Anda di halaman 1dari 8

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada

orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada
orang dengan usia pertengahan. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik
yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis
kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe
lesi yang banyak atau multipel. Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat
diketahui, keratosis seboroik lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar
matahari, terutama pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas. Status
dermatologi yang dapat dilihat adalah berbatas tegas, berwarna kecoklatan atau
hiperpigmentasi, dan sedikit meninggi disbanding permukaan kulit sehingga
penampakan keratosis seboroik seperti tertempel dalam permukaan kulit. Kebanyakan
dari keratosis seboroik memiliki permukaan seperti veruka, dengan konsistensi yang halus
atau lembut. Walaupun biasanya diameter lesi keratosis seboroik berkisar dalam hitungan
beberapa millimeter saja, tetapi ada beberapa lesi yang dapat mencapai ukuran diameter
dalam sentimeter. Krusta dan dasar yang inflamasi dapat ditemukan jika lesi terpapar dengan
trauma.
EPIDEMIOLOGI
Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit
yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya
keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. Pada tahun
1963, Tindall dan Smith meneliti populasi dari individu yang sudah berusia lebih dari 64
tahun di Carolina Utara dan mendapatkan hasil bahwa 88 % dari populasi tersebut setidaknya
memiliki paling kurang satu lesi keratosis seboroik. Dalam penelitian ini, keratosis seboroik
ditemukan pada 38 % wanita kulit putih dan 54 % pada pria kulit putih, dan sekitar 61 %
pada pria kulit hitam dan sekitar 10 % lebih pada wanita kulit hitam. Pada tahun 1965 Young
memeriksa 222 orang yang tinggal di anti jompo Orthodox Jewish di New York dan
menemukan bahwa 29,3 % pria dan 37,9 % pada wanita memiliki lesi keratosis seboroik. Di
Inggris, pada tahun 2000, Memon dan kawan-kawan menemukan bahwa populasi dengan
usia yang lebih muda dari 40 tahun hanya 8,3 % yang memiliki sedikiktnya satu macam lesi
keratosis seboroik pada laki-laki dan 16,7 % sedikitnya satu macam lesi keratosis seboroik
pada wanita. Keratosis seboroik ditemukan lebih banyak pada orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Keartosis seboroik lebih sering terjadi pada individu usia tua.

ETIOLOGI
Etiologi dari perkembangan lesi keratosis seboroik pada usia tua tidak dapat diketahui
dengan pasti. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan
dengan terjadinya keratosis seboroik ini. Hal ini telah diketahui melalui penelitian
bromodeoxyuridin dan immunohistokimia untuk pengembangan antigen tertentu yang
berhubungan. Ada peningkatan yang nyata dan signifikan dari angka terjadinya apoptosis
pada semua variasi bentuk dari keratosis seboroik dibandingkan dengan kulit yang normal.
Keratosis seboroik biasanya terdapat pada bagian kulit yang paling sering terpajan sinar
matahari, dan sebagian tipe keratosis seboroik dapat terbentuk akibat radiasi sinar matahari
pada kulit manusia.
PATOFISIOLOGI
Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya , telah terbukti terlibat dalam
pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi
immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis
seboroik. Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis , rendah pada
keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau skuamos sel
karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. Tidak ada peningkatan
yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened
(smo) mRNA pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal. Keratosis Seboroik
memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari
keratinosit memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi
melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada
sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sabagai
salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik.
Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik memperlihatkan keratin
dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan
berat molekul yang tinggi. Beberapa Varian Klinikopatologi Ada beberapa bentuk histologi
dan terkadang berbeda secara klinis untuk keratosis seboroik: Common Seborrheic Keratosis
Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis. Jenis ini dianggap sebagai lesi
klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis hiperplastik dan berbatas tegas yang
menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari sel-sel basaloid yang seragam. Kista-kista
keratin kadang lebih banyak, dan bisa tampak didalam folikel dan diluar folikel. Melanosit
terkadang muncul dalam jumlah banyak, dan produksi pigmennya menghasilkan warna luka

hitam. Perpindahan pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal. Reticulated Seborrheic


