Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di era globalisasi saat ini, hampir semua negara menyatakan diri sebagai
negara demokrasi termasuk negara yang sistem pemerintahannya bersumber
pada kedaulatan rakyat seperti Indonesia. Kedaulatan rakyat merupakan paham
kenegaraan yang penjabaran dan terdapat dalam Undang-Undang Dasar suatu
negara dan penerapannya disesuaikan dengan filsafat hidup rakyat dari negara
yang bersangkuan.
Spirit kerakyatan yang menjadi watak negara demokrasi merupakan
syarat utama dalam negara yang berkedaulatan rakyat, karena kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat. Demokrasi mempunyai arti penting bagi
masyarakat karena dengan demokrasi hak masyarkat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.
Selain demokrasi, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan
elemen penting untuk perwujudan sebuah negara yang berkeadaban.
Permasalahan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia merupakan isu Internasional
yang sangat menonjol. Ini tentunya memerlukan perhatian yang serius karena
dimensi pengaruhnya dalam kehidupan Nasional dan Internasional sangat
besar. Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi, menuntut setiap negara untuk mengkaji permasalahan tersebut
secara intensif. Informasi yang masuk ke suatu negara tidak hanya melalui
interaksi internal akan tetapi dapat diperoleh melalui Interkoneksi dan
Interdependensi (Interface) antar bangsa, bilateral maupun multilateral.
Interface tersebut tentunya akan mempengaruhi pengetahuan dan
kesadaran (Awareness and Acquintance) seseorang maupun kelompok
masyarakat dan dalam perkembangannnya akan mempengaruhi juga penilaian
(Assessment) dan perilaku (Behaviour and Attitude) yang bersangkutan. Di
Indonesia, isu demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) juga semakin
menguat setelah adanya gerakan reformasi, dan ini merupakan tahap awal bagi
transisi demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
1

Sejak tanggal 17 April 2015, DPRD Kota Malang telah ketok palu
mengesahkan perubahan Perda Retribusi Jasa Umum No 1 Tahun 2011 tentang
perubahan tarif retribusi Parkir. Perda yang disahkan tersebut memuat tarif
baru parkir menjadi Rp 2.000 untuk motor dan Rp 3.000 untuk mobil. Hal ini
disesuaikan dengan kajian dan usulan Pemkot Malang melalui Dinas
Perhubungan (DisHub). Dengan adanya perubahan tarif baru parkir tersebut,
maka kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor parkir ditargetkan
naik 200% dari target sebelumnya Rp 5 miliar menjadi senilai Rp 12 miliar
sampai 15 miliar. (berita dari malangtimes.com)
Menurut beberapa teman se-jurusan sebagai pendatang atau bukan
pemilik KTP Malang, mereka merasa keberatan dengan kebijakan kenaikan
tarif parkir tersebut. Alasannya sebenarnya mudah. Mereka masih belum rela
kalau uang hasil retribusi parkir itu hanya masuk ke oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Sebenarnya mereka berniat membayar parkir adalah untuk
pembangunan fasilitas dan pelayanan publik, bukan untuk memberi sedekah
bagi para oknum penarik uang parkir. Selain itu, masalah jaminan keamanan,
misalnya terjadi kehilangan kendaraan saat parkir, kebanyakan nantinya akan
dibenturkan pada permasalahan keresmian dari pengelolaan parkir. Sedangkan
pada praktiknya, kita sulit membedakan mana parkir resmi mana dan mana
tidak karena tidak adanya ketegasan dari pihak (pemerintah) yang terkait
selaku eksekutor kebijakan. Sering didapati tempat parkir tanpa karcis atau
terkadang karcis parkir yang digunakan berulang-ulang ke pengendara lain.
Tanpa adanya bukti parkir, jelas tidak mungkin ada bukti kuat saat pengendara
kehilangan motor di tempat parkir tersebut. Ditambah lagi dengan model
pengelola parkir yang tanpa karcis, ke mana dan di mana uang parkir dikelola
masih dipertanyakan. Ini dikarenakan dengan rawannya rekayasa bukti karcis.
Apabila sistemnya target atau setoran, bagaimana pengelolaan uangnya juga
masih dipertanyakan dikarenakan belum ada transparansinya prosentase
pembagian uang parkir. Harapan penyusun dengan adanya kajian penerapan
Demokrasi dan HAM ini, nantinya bisa menjadi latar belakang pemerintah
untuk mengadakan pelatihan dan sertifikasi juru parkir, sehingga masyarakat
memahami betul tanggung jawab perkerjaan sebagai layanan parkir.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi nilai-nilai Demokrasi di bidang jasa parkir kota
Malang?
b. Bagaimana implementasi nilai-nilai HAM di bidang jasa parkir kota
Malang?
1.3 Tujuan
a.

