
dalam inkubator pada suhu 37oC dengan posisi cawan terbalik.
3.6.3.8
13
Jika pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri maka
dihitung pengenceran tertinggi, misalnya dengan menghitung jumlahnya dari
seperempat cawan petri kemudian dikali empat.
Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari dua,
maka dilaporkan hanya hasil terkecil.
Jumlah ALT = (Jumlah koloni cawan Jumlah koloni kontrol) x Pengenceran
Jumlah cawan yang dihitung
14
15
BAB IV
ANGGARAN BIAYA
Anggaran biaya yang digunakan pada penelitian ini, tercantum pada tabel di
bawah ini
Tabel 4.1 Anggaran Biaya
No
Biaya (Rp)
Peralatan penunjang
500.000
25.000
100.000
Jumlah
625.000
15
16
BAB V
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diperoleh data yang merupakan hasil dari pengujian
5.1.1
Tabel 5.2 Diameter Zona Hambat Simplisia Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum Bumannii) Pada Mueller Hinton Agar (MHA) terhadap
Pertumbuhan Pseudomonas Aeruginosa pada Kulit Batang Kayu Manis
No
Konsentrasi
Simplisia
(%)
(2)
(3)
Rerata
(mm)
16
14
10
18
20
18
18,66
18
20
18
18,66
20
22
22
21,33
10
18
18
18
18
16
Kontrol
Ciprofloxacin
12
18
Rerata
16,66
Disk
Content
Ciprofloxacin
5mg
Zone Diameter
R
Intermediet
< 15
16 20
<21
Dari data yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan zona hambat pada setiap konsentrasi kulit kayu manis. Pada simplisia
kulit kayu manis rata-ratanya adalah 18,00 mm. Konsentrasi paling optimum
ditemukan pada kulit kayu manis yang dihaluskan dengan konsentrasi 8 %. Pada
tabel kontrol positif (Ciprofloxacin) menunjukkan aktivitas antibakteri dengan
rerata zona 16,66 mm, termasuk ke dalam kategori intermediet untuk menghambat
Pseudomonas aeruginosa sebagai quality control. Sehingga dapat diketahui
bahwa kulit kayu manis dengan konsentrasi 8 %, daya hambatnya lebih baik
dibandingkan antibiotik Ciprofloxacin.
17
Mean
Square
Between
Groups
35.653
Within Groups
14.464
11
Total
50.118
16
7.131 5.423
Sig.
.009
1.315
Pada tabel di atas, terlihat bahwa Sig >0,05 sehingga semua data dapat di
kategorikan tidak terdistribusi normal.
18
df1
Statistic
df2
10.181a
Sig.
11
.003
Source
Type III
Sum of
Squares
Mean
Square
Df
115.593a
.279
115.593
Error
84.877
15
Total
656.000
17
Corrected
Total
200.471
16
Corrected
Model
Intercept
Zona_Hambat
115.593 20.428
Sig.
Partial
Eta
Squared
.000
.577
.049
.827
.003
115.593 20.428
.000
.577
.279
5.658
19
Pada tabel di atas, hasil uji menunjukkan bahwa jika F hitung dibandingkan
dengan F tabel adalah 20,428 dengan taraf (Sig: 0,000), artinya semua data adalah
independen, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar semua
konsentrasi simplisia dengan diameter zona hambat. Zona hambat adalah R
squared = 0,577 menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel konsentrasi
dengan zona hambat adalah 57,7%.
5.1.2
Berat Ikan
(g)
Berat Simplisia
(g)
Keterangan
47
0,00
45
3,60
Pelumuran 0 jam
46
3,68
Setelah 6 jam
43
3,44
Setelah 9 jam
20
Tabel 5.6 Jumlah Bakteri pada Plate Count Agar (PCA) dengan Metoda
Pour Plate pada penambahan Kayu Manis 8%
No
Lama
Penyimpanan
10-4
10-5
Total
Bakteri
Tanpa Pelumuran
70
77
Pelumuran 0 jam
30
40
Setelah 6 jam
12
23
Setelah 9 jam
Dari data yang disajikan pada tabel terlihat bahwa terjadi penurunan bakteri
setelah pelumuran 0 jam, 6 jam, dan 9 jam setelah inkubasi. Berdasarkan
penelitian, kulit batang kayu manis dengan kadar 8 % dapat digunakan sebagai
pengawet ikan dan penurunan adanya bakteri Pseudomonas aeruginosa pada ikan
kembung ataupun makanan berprotein lainnya.