Keratosis Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel basaloid turun dari dasar
epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen eosinopilik yang
halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan dapat membentuk lesi yang
banyak. Stucco Keratosis Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic
keratosis, serrated seborrheic keratosis, verrucous seborrheic keratosis. Stucco keratosis
muncul berukuran 3-4 mm, berwarna seperti warna kulit atau benjolan berwarna putih abuabu yang muncul di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal seperti puncak menara
gereja mengelilingi inti kolagen membentuk hiperkeratosis seperti jalinan keranjang.
Keratinosit yang bervakuola yang ada pada veruka vulgaris tidak ditemukan pada lesi ini,
meskipun secara klinis lesi ini bisa menyerupai kutil virus yang kecil. Clonal Seborrheic
Keratosis Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang tidak
selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam jaringan
epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-sarang tersebut
mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini ukurannya bisa bermacammacam. Irritated Seborrheic Keratosis Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous
cell acanthoma. Kelainan kulit eksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas.
Penyebab dari reaksi eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma, tapi belum
dapat dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik memperlihatkan bagian-bagian
dari perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau pusaran dari sel-sel eosinofilik skuamous
yang merata dan tertata seperti bawang. Ini menyerupai mutiara keratin dalam sel karsinoma
bersisik, tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlah mereka, kecilnya ukuran, dan bentuknya
yang terbatas. Keratinosit dalam suatu keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya
tingkat keratinisasi atau keratosis seboroik yang sudah dewasa dibandingkan dengan common
seborrheic keratosis. Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia Sel atipik dan diskeratosis
bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic. Lesi tersebut bisa sangat mirip dengan
penyakit Bowens atau karsinoma sel squamous yang invasive. Tidak diketahui sebab-sebab
perubahan tersebut, baik itu akibat dari iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma sel
squamous. Sebaiknya untuk menghilangkan lesi ini seluruhnya. Melanoacanthoma Sinonim:
pigmented seborrheic keratosis. Melanoacanthoma lebih gelap dari pigmented seborrheic
keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit dendritik yang jelas. Melanosit tersebut
kaya dengan melanin, sebaliknya di sekitar keratinosit sangat sedikit mengandung melanin.
Melanosit dapat berkembang menjadi sarang, yang melebar dari lapisan basal ke lapisan
superfisial epidermis. Lesi ini tidak berpotensi menjadi ganas. Dermatosis Papulosa Nigra

Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak pada orang
Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari ras lain, nampak
merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini merupakan erupsi papul yang berpigmen
pada wajah dan leher. Mereka menyerupai melanoacanthoma kecil-kecil. Gambaran
histologis seperti common seborrheic keratosis tapi berukuran lebih kecil. The Sign of LeserTrelat Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai the sign of Leser-Trelat,
disebutkan berkaitan dengan multipel internal malignancies yang tersembunyi dan sering
diikuti dengan rasa gatal . Keganasan yang paling sering dihubungkan adalah
adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga telah dilaporkan dengan
berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan melanoma. Tanda ini juga
disebutkan bahwa berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki terkait
dengan penyakit keganasan dan dengan acanthosis nigricans. Bukti yang mendukung dugaan
hubungan keratosis seboroik dengan keganasan sangat sedikit. Banyak kanker yang dikaitkan
dengan keratosis seboroik adalah kanker umum. Keratosa seborik juga umum. Membuktikan
hubungan kausal yang tidak umum antara kanker umum dan kelainan kulit yang umum
merupakan hal sulit. Fenomena keratosis seboroik yang bisa pecah, mungkin menunjukkan
peradangan dermatosis yang berpusat di sekitar papiloma kulit dan keratosis seboroik
membuat fenomena itu lebih kelihatan. Tentu saja, dibutuhkan keahlian klinis melihat
peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien dengan dermatitis generalisata yang
disebabkan banyak hal. Kemoterapi, khususnya citarabine, bisa menyebabkan peradangan
keratosis seboroik, khususnya ketika dikaitkan dengan tanda Leser-Trelat. Maligna acanthosis
nigricans muncul sebanyak 35% pasien dengan tanda Leser-Trelat, yang menunjukkan
kesamaan mekanisme. Namun, hubungan sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik
multipel dengan keganasan organ dalam masih harus dijelaskan. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi.
Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel skuamosa. Invaginasi
keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang
dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat
hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin. Setidaknya ada 5 gambaran histologi
yang dikenal : acantholic (solid), reticulated (adenoid), hyperkeratotic (papilomatous), clonal
dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai. Tipe acantholic dibentuk
oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horn cyst. Tipe reticulated mempunyai
gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst
yang kecil. Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis,

papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa. Tipe clonal mempunyai
sarang sel basaloid intraepidermal. Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami
inflamasi berat, dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat
pada dasar lesi yang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis seboroik.
Kadangkala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, jarang
terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel basaloid yang kecil berhubungan dengan sel
pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok- kelompok melanososm yang sering membatasi
membran dapat ditemukan di antara sel.
PROGNOSIS
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan
individu. Lesi keratosis seboroik umunya tidak mengecil namun akan bertambah besar dan
tebal seiring dengan waktu.
PENGOBATAN
1. Krioterapi Lesi yang mengganggu pasien baik dari segi gejala atau kosmetik bisa diobati.
Krioterapi mungkin pilihan pengobatan untuk kebanyakan jenis lesi. Suatu pembekuan
seukuran 1 mm diameter di sekitar lesi menggunakan kapas atau semprotan biasanya
menghasilkan respon yang bagus. Jika ada bekas lesi, atau muncul lagi, ulangi pengobatan
tadi. Setelah krioterapi, pasca peradangan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi bisa saja
terjadi. Walaupun bersifat sementara, perubahan-perubahan pigmen ini bisa bertahan pada
pasien berkulit gelap dan bisa sangat mengganggu. 2. Elektrodesisasi Cara pengobatan
lainnya berupa elektrodesisasi diikuti dengan pengangkatan lesi dengan mudah menggunakan
kuret diikuti dengan elektrodesisasi ringan. 3. Laser Terapi laser menggunakan laser pigmen
lesi juga efektif, dan ketika digunakan untuk mengobati keratosis seboroik datar, bisa
menyebabkan peradangan pasca pigmentasi atau bekas lesi ketika dibandingkan dengan
krioterapi atau elektrodesisasi. 4. Bedah scalpel Pemotongan melalui cara bedah juga efektif,
tapi ini bukan pilihan pengobatan karena efek terbalik dari bekas lesinya. Salah satu bahaya
besar menangani keratosis seboroik selain dari pemotongan dengan cara bedah adalah lesi
yang ditangani bisa menjadi lesi displastik melanositik atau melanoma maligna. Sangat
disarankan kalau lesi itu bukan common seborrheic keratosis, maka harus dilakukan
pemeriksaan histologi. 5. Flourouracil topikal dan dermabrasi Cara pengobatan yang agak
awam dipakai untuk keratosis seboroik besar termasuk fluorouracil topikal dan dermabrasi.
DIAGNOSIS Permukaan keratosis sebororik harus dibedakan dengan lentigo yang simple
maupun maligna dan harus dibedakan dengan keratosis aktinik, terutama yang berlokasi pada
wajah. Pola dan karakteristik permukaan lesi dapat membantu. Warna dan bentuk
permukaannya dapat menyerupai nevus melanositik permukaan keratosis seboroik kurang
berkilat bila dibandingkan dengan nevus melanositik. Lesi yang meradang dapat

disalahartikan sebagai melanoma maligna. Jika lesi diobati dengan antibiotik topikal dan
dioklusi selama 5 hari, diagnosis dapat menjadi jelas. Tetapi jika terdapat keraguan klinis,
maka dapat dilakukan pemeriksaan biopsi eksisi dan pemeriksaan patologi.
Elektrokauter, juga dikenal sebagai kauter panas, mengacu pada proses di mana arus searah
atau bolak dilewatkan melalui kawat logam elektroda tahan, menghasilkan panas. Elektroda
dipanaskan kemudian diterapkan pada jaringan hidup untuk mencapai hemostasis atau
berbagai tingkat kerusakan jaringan [1] Elektrokauter dapat digunakan dalam berbagai
prosedur bedah minor dalam dermatologi, oftalmologi, THT, bedah plastik, dan urologi..
Dalam elektrokauter, saat ini tidak melewati pasien; dengan demikian, prosedur dapat
digunakan secara aman pada pasien dengan perangkat listrik implan seperti alat pacu jantung,
implan cardioverter-defibrillator, dan stimulator dalam otak. [2, 3, 4]
Sebaliknya, elektro adalah sekelompok prosedur yang umum digunakan yang
memanfaatkan berlalunya tinggi frekuensi bolak arus listrik melalui jaringan hidup untuk
mencapai berbagai tingkat kerusakan jaringan. [1, 5, 6] Berbagai bentuk elektro termasuk
elektrokoagulasi, electrofulguration, electrodesiccation , dan electrosection. Elektro
menghasilkan interferensi elektromagnetik, yang dapat mengganggu perangkat medis implan.
[2, 3, 4]
Elektro tidak sinonim untuk elektrokauter tetapi sering keliru disebut sebagai
elektrokauter dalam praktek dan sastra.
Indikasi
Elektrokauter adalah metode yang aman dan efektif dari hemostasis selama operasi kulit. [7]
Hal ini juga berguna dalam pengobatan berbagai penyakit kulit jinak kecil, [1, 6] meskipun
hanya lesi yang tidak memerlukan tinjauan histologis harus ditangani dengan elektrokauter.
Saham elektrokauter banyak indikasi dengan elektro dan sangat penting terutama pada
pasien yang telah ditanamkan perangkat listrik di antaranya gangguan elektromagnetik
eksternal harus dihindari. [2, 4] Selanjutnya, tidak seperti instrumen electrosurgical,
perangkat elektrokauter mempertahankan fungsi dalam bidang basah.
Suhu rendah dapat digunakan untuk kerusakan jaringan superfisial dalam pengobatan
lesi dangkal dan relatif avaskular, termasuk yang berikut:
Keratosis seboroik [6, 8, 9]
Acrochordons [6, 8, 9]
Moluskum [6]
Veruka [6, 8]
Syringomas [6, 8]
Angioma kecil [6, 8]
Sebuah kuret dermal dapat digunakan secara bersamaan untuk menghilangkan lesi.
Suhu yang lebih tinggi yang efektif dalam menghilangkan lesi kulit lebih tebal, seperti
berikut:

Hiperplasia sebasea [6, 8]


Granuloma piogenik [6, 8]
Hemostasis pembuluh dalam operasi [6, 8]
Indikasi lain untuk elektrokauter meliputi berikut ini:
Vasektomi [10, 11]
Oklusi tepat waktu (untuk sindrom mata kering) [12, 13]
Teknik
Setiap perangkat elektrokauter dapat memberikan panas pada suhu tunggal atau kisaran suhu antara
100o C dan 1200o C. Kebanyakan perangkat juga menyertakan tips dipertukarkan seperti loop, kiatbaik saja, dan tips jarum.
Dokter harus mempertimbangkan sifat histologis jaringan yang akan diobati, daerah dan
kedalaman kehancuran yang diinginkan, kemungkinan komplikasi, dan kemampuan perangkat
elektrokauter yang berbeda. Prinsip umum dari semua prosedur electrosurgical adalah dengan
menggunakan paling sedikit kekuasaan mungkin untuk mencapai efek yang diinginkan, membatasi
kerusakan pada jaringan yang berdekatan.

Pencegahan komplikasi
Seperti prosedur apapun, ada risiko potensial untuk pasien, serta dokter operasi.
Luka bakar
Ada risiko kebakaran atau ledakan jika bahan yang mudah terbakar berada di dekat lokasi
pengobatan. [5, 14] Alkohol, oksigen, dan gas usus semua sangat mudah terbakar. Pembersih
alkohol harus dihindari; jika mereka digunakan, mereka harus diizinkan untuk benar-benar
kering. Jika pasien menggunakan generator oksigen portabel, harus berhenti sebentar untuk
prosedur ini. Eschar penumpukan harus dihapus dari elektroda bedah untuk menghindari
memicu atau menyala. [5]
Penularan infeksi
Prinsip yang sama penularan infeksi berlaku untuk elektro dan elektrokauter. 3 mode
potensial untuk transmisi infeksi pada prosedur ini meliputi elektroda pengobatan, asap
bedah, dan microdroplets darah aerosol. Studi eksperimental yang melibatkan kulit hewan
telah menunjukkan penularan virus hepatitis B, human papillomavirus (HPV), dan
Staphylococcus aureus dari sebuah situs diinokulasi ke situs yang tidak terinfeksi dengan cara
electrodesiccation elektroda yang terkontaminasi. [15]
Selama prosedur electrosurgical, tetesan darah aerosol dapat didorong jarak hingga 30 cm dan
dapat menular bila terhirup. [16] asap bedah juga dapat mengandung virus dan bakteri yang
layak, di samping bahan kimia berbahaya dan karsinogen. Virus HPV yang layak telah
diidentifikasi dalam uap kutil diobati dengan elektrokoagulasi. [17]
Untuk mencegah risiko penularan infeksi, sistem asap-mengevakuasi harus digunakan,
bersama dengan masker wajah, memakai mata pelindung, dan sarung tangan bedah.
Elektroda pakai atau disterilkan harus digunakan.
Elektrokauter adalah metode yang aman dan efektif pengobatan untuk lesi kulit jinak dan hemostasis
untuk pasien bedah. [1, 2, 6, 7]
Studi juga menunjukkan bahwa oklusi kauter panas di vasektomi lebih efektif daripada kliping dan
eksisi dari segmen vas tersebut. [10, 11]

Selanjutnya, bedah oklusi tepat waktu lakrimal untuk mata kering menggunakan perangkat kauter
panas dikaitkan dengan tingkat rendah rekanalisasi, ketajaman visual yang lebih tinggi, dan
peningkatan subjektif keseluruhan yang lebih besar dalam gejala. [12, 13]

Anda mungkin juga menyukai