Mengetahui implementasi nilai-nilai Demokrasi di bidang jasa parkir kota

b.

Malang.
Mengetahui implementasi nilai-nilai HAM di bidang jasa parkir kota
Malang.

1.4 Manfaat
a. Mahasiswa mengetahui bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mahasiswa mengetahui bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai HAM
dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Metode Survey
Untuk penelitian kali ini penyusun menggunakan metode survey sampling.
Survey sampling artinya kegiatan survey yang menggunakan sampling. Di sini
maksudnya adalah tidak semua unit analisis dalam populasi diamati satu per satu, akan
tetapi hanya sebagian saja, yang diwakili oleh sampel. Proses pengambilan sampel
dikenal dengan teknik sampling. Ukuran sampel bisa beragam karena bergantung
kepada berbagai faktor dan pertimbangan, baik teknik maupun statistik. Untuk
sampelnya penyusun mengambil dari jasa parkir di Malang Town Square (dalam),
Malang Town Square (luar), dan warung-warung depan kapus UIN Maliki Malang
yang menyediakan jasa parkir, baik itu resmi maupun tidak resmi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara
dengan kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung
ataupun melalui perwakilan. Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal
dari bahasa yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau crateain
yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadim secara bahasa, demos-cratein
atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. 1
Istilah demokrasi sendiri diperkenalkan pertama sekali oleh Aristoteles
sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan
bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak yang disebut dengan istilah
rakyat. Di Yunani sendiri demokrasi telah muncul pada pertengahan abad ke-5
dan ke-4 SM. Demokrasi ini merujuk pada sistem politik di negara kota Yunani
Kuno.
Seiring dengan perkembangan zaman, sehingga perkembangan sistem
demokrasi juga banyak diterapkan di berbagai negara-negara di dunia.
Perkembangan demokrasi yang semakin pesat juga telah memunculkan
perkembangan pengertian dari demokrasi itu sendiri. Pengertian demokrasi dari
para ahli2 :
1.

Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta : Hanindita, 1985)


Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintah itu melekat pada diri rakyat atau pada diri orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan
pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

Winarno.2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.PT Bumi Aksara


: Jakarta hal.90
2

Winarno.2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.PT Bumi Aksara


: Jakarta hal.91

2.

Menurut International Commission of Jurist


Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada
mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas .

3.

Menurut Abraham Lincoln


Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan demokrasi
sebagai pemerintahan dari rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini berarti
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan
rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama didalam
mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui demokrasi, keputusan yang
diambil berdasarkan suara terbanyak.

2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia


a. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Revolusi (1945 1950)
Tahun 1945 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum
berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik.
Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan, hal itu
terlihat pada pasal 4 aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum
MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan
dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari
kesan bahwa Negara Indonesia adalah negara yang absolut, pemerintah
mengeluarkan :
a. Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang pembentukan
partai politik.

c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan


sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer.
b. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Lama
i. Masa Demokrasi Liberal (1950 1959)
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif.
Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi
dan berkembangnya partai-partai politik. Atas dasar beberapa kegagalan
maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1.

Bubarkan konstituante

2.

Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950

3.

Pembentukan MPRS dan DPAS

ii. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 1966)


Pengertian

demokrasi

terpimpin

menurut

Tap

MPRS

No.

VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri :
1.

Dominasi Presiden

2.

Terbatasnya peran partai politik

3.