Tabel 5.7 Jumlah Perhitungan Angka Lempeng Total pada Ikan Kembung
No
Lama
Penyimpanan
-3
-4
-5
10
10
Total
Bakteri
Tanpa Pelumuran
70.000
600
10
70.610
Pelumuran 0 jam
8000
3000
20
11.020
Setelah 6 jam
2000
900
120
3.020
Setelah 9 jam
2000
100
20
2.120
Pada tabel 5.7 hasil pengamatan jumlah bakteri pada ikan tanpa pelumuran
kayu manis adalah 70x103 CFU/g, jumlah bakteri pada ikan tanpa pelumuran
kayu manis setelah disimpan 0 jam adalah 11x10 3 CFU/g, jumlah bakteri pada
21
ikan dengan pelumuran kayu manis setelah disimpan 6 jam adalah 3x10 3 CFU/g,
jumlah bakteri pada ikan dengan pelumuran kayu manis setelah pelumuran 9 jam
adalah 2,1x103CFU/g. Penurunan jumlah bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah
linear.
of
Mean
Squares
df
Square
Sig.
951.333
317.111
.733
.561
874.800
874.800
2.022
.193
38.267
.088
.916
432.583
Deviation 76.533
Within Groups
3460.667
Total
4412.000
11
Pada tabel terlihat bahwa Sig > 0,05 sehingga semua data dapat di
kategorikan terdistribusi tidak normal.
22
df1
df2
3
Sig.
8
.005
Dalam tabel terlihat bahwa nilai signifikansi 0,005, hal ini menunjukkan
bahwa data dari setiap variabel adalah heterogen, sehingga data dapat diolah
secara statistik dengan uji ANOVA One Way
23
Partial
Type III Sum
of Squares
Mean
Df
Square
Eta
F
Sig.
Squared
Corrected Model
874.800a
874.800
2.473
.147
.198
Intercept
2074.539
2074.539
5.865
.036
.370
874.800
874.800
2.473
.147
.198
Error
3537.200
10
353.720
Total
6140.000
12
Corrected Total
4412.000
11
Lama_Penyimpanan
24
Tanpa
Pelumuran
Mean
Difference
(I-J)
0 12.333
Pelumuran
dim jam
ensi
Simpan 6jam
18.333
on3
Simpan 9jam
24.000
Pelumuran 0
Tanpa
-12.333
dim Pelumuran
jam
ensi
Simpan 6jam
6.000
on3
Simpan 9jam
11.667
dim
Simpan
6jam
Tanpa
-18.333
ensi
dim Pelumuran
on2
ensi Pelumuran 0 -6.000
on3 jam
Simpan 9jam
5.667
Simpan 9jam
Tanpa
-24.000
dim Pelumuran
ensi Pelumuran 0 -11.667
on3 jam
Simpan 6jam
-5.667
Std.
Error
16.982
Sig.
.488
95%
Confidence
Interval
Lower
Upper
Bound
Bound
-26.83
51.49
16.982
16.982
16.982
.312
.195
.488
-20.83
-15.16
-51.49
57.49
63.16
26.83
16.982
16.982
16.982
.733
.512
.312
-33.16
-27.49
-57.49
45.16
50.83
20.83
16.982
.733
-45.16
33.16
16.982
16.982
.747
.195
-33.49
-63.16
44.83
15.16
16.982
.512
-50.83
27.49
16.982
.747
-44.83
33.49
Dari tabel hasil uji statistik lanjutan dengan metoda LSD (Least Significant
Difference), jumlah bakteri Pseudomonas aeruginnosa setelah dilumuri kulit kayu
manis terjadi penurunan jumlah bakteri yang linear. Nilai Signya adalah > 0,05
artinya tidak terdapat hasil yang signifikan perubahan jumlah bakteri
Pseudomonas aeruginosa pada ikan.
25
5.2
Pembahasan
Antibakteri, secara umum diartikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
26
Lisin
Ornitin atau arginin
H2N(CH2)5NH2
Kadaverin
dekarboksilase
H2N(CH2)4NH2
Putresin
27
28
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
1.
2.
3.
6.2
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan:
1.
Pengujian angka lempeng total dengan interval waktu 0 jam, 6 jam dan 12
jam untuk melihat masa simpan yang optimal.
2.
3.
4.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
29
Lampiran 1
30
Lampiran 2
31