Berkembangnya pengaruh PKI

c. Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru (1966 1998 )


Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru
bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
6

konsekwen. Awal orde baru memberi harapan baru pada rakyat


pembangunan di segala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa
orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992 dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap
gagal sebab :
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
d. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi (1998 Sekarang)
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari
Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antara lain :
1. Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang
bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

Pada masa reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sudah


tiga kali yaitu tahun 1999, tahun 2004, dan tahun 2009.2.3 Hubungan
Pancasila dan Agama

2.3 Pengertian HAM


HAM adalah kebebasan seseorang untuk bertindak sesuai dengan hati
nuraninya berkenaan dengan hal-hal yang asasi atau mendasar. HAM
merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.3 HAM juga merupakan hak yang melekat
pada manusia secara kodrati. HAM ini juga tidak dapat dihilangkan oleh pihak
lain. Disamping HAM, ada juga kewajiban asasi yaitu kewajiban dasar yang
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilaksanakan oleh setiap
manusia, misalnya beribadah. Beberapa defenisi menurut para ahli :
1. Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo, SH.
HAM adalah hak-hak dasar / pokok yang dibawah manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
2. John Locke.
HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai suatu yang bersifat kodrati.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan hak paling
individu dan merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi yang dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
2.4 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang
hidup di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah
cukup lama. Secara garis besar, Prof. Bagir Manan pada bukunya
3

Winarno.2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.PT Bumi Aksara


: Jakarta hal.129

Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi


perkembangan.
Pembagian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak
yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada
saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah
orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM.
Selanjutnya dilakukan penyusunan perlakuan perundang undangan yang
berkaitan dengan perlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan
banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait
dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen internasional dala
bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada
tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang undangan
tentang HAM seperti amandemen konstitusi negara (Undang-Undang Dasar
1945), ketetapan MPR (TAP MPR), Undang-Undang (UU), peraturan
pemerintah dan ketentuan perundang undangan lainnya.
Hubungan Demokrasi dan HAM
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena
makna terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah
sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara. Posisi ini
berarti secara langsung mengatakan adanya jaminan terhadap hak sipil dan
politik rakyat. Ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara,
antara lain semakin besarnya tingkat kemerdekaan, misalnya kebebasan untuk
menyatakan pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak
untuk diperlakukan sama dihadapan hukum.
Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi
bukanlah sebatashak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya,
demokrasi juga terkait erat dengan sejauhmana terjaminnya hak-hak ekonomi
dan sosial dan budaya rakyat. Maka negara demokratis juga diukur dari
sejauhmana negara menjamin kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah

tingkat pengangguran dan seberapa jauh negara menjamin hak-hak warga


negara dalam mendapatkan penghidupan yang layak. Hal inilah yang secara
langsung ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana hubungan yang
terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud
dan dijamin oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi
akan terwujud apabila negara mampu menjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Implementasi demokrasi dan HAM di kehidupan sehari-hari
Contoh penerapan HAM dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. Melarang anggota masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dalam
menghadapi pelanggaran HAM atau kejahatan yang terjadi di lingkungan
masyarakat setempat.
2. Memberi contoh/tauladan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari dengan berperilaku yang baik dan sopan misalnya dalam
menjalankan kendaraan bermotor dijalan umum atau jalan raya dengan
tidak mentang-mentang bahwa ia aparat kepolisian.
3. Cepat tanggap dan membantu kesulitan yang terjadi di lingkungannya.
4. Memberi pertolongan baik di llingkungan tugasnya maupun di tempattempat lain bila ada orang/anggota masyarakat yang memerlukan
pertolongan.
5. Sopan

berkendaraan

di

jalan

raya/umum,

dengan

mengikuti

peraturan/rambu-rambu lalulintas yang berlaku.


6. Dalam

menggunakan

fasilitas

Rumah

Tangga

di-usahakan

tidak

mengganggu lingkungan disekitarnya.


7. Ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan
masyarakat dimana ia bertempat tinggal.
8. Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan atau
tetangga dan berupaya menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik
dan terhormat, serta jangan ikut-ikutan main hakim sendiri.
9. Melakukan kegiatan rumah tangga dengan tidak mengganggu ketenangan
dan ketertiban tetangganya.
10. Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan masyarakat

10

masing-masing.
11. Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa dirinya
benar.
12. Jangan mengembangkan perselisihan antar anak menjadi perselisihan antar
orang tua.

11

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelayanan Parkir di sekitar Malang Town Square dan UIN Maliki Malang
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan
menggunakan data primer berupa wawancara (interview) langsung terhadap
pihak-pihak yang terkait dalam kasus permasalahan tersebut, seperti pada juru
parkir dan pengendara motor. Berdasarkan pada perolehan data-data hasil
observasi (wawancara) tersebut ada beberapa tanggapan dan komentar
mengenai pelayanan di dalam rumah sakit ini, diantaranya sebagai berikut:
Naufan (Pegawai Parkir Malang Town Square (dalam))
Dari hasil wawancara penyusun terhadap

pegawai tersebut yang

mengatakan bahwa pelayanan di Parkir Malang Town Square (dalam) sudah


sangat aman. Pelayanan sudah sangat nyaman. Keamanan juga terjamin
karena adanya karcis juga pengecekan STNK. Semua peraturan dan fasilitas
sudah tertulis.
Dari wawancara ini, dapat disimpulkan bahwa hak-hak dari pengguna jasa
sudah diberikan dengan baik. Kebebasan pengguna untuk menggunakan
fasilitas sudah terpenuhi. Bahkan jika terjadi ketidakpuasan pelayanan,
pengguna dapat melapor kepada atasan pegawai secara langsung. Bentuk
demokrasi secara langsung diberikan di tempat tersebut.
Bu Widiati (Pengguna Jasa Parkir Malang Town Square (dalam))
Menurut beliau sistem pelayanan parkir di Malang Town Square (dalam)
sudah tidak terdapat kekurangan sama sekali. Semuanya sudah teratur, aman
dan rapi. Sehingga membuat pengguna merasa nyaman saat meninggalkan
motornya untuk berbelanja.
Menurut beliau parkir ini layaknya parkir percontohan. Saat penyusun
bertanya tentang masalah kebebasan kritik dari pengguna, Ibu ini sedikit
menyayangkan karena tidak adanya kotak saran bagi pengguna, sehingga
para pengguna hanya bisa berinteraksi dengan pemimpin hanya saat terjadi
kendala yang benar-benar serius. Tetapi menurut beliau, tanpa adanya kotak
saran pun, demokrasi sudah cukup diterapkan dengan sering berinteraksinya
12

pegawai-pegawai parkir yang selalu siap melayani pengguna parkir.


Sehingga tanpa pengawasan langsung dari manajer parkir, sistem dari parkir
ini sudah tertata dengan rapi. Tanggung jawab pegawai pun sangat besar,
mereka siap membantu mencari motornya saat kendaraannya berpindah
tempat dari lokasi parkir saat meninggalkan dan saat ingin mengambil. Hak
para pengguna dipenuhi langsung, saat motor mereka dipindah-pindah, para
pengguna menuntut motornya dikembalikan, petugas pun akan mencarikan
motor dari pengguna tersebut karena sudah tanggung jawabnya.
Pak Dayat (Pegawai Parkir Malang Town Square (luar))
Menurut beliau sistem pelayananan kesehatan di Parkir Malang Town
Square (luar) ini sudah sangat memuaskan. Menurut beliau jasa parkir di
tempat itu sudah sangat baik. Karcis sudah diberikan, denda untuk karcis
hilang, dan jaminan penggantian kehilangan motor.
Tetapi pada praktiknya, tempat parkir ini jauh dari sempurna. Sistemnya
diatur oleh karang taruna setempat. Jadi hasil, dan pertanggungjawaban
semua ada di karang taruna setempat. Mereka hanya memberi denda untuk
karcis hilang, sedangkan untuk keluar masuk kendaraan tidak ada
pengecekan

STNK,

sehingga

terkesan

seperti

pemalakan.

Untuk

ketidakpuasan pelayanan pun tidak ada tempat untuk mengeluh.


Irfan (Pengguna Jasa Parkir Malang Town Square (luar))
Sama dengan pendapat penyusun, pengguna jasa parkir ini merasakan
ketidaknyamanan untuk tempat parkir tersebut. Ditambah dengan denda
yang tidak jelas untuk apa, dan ke mana nantinya uang tersebut tersalurkan.
Uang dari penghasilan parkirnya pun tidak nampak jika hasilnya untuk
pengembangan lahan parkir. Juga untuk pengecekan STNK dan larangan
kunci ganda yang benar-benar membuat pengguna jasa tidak nyaman.
Mereka memang menjamin penggantian kehilangan, tetapi tidak bisa
dihindari bahwa kejahatan itu selalu terjadi. Menurutnya, kebanyakan orang
yang parkir di tempat itu adalah orang yang tidak mau bersusah-susah
mencari tempat untuk parkir kendaraannya, tapi ada juga yang terpaksa
karena parkir di dalam sudah penuh seperti pengguna ini.
Pak Saekhan (juru parkir di sekitar UIN Maliki Malang)

13

Menurut beliau, penyediaan jasa parkir dirasa diperlukan karena untuk


menjamin keamanan saat pengguna menitipkan motornya. Tetapi saat
ditanya masalah karcis, beliau menjawab tidak ada perintah dari karang
taruna. Tetapi seragam parkir dan setorannya semua kembali ke karang
taruna. Padahal karang taruna ini membawahi banyak lahan parkir. Untuk
masalah kehilangan-kehilangan, beliau kembalikan tanggung jawabnya ke
karang taruna. Saat ditanya tentang orang-orang yang tidak mau parkir
dengan duduk di atas motor, menurut beliau orangorang itu adalah orang
yang pelit, tidak mau mengeluarkan sedikit uang untuk kenyamanan.
Parkir di tempat-tempat seperti ini yang jauh dari nilai-nilai demokrasi dan
HAM. Pelayanannnya sungguh-sungguh seperti pemalakan. Ini tidak bisa
dihindari karena menurut beliau, dengan adanya jasa parkir ini dapat
mengurangi tingkat pengangguran. Tetapi jika dilihat dari sisi pelayanannya,
justru parkir ini jauh dari sistem yang telah diatur.
Faid (pengguna parkir di sekitar UIN Maliki Malang)
Salah seorang pengguna parkir yang penyusun wawancarai ini merasa
terganggu dengan adanya parkir liar tersebut. Bahkan saking terganggunya
untuk mengeluarkan uang 1000 rupiah untuk jasa parkir, ia rela berpanaspanas menunggu dengan duduk di atas motor. Menurut ia, ini akan memberi
pelajaran pada tukang parkir untuk memperbaki pelayanannya. Padahal, jika
dikembalikan kepada jru parkir, maka jelas juru parkir menganggap orangorang ini adalah orang yang pelit. Sungguh perbedaan daya pikir yang
sangat jauh, karena memang para tukang parkir berpikir untuk mendapat
uang sebanyak-banyaknya, sedangkan pengguna memikirkan keamanan
yang dijamin oleh tukang parkir.
Pengguna ini juga tidak mau memarkirkan parkirnya karena menurutnya
juga juru parkir sering menyimpang dari HAM, semestinya mereka
membuat pengguna percaya dengan pelayanannya, sehingga secara tidak
langsung mereka membebaskan pengguna mengunci motornya dan mereka
memperbaiki sistemnya, tidak seperti sekarang, mereka justru meremehkan
bentuk-bentuk pengamanan motor pribadi, tidak diberi karcis, dan
sebagainya. Mereka hanya memikirkan kemudahan mereka bekerja. Tetapi

14

jika terjadi kehilangan, maka keduanya akan memboroskan waktu, uang,


dan tenaga untuk mengurus berbagai macam urusan penggantian kerugian.
3.2 Kesesuaian Antara Pelayanan Parkir di Kota Malang Dengan Nilai-Nilai
Demokrasi dan HAM
Dari data-data yang telah didapatkan melalui proses observasi, pelayanan
parkir di Malang ini ada 3 Jenis yakni yang dibawahi oleh Instansi atau bidang
usaha, karang taruna, dan parkir liar. Kami telah melakukan survey pada
tempat-tempat tersebut dan membuka pengetahuan baru bagi penyusun. Ada
beberapa tempat yang memahami nilai-nilai demokrasi dan HAM.
Tetapi untuk beberapa tempat parkir baik yang dibawahi oleh bidang
usaha, atau karang taruna, atau juga parkir liar, tidak semua menghargai nilainilai pelayanan dengan baik untuk mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
dan HAM. Hal ini jelas sangat tidak sesuai dengan konsep HAM yang ada,
karena ada penyimpangan atas hak-hak seseorang untuk mendapatkan
pelayanan dengan baik. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia
(HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia .
Dari data-data di atas, jika dikaitkan dengan konsep masyarakat madani,
khususnya di tinjau dari pengertian masyarakat madani itu sendiri,
menunjukkan sudah tidak adanya lagi pencerminan dari masyarakat madani.
Yang mengatakan bahwa masyarakat madani itu adalah masyarakat yang
mandiri dan menjalankan sesuatu sesuai dengan konsep demokrasi yang sudah
ada.
Selain tidak sesuai dengan HAM, dari data-data di atas juga dapat terlihat
jelas bahwa ternyata masih ada pelayanan parkir di Malang yang tidak sesuai
dengan sistem demokrasi, yaitu sistem yang diterapkan di Indonesia sekarang
ini. Yang mana demokrasi menyatakan bahwa semuanya itu hanya untuk

15

rakyat. Akan tetapi, faktanya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sekarang
ini. Terbukti dengan pelayanan di tempat-tempat parkir yang kurang tanggap
dan peduli dengan tanggung jawab dan pelayanannya. Secara etimologis
demokrasi dikatakan berasal dari bahasa Yunani: demos berarti rakyat atau
penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos berarti pemerintahan,
kekuasaan, atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demo-cratein atau demo-cratos
(demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh
rakyat.
Pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan
yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk
kepentingan rakyat. Pendemokrasian relasi konkrit antara pencahari bantuan
pelayanan parkir dan para penyelenggara pelayanan parkir memiliki
keuntungan ganda. Sebab pada tempat parkir pertama akan terjalin hubungan
yang berwatak kemanusiaan yang lebih baik, karena kedua belah pihak samasama berpeluang menumbuhkan kebebasan-kebebasan masing-masing. Dan hal
kedua yang tidak kalah pentingnya adalah adanya upaya bersama merancang
dan meningkatkan proses keamanan.
Pemikiran tentang demokrasi sebagaimana dikembangkan oleh Hobbes,
Locke dan Rousseau bahwa negara terbentuk karena adanya perbenturan
kepentingan hidup mereka dalam hidup bermasyarakat dalam suatu natural
state. Akibatnya terjadilah penindasan di antara satu dengan lainnya. Oleh
karena itu individu-individu dalam suatu masyarakat itu membentuk suatu
persekutuan hidup bersama yang disebut negara, dengan tujuan untuk
melindungi kepentingan dan hak individu dalam kehidupan masyarakat negara.
Atas dasar kepentingan ini dalam kenyataannya muncullah kekuasaan yang
kadang kala menjurus ke arah otoriterianisme.
Dari tujuan-tujuan dibentuknya negara yang dikemukakan oleh Hobbes,
Locke dan Rousseau di atas, juga menunjukkan tidak ada kesinkronan antara
konsep dari sistem demokrasi dengan yang suatu fakta yang terjadi zaman
sekarang. Seharusnya sistem demokrasi juga bisa bertanggung jawab. Melalui

16

pemerintah yang sudah dipilih oleh rakyat untuk menjadi pemimpin negaranya,
termasuk dengan pemberian kebijakan-kebijakan kepada pihak layanan parkir.
Sehingga HAM (Hak Asasi Manusia) yang dimiliki oleh rakyat juga terpenuhi
dengan baik. Perlindungan, pemaajuan, penegakan, dan pemenuhan Hak Asasi
Manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Apapun predikat
yang akan diberikan kepada demokrasi kita, maka demokrasi itu harus
demokrasi yang bertanggung jawab, artinya demokrasi yang dijiwai oleh rasa
tanggung jawab terhadap Tuhan dan sesama kita.
Berhubungan dengan keharusan kita di tahun-tahun yang akan datang
untuk memperkembangkan a rapidly expanding economy maka di samping
pemerintah yang kuat dan berwibawa, diperlukan juga secara mutlak
pembebasan dinamika yang terdapat dalam masyarakat dari kekuatan-kekuatan
yang mendukung pancasila. Untuk itu diperlukan kebebasan politik yang
sebesar mungkin. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja, ini sudah menjadi
bukti erat mengenai bagaimana hokum hubungan kerja berjalan.

BAB IV
17

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pelayanan parkir di kota Malang ini masih kurangnya
pengertian masyarakat tentang jasa parkir yang baik dan benar. Pemerintah
hanya memberi kebijakan tentang biaya parkir, bukan cara pelayanannya.
Sehingga para tenaga parkir yang notabene tidak berpendidikan tinggi, tidak
memahami cara menerapkan nilai-nilai demokrasi dan HAM.
Penyediaan karcis, pengecekan STNK, pembolehan penguncian ganda,
bantuan pencarian kendaraan, jaminan penggantian kerusakan dan kehilangan,
juga kotak saran merupakan hal-hal yang dinilai menjadi aspek-aspek penting
dalam penerapan demokrasi dan HAM. Semua layanan yang jauh dari aspeaspek tersebut maka bisa dipastikan itu jauh dari nilai-nilai demokrasi dan
HAM.
Dari data-data survey yang telah didapatkan, maka lokasi parkir yang
telah menerapkan nilai-nilai demokrasi dan HAM dengan baik adalah tempat
parkir di Malang Town Square bagian dalam. Lokasi yang tertutup, rapi dan
menjanjikan keamanan, bukan karena tempatnya, tetapi karena pelayanannya.
Sehingga penyusun merekomendasikan tempat ini layak menjadi percontohan
tempat parkir di Kota Malang yang telah menerapkan nilai demokrasi dan
HAM dengan baik.
4.2 Saran
Pelayanan parkir merupakan suatu hal yang sangat penting, mengingat
pelayanan itu sendiri merupakan pelayanan yang dapa mengurangi tingkat
pengangguran di negeri ini. Namun masih kurangnya fasilitas seperti penitipan
helm dan pelayanan yang memuaskan dapat menjadi kendala terhadap sistem
pelayanan parkir yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

18

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.


Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Putra, Dody. 2012. PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA DAN
NEGARA.

http://wijayadodyy.blogspot.com/2012/12/pancasila-sebagai-

ideologi.html. Diakses 28 Februari 2015.


Elsa,

Arun.

2012.

FILSAFAT

PANCASILA.

http://sujarwoiwan.blogspot.com/2012/12/filsafat-pancasila-pancasilasebagai.html. Diakses 28 Februari 2015.


Yuliatiningsih, Riska dan Wiwik Dewi Lestari S. 2012. PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI.

http://nciez-k.blogspot.com/2014/08/pancasila-sebagai-

ideologi.html. Diakses 28 Februari 2015.


Ferdian, Rifqi. 2012. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN IDEOLOGI
ISLAM.

http://andienrifqi.blogspot.com/2012/01/hubungan-pancasila-

dengan-ideologi.html. Diakses 28 Februari 2015.


Nuh, Muhammad. Kolaborasi Ideologi Agama Islam dengan Ideologi Pancasila .
https://www.academia.edu/5605920/Kolaborasi_ideologi_pancasila_dengan
_ideologi_agama_islam. Diakses 28 Februari 2015.

LAMPIRAN

19

Foto bersama karyawan parkir Malang Town Square bagian dalam

Foto bersama pengguna jasa parkir Malang Town Square bagian dalam

Foto bersama juru parkir Malang Town Square bagian luar

Foto bersama pengguna jasa parkir Malang Town Square bagian luar

Foto bersama juru parkir di warung depan UIN Maliki Malang

20

Foto bersama pengguna jasa parkir di depan UIN Maliki Malang

21

Anda mungkin juga menyukai